Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Menurut Trianto (2010), LKPD merupakan panduan bagi siswa
untukelaksanakan kegiatan mendasar untuk memaksimalkan pemahaman sesuai
indikator pencapaian hasil belajar. LKPD berisi sekumpulan kegiatan yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperluas pemahamannya
terhadap materi yang dipelajari sesuai dengan pembelajaran yang akan dicapai.
Menurut lembar kegiatan peserta didik (student work sheeet) Depdiknas dalam
(Ulfah, 2007) adalah lembaran-lembaran berisi yang berisi tugas yang akan
dikerjakan oleh peserta didik.
LKPD merupakan bahan ajar cetak berupa lembaran-lembaran yang
disusun secara sistematis berisi materi, ringkasan dan petunjuk pelaksanaan
pembelajaran bertujuan agar dapat menuntun siswa melakukan kegiatan aktif
mengacu pada Kompetensi Dasar. Lembaran-lembaran kegiatan ini dapat berupa
panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun untuk
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen,
LKPD bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau
prinsip (Prastowo, 2011).
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu sumber
belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran. LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai
dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi
(Widjajanti, 2008:1).
Menurut Arsyad (2007) LKPD menjadi sumber belajar dan media
pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang.
Penggunaan media memberikan manfaat dalam proses pembelajaran antara lain :
(1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga proses belajar semakin lancar dan meningkatkan hasil belajar. (2) Media

8
9

pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa, dengan mengarahkan perhatian


siswa sehingga memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan
dan minatnya. (3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera,
ruang dan waktu. (4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan
pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan
lingkungannya.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa LKPD
merupakan sumber belajar yang berupa serangkaian kegiatan dan latihan bagi
peserta didik untuk mempermudah pemahaman terhadap teori, prinsip dan konsep
dalam suatu materi pelajaran serta mengoptimalkan keterlibatan atau aktifitas
peserta didik dalam pembelajaran yang isinya dapat dirancang dan dikembangkan
sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi.
2.1.1.1. Macam-Macam LKPD
Terdapat dua bentuk LKPD yaitu: LKPD untuk eksperimen dan LKPD
non eksperimen atau lembar diskusi. LKPD eksperimen Merupakan LKPD yang
menggunakan alat-alat dan bahan-bahan, sedangkan LKPD yang noneksperimen
berupa lembar kegiatan yang berisi teks yang menuntut siswa untuk melakukan
diskusi dalam suatu materi pelajaran (Lase, 2016). Dari berbagai jenis LKPD
yang digunakan dalam setiap sekolah pasti mempunyai spesifikasi yang berbeda-
beda, baik dari segi kemasan secar cover, isi, bobot soal, penilaian, dan lain
sebagainya. Oleh sebab itu dari berbagai jenis LKPD yang sudah diterbitkan oleh
beberapa penerbit, maka ada identifikasi dari macam-macam bentuk LKPD itu
sendiri, hal ini bisa dijabarkan dari penjelasan dibawah ini:
a. LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep. LKPD ini
memuat apa yang harus dilakukan peserta didik, kemudian peserta didik
diminta mengamati fenomena hasil kegiatan. Selanjutnya, peserta didik
diberikan pertanyaan-pertanyaan analisis yang membantu untuk mengaitkan
fenomena yang mereka amati dengan konsep yang akan meraka bangun
dalam benak mereka.
10

b. LKPD yang membantu peserta menerapkan dan mengintegrasikan berbagai


konsep yang telah ditemukan. Didalam sebuah pembelajaran, setelah peserta
didik berhasil menemukan konsep, peserta didik selanjutnya dilatih untuk
menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-
hari.
c. LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar. LKPD bentuk ini berisi
pertanyaan atau isian yang jawabannya ada didalam buku. Peserta didik
akan dapat mengerjakan LKPD tersebut jika mereka membaca buku,
sehingga fungsi utama LKPD ini adalah membantu peserta didik menghafal
dan memahami materi pembelajaran yang terdapat yang terdapat didalam
buku. LKPD ini juga sesuai untuk keperluan remediasi.
d. LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum. Alih-alih memisahkan
petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan
petunjuk praktikum kedalam kumpulan LKPD. Dengan demikian, dalam
LKPD bentuk ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi (content)
dari LKPD.
2.1.1.2. Syarat-Syarat Penyusunan LKPD
Cara penyajian suatu materi dalam LKPD meliputi penyampaian materi
kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif misalnya adanya latihan soal, diskusi
dan percobaan sederhana. LKPD yang disusun harus memenuhi syarat-syarat
tertentu agar menjadi LKPD yang berkualitas baik. Menurut Darmodjo (dalam
Widjajanti, 2008) sebuah LKPD harus memenuhi syarat-syarat didaktif,
konstruksi, dan teknis sebagai berikut:
1. Syarat didaktik. Mengatur tentang penggunaan LKPD yang bersifat
universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban dan yang
pandai. LKPD lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep,
dan yang terpenting dalam LKPD ada variasi stimulus melalui berbagai
media dan kegiatan siswa. Pengalaman belajar yang dialami siswa
ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa, syarat didakti dapat
dijabarkan sebagai berikut: (1) Mengajak siswa aktif dalam proses
pembelajaran; (2) Memberi penekanan pada proses untuk menemukan
11

konsep; (3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan
siswa; (4) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial,
emosional, moral, dan estetika pada diri siswa; dan (5) Pengalaman belajar
ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.
2. Syarat Kontruksi. Berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan
kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKPD, syarat-
syarat kontruksi yaitu: (1) menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan anak; (2) menggunakan struktur kalimat yang jelas; (3)
memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak; (4)
Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka; (5) Tidak mengacu pada buku
sumber yang diluar kemampuan keterbacaan siswa; (6) Menyediakan ruang
yang cukup untuk memberi keleluasaan kepada siswa untuk menulis
maupun menggambar pada LKPD; (7) Menggunakan kalimat sederhana dan
pendek; (8) Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar
lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat
“formal” atau abstrak sehingga lebih sukar untukditangkap oleh anak; (9)
Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun cepat; (10)
Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi; (11)
Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas,
mata pelajaran, topik, nama, atau nama-nama anggota kelompok, tanggal
dan sebagainya.
3. Syarat teknis. Menekankan pada penyajian LKPD yaitu berupa tulisan,
gambar dan penampilan LKPD yaitu: (a) Tulisan. (1) Gunakan huruf cetak
dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi. (2) Gunakan huruf tebal
yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah. (3)
Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris. (4)
gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban
siswa. (5) Usahakan agar perbandingan besarnya huruf denga besarnya
gambar serasi. (b) Gambar. Pada gambar yang baik untuk LKPD adalah
gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara
efektif kepada pengguna LKPD. (c) Penampilan. Pada penampilan sangat
12

penting dalam LKPD anak pertama-tama aka tertarik pada tampilan bukan
pada isinya.

