Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Implementasi Kebijakan Grindle

Implementasi kebijakan merupakan salah satu rangkaian atau proses dari

kebijakan publik. Salah satu model implementasi kebijakan yang dapat

dipraktikkan dalam penyelenggaraan pemerintahaan yakni model yang

kemukakan oleh Merille S. Grindle.Grindle dalam Wahab menjelaskan

implementasi merupakan aspek yang penting dari keseluruhan kebijaksanaan.39

Disamping itu, menurut Nugroho ide dasar implementasi kebijakan menurut

Grindle yakni setelah kebijakan melalui proses transformasi, maka implementasi

kebijakan dilakukan.40Grindle dalam Winarno juga menyatakan bahwa secara

umum tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan yang memudahkan

tujuan-tujuan kebijakan dapat direalisasikan sebagai dampak dari kegiatan

pemerintah.41 Dengan demikian implementasi kebijakan merupakan suatu proses

yang dilakukan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Implementasi kebijakan

berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan dari kegiatan yang diselenggarakan oleh

pemerintah dan berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan dari kebijakan

tersebut.

39
Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
Negara. Jakarta : Bumi Aksara hlm 59
40
Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
41
Masriani. 2017. Implementasi kebijakan tentang perlindungan anak (studi kasus anak-anak
pengemis di Kecamatan Mandau). Jurnal Online Mahasiswa Fakaultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Riau. Hal 5

22
Grindle memperkenalkan model implementasi kebijakan sebagai proses

politik dan administrasi. Model tersebut menggambarkan proses pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh beragam pemangku kepentingan, dimana keluaran

akhirnya ditentukan oleh materi program ataupun melalui interaksi para pembuat

keputusan dalam konsteks administrasi. Proses politik dapat terlihat melalui

proses pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai aktor dalam kebijakan

tersebut, sedangkan proses administrasi terlihat pada proses umum mengenai aksi

administratif yang bisa dilihat pada tingkat program.42Tujuan implementasi

kebijakan diformulasikan kedalam suatu program atau proyek yang dirancang

serta telah dibiayai.Implementasi dapat dikatakan dapat memberikan pemahaman

yang komprehensif karena menyangkut beberapa aspek dalam kebijakan yakni

implementator, penerima implementasi, konflik yng mungkin terjadi diantara para

aktor implementasi dan sumber daya implementasi yang diperlukan.43

Model implementasi dari Grindle juga bersifat menyeluruh, karena tidak

hanya fokus pada aspek birokrasi sebagai pelaksana, tetapu juga fokus pada

kelompok sasaran.44Selain itu, menurut Grindle dalam teori implementasi

kebijakan, faktr-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan dapat

dilihat dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yakni tercapai atau tidaknya

tujuan yang ingin diraih.45Dilihat dari prosesnya, dengan merujuk pada apakah

42
Feis, Imronah. 2009. Implementasi Kebijakan: Perspektif, model dan kriteria Pengukurannya.
Hal. 6
43
Wanto, Alfi Haris dan Arfi Ali Syahbana. 2017. Implementasi program Banyuwangi Mengajar
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan (studi pada Dinas Pendidikan Kabupaten
banyuwangi). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP) Vol 3 No 2 Hal 154
44
Alfa, Lutfi. 2016. Implementasi program peningkatan ketahanan pangan (Studi pada Dinas
Pertanian Kabupaten Blitar). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP) Hal 51
45
Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta hlm 143

23
pelaksanaan kebijakan sudah sesuai dengan yang ditentukan (design) berdasarkan

pada aksi kebijakannya.Sementara dari tercapainya tujuan kebijakan dapat

mengacu pada dua faktor yakni dampak kepada masyarakat dan tingkat perubahan

yang terjadi pada penerima atau kelompok sasaran kebijakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa dalam

mewujudkan keberhsilan suatu implementasi kebijakan, maka suatu kebijakan

harus mengacu pada aturan menjadi panduan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Selain itu, berhasil tidaknya suatu kebijakan dapat dilihat dari dampak yang

diperoleh masyarakat dan adanya perubahan yang terjadi di masyarakat,

khususnya setelah memperoleh kebijakan tersebut.

