Anda di halaman 1dari 14

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

ISSN 2087-8885
E-ISSN 2407-0610

Jurnal Pendidikan Matematika Volume 12,


No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146

MERANCANG PROYEK MENU SEHAT UNTUK INDONESIA


SISWA SMP

Ratu Ilma Indra Putri1, Zulkardi1, Ninik Purwaning Setyorini2, Agyta Meitrilova1, Ranni Permatasari1,
Sulafah Ansya Saskiyah1, Duano Sapta Nusantara1
1Universitas Sriwijaya, Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang, 30139, Indonesia
2Direktorat SMP, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jl. Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 15,
Komplek Kemdikbud Senayan Jakarta 10270
Email: zulkardi@unsri.ac.id

Abstrak
Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan model pembelajaran yang tepat yang dapat membentuk berpikir ilmiah, sosial, dan tingkat tinggi siswa. Penerapan PjBL dalam pendidikan

memberikan kebebasan kepada siswa untuk merencanakan kegiatan belajarnya sendiri, melakukan proyek secara kolaboratif dan menghasilkan produk. Dalam proyek menu sehat, PjBL

dapat membantu siswa menghitung kelebihan berat badan mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang menu sehat yang membantu siswa SMP Indonesia memecahkan

masalah berhitung menggunakan konteks obesitas. Metode penelitian mengikuti desain penelitian tipe validasi studi menggunakan observasi dan telaah dokumen sebagai teknik

pengumpulan data. Penelitian ini menghasilkan learning trajectory yang dapat membantu siswa kelas VII menyelesaikan operasi aritmatika menggunakan konteks obesitas melalui dua

kegiatan. pertama, siswa diminta untuk mencatat tinggi dan berat masing-masing, kemudian menggunakannya untuk menentukan indeks massa tubuh (BMI) dan rasio massa tubuh (BMR).

Kemudian, para siswa mengkonfirmasi asupan kalori harian yang diperlukan, dan mengkategorikan hasil BMI dan BMR mereka sebagai berat badan kurang, normal, kelebihan berat badan

atau obesitas. Pada kegiatan kedua, para siswa mengembangkan menu sehat sesuai selera masing-masing berdasarkan kategori berat badan mereka dari kegiatan pertama. Penelitian

diakhiri dengan siswa berhasil memproduksi menu sehat yang mereka rancang sesuai dengan perhitungan asupan kalori harian yang dibutuhkan. kelebihan berat badan atau obesitas. Pada

kegiatan kedua, para siswa mengembangkan menu sehat sesuai selera masing-masing berdasarkan kategori berat badan mereka dari kegiatan pertama. Penelitian diakhiri dengan siswa

berhasil memproduksi menu sehat yang mereka rancang sesuai dengan perhitungan asupan kalori harian yang dibutuhkan. kelebihan berat badan atau obesitas. Pada kegiatan kedua, para

siswa mengembangkan menu sehat sesuai selera masing-masing berdasarkan kategori berat badan mereka dari kegiatan pertama. Penelitian diakhiri dengan siswa berhasil memproduksi

menu sehat yang mereka rancang sesuai dengan perhitungan asupan kalori harian yang dibutuhkan.