2.1.1.3. Komponen LKPD

Bahan ajar LKPD lebih sederhana dari pada modul, namun lebih
kompleks daripada buku. Bahan ajar LKPD jika dilihat dari formatnya, LKPD
memuat delapan unsur, yaitu: (a) judul, (b) kompetensi dasar yang akan dicapai
(c) waktu penyelesaian, (d) peralatan atau bahan yang diperlukan untuk
penyelesaian tugas (e) informasi singkat, (f) langkah kerja, (g) tugas yang harus
dilakukan, (h) laporan yang harus dikerjakan (Prastowo, 2011)

2.1.1.4. Langkah-Langkah Membuat LKPD


Dalam pembuatan lembar kerja siswa yang baik terdapat beberapa
langkah yaitu:
a. Melakukan analisis kurikulum. Langkah ini dimaksudkan untuk
menentukan materi mana yang memerlukan bahan ajar LKPD. Pada
umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisis nya dilakukan
dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang
akan diajarkan, serta mencermati kompetensi siswa.
b. Menyusun peta kebutuhan LKPD. Dalam penyusunan LKPD peta
kebutuhan LKPD diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD yang harus
ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKPD. Sekuensi LKPD sangat
dibutuhkan dalam menentukan prioritas utama.
c. Menentukan judul-judul LKPD. Judul LKPD ditentukan atas dasar
kompetensi-kompetensi dasar, materi pokok, atau pengalaman belajar
yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat digunakan
sebagai judul LKPD apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar.
d. Penulisan LKPD. Untuk menulis LKPD, Langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Merumuskan kompetensi dasar.
Untuk merumuskan kmpetensi dasar, dapat kita lakukan dengan
menurunkan langsung dari kurikulum yang berlaku; (2) Menentukan alat
13

penilaian. Penilaian kita lakukan terhadap proses dan hasil kerja peserta
didik. Karena pendekatan yang kita gunakan adalah kompetensi maka
penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian
yang cocok dan sesuai adalah menggunakan Pendekatan Penilaian Acuan
Patokan PAP) atau criterion referenced assesment. Dengan demikian
pendidik dapat melakukan penilaian melalui proses dan hasilnya. (3)
Menyusun materi. Untuk menyusun materi LKPD, ada beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan. Berkaitan dengan isi atau materi LKPD,
perlu kita ketahui bahwa materi LKPD sangat tergantung pada kompetensi
dasar yang akan dicapainya. Materi LKPD dapat berupa informasi
pendukung, yaitu gambaran umum berupa ruang lingkup substansi yang
akan dipelajari. Materi dapat diambil dari beberapa sumber seperti buku,
majallah, internet, jurnal hasil penelitian, dan sebagainya. Supaya
pemahaman peserta didik lebih jauh tentang materi tersebut makadapat
saja didalam materi kita tunjukkan referensi yang digunakan agar peserta
didik dapat membaca lebih jauh tentang materi tersebut. Selain itu, tugas-
tugas juga harus ditulis secara jelas untuk mengurangi pertanyaan dari
peserta didik yang dimana seharusnya peserta didik dapat melakukannya;
(4) Memperhatikan struktur LKPD. Kita mesti memahami bahwa struktur
LKPD terdiri atas enam komponen yaitu: judul, petunjuk belajar (petunjuk
siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas
langkah kerja serta penilaian (Diknas, 2004)

2.1.1.5. Keunggulan dan Kelemahan LKPD


Lembar Kegiatan Peserta Didik memiliki keunggulan dan kelemahan,
yang menjadi keunggulan LKPD adalah: a) Dapat dipelajari dimana saja dan
kapan saja tanpa menggunakan alat khusus; b) Dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu dapat menggali prnsip-
prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumen yang realistis; c) lebih
ekonomis daripada media yang lain. Kelemahan LKPD adalah: a) Sulit
memberikan bimbingan tertentu kepada pembaca yang mengalami kesulitan-
14

kesulitan tertentu; b) Sulit untuk memberikan umpan balik untuk pertanyaan-


pertanyaan yang diajukan; c) Memiliki banyak kemungkinan jawaban atau
pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks.
2.1.2. Karakteristik Bahan Ajar yang Baik
Dengan bahan ajar yang baik, yang isinya mencakup semua kompetensi
menarik (KI) dan kompetensi dasar (KD) sesuai dengan standar isi, penyajiannya
menarik, bahasanya baku, dan ilustrasinya menarik dan tepat, maka diharapkan
proses belajar yang dilakukan guru dan siswa biasa optimal mencapai standar
kelulusan (SKL) (Suratni, 2014).
Bahan ajar tidak saja memuat materi tentang pengetahuan tetapijuga
berisi tentang keterampilan dan sikap yang perlu dipelajari siswa untuk mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan pemerintah. Ketiga ranah kompetensi
tertuang dalam bahan ajar. Bahan ajar menampilkan sejumlah kompetensi yang
harus dikuasai siswa melalui materi-materi pembelajaran yang terkandung
didalamnya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan bahan ajar adalah seperangkat materi pembelajaran yang
mengacu pada materi pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang
digunakan dalam rangka mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
telah ditentukan (Lestari, 2013).
Penjelasan lebih lanjut mengenai aspek-aspek bahan ajar dijelaskan oleh
(Suratni, 2014) berikut ini:
a. Kelayakan Isi, buku teks pembelajaran yang baik seharusnya berisi materi
pendukung tercapainya kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD)
dari mata pelajaran tersebut. Kelayakan isi buku teks pelajaran dapat
dinilai dari: materi berorientasi pada aktivitas yang mendorong
pemahaman konsep, keakuratan materi terjaga, kemutakhiran dan
aktualitas contoh materi, materi mendorong keingintahuan, dan materi
buku tidak mempertentangkan SARA, tidak bernuansa pornografi,
berakomodasi keberagaman, dan berwawasan gender.
15

