com
ISSN 2087-8885
E-ISSN 2407-0610
Ratu Ilma Indra Putri1, Zulkardi1, Ninik Purwaning Setyorini2, Agyta Meitrilova1, Ranni Permatasari1,
Sulafah Ansya Saskiyah1, Duano Sapta Nusantara1
1Universitas Sriwijaya, Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang, 30139, Indonesia
2Direktorat SMP, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jl. Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 15,
Komplek Kemdikbud Senayan Jakarta 10270
Email: zulkardi@unsri.ac.id
Abstrak
Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan model pembelajaran yang tepat yang dapat membentuk berpikir ilmiah, sosial, dan tingkat tinggi siswa. Penerapan PjBL dalam pendidikan
memberikan kebebasan kepada siswa untuk merencanakan kegiatan belajarnya sendiri, melakukan proyek secara kolaboratif dan menghasilkan produk. Dalam proyek menu sehat, PjBL
dapat membantu siswa menghitung kelebihan berat badan mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang menu sehat yang membantu siswa SMP Indonesia memecahkan
masalah berhitung menggunakan konteks obesitas. Metode penelitian mengikuti desain penelitian tipe validasi studi menggunakan observasi dan telaah dokumen sebagai teknik
pengumpulan data. Penelitian ini menghasilkan learning trajectory yang dapat membantu siswa kelas VII menyelesaikan operasi aritmatika menggunakan konteks obesitas melalui dua
kegiatan. pertama, siswa diminta untuk mencatat tinggi dan berat masing-masing, kemudian menggunakannya untuk menentukan indeks massa tubuh (BMI) dan rasio massa tubuh (BMR).
Kemudian, para siswa mengkonfirmasi asupan kalori harian yang diperlukan, dan mengkategorikan hasil BMI dan BMR mereka sebagai berat badan kurang, normal, kelebihan berat badan
atau obesitas. Pada kegiatan kedua, para siswa mengembangkan menu sehat sesuai selera masing-masing berdasarkan kategori berat badan mereka dari kegiatan pertama. Penelitian
diakhiri dengan siswa berhasil memproduksi menu sehat yang mereka rancang sesuai dengan perhitungan asupan kalori harian yang dibutuhkan. kelebihan berat badan atau obesitas. Pada
kegiatan kedua, para siswa mengembangkan menu sehat sesuai selera masing-masing berdasarkan kategori berat badan mereka dari kegiatan pertama. Penelitian diakhiri dengan siswa
berhasil memproduksi menu sehat yang mereka rancang sesuai dengan perhitungan asupan kalori harian yang dibutuhkan. kelebihan berat badan atau obesitas. Pada kegiatan kedua, para
siswa mengembangkan menu sehat sesuai selera masing-masing berdasarkan kategori berat badan mereka dari kegiatan pertama. Penelitian diakhiri dengan siswa berhasil memproduksi
menu sehat yang mereka rancang sesuai dengan perhitungan asupan kalori harian yang dibutuhkan.
Abstrak
Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan model pembelajaran yang sesuai, yang dapat
membentuk perilaku saintifik, sosial dan berpikir tingkat tinggi siswa. Melaksanakan PjBL dalam
belajar mengajar memberikan kebebasan siswa untuk merencanakan aktivitas belajar,
melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan mampu menghasilkan produk. Melalui proyek menu
sehat, PjBL dapat membantu memecahkan masalah dalam menghitung kelebihan berat badan.
Tujuan dalam penelitian ini adalah mendesain menu sehat untuk membantu siswa SMP dalam
memecahkan masalah operasi hitung bilangan menggunakan konteks obesitas. Metode yang
digunakan adalahpenelitian desaintipestudi validasi, dengan menggunakan observasi dan kajian
dokumen sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian ini telah menghasilkan pembelajaran yang
dapat membantu siswa kelas VII dalam menyelesaikan permasalahan berbasis proyek
menggunakan konteks obesitas melalui dua aktivitas. Kegiatan pertama yaitu siswa diminta untuk
menuliskan tinggi dan berat badan masing-masing. Selanjutnya menentukan indeks massa tubuh
(BMI) dan angka metabolisme basal (BMR) berdasarkan tinggi dan berat badan tersebut. Kemudian
siswa diminta untuk menentukan kalori harian yang dibutuhkan serta mengkategorikan hasil
perhitungannya ke dalam kelompok berat badan kurang, normal, berat badan berlebihan, atau
obesitas. Pada aktivitas kedua, siswa membuat menu makanan sesuai selera masing-masing
berdasarkan hasil kategori yang didapat pada aktivitas pertama.