Grindle menjabarkan bahwa dalam rangka mewujudkan keberhasilan

implementasi kebijakan perlu adanya sinergi tiga variabel atau faktor penting

yakni kebijakan tersebut, organisasi, dan lingkungan kebijakan. 46Hal ini perlu

diwujudkan agar melalui kebijakan yang tepat, maka kebijakan dapat berjalan

dengan optimal dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.Selain itu, proses

implementasi kebijakan ini sangat dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks

implementasi.47Isi kebijakan dalam teori Grindle terdiri atas kepentingan yang

mempengaruhi; tipe manfaat; derajat perubahan yang diinginkan; letak

pengambilan keputusan; pelaksana progam; dan sumber daya yang

dilibatkan.Sedangkan konteks implementasi mencakup hal-hal sepetti kekuasaan,

46
Akib, Haedar. Implementasi kebijakan: apa, mengapa, dan bagaimana. Jurnal Administrasi
Publik, Vol 1. Hal 3
47
Aneta, Asna. 2010. Implementasi kebijakan program penanggulangan kemiskinan perkotaan
(P2KP) di Kota Gorontalo. Jurnal Administrasi Publik. Vol 1 Hal 58

24
kepentingan dan strategi aktor yang terlibat; karakteristik lembaga penguasa; dan

tingkat kepatuhan dan daya tanggap.Maka dari itu berikut penjelasannya.

Tabel 2.1 Faktor-Faktor dalam Implementasi Kebijakan

Content of Policy Context of Implementation


(Implementasi Lingkungan)
(Isi Kebijakan)

1. Kepentingan yang memengaruhi 1.Kekuasaan, kepentingan, dan strategi


kebijakan aktor yang terlibat
2. Jenis manfaat yang akan
dihasilkan 2.Karakteristik lembaga dan penguasa
3. Derajat perubahan yang
3.Kepatuhan dan daya tanggap
diinginkan
4. Kedudukan pembuat kebijakan
5. Siapa pelaksana program?
6. Sumber daya yang dikerahkan
Sumber: Grindle dalam Nugroho, 2014:671

a. Isi kebijakan

1. Kepentingan yang mempengaruhi

Suatu kebijakan dalam pelaksanaan pasti melibatkan beberapa pemangku

kepentingan yang mana pemangku kepentingan inilah yang akan memberikan

pengaruh cukup besar terhadap jalannya kebijakan tersebut. Proses implementasi

kebijakan akan terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan baik individu maupun

kelompok.48 Kepentingan dalam suatu kebijakan ini muncul dari mulai proses

pendanaan, hingga pelaksanaan dari kebijakan itu sangat dipengaruhi oleh

kepentingan – kepentingan yang ada.

48
Budiono, Puguh. Implementasi kebijakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) di Kabupaten
Bojonegoro (Studi di Desa Ngringinrejo dan Kalitidu Kecamatan Kanor). Jurnal Politik Muda Vol
4 No 1 Hal 119

25
2. Tipe manfaat

Pada implementasi kebijakan berupaya ingin menimbulkan suatu manfaat

baik itu dampak positif maupun negatif yang nantinya akan diberikan pada hasil

akhir jalannya kebijakan tersebut. Dengan kata lain, manfaat kebijakan berupaya

untuk menunjukkan dan menjelaskan bahwa di dalam sebuah kebijakan harus

terdapat beberapa jenis manfaat yang membuat dan menghasilkan dampak positf

dari kebijakan yang telah dilaksanakan.49Manfaat kebijakan ini dapat menjadi

pendorong pelaksanaan kebijakan dan menjadi titik tujuan sebuah kebijakan

dilaksanakan.

3. Derajat perubahan yang ingin dicapai

Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Pada

point ini menjelaskan bahwa pada implementasi kebijakan harus memiliki suatu

ukuran perubahan yang jelas yang hendak pembuat kebijakan capai.Kebijakan

yang diimplementasikan berguna untuk adanya sebuah perubahan, sehingga

dalam suatu kebijakan tersebut harus memiliki target seberapa besar perubahan

yang dikehendaki dengan adanya kebijakan tersebut.50Karena bahwasanya

pembuatan kebijakan tersebut ditujukan memang untuk menyelesaikan suatu

permasalahan yang mana nantinya akan berwujud perubahan.

4. Letak pengambilan keputusan

Apsek ini merupakan adanya suatu penjelasan dimana letak suatu

pengambilan keputusan pada kebijakan yang nantinya akan

49
Trisnanti, Merista. 2014. Studi mengenai implementasi kebijakan program layanan referensi di
Perpustakaan Universitas Negeri Surabaya. Diakses dari htttp//journal.unair.ac.id. pada 23
Februari 2019
50
Loc.cit. Budiono.