b. Kelayakan Penyajian. Kelayakan penyajian buku teks pelajaran dapat


dinilai dari: mendorong keterlibatan siswa untuk belajar aktif, keterkaitan
antar bab, antar subbab, antar konsep, dan materi disajikan secara
kontekstual.
c. Kelayakan Bahasa. Kelayakan bahasa buku teks pelajaran dapat dinilai
dari (1) kesesuaian bahasa dan perkembanmgan siswa, dan (2) ketepatan
penggunaan simbol, istilah atau ikon.
d. Kelayakan kegrafikan. Kelayakan kegrafikan buku teks pelajaran dapat
dinilai dario (1) tata letak unsur grafika estetis, dinamis, dan menarik, serta
menggunakan ilustrasi yang memperjelas pemahaman materi buku, (2)
tipografi yang digunakan mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi, dan
(3) ilustrasi dan tata letak mempermudah pemahaman materi.
2.1.3. Model Pembelajaran Inkuiri
Trianto (201: 166-167) menyatakan bahwa Inkuiri sebagai suatu proses
umum yang dilakukan manusia untuk mencari dan memahami informasi. Jadi
pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang membawa siswa
secara langsung kedalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Inkuiri
tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang
ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan.
Pada hakikat nya inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya
interverensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang di berikan guru
terhadap siswanya, diantaranya adalah: 1) Inkuiri terbimbing (Quided Inquiry),
pada inkuiri terbimbing siswa memperoleh sesuai dengan pedoman yang di
butuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan
membimbing. Pendekatan ini di gunakan terutama bagi para siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan metode inkuiri, dalam hal ini guru memberikan
bimbingan dan arahan ang cukup luas. Pada tahap awal, bimbingan lebih banyak
di lakukan, dan sedikit demi sedikit di kurangi sesuai dengan perkembangan
pengalaman siswa. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar perencanaan di buat
oleh guru. Siswa tidak merumuskan permasalahannya. Petunjuk yang cukup luas
tentang bagaimana menyusun dan mencatat data di berikan oleh guru. 2) Inkuiri
16

Bebas (Free Inquiry Approach ), dalam inkuiri bebas ini, peserta didik melakukan
penelitian sendiri bagaikan ilmuwan. Pada pengajaran ini siswa harus dapat
mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang akan di
teliti.3), Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified Free Inquiry Approach),
dalam model ini, guru memberikan permaslahan, kemudian siswa memecahkan
permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.
Joyce (2009:194) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri
melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang benar-benar orisinil dengan cara
menghadapkan mereka pada bidang investigasi, membantu mereka
mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam bidang tersebut, dan
mengajak mereka untuk merancang cara-cara memecahkan masalah. Dari sini
mereka bisa melihat bagaimana suatu pengetahuan dapat di buat dan di bangun
dalam komunitas para ilmuwan.
2.1.3.1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model pembelajaran inkuiri merupakan pengajaran ang mengharuskan
peserta didik mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan nilai-nilai. Dalam model inkuiri peserta didik dirancang untuk terlibat dalam
melakukan inkuiri. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik (student centered). Tujuan utama model ini
adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu
meelesaikan masalah secara ilmiah (Dimyati & Mudjiono, 2006). Model inkuiri
terbimbing (Quided Inkuiry) adalah suatu armodel pembelajaran inkuiri ilmiah
yang dalam pelaksanaannya guru mnyediakan bimbingan atau petunjuk yang
cukup luas bagi peserta didik (Fathurrrohman, 2015).
Inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa yang pada umumnya
belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada tahap-tahap awal
diberikan bimbingan lebih banyak yaitu: Pernyataan dan pertanyaan pengarahan
selain dikemukakan oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang ada dalam
LKS (Lembar Kerja Siswa) agar siswa mampu untuk memecahkan permasalahan
yang dibrikan oleh guru. Oleh sebab itu LKS dibuat untuk membimbing siswa
dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan. Guru mepunyai peran aktif
17

dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya, dengan ini


siswa lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa
mampu memahami setiap konsep-konsep pelajaran, agar mampu menyelesaikan
masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri (Jauhari, 2016).
2.1.3.2. Tahap pelaksanaan Inkuiri terbimbing
Menurut Kulthau, et all (2012) tahap pelaksanaan inkuiri terbimbing
terdiri dari delapan tahap, dapat dilihat dalam tabel

Tabel 2.1. Tahapan pelaksanaan inkuiri terbimbing

No Fase inkuiri Kegiatan guru Kegiatan siswa


terbimbing

1. Pendahuluan Memberikan rasa ingin tahu Mendengarkan dan


(Opening) dan menciptakan minat memahami
pengetahuan siswa pertanyaan yang
sebelumnya dengan diberikan oleh guru
mengajukan beberapa
pertanyaan

2. Orientasi Membangun pengetahuan Memperhatikan dan


(Immerse) dasar dengan mengajak menganalisis hal-hal
siswa mengobservasi hal-hal yang berkaitan
yang berkaitan dengan dengan materi yang
materi yang diajarkan diajarkan
seperti membaca buku,
menonton video, bercerita
dan lain sebagainya.

3. Menyelidiki Membimbing siswa Melakukan


(Explore) menggali informasi dari penyelidikan dan
berbagai sumber yang menggali informasi
relevan dan melakukan sebanyak-banyaknya
18

penyelidikan dari penyelidikan


dan sumber yang
relevan

4. Mengidentifikasi Mempertimbangkan Memberikan


(Identify) pemikiran siswa dan pertanyaan ataupun
mengajukan pertanyaan pendapat perihal
yang sesuai dengan materi pelajaran
penyelidikan siswa yang dibahas dalam
penyelidikan yang
dilakukan siswa.