Kata Kunci:Penelitian Desain, Menu Sehat, Obesitas,Pembelajaran Berbasis Proyek
Bagaimana Mengutip: Putri, RII, Zulkardi, Setyorini, NP, Meitrilova, A., Permatasari, R., Saskiyah, SA,
Nusantara, DS (2021). Perancangan Proyek Menu Sehat untuk SMP Indonesia.Jurnal Pendidikan
Matematika, 12(1), 133-146. http://doi.org/10.22342/jme.12.1.13239.133-146.
Laporan tiga tahunan internasional PISA telah mengungkapkan kontradiksi dalam keberhasilan siswa Indonesia selama
dua dekade terakhir sekaligus memberikan gambaran tentang sistem pendidikan Indonesia (OECD,2013;
133
134 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146
2016;2018). Khususnya, siswa Indonesia kurang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah matematika, seperti
yang dinilai dalam tugas PISA (Wijaya, Van Den Heuvel-Panhuizen, Doorman, & Robitzsch,2014). Hal ini karena masalah
matematika ini membutuhkan pemikiran tingkat tinggi, sedangkan kemampuan siswa untuk memodelkan,
memecahkan masalah dan mengembangkan argumentasi buruk (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia [Kemendikbud],2018; Megawati, Wardani, & Hartatiana,2020; Sidik,2019; Tanudjaya & Penjaga Pintu,2020;
Lemahnya prestasi siswa Indonesia dalam tugas-tugas PISA menjadi salah satu dasar penerapan
kurikulum 2013, yang bertujuan agar siswa dapat belajar sesuai dengan apa yang telah diujikan di tingkat
mengaitkan matematika dengan semua tahapan kompleksitas menuntut penciptaan berbagai situasi yang
mirip dengan kehidupan sehari-hari siswa, yang biasa dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI; Nusantara & Putri,2018; putri,2011; Roni, Zulkardi, & Putri,2017; Zulkardi & Putri,2019;
Kurikulum 2013 mewajibkan guru sebagai fasilitator untuk menekankan keterampilan abad dua puluh
satu disingkat empat C: berpikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi, kreativitas dan inovasi dan
kolaborasi (Kemendikbud,2018). Kolaborasi adalah salah satu keterampilan penting yang harus dimiliki siswa.
Mereka seharusnya bekerja sama dengan masyarakat, menyesuaikan diri dengan berbagai posisi dan tanggung
jawab (Octriana, Putri, & Nurjannah,2019). Kolaborasi siswa dapat dilakukan dengan menggunakan Lesson Study
for Learning Community (LSLC), sebuah sistem yang meningkatkan kualitas pembelajaran dan membuatnya lebih
bermakna (Arifin,2017; putri,2012). Pembelajaran melalui LSLC menciptakan suasana belajar melalui dialog dan
komunikasi, serta menginspirasi dan menghubungkan siswa satu sama lain untuk membangun situasi belajar
yang beragam (Sato,2014). Hal ini senada dengan Putri dan Zulkardi (2019), yang menyatakan bahwa dengan
menerapkan LSLC, siswa dapat secara kolaboratif memecahkan masalah tingkat tinggi yang disebut tugas
melompat (Putri & Zulkardi,2019). LSLC juga dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa, termasuk
berpikir tingkat tinggi (Situmorang, Putri, & Lelyana,2020), penalaran (Octriana et al., 2019), pemecahan masalah
(Kurniawan, Putri, & Sunaryati,2020) dan representasi (Saskiyah & Putri, 2020).