26
diimplementasikan.Hal ini bertujuan untuk menghindari tumpang tindih dalam

pengambilan keputusan.Pada fase ini yang menjadi point sangat penting karena

setiap pengambilan keputusan diharapkan akan mampu menciptakan suatu

kebijakan yang memiliki manfaat serta arah perubahan yang jelas dari

pelaksanaan kebijakan tersebut.51

5. Pelaksana program

Dalam mengimplemetasikan suatu kebijakan harus memiliki suatu

pelaksana yang kompeten dan kapabel yang mana nantinya ini akan

mempengaruhi suatu keberhasilan dari implementasi kebijakan itu

sendiri.52Pelaksana program merupakan bagian panting dalam implementasi

kebijakan, karena menjalankan kebijakan agar tujuan kebijakan tersebut

terjadi.Bukan hanya pembuat kebijakan yang menjalankan kebijakan tersebut

tetapi bisa didukung semisalnya oleh masyarakat, swasta, LSM-LSM dan lainnya.

6. Sumber – sumber daya yang digunakan

Pada point ini sama dengan point sebelumnya yang mana pada

pelaksanaannya harus didukung oleh sumber – sumber daya yang mendukung

agar implementasinya berjalan baik.Sumber daya disini yang dimaksud tidak

hanya mencakup sumber daya manusia, namun juga hingga sumber daya sumber

daya lainnya.Dukungan sumber daya yang memadai bertujuan agar pelaksanaan

kebijakan dapat berjalan dengan baik, sehingga mencapai tujuan dari kebijakan

tersebut.53Selain itu, aspek sumber daya juga mengacu pada beberapa jenis

51
Subarsono.Agustinus.2010. Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi.Yogyakarta
Pustaka Pelajar.Hal. 93
52
Loc.cit. Agustino. Hal 144
53
Loc.Cit. Agustino

27
sumber daya lainnya seperti sumber daya anggaran dan fasilitas yang dapat

mendukug suatu pelaksanaan kebijakan.

b. Konteks implementasi

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi yang terlibat dalam pelaksanaan

kebijakan.

Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan pada para aktor-

aktor yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksana kebijakan.Dalam

sebuah kebijakan perlu untuk diperhitungkan mengenai kekuatan atau kekuasaan,

kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para aktor yang terlibat guna

melancarkan pelaksanaan suatu implementasi kebijakan.54 Karena dengan jika

adanya kekuatan satu aktor yang tidak seimbang dalam implementasi kebijakan

maka kebijakan tersebut akan bisa dikuasai oleh aktor yang memiliki kekuatan

yang lebih besar tadi.

2. Karakteristik lembaga

Lingkungan dimana suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh

terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari

suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.55 Serta regim yang

berkuasa akan berpengaruh pada implementasi kebijakan, karena tidak semua

kebijakan bisa berjalan dengan lancar jika kedua variable ini tidak terlalu

diperhatikan.Karakteristik lembaga juga merujuk pada lingkungan di mana suatu

kebijakan tersebut dilaksanakan juga memiliki pengaruh terhadap keberhasilannya

atau institusi/lembaga dimana pelaksanaan kebijakan tersebut diselenggarakan.

54
Loc.Cit. Merista Hal 4
55
Loc.Cit. Agustino

28
3. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

Hal ini yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan

adalah kepatuhan dan respon dari pelaksanaan, kepatuhan dan respon dari

pelaksana dalam menaggapi suatu kebijakan.Kepatuhan dan respon dari para

pelaksana juga dirasa menjadi sebuah aspek penting dalam proses pelaksanaan

suatu kebijakan, maka yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah

sejauhmanakah kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu

kebijakan.56Konsistensi dari pelaksana dalam implementasi kebijakan dirasa

cukup menunjang keberhasilan suatu implementasi kebijakan.

B. Teori Pelayanan Sektor Publik

1. Definisi Pelayanan Sektor Publik

Pelayanan sektor publik dapat disebut sebagai inti dari penyeleggaraan

pemerintahan. Hal ini dikarenakan salah satu fungsi pemerintah yaitu sebagai

penyedia pelayanan publik bagi warga atau masyarakatnya. Bahkan Dwiyanto

menyebutkan bahwa literatur terdahulu menyebutkan bahwa “what government

does is public service”.57Dengan kata lain, tugas dari pemerintah seyogyanya

merupakan upaya dalam melaksanakan pelayanan bagi masyarakat.Para ahli

memiliki ragam pemaknaan atau definisi terkait pelayanan publik.