5. Mengumpulkan Membimbing siswa Mengumpulkan


(Gather) mengumpulkan informasi- informasi-informasi
informasi yang penting dan yang penting dan
mendalam dari sebuah mendalam dari
penyelidikan sebuah penyelidikan

6. Membuat laporan Membimbing siswa Membuat laporan


hasil penyelidikan mnembuat laporan hasil penyelidikan
kelompok (Create- pengetahuan hasil berdasarkan fakta
Reflect on learning penyelididkan kelompoknya yang didapat dalam
go beyond facts to masing masing serta penyelidikan dan
make meaning memfasilitasi tiap tiap menggabungkannya
create kelompok untuk dapat dengan pertanyaan
communicate) mengembangkan hasil yang diberikan guru
penyelidikan mereka

7. Membagikan Membimbing siswa untuk Mempresentasikan


(Share) menyampaikan (berbagi) hasil penyelidikan
hasil penyelidikan dan dan mendengarkan
mendengarkan hasil presentasi kelompok
penyelidikan temannya lain serta
19

membandingkan
hasil penyelidikan
satu sama lain

8. Evaluasi (Evaluate Mengevaluasi isi serta Menarik kesimpulan


proses pembelajaran serta dari penyelidikan
penarikan kesimpulan dari dan
penyelidikan menghubungkannya
dengan pertanyaan
yang diberikan guru

(Kulthau, et al. 2012)

2.1.3.3. Karakteristik Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Menurut Kulthau, et al, 2009, karakteristik inkuiri terbimbing terdiri dari
enam bagian yaitu:
1) Siswa belajar aktif dan terfleksikan pada pengalaman
Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif individu,
bukan sesuatu untuk dilakukan seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu
dilakukan seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari
tindakan dan refleksi pada pengalaman. Dewey sangat menekankan
pembelajaran Hand on (berdasarkan pengalaman) sebagai penentang
metode otoriter dan menganggap bahwa pengalaman dan inkuiri
(penemuan) sangat penting dalam pembelajaran bermakna.
2) Siswa belajar berdasarkan apa yang mereka tahu
Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk
dasar untuk membangun pengetahuan baru. Menurut Assubel faktor
terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang
mereka tahu.
3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran
melalui bimbingan
20

Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan proses


mendalam yang membawa kepada sebuah pengalaman. Proses yang
mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh
pernyataan-pernyataan yang otentik mengenai objek yang telah
digambarkan dari pengalaman dan keingintahuan siswa.
Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan
intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Menurut
Bloom, kemampuan intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi membantu merangsang untuk mereinkuiri
yang membawa kepada pengetahuan dan pendalaman yang mendalam.
4) Perkembangan siswa terjadi secara bertahap
Siswa berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas
mereka untuik berfikir abstrak ditingkatkan oleh umur. Perkembangan ini
merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, tindakan,
refleksi, menemukan, dan menghubungkan ide, membuat hubungan,
mengembangkan dan mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan
beserta sikap dan nilai.
5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran
Siswa belajar melalui semua pengertian. Mereka menggunakan seluruh
kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pemahaman yang
mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup didalamnya.
6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain
Siswa hidup dilingkungan sosial dimana mereka terus menerus belajar
melalui interaksi dengan orang lain di sekitar mereka. Orang tua, teman,
saudara, guru, kenalan dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan
sosial yang membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan dimana
mereka membangun pemahaman mengenai dunia dan membuat makna
untuk mereka. Vigotsky berpendapat bahwa perkembanyan proses hidup
bergantung pada interasi sosial dan pembelajaran sosial berperan aktif
untuk perkembangan kognitif.
21

2.1.4. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Suatu perangkat pembelajaran menjadi sangat penting didalam
pendidikan. Dalam pendidikan terjadi proses interaksi antara siswa dan guru
melalui pembelajaran. Seorang guru harus dapat mempersiapkan perangkat
pembelajarannya dengan baik agar proses belajar mengajarnya berjalan dengan
lancar. Setiap guru dituntut agar mampu menciptakan suatu perangkat
pembelajaran salah satunya adalah Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD).
Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang baik harus mengacu pada
prosedur pengembangan para ahli. Metode penelitian dan pengembangan adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektivan produk tersebut (Sugyono, 2016).
2.1.4.1. Model Pengembangan 4-D
Thiagarajan (1974) mengemukakan bahwa, langkah-langkah penelitian
dan pengembangan dapat disingkat dengan 4-D, yang merupakan kepanjangan
dari Define, Design, Development, dan Dissemination. Hal ini dapat digambarkan
seperti tertera pada gambar 2.1 (Sugyono, 2016).

DEFINE DESIGN DEFELOMENT DISSEMINATION

Gambar 2.1. Langkah-langkah penelitian pengembangan Menurut Thiagarajan (1974)


Berdasarkan gambar 2.1 tersebut dapat diberikan penjelasan singkat
sebagai berikut. Pada tahap Define (pendefenisian), berisi kegiatan untuk
menetapkan produk apa yang akan dikembangkan, beserta spesifikasinya. Tahap
ini merupakan kegiatan analisis kebutuhan yang dilakukan melalui penelitian dan
studi literatur. Dan pada Design (perancangan), berisi kegiatan untuk membuat
rancangan terhadap produk yang telah ditetapkan. Dan pada tahap Development
(pengembangan), berisi kegiatan membuat rancangan menjadi produk dan
menguji validitas produk secara berulang-ulang sampai dihasilkan produk sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan. Dan dalam tahap Dissemination (diseminasi),
22