Untuk meningkatkan kemampuan matematika tersebut, diperlukan model pembelajaran yang sesuai, salah
satunya adalah pembelajaran berbasis proyek (PjBL). PjBL merupakan model pembelajaran yang tepat yang dapat
membentuk perilaku ilmiah, sosial, dan berpikir tingkat tinggi siswa. Penerapan PjBL dalam proses belajar mengajar
memberikan kebebasan kepada siswa untuk merencanakan kegiatan belajarnya sendiri, melaksanakan proyek secara
kolaboratif dan menghasilkan produk (Mahendra,2017). Model PjBL dengan demikian dapat membantu siswa dalam
menciptakan lingkungan belajar yang bermakna melalui proses berulang, seperti bertanya, berbagi, pembelajaran yang
efektif dan refleksi, sehingga pembelajaran menjadi kolaboratif, berpusat pada siswa dan terjalin dengan praktik dunia
Penelitian terkait proyek dengan menggunakan LSLC telah berhasil dilakukan dalam berbagai
konteks, seperti kerjasama trade-in school (Sari, Putri, Meisinta, & Sunaryati,2020), hemat air
Putri, Zulkardi, Setyorini, Meitrilova, Permatasari, Saskiyah, & Nusantara, Merancang Proyek Menu Sehat…. 135
teknik (Meitrilova & Putri,2020), menanam kecambah (Andini & Putri,2020), rekening listrik (Agustina & Putri,2020
) dan membuat salad buah (Rahayu & Putri,2020). Namun, belum ada proyek pembelajaran yang mengkaji
pentingnya memilih menu yang sehat, khususnya di sekolah, mengingat siswa lebih tertarik untuk memilih
makanan cepat saji di sekolah (Febriani & Sudiarti,2019). Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji bagaimana
proyek menu sehat sekolah dapat membantu mengurangi tingkat obesitas siswa.
METODE
Penelitian ini mengikuti desain penelitian validasi dengan tiga tahapan yaitu mempersiapkan
eksperimen, melakukan eksperimen itu sendiri dan menyelesaikan analisis retrospektif (Gravemeijer &
Cobb,2006; Putri & Zulkardi,2017). Penelitian ini melibatkan 32 siswa kelas VII SMP N 19 Palembang. Sambil
mempersiapkan percobaan, peneliti dan guru model merancang proyek pembelajaran dengan
menggunakan konteks obesitas yang meliputi LKS, RPP, kisi-kisi, instruksi guru, lembar observasi dan
prediksi jawaban siswa. Selain itu, peneliti dan guru model merancang kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan sistem LSLC dan mendiskusikan bagaimana proses pembelajaran yang harus dilaksanakan
Berdasarkan persiapan tersebut, peneliti dan guru model menghasilkan dua kegiatan berbasis proyek.
Tujuan dari kegiatan pertama adalah siswa dapat menentukan berat badan masing-masing dan
mengkategorikan diri mereka sebagai kurus, normal atau kelebihan berat badan, sedangkan tujuan kedua
adalah siswa membuat menu sehat berdasarkan kategori berat badan mereka.
Tahap eksperimen terdiri dari eksperimen percontohan dan eksperimen pengajaran. Uji coba ini
melibatkan 6 siswa kelas VII SMP N 1 Palembang yang dipilih berdasarkan perbedaan tingkat matematika
(tinggi, sedang, dan rendah). Selama uji coba, peneliti bertindak sebagai guru model dan guru matematika
sebagai pengamat, meskipun mereka beralih peran lagi untuk eksperimen mengajar, sehingga mereka
dapat menilai bagaimana proses pembelajaran dilakukan. Pembelajaran eksperimen sendiri melibatkan 32
siswa kelas VII SMP N 19 Palembang yang dibagi menjadi delapan kelompok dengan tingkat matematika
yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) dengan mengatur penampang tempat duduk antara
Setelah tahap eksperimen dilakukan tahap analisis retrospektif, dimana peneliti, guru model
dan observer melakukan refleksi pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan penerapan PjBL. Kemudian, kritik dan saran mereka digunakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran tanpa menyinggung guru model, seperti yang tercermin pada proses belajar
siswa dan efektivitas bahan ajar yang telah dirancang dan dilaksanakan (Putri & Zulkardi,2019;
Zulkardi,2019; sato,2014). Dalam penelitian ini, sharing task difokuskan pada penghitungan indeks massa tubuh
(IMT), body mass ratio (BMR) dan asupan kalori harian, dan tugas lompat meminta siswa untuk merancang menu
hariannya. Implementasi proyek melibatkan pembelajaran kelompok kecil pada tahap percontohan, dan