Pelayanan publik memiliki beragam define atau makna. Pelayanan publik

secara sederhana dapat dimaknai sebgau suatu layanan yang disediakan oleh

pemerintah kepada warga negara atau masyarakat, baik secara langsung maupun

56
Loc.Cit. Merista Hal 5
57
Dwiyanto, Agus. 2015. Manajemen Pelayan Publik: Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Hal 14.

29
tidak langsung.58 Pelayanan publik dapat juga dilimpahkan wewenangnya oleh

pemerintah dengan dilaksanakan kepada pihak lain seperti masyarakat atau pun

pihak swasta. Selain itu, pelayanan publik juga dapat diartikasi sebagai kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai

bentuk tindakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang pelaksanaannya

berdasar pada ketentuan perundang-undangan.59Lebih lanjut, pelayanan publik

juga dapat dimaknai sebagai rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik guna memenuhi kebutuhan warga negara atau

masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.60Dengan

kata lain, suatu pelayanan publik dalam pelaksanaanya harus mengacu pada aspek

regulasi yang telah mengatur. Sehingga pelayanan dapat berjalan dengan baik dan

mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Penyediaan layanan yang dilakukan oleh pemerintah secara langsung

dilaksanakan melalui istilah yang disebut public sector atau sektor publik, yakni

badan-badan pemerintah, kantor pos, sekolah milik pemerintah, perusahaan listrik

milik pnerintah, rumah sakit milik pemerintah, dan seterusnya. 61Penyediaan

layanan oleh pemerintah bertujuan agar tidak timbul penyalahgunaan.Akan tetapi,

pemerintah harus menunjukkan sikap profesionalisme dalam rangka melakukan

perannya dalam menyelenggarakan suatu pelayanan publik.

58
Putra, Fadhilla. 2012. New Public Governance. Malang UB Press. Hal 32
59
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN Hal 22.
60
Warsito, Herfina Tedjo. 2016. Implementasi program e-kios sebagai inovasi pelayanan publik
berbasis teknologi informasi di Kelurahan Kebraon Kota Surabaya. Jurnal kebijakan dan
Manajemen Publik. Vol 4 No 2 Hal 9
61
Loc.Cit. Hal 62

30
Secara regulasi, penyelenggaraan pelayanan publik telah didukung dengan

adanya Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Kebijakan

ini mengharuskan bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan atau serangkaian

kegiatan dalam rangka pemnuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang dan jasa

serta pelayanan administratif.62Mengacu pada pendapat ini, pelayanan publik

memuat penyedian kebutuhan masyarakat dalam konteks barang dan jasa serta

pelayanan dibidang keadministrasian.Pelayanan publik yang dilakukan oleh

pemerintah harus mampu mewujudkan kepuasan dari masyarakat, agar tidak

terjadi penurunan kepercayaan dari masyarakat kepada pemerintah dan cenderung

memutuskan untuk mengakses pelayanan melalui sektor lain, yakni sektor swasta.

2. Asas-Asas Pelayanan Publik

Penyelenggaran pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah untuk

memenuhi kebutuhan masyarajat haruslah memiliki suatu asas.Hal ini

dimaksudkan agar pelayanan yang diberikan dapat terlaksana dengan berkualitas

dan memberi kepusasan kepada masyarakat.oleh karena itu, Ratminto dan

Winarsihmenyebutkan bahwa dalam penyediaan pelayanan publik organisasi

sektor publik atau pemerintah perlu memperhatikan beberapa asas yang yakni

meliputi empati terhadap customers atau pelanggan; pembatasan prosedur;

kejelasan tata cara pelayanan; minimalisasi persyaratan pelayanan; kejelasan

kewenangan; transparansi biaya; kepastian durasi; dan minimalisasi

62
Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Pasal 1

31
formulir.63Kesembilan asas-asas tersebut menjadi nilai-nilai yang sangat penting

dalam penyediaan pelayanan publik bagi masyarakat.

Oleh karena itu, untuk menjalankan asas-asas pelayanan publik agar dapat

berjalan optimal, penyedia pelayanan publik yakni pemerintah harus berusaha

untuk mengutamakan pelanggan atau masyarakat dengan memberi pelayanan

yang raham, sopan, dan tidak diskriminatif. Di samping itu, pelayanan harus

bersifat cepat dan segera disampaiakan kepada masyarakat serta memiliki

kejelasan informasi terkait proses atau alur ,biaya, dan durasi waktu

pelayananagar masyarakat dapat mengakses pelayanan dengan mudah. Bahkan

dalam penyediaan pelayanan sedapat mungkin pemerintah berusaha untuk

meminimalisir berkas atau formulir pelayanan yang salah satunya yakni dengan

memanfaatkan teknologi informasi.

3. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik

Penyediaan pelayanan publik perlu mempertimbangkan dan

memperhatikan beberapa prinsip-prinsip.Hal ini juga perlu dilakukan agar

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat berjalan secara

optimal.Sujardimemaparkan beberapa prinsip penyediaan pelayanan publik yakni

meliputi kesederhanaan; kejelasan; kepastian tepat waktu dalam penyediaan

pelayanan; akurasi; pelayanan tidak diskriminatif; kemudahan akses; kelengkapan

saran dan prasarana; kejujuran; dan kecermatan.64Prinsip-prinsip pelayanan publik

merupakan hal-hal yang utama yang perlu dijalankan dalam penyedian pelayanan

63
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hal
246
64
Surjadi. 2012. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: Reifika Aditama. Hal 65

32
publik, sehingga masyarakat dapat menerima pelayanan dengan puas dan

menjamin kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.

Prinsip-prinsip pelayanan publik menjamin agar pelayanan yang diberikan

memiliki prosedur yang tidak rumit dan memiliki kejelasan dari segi informasi

terkait persyaratan teknis pelayanan, mekanisme, biaya, dan waktu

pelayanan.Beberapa prinsip-prinsip ini memiliki kesamaan dengan aspek asas-

asas dalam pelayanan publik. Selain itu, prinsip pelayanan publik juga menjadin

bahwa produk layanan yang diberikan akan tepat sasaran dan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Pelayanan publik juga harus mencermati terkait

kemudahaan askes layanan bagi masyarakat.Hal ini dapat dilihat dari lokasi yang

terjangkau dan pemanfaatan teknologi.Sehingga dukungan sarana dan prasarana

yang memadai sangatlah penting.Sedangkan dari segi petugas pelayanan harus

mampu bersikap secara jujur, cermat dan teliti, serta tidak diskriminatif dalam

memberikan layanan.Agar dalam pemberian pelayanan tidak terjadi kesalahan dan

menunjukkan bahwa pelayanan diberikan secara adil bagi tiap masyarakat tanpa

memandang aspek apapun.

4. Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan atau penyediaan pelayanan publik harus memiliki

suatu standar sebagai acuan dan panduan dalam pelayanan. Standar pelayanan

publik perlu disosialisasikan atau dipublikasikan agar publik atau masyarakat

dapat mengetahui mengenai proses dan bentuk pelayanan publik yang disediakan.

Menurut Surjadi standar pelayajan publik, sekurang-kurangnya meliputi prosedur

pelayanan; waktu penyelesaian, biaya pelayanan; produk pelayanan; sarana dan

33
prasaranan; dan kompetensi petugas pemberi pelayanan.65Standar pelayanan

publik merujuk pada suatu ukuran yang telah ditentukan oleh penyedia layanan

publik sehingga dalam pelaksanaannya wajib dipatuhi oleh pemberi dan atau

penerima pelayanan.

Dalam penyediaan pelayanan publik prosedur pelayanan berlaku bagi

pemberi dan penerima pelayanan serta termasuk proses pengaduan. Dalam

konteks waktu penyelesaian, harus ditetapkan waktu yang meliputi proses sejak

saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk

pengaduan. Di samping itu, biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang

ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan harus bersifat jelas.Sementara itu,

produk layanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.Pelayanan juga harus didukung sarana dan prasarana yang memadai

serta sumber daya manusia pelakasana yang profesianal dengan memiliki

keterampilan dan kemampuan yang tepat sesuai dengan bidangnya.

C. Kebijakan Administrasi Kependudukan

1. Definisi Administrasi Kependudukan

Kebijakan administrasi kependudukan pada awalnya di atur dalam

Undang-Undang administrasi kependudukan No 23 tahun 2006.Namun kebijakan

tersebut diganti atau diperbarui dengan Undang-Undang No 24 tahun 2013

tentang Administrasi Kependudukan.Di dalam kebijakan tersebut, kependudukan

berasal dari kata penduduk yang memiliki arti yaitu orang yang tinggal di daerah

tersebut atau orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dalam

65
Ibid Surjadi Hal 69

34
proses administrasi kependudukan dilakukan upaya pendataan kependudukan.