berisi kegiatan menyebarluaskan produk yang telah teruji untuk dimanfaatkan


orang lain (Sugyono, 2016).
2.1.4.2. Tahap Pengembangan Model 4-D
Model Thiagarajan dalam Trianto (2010) terdiri dari empat tahap yang
dikenal dengan model 4-D (Four D Model). Keempat tahap tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Pendefenisian (Define)
Tujuan dalam tahap pendefenisian ini adalah menetapkan dan
mendefenisikan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan
dan batasan materi. Tahap pendefenisian ini terdiri dari lima langkah pokok yang
dianalisis awal-akhir, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan
spesifikasi tujuan pembelajaran. Kelima kegiatan ini di uraikan sebagai berikut.
a. Analisis Awal-Akhir (Font End-Analysis)
Analisis ini bertujuan untuk menetapkan masalah dasar yang dihadapi
dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan bahan pembelajaran.
Berdasarkan masalah ini disusunlah alternatif perangkat pembelajaran yang
relevan. Langkah-langkah dalam melakukan analisis ujung depan yaitu:
1. Menganalisis kinerja guru, hal ini dilakukan untuk menilai apakah kinerja
guru sudah memenuhi kriteria yang ditentukan, atau dibawah kriteria
tersebut. Analisis tersebut dilakukan untuk mengembangkan alternatif yang
efisien sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja guru.
Dalam analisis kinerja guru banyak terjadi perbedaan antara kriteria dan
kinerja aktual guru. Misalkan dalam membedakan kriteria peserta didik guru
menggunakan nilai ujian agar menjadi lebih efektif, namun dalam kinerja
aktual guru sering tidak menggunakan standar nilai yang ditentukan ,
beberapa faktor dibawah ini yang menjadi faktor rendahnya kinerja guru
antara lain:
a) Faktor lingkungan, b) Kurangnya motivasi, c) Kurangnya keterampilan
dan pengetahuan
2. Menemukan materi pembelajaran. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
menemukan materi pembelajaran dapat dicari melalui internet dan sumber
23

sumber lain yang tersedia. Selanjutnya informasi yang diperoleh dari


sumber di tulis kembali untuk mengetahui ketersediaan bahan ajar. Setelah
menemukan bahan ajar tersebut anda dapat menganalis bahan ajar tersebut
layak digunakan dengan kesimpulan akhir sebagai berikut: a) Mengadopsi
jika bahan tersebut memenuhi tujuan, b) Mengadopsi dan memodifikasi
bahan ajar agar memenuhi kebutuhan c) Menolak bahan ajar tersebut, jika
bahan ajar tersebut tidak sesuai dengan standar dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan, maka guru perlu mengembangkan materinya sendiri.
Secara umum cakupan bahan ajar meliputi: a) Judul, Mata
pembelajaran, Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tempat; b)
Petujuk pembelajaran (petujuk siswa/guru); c) Tujuan yang akan dicapai; d)
Informasi pendukung; e) Latihan – latihan; f) Petujuk kerja; g) Penilaian.
Adapun jenis-jenis bahan ajar yaitu:
1) Bahan cetak, seperti: handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart;
2) Audio, seperti: radio, kaset, CD audio, PH;
3) Audio visual, seperti: video/film, VCD;
4) Visual, seperti: foto, gambar, model/maket;
5) Multimedia, seperti: CD interaktif, computer based , Internet.
b. Analisis Siswa (Learner Analysis)
Kegiatan analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang
sesuai dengan rancangan dan pengembangan bahan pembelajaran. Karakteristik
yang perlu di analisis meliputi:
1. Kompetensi peserta didik. Hal yang perlu dianalisis untuk mengetahui
kompetensi peserta didik yaitu:
a. Pada tingkat apa pengetahuan peserta didik saat ini
b. Keterampilan peserta didik di bidang subjek
c. Pengalaman latar belakang apa yang dilakukan peserta didik miliki di
bidang subjek
a. Apakah peserta didik cenderung memiliki konsepsi yang salah di bidang
subjek
24

2. Sikap. Hal yang perlu dianalisis untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap materi pelajaran yaitu:
a. Bagaimana sikap umum peserta didik melakukan kegiatan pada materi
pelajaran
b. Apakah ada subtopik dalam konten yang cenderung dirasakan positif atau
sangat negatif bagi peserta didik
c. Preferensi untuk format pengajaran dan media apa yang dimiliki peserta
didik
3. Bahasa. Hal yang perlu dianalisis untuk mengetahui bagaimana bahasa yang
digunakan peserta didik yaitu:
a. Bagaimana tingkat bahasa peserta didik
b. Berapa banyak terminologi khusus dalam kosakata mereka
c. Preferensi untuk gaya bahasa apa (misalkan percakapan atau ilmiah) yang
dimiliki peserta didik
4. Keterampilan Alat. Hal yang perlu dianalisis untuk mengetahui keterampilan
alat peserta didik yaiitu:
a. Apakah peserta didik memiliki persepsi sensorik kekurangan yang akan
membutuhkan perhatian khusus
b. Bisakah peserta didik menangani bahan dan peralatan pembelajaran

Cruickshank mengemukakan beberapa karakteristik umum siswa yang


perlu mendapatkan perhatian dalam mendesain proses atau aktivitas pembelajaran,
yaitu: (1) kondisi sosial ekonomi, (2) faktor budaya, (3) jenis kelamin, (4)
partumbuhan, (5) gaya belajar dan (6) kemampuan belajar. Semua karakteristik
yang bersifat umum perlu dipertimbangkan dalam menciptakan proses belajar

yang dapat membantu individumencapai kemampuan yang optimal. Karakteristik


umum pada dasarnya menggambarkan tentang kondisi siswa seperti usia, kelas,
pekerjaan, dan gender.
Beberapa teknik informal untuk melakukan analisis pelajar antara lain
adalah :
1) Mengingat karakteristik siswa berdasarkan pengalaman mengajar
25

2) Wawancara dengan guru


3) Literatur penelitian
4) Wawancara dengan pelajar
5) Tes kriteria.
c. Analisis Tugas (Task Analysis)
Kegiatan analisis tugas mengidentifikasi keterampilan utama yang
dibutuhkan dan menguraikan kedalam keterampilan-keterampilan yang lebih
khusus, perlu dan cukup. Analisis ini memastikan ulasan yang menyeluruh
tentang tugas dan materi pembelajarannya. Analisis tugas dapat membantu guru
dalam menentukan media, instrumen pengukuran dan desain materi yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Langkah-langkah dalam analisis tugas aktual
meliputi:
a. Menentukan tugas utama. Langkah ini membutuhkan pernyataan
komprehensif dari tujuan tugas dan harus menunjukkan keterampilan yang
akan dicapai setelah menyelesaikan instruksi dan situasi dimana
keterampilan akan digunakan.
b. Mengidentifikasi subtugas pada tingkat sebelumnya. Pada langkah ini di
identifikasi keterampilan apa yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk
menjalankan tugas utama. Sampel tugas utama di pecah menjadi sampel sub
tugas dari tes dan menafsirkan hasilnya.
c. Perlakukan setiap subtugas sebagai tugas utama, dan ulangi prosedur
analitis.
d. Hentikan analisis ketika subtugas mencapai tingkat pelatihan guru.