Tahap percontohan melibatkan 6 siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. Hasil
tahapan ini menunjukkan bahwa ketuntasan siswa terhadap kegiatan masih rendah, karena kemampuan siswa
dalam mengalikan, membagi dan mengelola pecahan masih kurang. Oleh karena itu, peneliti dan guru model
Tahap eksperimen mengajar melibatkan 32 siswa kelas VII SMP N 19 Palembang. Tahap pembelajaran dimulai
dengan mengingat kembali pengetahuan awal siswa tentang perkalian, pembagian dan pecahan. Kemudian, guru
model mengingatkan mereka tentang sosio-norma matematika dengan menggunakan aturan permainan, yaitu siswa
harus mengatakan "tolong ajari saya" jika mereka tidak memahami konsep atau prosedur, dan guru kemudian harus
mengajar siswa yang telah meminta bantuan (Putri, Dolk, & Zulkardi, 2015; sato,2014). Sehingga terjadi kerjasama antar
siswa. Kemudian, guru model membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari empat orang untuk
Selama proses pembelajaran, siswa berkolaborasi dengan kelompoknya yang telah ditentukan oleh
guru model. Siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah diarahkan untuk bekerja dengan
anggota kelompok yang memiliki keterampilan lebih tinggi, seperti yang diprediksi oleh guru model bahwa
siswa dengan kemampuan tinggi akan dengan mudah menyelesaikan proyek, serta beberapa siswa
dengan kemampuan sedang. Kegiatan dalam proses PjBL ini meliputi beberapa tahapan yaitu Penetapan
Proyek, Penyelesaian Desain Proyek, Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek, Penyelesaian dengan
Fasilitasi dan Monitoring Guru, Penyusunan Laporan dan Presentasi serta Hasil Proyek (Divisi Teknologi
Penentuan Proyek
Pada tahap penentuan proyek, siswa diminta untuk menuliskan berat badan dan tinggi badan mereka (
Gambar 1). Kegiatan pertama meminta siswa mengukur tinggi dan berat masing-masing, yang kemudian akan
digunakan untuk menghitung BMI, BMR dan asupan kalori harian yang dibutuhkan. Untuk satuan tinggi,
(a) Siswa berkemampuan tinggi (b) Siswa berkemampuan (c) Siswa berkemampuan rendah
(LNE) menengah (RM) (HD)
BerdasarkanGambar 1, siswa terlepas dari kemampuan matematisnya berhasil menyelesaikan soal nomor 1,
terlihat dari kemampuannya dalam menuliskan berat badan dalam kilogram (kg) dan tinggi badan dalam meter.
Setelah siswa mencatat berat dan tinggi masing-masing, mereka melanjutkan dengan penyelesaian
proyek. Pada fase ini, siswa diminta untuk mengkategorikan berat badan mereka menjadi salah satu dari empat
kelompok: obesitas, kelebihan berat badan, normal dan kekurangan berat badan. Kategorisasi berat ini sesuai
dengan nilai BMI siswa. Kemudian, siswa menentukan BMR mereka untuk menentukan asupan kalori harian
perkalian
BerdasarkanGambar 2, LNE mahasiswa tingkat atas mampu menerapkan rumus BMI dan BMR dengan benar.
Sayangnya, dalam menentukan BMI, RM siswa salah membagi, sehingga mendapatkan hasil akhir yang salah.
Sedangkan HD siswa salah menggunakan nilai kuadrat dan mengalikan untuk menentukan BMR. Hal ini sejalan dengan
Nurjanah dan Hakim (2019), yang menyatakan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam mengoperasikan bilangan
rendah, karena mereka memiliki pemahaman yang rendah tentang operasi bilangan.
yang diberikan tepat waktu. Dalam hal ini, proyek direncanakan memakan waktu 2 minggu dan terdiri dari
Tahap selanjutnya adalah selesainya pendampingan dan monitoring guru. Oleh karena itu,
siswa diminta untuk menentukan apakah asupan kalori hariannya perlu dikurangi atau ditambah
agar bisa mencapai berat badan yang ideal.Gambar 3). Siswa juga difasilitasi dengan meja yang
disediakan guru untuk menentukan hasil mereka.
Siswa berkemampuan matematika tinggi (LNE) mampu menyelesaikan soal dengan baik dan
benar. Dia juga menentukan kalori harian yang dia butuhkan dan mengisi tabel dengan
menambahkan dan mengurangi kalori harian yang ingin dia konsumsi (Gambar 3a). Siswa
berkemampuan matematika menengah (RM) juga mampu menentukan kebutuhan kalori harian.
Namun, siswa ini salah dalam mengalikan bilangan tertentu, yang mempengaruhi hasil (Gambar 3b).
Siswa adalah
mampu memecahkan
masalah
dengan benar dan
benar
Siswa adalah
salah dalam
perkalian
pada
operasi
Siswa adalah
salah dalam
melakukan
perkalian
operasi
Siswa dengan kemampuan matematika (HD) rendah juga salah dalam mengalikan ketika mencoba
menentukan asupan kalori harian yang dibutuhkan karena kesalahpahaman prosedur (Gambar 3c). Lebih-lebih
lagi,Gambar 3menunjukkan bahwa siswa mampu menerapkan rumus untuk menentukan asupan kalori harian
yang dibutuhkan, meskipun hasil perhitungan beberapa siswa masih salah karena tidak perlu dikalikan. Hal ini
menunjukkan bahwa perhitungan algoritme mereka berurutan, dan mereka cenderung menghafal prosedur,
yang membuat perhitungan mereka kurang kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika (Nurjanah &
Hakim,2019). Pada catatan yang sama, Hakim dan Sari (2019) mengungkapkan bahwa terdapat indikasi bahwa
siswa yang memiliki kemampuan berhitung rendah juga akan memiliki keterampilan yang rendah.
Guru juga memantau siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Secara khusus, guru
mengarahkan siswa untuk meminta bantuan dari teman satu kelompoknya yang mampu menyelesaikan
masalah sendiri.
mereka atas kesimpulan yang mereka peroleh.Gambar 4).Gambar 4menunjukkan bahwa siswa mampu menarik
kesimpulan tentang perhitungan IMT, BMR, asupan kalori harian dan kategorisasi tipe tubuh mereka, serta
menyertakan alasan untuk kesimpulan tersebut. Seperti pada Tomas (2000), siswa dapat mengontrol proyek mereka
sendiri dengan membuat keputusan tentang jalan apa yang harus diambil. Selanjutnya guru bertindak sebagai
fasilitator yang menginterpretasikan langkah-langkah siswa secara bersama-sama untuk mencapai pemahaman
bersama dengan mendiskusikan implikasi langkah-langkah tersebut sehingga siswa dapat menghasilkan saran
tambahan (Thomas,2000).
Hasil Proyek
Untuk tahap evaluasi akhir, siswa diminta untuk merancang menu sarapan, makan siang dan makan
malam berdasarkan asupan kalori harian yang dibutuhkan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
mencapai berat badan ideal (Gambar 5). Mahasiswa berkemampuan matematika tinggi (LNE) mampu merancang
menu sehat dengan baik. Dia merancang menu 1873,9 kkal dengan membagi jumlah kalori yang dia butuhkan
menjadi tiga kali makan (Gambar 3a): sarapan 170 kkal, makan siang 608 kkal dan makan malam 1095,9 kkal (
Gambar 5a). DariGambar 5a, terlihat bahwa siswa dengan kemampuan matematika tinggi dapat berpikir kritis
dan kreatif dalam menentukan menu apa yang sesuai dengan kebutuhan kalorinya (Putri & Zulkardi,2019).
Mahasiswa berkemampuan matematika sedang (RM) ini juga mampu merancang menu sehat sesuai
dengan jumlah kalori yang ditentukan sesuai kebutuhannya. Rancangan menu sehat RM terdiri dari 500 kkal
untuk sarapan pagi, 850 kkal untuk makan siang dan 589,7 kkal untuk makan malam (Gambar 5b).
Siswa berkemampuan rendah (HD) tidak mampu mendesain menu sehat dengan baik dan benar. HD
menggunakan total kalori harian yang dibutuhkan untuk merancang setiap menu untuk menu pagi, siang, dan
malam berdasarkan jumlah total kalori yang dibutuhkan per hari (Gambar 5c). Selain itu, HD juga tidak
merancang menu sehat sesuai kebutuhan yang meliputi makanan pokok, seperti lauk pauk, sayur mayur,
minuman dan buah-buahan (Gambar 5c). Hal ini bisa terjadi karena siswa kurang memahami soal dengan baik.
HD, seorang siswa dengan kemampuan matematika rendah, tidak mampu merancang menu sehat
dengan benar. Siswa ini menggunakan total kalori harian yang dibutuhkan untuk merancang menu berdasarkan
jumlah total kalori yang mereka butuhkan per hari (Gambar 5c). Namun selain itu, HD tidak merancang menu
sehat yang mencakup makanan pokok seperti sayur, minuman, dan buah.Gambar 5c). Ini bisa jadi karena HD
Gultom dan Roesdiana (2019) menyatakan bahwa siswa yang tidak mampu menyelesaikan masalah kompleks
cenderung memiliki kemampuan penalaran matematis yang rendah. Selain itu, siswa yang kesulitan memecahkan
masalah cenderung enggan mengerjakan soal yang dianggap sulit (Putranti & Prahmana, 2018). Tetap saja,
menu sehat sesuai selera masing-masing. Hasil penelitian yang beragam ini menunjukkan bahwa melalui PjBL,
siswa mampu menggunakan kemampuan kreatifnya untuk menyelesaikan masalah matematika (Tienken,2010;
Siswa adalah
mampu mendesain
menu sehat
dengan benar dan
benar
Siswa adalah
mampu mendesain
menu sehat
dengan benar dan
benar
Murid
menu sehat
desain adalah
KESIMPULAN
Penelitian ini menghasilkan lintasan belajar yang membantu siswa memecahkan masalah berbasis proyek
mengenai obesitas melalui dua kegiatan yang berbeda. Pertama, siswa diminta untuk mencatat tinggi dan berat
masing-masing dan menggunakannya untuk menentukan BMI dan BMR mereka. Setelah itu, para siswa
menghitung asupan kalori harian yang dibutuhkan dan mengkategorikan diri mereka sebagai kurus, normal,
kelebihan berat badan atau obesitas. Kegiatan kedua meminta siswa merancang menu sehat
142 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146
sesuai dengan selera masing-masing berdasarkan kategori beratnya. Melalui PjBL, para siswa akhirnya dapat
menggunakan kemampuan penalaran dan kreativitas matematisnya untuk membuat menu sehat yang unik.
Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset
Inovasi Tinggi Nasional dan Universitas Sriwijaya yang telah mendanai “Penelitian Tesis Magister”
tahun 2020 dengan Surat Keputusan Nomor: 068 / SP2H / AMD / LT / DRPM / 2020 dan Nomor
REFERENSI
Agustina, A., & Putri, RII (2020). Perhitungan akun listrik sebagai konteks pembelajaran berdasarkan
pembelajaran berbasis proyek (PBL) dan lesson study for learning (LSLC).Seri Konferensi Jurnal
Fisika, 1657(1), 012063. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1657/1/012063.
Andini & Putri, RII (2020). Menanam kecambah sebagai konteks dalam pembelajaran berbasis proyek dan lesson study
untuk belajar dan masyarakat.Seri Konferensi Jurnal Fisika, 1657(1), 012049. https://
doi.org/10.1088/1742-6596/1657/1/012049.
Arifin. (2017). Penerapan model penemuan terbimbing pada lesson study berbantuan geogebra
bahan transformasi [dalam bahasa].APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika, 3(2), 16-25.
Chiang, CL, & Lee, H. (2016). Pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhadap motivasi belajar dan
kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah menengah kejuruan.Jurnal
Internasional Teknologi Informasi dan Pendidikan,6(9),709-712. https://doi.org/
10.7763/IJIET.2016.V6.779.
Divisi Teknologi Pendidikan. (2006).Buku pegangan pembelajaran berbasis proyek “Mendidik
pembelajar milenial”(hal. 26-32). Kuala Lumpur: Sektor Komunikasi dan Pelatihan, Pengembangan
Pendidikan Cerdas, Divisi Teknologi Pendidikan, Kementerian Pendidikan Malaysia.
Febriani, D., & Sudarti, T. (2019). Makanan cepat saji sebagai pendorong kelebihan berat badan dan obesitas di kalangan perkotaan
anak sekolah di Jakarta, Indonesia.Jurnal Gizi dan Pangan, 14(2), 99-106. https://
doi.org/10.25182/jgp.2019.14.2.99-106.
Gravemeijer, K., & Cobb, P. (2006). Desain penelitian dari perspektif desain pembelajaran. Di Van
den Akker, J., Gravemerijer, K., McKenney, S., & Nieveen, N. (Eds.),Penelitian Desain
Pendidikan. London: Routledge.
Gultom, FW, & Roesdiana, L. (2019). Analisis Matematika Siswa SMP
kemampuan nalar pada materi operasi aljabar [bahasa].Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika dan Matematika (Sesiomadika) 2019, hal. 285-297. Karawang:
Universitas Singaperbangsa.
Hakim, DL, & Sari, RMM (2019). Aplikasi game matematika untuk meningkatkan matematika
keterampilan berhitung [dalam bahasa Indonesia].Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Matematika, 12(1), 129-
141. http://dx.doi.org/10.30870/jppm.v12i1.4860.
Putri, Zulkardi, Setyorini, Meitrilova, Permatasari, Saskiyah, & Nusantara, Merancang Proyek Menu Sehat…. 143
Kurniawan, R., Putri, RII, & Sunaryati. (2020). Pemecahan masalah matematika untuk kelas VIII
siswa menggunakan PMRI melalui LSLC pada materi gradien [dalam Bahasa].Jurnal Elemen, 6(2), 346- 356.
http://dx.doi.org/10.29408/jel.v6i2.2214.
Mahendra, IWK (2017). Pembelajaran berbasis proyek dengan etnomatematika pada pelajar matematika [dalam]
Bahasa].Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(1), 106-114. http://dx.doi.org/10.23887/
jpiundiksha.v6i1.9257.
Megawati, Wardani, AK, & Hartatiana. (2020). Keterampilan berpikir tingkat tinggi sekolah menengah pertama
siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan model PISA [dalam bahasa].Jurnal Pendidikan
Matematika, 14(1), 15-24. https://doi.org/10.22342/jpm.14.1.6815.15-24.
Meitrilova, A., & Putri, RII (2020). Materi pembelajaran melalui penghematan air.Jurnal Fisika
Seri Konferensi, 1657(1), 012055. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1657/1/012055.
Nurjanah, U., & Hakim, DL (2019). Pengertian bilangan siswa dalam materi bilangan [Bahasa Indonesia].
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan Matematika (Sesiomadika)
2019, hal. 1174-1182. Karawang: Universitas Singaperbangsa.
Nusantara, DS, & Putri, RII (2018). Kemiringan garis lurus dalam tangga: Sebuah lintasan pembelajaran.
Seri Konferensi Jurnal Fisika, 1097(1), 012116. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1097/012116.
OECD. (2013).Penilaian PISA 2012 dan Kerangka Analisis: Matematika, Membaca, Sains,
Pemecahan Masalah dan Literasi Keuangan. Paris: Penerbitan OECD.
OECD. (2016).PISA 2015: Hasil PISA dalam fokus. Paris: Penerbitan OECD.
Octriana, I., Putri, RII, & Nurjannah. (2019). Penalaran matematis siswa dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan PMRI dan LSLC pada materi pola bilangan di kelas dua SMP.Jurnal
Pendidikan Matematika, 13(2),131-142.
https://doi.org/10.22342/jpm.13.2.6714.131-142.
Permatasari, R., Putri, RII, & Zulkardi. (2018). Mirip PISA: Konteks sepak bola di Asian Games.
Jurnal Pendidikan Matematika, 9(2), 271-280. https://doi.org/10.22342/jme.9.2.5251.271- 280.
Putranti, SD, & Prahmana, RCI (2018). Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika berbasis
masalah [dalam bahasa].Jurnal Nasional Pendidikan Matematika, 2(1), 86-97. http://
dx.doi.org/10.33603/jnpm.v2i1.943.
Putri, RII (2011). Pengembangan profesional guru sekolah dasar matematika di Indonesia
menggunakan pendekatan lesson study dan pendidikan matematika realistik. Prosiding
Kongres Internasional untuk Efektivitas dan Peningkatan Sekolah (ICSEI) 2011,hal 1-11.
Lymasol, Siprus.
Putri, RII (2012). Implementasi Lesson Study melalui pendekatan PMRI secara statistik
kursus metode [dalam bahasa].Prosiding Konferensi Nasional Enam Belas Matematika 2012,
hal.450-460. Jatinangor: Universitas Padjajaran.
144 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146
Putri, RII, Dolk, M., & Zulkardi. (2015). Pengembangan profesional guru PMRI untuk
pengenalan norma sosial.Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 11-19.
https://doi.org/10.22342/jme.6.1.1900.11-19.
Putri, RII, & Zulkardi. (2017). Pecahan dalam tembakan: Sebuah lintasan pembelajaran.Melanjutkan di AIP
Prosiding Konferensi, 1868, 050005. https://doi.org/10.1063/1.4995132.