Penduduk di suatu daerah yang terus mengalami perkembangan atau bersifat

dinamis. Menurut Undang-undang No 24 tentang Administrai Kependudukan:

“Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan


penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui
pendaftaran penduduk, pencatatan pipil, pengelolaan informasi
administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan
publik dan pembangunan sektor lain.”66

Pendapat ini menyebutkan dengan jelas bahwa administrasi kependudukan

merupakan upaya pemerintah untuk mengelola dokumen dan data kependudukan

melalui pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Administrasi kependudukan

juga memliki korelasi atau hubungan dengan proses pelayanan publik dibidang

lainnya. Aspek ini mengindikasikan pentingnya administrasi kependudukan yang

tepat dan optimal dari pemerintah sebagai penyedia atau penyelenggara pelayanan

punblik khususnya di bidang administrasi kependudukan sebagai salah satu

bentuk pelayanan umum bagi masyarakat.

Disamping itu Undang-undang No 24 tahun 2013 tentang Administrasi

Kependudukan juga menjelaskan mengenai beberapa hal sebagai berikut ini:

“Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang


terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.Sedangkan dokumen kependudukan adalah dokumen
resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan
hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan
pendaftaran penduduk dan pencatatan Sipil.67

Administrasi kependudukan berkaitan erat dengan data kependudukan dan

dokumen kependudukan yang menjadi instrumen dalam pengelolaan dan

66
Undang-Undang No 24 Tahun 2014 Tentang Administrasi Kependudukan pasal 1
67
Ibid

35
administasi kependudukan.Administasi kependudukan dilaksanakan dalam rangka

pendataan kependudukan yang meliputi pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil. Sedangkan, dokumen kependudukan merupakan dokumen resi dari proses

pendataan kependudukan dan pencataan sipil. Administrasi kependudukan

berguna dalam pengelolaan data mengenai penduduk dan penerbitan dokumen

tentang penduduk yang tinggal di suatu daerah.

Setiap kejadian penting yang dialami oleh penduduk harus di catat dalam

sistem registrasi penduduk. Rusli mengungkapkan bahwa sistem registrasi

pendudukan adalah sistem registrasi yang dipelihara penguasa setempat, di mana

biasanya dicatat setiap kelahiran, kematian, adopsi, perkawinan, perceraian,

perubahan pekerjaan, perubahan nama, dan perubahan tempat tingga.”68Sistem

registrasi kependudukan yang memliputi kegiatan kependudukan dan pencatatan

sipil. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain kelahiran, kematian, adopsi,

perkawinan, perceraian, perubahan pekerjaan, perubahan nama, dan perubahan

tempat tinggal. Dalam prosesnya, pelaksanaan administrasi kependudukan

merupakan tanggung jawab pemerintah daerah bersema lembaga di bawahnya

seperti Desa atau kelurahan bahkan sampai pada tingkat Rukun Warga (RW) dan

Rukun Tetangga (RT).

Administrasi kependudukan di Indonesia melayani dua hal antara lain

pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatan sipil.

“Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan


atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan
administrasi kependudukan serta penerbitan dokumen Kependudukan
berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.Sedangkan

68
Rusli, Said. 1996. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES. Hal 38

36
Pencatatan sipil merupakan pencatatan peristiwa penting yang dialami
oleh seseorang dalam pendaftaran pencatatan sipil pada instansi
pelaksana.”69

Pendaftaran penduduk meliputi pendataan kependudukan dan penerbitan

dokumen kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP). Di lain sisi,

pencatatan sipil merupakan pelayanan pemerintah dalam mecatatat perisitiwa

penting yang di alami oleh masyarakat seperti surat keterangan kelahiran,

kematian, dan surat pernikahan serta perceraian.

Namun dari sekian identitas kependudukan masih belum terdapat identitas

kependudukan yang secara khusus diperuntukkan bagi anak.Identitas

kependudukan masih diperuntukkan oleh penduduk berusia 17 tahun ke atas.Hal

ini menunjukkan bahwa pemerintah masih bwlum terlalu memperhatikan

pentingnya keberadaan kartu identitas khusus bagi anak.

