Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN TRANSPORTASI

NAMA : SUSAN NATALIA SIHOMBING


NOTAR : XXV.1.045
KELAS : 4b/D IV TRANSPORTASI DARAT LANJUTAN

Cara Mengukur Efektifitas Kebijakan

Efektifitas kebijakan adalah kebijakan yang dapat dicapai secara tepat.


Mengukur efektivitas kebijakan atau rencana merupakan bagian penting dari
proses perencanaan manajemen sumber daya. Hal tersebut merupakan
kegiatan yang sedang berlangsung selama siklus perencanaan untuk menilai
seberapa baik proyek tersebut rencana berhasil. Pemantauan efektivitas
kebijakan membantu menentukan kebutuhan tindakan lebih lanjut, dan
kemungkinan perubahan serta perbaikan dalam pernyataan dan rencana
kebijakan, atau dalam tindakan atau dalam tindakan yang diambil untuk
menerapkannya.
Mengukur atau mengevaluasi efektivitas terhadap suatu kebijakan merupakan
sarana untuk menentukan seberapa baik pelaksanaan rencana atau kebijakan.
Mengukur efektivitas kebijakan dan perencanaan bersifat sistematis dengan
melibatkan pelacakan dan evaluasi seberapa baik implementasi kebijakan
menyelesaikan masalah yang diangkat. Evaluasi kebijakan biasanya terkait
dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut (The RMA Quality Planning
Resource, 2013:2-3) :
1. Apakah kebijakan atau rencana mencapai tujuannya? Bagaimana untuk
mengetahui hal tersebut?
2. Apakah lembaga pelaksana memberikan hasil yang diharapkan?
3. Apakah hasil (dampak) telah tercapai?
4. Seberapa efektif proses penyusunan dan implementasi kebijakan atau
rencana?
5. Apakah kebijakan atau rencana tersebut mencakup hal yang paling penting?
6. Apakah ada isu yang muncul yang tidak ditangani?
Para peneliti kebijakan telah lama menyelidiki kasus dimana kebijakan tidak
mencapai tujuan atau tidak dapat mewujudkan efektivitas. Kegagalan
kebijakan dapat dilihat melalui penilaian terhadap hasil implementasi. Hasil riset
Wallner (2008:422) menunjukkan faktor-faktor penyebab kegagalan kebijakan
diantaranya adalah definisi masalah yang tidak tepat, pemilihan instrumen
kebijakan yang buruk, keterbatasan pelaksana (kurang rasional), dan sumber
daya yang tidak mencukupi terutama uang dan waktu.
Secara umum, William N Dunn menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi
kebijakan sebagai berikut:
1. Efektivitas (apakah hasil yang diinginkan telah tercapai?);
2. Efesiensi (seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan?)
3. Kecukupan (seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan
masalah?)
4. Perataan (apakah biaya manfaat didistribusikan dengan merata kepada
kelompok-kelompok yang berbeda?)
5. Responsivitas (apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi,
atau nilai kelompok-kelompok tertentu?)
6. Ketepatan (Pertanyaan: apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar
berguna atau bernilai?)
Menurut Bambang Sunggono (1994), untuk dapat mengukur efektif atau
tidaknya suatu kebijakan dengan cara sebagai berikut :
1. Isi Kebijakan
Dimensi isi kebijakan ini mengenai kejelasan isi kebijakan, ketetapan intern
maupun ekstern dari kebijakan, kesempurnaan isi kebijakan, dan sumber
daya pelaksana kebijakan.
2. Informasi
Dimensi informasi ini mengenai kominikasi antar organisasi pelaksana dan
objek kebijakan dan informasi pada objek-objek kebijakan.
3. Dukungan
Dimensi dukungan ini meliputi kepentingan pribadi dan tujuan dari
pelaksana kebijakan, kesedian masyarakat terhadap kebijakan, dan
kepatuhan masyarakat.
4. Pembagian Potensi
Dimensi pembagian potensi ini mengenai tingkat diferensiasi tugas dan
wewenang, dan desentralisasi pelaksanaan kebijakan.
Pendapat lainnya menurut Riant Nugroho (2014) pada dasarnya terdapat “lima
tepat” yang perlu dipenuhi dalam hal keefektivan suatu kebijakan, yaitu :
1. Tepat Kebijakan
Ketepatan kebijakan dinilai dari sejauh mana kebijakan yang ada telah
bermuatan hal-hal yang memang memecahkan masalah yang hendak
dicapai.
2. Tepat Pelaksana
Aktor implementasi tidaklah hanya pemerintah, ada tiga lembaga yang
dapat menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, kerjasama antara pemerintah,
kerjasama antara pemerintah masyarakat/swasta atau implementasi
kebijakan yang diswastakan (privatizaation atau contracting out).
3. Tepat Target
Ketepatan yang berkenaan dengan tiga hal, yaitu :
a. Apakah target yang diintervensi sesuai dengan yang direncanakan,
apakah tidak tumpang tindih dengan intrvensi yang lain, atau tidak
bertentangan dengan intervensi kebijakan lain
b. Apakah targetnya dalam kondisi siap untuk diintervensi ataukah tidak,
kesiapan bukan saja dalam arti secara alami, namun juga apakah kondisi
target ada dalam konflik atau harmoni, dan apakah kondisi target ada
dalam kondisi mendukung atau menolak.
c. Apakah intervensi implementasi kebijakan bersifat baru atau
memperbaharui implementasi kebijakan sebelumnya.
4. Tepat Lingkungan
Ada dua lingkungan yang paling menentukan yaitu :
a. Lingkungan kebijakan, merupakan interaksi diantara lembaga
perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dan lembaga lain yang
terkait.
b. Lingkungan ekternal kebijakan yang terdiri atas public opinion, yaitu
presepsi publik akan kebijakan dan implementasi kebijakan dengan
interprestasi dari lembaga-lembaga strategis dalam masyarakat.
5. Tepat Proses
Secara umum implementasi kebijakan publik terdiri atas tiga proses yaitu :
a. Policy acceptane, disini publik memahami kebijakan sebagai sebuah
aturan main yang diperlukan untuk masa depan, disisi lain pemerintah
memahami kebijakan sebagai tugas yang harus dilaksanakan.
b. Policy adoption, publik menerima kebijakan sebagai sebuah aturan
main yang diperlukan untuk masa depan, disisi lain pemerintah
menerima kebijakan sebagai tugas harus dilaksankan.
c. Strategic readiness, publik siap melaksanakan ayau menjadi bagian
dari kebijakan, disisi lain birokrat pelaksana siap menjadi
pelaksana kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai