Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

KESEHATAN IBU DAN ANAK

PUSKESMAS SIKUMANA

Diana T. Tangi Bupu, S.Ked

1508010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

PUSKESMAS SIKUMANA

KUPANG

2020
LAPORAN KASUS

KESEHATAN IBU DAN ANAK

Diana T. Tangi Bupu, S.Ked

1508010037

ANTENATAL CARE (ANC)

1. PENDAHULUAN

Secara nasional, akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu

cenderung meningkat dilihat dari tren angka kematian ibu (AKI) di Indonesia

yaitu dari 390/100.000 kelahiran hidup tahun 2009 menjadi 359/100.000

kelahiran hidup pada tahun 2012.(1) Antenatal care (ANC) merupakan suatu

pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada wanita selama hamil,

misalnya dengan pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk

pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses presalinan

dan kelahiran supaya ibu siap menghadapi peran baru sebagai orangtua (2).

Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat

memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini

masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara

adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal (1).

Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan kepada

ibu hamil minimal empat kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada

trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester

ketiga yang dilakukan oleh bidan dan atau dokter dan atau dokter spesialis
kebidanan baik yang bekerja difasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta

yang memiliki surat tanda register (STR). (3)

Pelayanan antenatal yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi

kriteria 10 T, yaitu(3,4):

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan

berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang

dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukan adanya gangguan

pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali

kunjungan dilakukan untuk penapisan adanya faktor resiko ibu hamil.

Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk

terjadinya cephalo pelviv disproprotrion (CPD).

b. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg) pada

kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau

tungkai bawah dan atau proteinuria).

c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LILA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester 1 untuk skrining ibu hamil beresiko KEK. Kurang

energi kronis disni maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan

gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/ tahun) dimana LiLA
kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK dapat melahirkan bayi berat

lahir rendah (BBLR).

d. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri)

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,

kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran

menggunakan pita pengukur setelah kehamilah 24 minggu.

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan

untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin

bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada

kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali

kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ

cepat lebih dari 160 kali/ menit menunjukan adanya gaat janin.

f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid

(TT) bila diperlukan

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining

status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,

disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hamil minimal
memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap

infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status T5 (TT Long Life) tidak perlu

diberikan imunisasi TT lagi.

g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet

tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama

kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

h. Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan darah (Hb), pemeriksaan

golongan darah, pemeriksaan protein urin

i. Tatalaksana/ penanganan kasus sesuai wewenang

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus

ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. kasus-

kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

j. Temu wicara (konseling)

KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi(4)

 Kesehatan ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara

rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar

beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9- 10 jam per

hari) dan tidak bekerja berat.


 Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama

kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali

sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan

dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.

 Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan

Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama

suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu

menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan

dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi

kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas

kesehatan.

 Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan

menghadapi komplikasi

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik

selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada

hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir

saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu

hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.

 Asupan gizi seimbang

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan

yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting

untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.


Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara

rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.

 Gejala penyakit menular dan tidak menular

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular

(misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular

(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu

dan janinnya.

 Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah

tertentu (risiko tinggi)

Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan

kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko

penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk

menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak.

Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi

penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil

tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV

negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.

 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya

segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh

yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan

sampai bayi berusia 6 bulan.

 KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah

persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu

merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.

 Imunisasi Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.

 Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)

Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu

hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan

pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan

pada periode kehamilan.

2. PRESENTASI KASUS

A. Identitas

Nama : Ny. DT

Tanggal Lahir : 31 Desember 1984

Umur : 36 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Katolik

Alamat : Maulafa

Pendidikan Terkhir : S1

Nama Suami : Tn. ZT

Agama : Kristen Protestan


Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Polisi

Pasien Masuk Poli KIA pada tanggal 14 Februari 2020

B. Anamnesis

Pasien datang ke poliklinik KIA Puskesmas Sikumana untuk

memeriksakan kehamilannya. Pasien datang tanpa keluhan. Pasien mengatakan

hamil anak pertama, tidak pernah keguguran dan selama ini periksa teratur di

Puskesmas Sikumana. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi maupun Diabetes

melitus. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan

HPHT : 26 Juli 2019

HTP : 2 Mei 2020

Umur Kehamilan : 29 minggu

C. Pemeriksaan Fisik

- Kesadaran : Compos mentis

- Keadaan umum : Baik

- Tekanan Darah : 120/70 mmhg

- Suku : 36,5 oC

- Berat Badan : 90 kg

- Tinggi Badan : 156 cm

- Mata : Conjungtiva anemis (-), sklera anikterik

- Leher : pembesaran limfe nodus (-)

- Paru :

 Inspeksi : Pengembangan simetris, retraksi (-)


 Palpasi : vocal fremitus kiri = kanan

 Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru

 Auskultasi:suara napas vesikuler (+/+), suara napas tambahan (-)

- Jantung : Bunyi Jantung S1/S2 tunggal, regular. Bising (-)

- Abdomen : tampak cembung, bising usus (+) kesan normal, DJJ:

143x/m TFU 29 cm (3 jari dibawah processus xyphoideus)

- Ekstremitas : akral hangat

Status Obstetrik

Pemeriksaan Luar

- Inspeksi : linea nigra (-), striae gravidarum (-), putting susu nampak normal

dan baik.

- Palpasi :

Leopold 1 : Tinggi fundus uteri 29 cm

Leopold 2 : Punggung kanan, DJJ= 143 x/menit

Leopold 3 : Kepala

Leopold 4 : Belum masuk pintu atas panggul (PAP)

D. Pemeriksaan Laboratorium

- Hb :-

- Silifis :-

- Protein :-

E. Diagnosis Kerja

G1P0A0 UK 29 minggu.
F. Penatalaksanaan

- SF 1 x 1 tablet

- Vitamin C 2 x 1 tablet

- Kalk 1 x 1 tablet

G. KIE

 Perawatan Antenatal yang teratur dipuskesmas.

 Hasil pemeriksaan

 Tanda bahaya pada kehamilan

 Perawatan sehari – hari seperti menjaga kebersihan badan dengan mandi 2

kali sehari dengan sabun, gosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur.

 Kurangi beraktifitas di luar rumah

 Kurangi kerja yang berat

 Istirahat yang cukup (jika ingin berbaring minimal 1 jam di siang hari

dengan posisi tidur miring.

 Makan dan minum yang bergizi dan cukup untuk ibu dan janin

3. KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien atas nama Ny. DT dengan G1P0A0 UK 29

minggu, dengan tinggi fundus 97 cm. Pasien mendapatkan SF 1 x 1 tablet,

Vitamin C 2 x 1 tablet, dan Kalk 1 x 1 tablet serta diedukasi agar melakukan

perawatan ANC teratur di puskesmas memantau perkembangan janin yang ada

dalam kandungan ibu serta memenuhi gizi yang diperlukan janin.


4. DOKUMENTASI

Dokter Muda saat melakukan pemeriksaan


Leopoold

Dokter Muda saat melakukan pemeriksaan


Denyut Jantung Janin (DJJ)
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 tahun 2014

Tentang Pelayanan Kesehatan Kehamilan; Menteri Kesehatan Republik

Indonesia.

2. Wagiyo & Putrono. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal, dan Bayi

Baru Lahir Fisiologi & Patologis. Yogyakarta. CV Andi Offset. 2016

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan; Menteri

Kesehatan Republik Indonesia.

4. Kementerian Kesehatan. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Direktur

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat; 2010

Anda mungkin juga menyukai