2. Program Kartu Identitas Anak

Dalam penyelenggaran pemerintahan pemerintah selain membuat dan

melaksanakan kebijakan, juga membuat suatu program yang merupakan turunan

dari kebijakan yang bersifat general atau umum.Lebih lanjut program dapat

didefinisikan sebagai suatu jenis rencana yang jelas dan konkret karena di

dalamnya sudah tercantum sasaran, kebijakan, prosedur, anggaran, dan waktu

pelaksanaan yang ditetapkan.70Disamping itu, berdasarkan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa

program adalah instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga untuk mencapai sasaran dan

69
Loc.cit Pasal 1
70
Hasibuan, Malayu S P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakrta: Bumi Aksara. Hal 72

37
tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang

dikoordinasikan oleh instansi masyarakat.71dengan demikian, program dapat

disebut sebagai wujud konkret dari kebijakan yang dikeuarkan oleh pemerintah

yang didalamnya sudah tercantumkan alokasi anggaran, sasaran, prosedur, dan

waktu pelaksanaan. Program dari pemerintah juga dapat dikerjakan bersama

dengan instansi lainnya dan masyarakat.

Salah satu program yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah yakni

menyangkut program pelayanan administrasi kependudukan.Pemerintah

merupakan pihak yang menjadi penyelenggaran dan penyedia pelayanan

administrasi kependudukan.Pelayanan administrasi kependudukan oleh

pemerintah biasanya dilakukan dalam bentuk kebijakan atau program. Salah satu

program yang dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah yakni

program Kartu Identitas Anak.

Program Kartu Identitas Anak (KIA) merupakan program yang

dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka pemberian identitas kependudukan

kepada anak untuk mendorong peningkatan pendataan, perlindungan dan

pelayanan publik untuk mewujudkan hak terbaik bagi anak.Program KIA mulai

dilakukan di tahun 2016 dan didukung oleh adanya Peraturan Menteri Dalam

Negeri No 2 tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak.KIA merupakan identitas

resmi anak sebagai bukti diri anak yang berusia kurang dari 17 tahun dan belum

menikah dan diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

71
Undang Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 1

38
Kabupaten/Kota.72Program ini merupakan program dari Kementrian Dalam

Negeri yang diturunkan kepada Dinas terkait di Kabupaten atau Kota.

Penerbitan KIA dikategorikan menjad dua yakni anak di usia dibawah 5

tahun dan anak di usia 5 – 17 tahun dimana pada KIA anak berusia 5-17 terdapat

foto, sementara anak berusia 0-5 tahun tidak menggunakan foto.73 Oleh

karenanya dalam pelaksanaannya dibedakan dari sisi persyaratannya. Berikut ini

untuk lebih jelasnya mengenai persyaratan dalam pengurusan KIA perdasarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 2 tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak.

a. Dalam hal anak kurang dari 5 tahun sudah memiliki akta kelahiran tetapi

belum memiliki KIA, penerbitan KIA dilakukan setelah memenuhi

persyaratan:

1) fotocopy kutipan akta kelahiran dan menunjukan kutipan akta

kelahiran aslinya

2) KK asli orang tua/Wali

3) KTP-el asli kedua orang tuanya/wali.

b. Dinas menerbitkan KIA untuk anak usia 5 tahun sampai dengan usia 17

tahun kurang satu hari, dengan persyaratan:

1) fotocopy kutipan akta kelahiran dan menunjukan kutipan akta

kelahiran aslinya

2) KK asli orang tua/Wali

72
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 2 Tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak Pasal 1
73
Afrizal, Chandy. 2017. Pelaksanaan kebijakan pembuatan Kartu Identitas Anak di Kota Bandar
Lampung. Diakses dari htttp//jurnal.fh.unila.ac.id

39
3) KTP-el asli kedua orang tuanya/wali; dan d. pas foto Anak berwarna

ukuran 2 x 3 sebanyak 2 (dua) lembar.

Mengacu pada beberapa persyaratan di atas, maka dapat diketahui bahwa

pengurusan KIA juga membutuhkan peran serta atau respon positif dari orang

tua.Hal ini karena dalam pengurusannya masih mebutuhkan KTP orang

tua.Selain itu, karena KIA untuk usia 0-5 tahun yang tidak menampilkan foto,

juga tidak mensyaratkan adanya foto. Namun ketika, anak sudah berusia di atas 5

tahun, maka anak tersebut harus mengurus KIA baru sesuai dengan kelompok

umur yang telah ditentutkan.

40

Anda mungkin juga menyukai