Menyelesaikan analisis tugas. Ketika analisis selesai siapkan semua tugas


dalam daftar dan tinjauan dengan seksama untuk memasikan bahwa subtugas
yang memadai dan perlu di masukkan. Kita mengklarifikasikan item analisis tugas
dalam hal kategori “relevan”, “relevan-tapi-sepele” dan “penting”. Adapun jenis-
jenis tugas peserta didik di sekolah yaitu:
1) Tugas membuat rangkuman
2) Tugas membuat makalah
26

3) Menyelesaikan soal
4) Tugas mengadakan observasi
5) Tugas mempraktekkan sesuatu
6) Tugas mendemonstrasikan observasi
Dalam memberikan tugas kepada siswa perlu memperhatikan prinsip
berikut ini:
1) Tujuan penugasan
Pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar
yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama
melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu
menjadi lebih terintegrasi.
2) Bentuk pelaksanaan tugas
Bentuk pelaksanaan tugas yaitu siswa dapat menyelesaikan tugas baik
secara individu atau kelompok.
3) Manfaat tugas
Manfaat tugas adalah untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang
diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab
akan tugas yang diberikan
4) Bentuk Pekerjaan
5) Tempat dan waktu penyelesaian tugas
6) Memberikan bimbingan dan dorongan
7) Memberikan penilaian
d. Analisis Konsep (Concept Analysis)
Kegiatan analisis konsep ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci dan
menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan di ajarkan
berdasarkan analisis awal-akhir. Analisis ini membantu mengidentifikasi
seperangkat contoh yang rasional dan contoh yang tidak ada untuk digambarkan
dalam pengembangan bahan ajar. Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan
telaah terhadap materi berdasarkan kurikulum yang sedang digunakan. Analisis
materi ini menjadi dasar merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran.
e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran (Specifying Intructional Objectives)
27

Spesifikasi tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversi tujuan


dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang
dinyatakan dengan tingkah laku. Perincian tujuan pembelajaran khusus tersebut
merupakan dasar dalam penyusunan tes hasil belajar dan rancangan perangkat
pembelajaran. Secara berurutan mereka memberikan garis besar materi, waktu
pengembangan, dan alokasi sumberdaya yang dibuat sesuai dengan jumlah dan
tujuan kompleksitas relatif masing-masing. Sifat tujuan juga erupakan faktor
terpenting dalam pemilihan format dan media dan format pembelajaran. Dalam
desain materi pembelajaran, tujuan memberikan bukti yang menguatkan relevansi
konten dan instruksional. Satu set tujuan yang disusun dalam urutan yang sesuai
menjadi komponen paling penting dalam paket pengajaran.
Dalam satu paket pengajaran siswa hana diberikan seperangkat tujuan
dan dipercayakan dengan tanggungjawab untuk mencapainya. Tujuan membentuk
dasar penyusunan tes kriteria pada gilirannya memberikan kontrol berkuaitas
selama pengembangan bahan ajar. Tujuan juga berguna untuk proses penyebaran
materi pengajaran. Tujuan tidak diciptakan secara sembarangan , mereka
diturunkan dari analisis tugas dan konsep pembelajaran. Langkah-langkah dalam
merumuskantujuan yaitu:
1. Tentukan perilaku akhir siswa atau hasil akhir yang harus dihasilkan.
Komponen yang paling penting dari tujuan perilaku adalah spesifikasi
perilaku akhir yang diharapkan dari guru yang dilatih sebagai hasil instruksi.
2. Tunjukkan kisaran situasi dimana siswa akan melakukan.
3. Tentukan bahan referensi, alat bantu, dan perlengkapan yang mungkin atau
tidak mungkin digunakan oleh peserta didik.
4. Tunjukkan standar untuk kinerja yang dapat diterima oleh siswa untuk
produk-produknya.
5. Tentukan batas waktu siswa untuk melakukan atau menyelesaikan
kinerjanya.
28

Analisis Awal- Analisis Analisis Tugas Analisis Konsep Spesifikasi Tujuan


Akhir Siswa Pembelajaran

Gambar 2.2. Lima langkah pada tahap Define (Pendefenisian)

2. Perencanaan (Design)
Tujuan dari tahap design ini adalah merancang perangkat pembelajaran,
sehingga diperoleh prototipe (contoh perangkat pembelajaran). Tahap ini dimulai
setelah ditetapkan tujuan pembelajaran khusus. Tahap perencanaan terdiri dari
empat langkah pokok yaitu penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format
dan perancangan awal, (desain awal). Keempat kegiatan ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Penyusunan Tes (Criterion Test Construction)
Dasar dari penyusunan tes adalah analisis tugas dan analisis konsep yag
dijabarkan dalam spesifikasi tujuan pembelajaran. Tes yang dimaksud adalah tes
kemampuan. Untuk merangsang tes hasil belajar siswa dibuat kisi-kisi tes. Tes
dapat digunakan untuk menunjukkan efektifitas bahan ajar dan pengukuran
pelatihan guru.
b. Pemilihan Media (Media Selection)
Kegiatan pemilihan media dilakukan untuk menetukan media yang tepat
untukpenyajian materi pembelajaran. Beberapa media yang berpotensi gigunakan
sebagai media ntara lain adalah rekam audio, media cetak, slide, gambar bergerak,
kaset vidio, benda nyata, potongan film. Proses pemilihan media memiliki
beberapa pertimbangan menurut Thiangarajan diantaranya: 1) Fasilitas, apakah
fasilitas tersedia secara lokal? Atau harus pergi ketempat lain?. 2) Kemampuan,
apakah pengembang memiliki keterampilan untuk mengoperasikan media yang
digunakan? 3) Biaya, seberapa mahal produksi media? Apakah anggaran
mengizinkan? 4) Kualitas teknis, 5) Pengujian perkembangan, masalah apa yang
akan di hadapi saat menggggunakan media?. Proses pemilihan media yang
29