Putri, RII, & Zulkardi. (2019). Merancang tugas melompat pada persen menggunakan PMRI dan kolaboratif
sedang belajar.Jurnal Internasional tentang Emerging Mathematics Education, 3(1), 105-116. http://
dx.doi.org/10.12928/ijeme.v3i1.12208.
Rahayu, PT, & Putri, RII (2020). Resep salad buah dalam desain Pembelajaran berarti dalam delapan
nilai.Seri Konferensi Jurnal Fisika, 1657(1), 012059. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1657/1/012059.
Roni, A., Zulkardi, & Putri. RI (2017). Belajar pembagian pecahan melalui lari sprint
foto-foto.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 11(4), 381-393.
http://dx.doi.org/10.11591/edulearn.v11i4.5982.
Sari, EM, Putri, RII, Meisinta, L., & Sunaryati. (2020). Desain pembelajaran berbasis proyek “tukar tambah”
kerjasama sekolah” untuk siswa kelas VII SMP.Seri Konferensi Jurnal Fisika, 1657(1),
012026. http://dx.doi.org/10.1088/1742-6596/1657/1/012026.
Saskiyah, SA, & Putri, RII (2020). Representasi matematis pada operasi pecahan untuk
siswa kelas tujuh menggunakan pembelajaran kolaboratif.Seri Konferensi Jurnal Fisika, 1663(1),
012001. http://doi.org/10.1088/1742-6596/1663/012001.
Sato, M. (2014).Mereformasi sekolah konsep dan praktik pembelajaran masyarakat [dalam Bahasa].
Jakarta: Pelita.
Tanudjaya, CP, & Doorman, M. (2020). Menelaah pemikiran tingkat tinggi dalam bahasa Indonesia yang lebih rendah
kelas matematika menengah.Jurnal Pendidikan Matematika, 11(2), 277-300. https://
doi.org/10.22342/jme.11.2.11000.277-300.
Thomas, JW (2000).Tinjauan Penelitian tentang Pembelajaran Berbasis Proyek. California: Autodesk
Dasar.
Tienken, CH (2010). Standar Negara Inti Umum: Saya Bertanya-tanya?.Rekaman Kappa Delta Pi, 47(1), 14-
17. https://doi.org/10.1080/00228958.2010.10516554
Ummah, SK, In'am, A., & Azmi, RD (2019). Membuat manipulatif: Meningkatkan kemampuan siswa
kreativitas melalui pembelajaran berbasis proyek.Jurnal Pendidikan Matematika, 10(1), 93-102.
https://doi.org/10.22342/jme.10.1.5093.93-102
Widiadi, AN, & Utami, IWP (2016). Sebuah model implementasi lesson study microteaching di
pendidikan calon guru sejarah.Jurnal Pendidikan dan Praktek, 7(27) 10-14.
Putri, Zulkardi, Setyorini, Meitrilova, Permatasari, Saskiyah, & Nusantara, Merancang Proyek Menu Sehat…. 145
Wijaya, A., van den Heuvel-Panhuizen, M., Doorman, M., & Robitzsch, A. (2014). Kesulitan dalam
memecahkan tugas matematika PISA berbasis konteks: Analisis kesalahan siswa.
Penggemar Matematika,11(3), 555-584.
Zulkardi & Putri, RII (2019). Kurikulum matematika sekolah baru, PISA dan PMRI di Indonesia. Di.
CP. Visto Yu dan TL Toh (Eds.),Kurikulum Matematika Sekolah, Pendidikan Matematika-
Perspektif Asia(hal.39-49). https://doi.org/10.1007/978-981-13-6312-2_3.
Zulkardi & Putri, RII (2020). Mendukung guru matematika untuk mengembangkan tugas melompat menggunakan
Kerangka kerja PISA (JUMPISA).Jurnal Pendidikan Matematika, 14(2), 199-210. https://
doi.org/10.22342/jpm.14.2.12115.199-210.
Zulkardi, Putri RII, & Wijaya A. (2020). Dua Dekade Pendidikan Matematika Realistik di
Indonesia. Dalam: van den Heuvel-Panhuizen M. (eds)Refleksi Internasional tentang
Didaktik Matematika Belanda. ICME-13 Monograf.Cham: Pegas.
https://doi.org/10.1007/978-3-030-2022301_18.
146 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146