disesuaikan dengan hasil analisis tugas dan analisis konsep serta karakteristik
siswa .
c. Pemilihan Format (Format Selection)
Pemilihan format dan pengembangan perangkat pembelajaran mencakup
pemilihan format untuk merancang isi, pemilihan strategi pembelajaran dan
sumber belajar.
d. Perancangan Awal (Initial Design)
Rancangan awal yang dimaksud dalam tulisan ini adalah rancangan
seluruh kegiatan yang harus dilakukan sebelum ujicoba dilaksanakan. Adapun
rancangan awal perangkat pembelajaran yang akan melibatkan buku, guru, dan
lembar validasi perangkat pembelajaran.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Tujuan tahap pengembangan adalah untuk menghasilkan produk
pengembangan adalah untuk menghasilkan produk pengembangan perangkat
pembelajaran yang telah direvisi berdasrkan masukan para ahli dan data yang
diperoleh dari uji coba. Kegiatan pada tahap ini adalah penilaian para ahli dan uji
coba lapangan.
a. Penilaian Para Ahli
Penilaian para ahli ini meliputi validitas isi (content validity) yang
mencakup semua perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada tahap
perencanaan (Design). Hasil validasi para ahli digunakan sebagai dasar
melakukan revisi dan penyempurnaan pertangkat pembelajaran. Secara umum
validasi mencakup:
1. Isi perangkat pembelajaran, apakah isi perangkat pembelajaran sesuai
dengan materi pelajaran dan tujuan yang di ukur.
2. Bahasa, apakah kalimat pada perangkat pembelajaran menggunakam bahasa
indonesia yang baik dan benar, apakah penyajian tidak menimbulkan
penafsiran ganda?
3. Penyajian.
b. Uji Coba Lapangan (Developmental Testing)
30

Uji coba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan secara langsung


dari lapangan terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun. Ada tiga uji
coba yang dilakukan dalam pengembangan, yaitu kelompok perorangan, uji
kelompok kecil, dan uji kelompok terbatas. Dalam ujicoba akan dicatat semua
respon, reaksi, komentar dari guru, siswa dan dosen pengampu. Penelitian ini
hanya sampai pada uji coba pada kelompok kecil.
4. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Pada tahap ini terdapat tiga langkah, yaitu:
a. Uji validasi
Perangkat pembelajaran digunakan dalam kondisi reliabel.
b. Pengemasan
Dipilih prosedur dan distributor yang akan mengemas perangkat
pembelajaran dalam bentuk yang dapat diterima oleh pengguna.
c. Perangkat pembelajaran disebarkan dan diadopsi oleh pengguna
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat pembelajarann yang
telah dikembangkan pada skala yang lebih luas, misalnya dikelas lain oleh
guru lain. Tujuan darti tahap ini adalah untuk menguji efektivitas
penggunaan perangkat pembelajaran.
Model pengembangan perangkat pembelajaran Thiangarajan mempunyai
prosedur pelaksanaan yang jelas dan sistematis. hal ini terlihat dari masing-masing
tahap pengembangan diuraikan secara jelas kegiatan yang akan dilakukan dalam
melaksanakan pengembangan perangkat pembelajaran. Selain itu pengembangan
perangkat pembelajaran mendapat nilai dari pakar pada saat melalui tahap
validasi.
Rancangan penelitian yang terdiri dari empat tahapan, yaitu Define
(pendefenisian), Design (perancangan), Development (pengembangan), dan
Dissemination (diseminasi). Penelitian ini hanya akan sampai pada tahap
Development (pengembangan).
31

2.1.5. Penelitian Terdahulu


Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil
.
1. Dita Dwi Pengembanga LKPDFisika kelas X materi
Ningrum Lembar Kegiatan elastisitas yang
NIM.4141121013 Peserta Didik dikembangkan oleh peneliti
(LKPD) Fisika mendapat kriteria sangat
Berbasis Starter layak berdasarkan kriteria
Experiment kelayakan sesuai dengan
Approach (SEA) Di kebutuhan starter Experiment
Kelas XI Semester I Approach menurut ahli
SMA materi, ahli pembelajaran dan
SwastaISTIQLAL ahli desain,fisika dan uji
Delitua T.A kelompok keci guru dengan
2018/2019 persentase kelayakan oleh
ahli materi 91,07%, menurut
ahli pembelajaran 97,72 %
dan ahli desain 80%,menurut
penilaian guru fisika 90
%dan uji coba kelompok
kecil mendapat tanggapan
respon siswa sebesar 81,71%
dengan kriteria sangat baik
dan LKPD bebasis Starter
Experiment Approach dapat
meningkatkan aktivitas
belajar.
2. Wardinsen Pengembangan LKPD berbasis berbasis
Situmorang Lembar Kerja inkuiri terbimbing pada sub
NIM.4141141075 Peserta Didik materi uji kandungan zat
(LKPD) berbasis makanan kelas XI SMA/MA
Inkuiri Terbimbing mendapat nilai 93,75% dan
Pada Sub Materi Uji 93,75 % tergolong kategori
Kandungan Zat yang sangat baik, dan respon
Makanan Di SMA guru dan siswa sebesar 100%
N.1 Percut Sei Tuan dan 88,6 % dengan kriteria
T.P. 2017/2018 sangat dapat diterapkan.
3. Latifah Maharani Pengembangan Produk akhir LKPD
NIM.4141141035 Lembar Kerja berdasarkan tingkat
Peserta Didik kelayakan dikategorikan
Dengan Pendekatan sangat layak sebagai bahan
STEM 9Science, pendukung pembelajaran
Technology, biologi dengan validasi ahli
Engineering, materi dengan persentase
32

Mathematics) Untuk penilaian sebesar 89,5%, tim


Meningkatkan ahli pendidikan sebesar
Literasi Siswa Pada 92,5%, guru sebesar 96,35%
Materi Virus dan ujicoba lapangan pada
siswa kelas X IPA sebesar
90,375%.
4. Sonya Pengembangan LKS Efektivitas bahan ajar yang
Pangaribuan Berbasis Pendekatan dikembangkan pada uji coba I
NIM: Matematika Realistik efektif pada ketercapaian
4143311041 Untuk Meningkatkan tujuan pembelajaran, yaitu
Kemampuan hanya mencapai 71,42 %, dan
Pemecahan Masalah setelah dilakukan perbaikan
Pada Siswa SMP pada uji coba II 80 % siswa
Negeri 17 Medan memberika respon positif
T.A. 2017/2018 LKS yang telah
dikembangkan, sehingga LKS
efektif untuk digunakan dan
kemampuan pemecahan
masaah siswameningkat
sebesar 6,58 menjadi 80, dan
persentase siswa yang tuntas
meningkat dari 71,42% (pada
uji coba I) menjadi 87,87 %
(pada uji coba II)
5. Herman dan Pengembangan Model/kerangka acuan dalam
Aslim Lembar Kerja menulis LKPD berbasis
Peserta Didik SMA keterampilan proses sains
Berbasis meliputi (1) judul, (2)
Keterampilan Proses informasi umum (gambar,
Sains narasi), dan (3) rumusan
pertanyaan produktif yang
terdiri dari; pertanyaan
penyelidikan, pertanyaan
analisis, pertanyaan bahasan
(pembahasan), pertanyaan
(kesimpulan). Profil LKPD
fisika berbasis keterampilan
proses sains yang dihasilkan
telah memenuhi kriteria valid,
praktis dan efektif. Hasil
penilaian ahli dan praktisi
terhadap perangkat yang
dihasilkan berada pada
kategori sangat valid (nilai
rata-rata 3,70). dengan
reliabilitas percentange of
33

agreement (PA) = 100% dan


semua aspek dalam perangkat
memenuhi aspek keterbacaan,
dan keterlaksanaan dari
pengajar dan 83,33% siswa
memberi respon positif
terhadap LKPD.
6 Anis Tsalatsatul Pengembangan Hasil penelitian ini adalah 1)
Fathonah Lembar Kerja Siswa telah berhasil dikembangkan
(LKS) Fisika produk berupa LKS fisika
Berbasis Discovery berbasis discovery materi
Materi Pokok pokok hukum newton untuk
Hukum Newton siswa SMA kelas X; 2)
Untuk Siswa Sma kualitas LKS fisika berbasis
Kelas X. discovery materi pokok
hukum newton untuk siswa
SMA kelas X adalah sangat
baik (SB) berdasarkan
penilaian seorang ahli materi
dengan skor rata-rata 3,66
dan persentase 90,83% dari
skor ideal, baik (B)
berdasarkan penilaian
seorang ahli media dengan
dengan skor ratarata 2,95 dan
persentase 78,81% dari skor
ideal, dan sangat baik (SB)
berdasarkan penilaian 3 guru
fisika SMA dengan skor rata-
rata 3,34 dan persentase
79,72%; dan 3) Respon siswa
pada uji coba terbatas dan uji
coba luas mendapatkan
respon Setuju (S) dengan skor
rata-rata 3,09 dan 3,12
dengan persentase 75,90%
dan 78,17%.
7 Jurubahasa Pengembangan (1) seperangkat lembar
Sinuraya dkk Perangkat kegiatan mahasiswa berbasis
(2014) Pembelajaran masalah (LKMBM) Fisika
Berbasis Masalah Umum II yang ditata dalam
Untuk Peningkatan 10 komponen, yaitu: (a)
Capaian Kompetensi judul kegiatan, (b) tujuan
Fisika Umum II pembelajaran, (c)
Mahasiswa Prodi permasalahan, (d) hipotesis,
Pendidikan Fisika (e) pengumpulan data, (f)
34

FMIPA Universitas pembahasan, (g) simpulan,


Negeri Medan (h) daftar pustaka, (i)
lampiran, dan (j) tes
kompetensi; 2) hasil uji coba
LKMBM beserta perangkat
pendukungnya dengan
melibatkan para ahli dan
mahasiswa sebagai
pengguna LKMBM, secara
keseluruhan sudah
memberikan penilaian yang
baik, layak digunakan dalam
perbaikan pembelajaran
fisika umum.

Adapun hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian


sebelumnya adalah materi pokok dan tempat penelitiannya. Materi yang akan
dipakai dalam penelitian ini adalah Momentum, Impuls, dan Tumbukan,
sedangkan tempat penelitian akan diadakan di kelas X SMA Swata Parulian i 1
Medan Tahun Pelajaran 2018/ 2019.
2.2. Kerangka Konseptual
Berdasarkan observasi yang dilakukan LKPD yang digunakan adalah
LKPD yang beredar di pasaran yaitu LKPD yang hanya berisi ringkasan materi
dan soal-soal. LKPD yang diperoleh dari penerbit masih menggunakan metode
belajar konvensional, hal demikian membuat siswa tidak dapat melakukan
eksperimen untuk menemukan pengetahuan baru dengan sendirinya sehingga
proses pembelajaran tidak efektif dan efisien. Dalam penggunaan LKPD
konvensional di sekolah akan menciptakan suasana belajar yang monoton dan
siswa akan merasa bosan mengikuti pelajaran.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) adalah merancang Lembar Kegiatan
Peserta Didik (LKPD) yang menarik, berbasis penemuan dan penyelidikan yang
melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran lebih berpusat kepada siswa bukan berpusat pada guru. LKPD yang
dimaksud adalah LKPD berbasis inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah
35

model pembelajaran yang pada pelaksanaannya guru menediakan bimbingan atau


petunjuk yang cukup luas kepada peserta didik. Sebagian perencanaannya dibuat
oleh guru, peserta didik tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam inkuiri
terbimbing guru bertindak sebagai organisator dan fasilitator. Inkuiri terbimbing
merupaka model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dengan merancang dan menemukan sendiri konsep-konsep fisika akan membuat
materi tersebut lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa.
Dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
kegiatan pembelajaran di LKPD, bisa meningkatkan aktivitas belajar siswa sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013 yang mengamanatkan pengalaman belajar 5 M,
serta mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk mengumpulkan
informasi dan mengajak siswa untuk berperan aktif dalam menggali sendiri
konsep fisika, sehingga informasi yang diserap akan lebih bermakna, karena siswa
memiliki pengalaman secara langsung dan dapat meningkatkan hasil belajar fisika
siswa pada materi pokok momentum impuls dan tumbukan.

Anda mungkin juga menyukai