Kata kunci:Riset Desain, Menu Sehat, Obesitas, Pembelajaran Berbasis Proyek

Abstrak
Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan model pembelajaran yang sesuai, yang dapat
membentuk perilaku saintifik, sosial dan berpikir tingkat tinggi siswa. Melaksanakan PjBL dalam
belajar mengajar memberikan kebebasan siswa untuk merencanakan aktivitas belajar,
melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan mampu menghasilkan produk. Melalui proyek menu
sehat, PjBL dapat membantu memecahkan masalah dalam menghitung kelebihan berat badan.
Tujuan dalam penelitian ini adalah mendesain menu sehat untuk membantu siswa SMP dalam
memecahkan masalah operasi hitung bilangan menggunakan konteks obesitas. Metode yang
digunakan adalahpenelitian desaintipestudi validasi, dengan menggunakan observasi dan kajian
dokumen sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian ini telah menghasilkan pembelajaran yang
dapat membantu siswa kelas VII dalam menyelesaikan permasalahan berbasis proyek
menggunakan konteks obesitas melalui dua aktivitas. Kegiatan pertama yaitu siswa diminta untuk
menuliskan tinggi dan berat badan masing-masing. Selanjutnya menentukan indeks massa tubuh
(BMI) dan angka metabolisme basal (BMR) berdasarkan tinggi dan berat badan tersebut. Kemudian
siswa diminta untuk menentukan kalori harian yang dibutuhkan serta mengkategorikan hasil
perhitungannya ke dalam kelompok berat badan kurang, normal, berat badan berlebihan, atau
obesitas. Pada aktivitas kedua, siswa membuat menu makanan sesuai selera masing-masing
berdasarkan hasil kategori yang didapat pada aktivitas pertama.
Kata Kunci:Penelitian Desain, Menu Sehat, Obesitas,Pembelajaran Berbasis Proyek

Bagaimana Mengutip: Putri, RII, Zulkardi, Setyorini, NP, Meitrilova, A., Permatasari, R., Saskiyah, SA,
Nusantara, DS (2021). Perancangan Proyek Menu Sehat untuk SMP Indonesia.Jurnal Pendidikan
Matematika, 12(1), 133-146. http://doi.org/10.22342/jme.12.1.13239.133-146.

Laporan tiga tahunan internasional PISA telah mengungkapkan kontradiksi dalam keberhasilan siswa Indonesia selama

dua dekade terakhir sekaligus memberikan gambaran tentang sistem pendidikan Indonesia (OECD,2013;

133
134 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146

2016;2018). Khususnya, siswa Indonesia kurang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah matematika, seperti

yang dinilai dalam tugas PISA (Wijaya, Van Den Heuvel-Panhuizen, Doorman, & Robitzsch,2014). Hal ini karena masalah

matematika ini membutuhkan pemikiran tingkat tinggi, sedangkan kemampuan siswa untuk memodelkan,

memecahkan masalah dan mengembangkan argumentasi buruk (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia [Kemendikbud],2018; Megawati, Wardani, & Hartatiana,2020; Sidik,2019; Tanudjaya & Penjaga Pintu,2020;

Zulkardi & Putri,2020).

Lemahnya prestasi siswa Indonesia dalam tugas-tugas PISA menjadi salah satu dasar penerapan

kurikulum 2013, yang bertujuan agar siswa dapat belajar sesuai dengan apa yang telah diujikan di tingkat

internasional (Kemendikbud,2018; Permatasari, Putri, & Zulkardi,2018). Teori pembelajaran yang

mengaitkan matematika dengan semua tahapan kompleksitas menuntut penciptaan berbagai situasi yang

mirip dengan kehidupan sehari-hari siswa, yang biasa dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI; Nusantara & Putri,2018; putri,2011; Roni, Zulkardi, & Putri,2017; Zulkardi & Putri,2019;

Zulkardi, Putri, & Wijaya,2020).

Kurikulum 2013 mewajibkan guru sebagai fasilitator untuk menekankan keterampilan abad dua puluh

satu disingkat empat C: berpikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi, kreativitas dan inovasi dan

kolaborasi (Kemendikbud,2018). Kolaborasi adalah salah satu keterampilan penting yang harus dimiliki siswa.

Mereka seharusnya bekerja sama dengan masyarakat, menyesuaikan diri dengan berbagai posisi dan tanggung

jawab (Octriana, Putri, & Nurjannah,2019). Kolaborasi siswa dapat dilakukan dengan menggunakan Lesson Study

for Learning Community (LSLC), sebuah sistem yang meningkatkan kualitas pembelajaran dan membuatnya lebih

bermakna (Arifin,2017; putri,2012). Pembelajaran melalui LSLC menciptakan suasana belajar melalui dialog dan

komunikasi, serta menginspirasi dan menghubungkan siswa satu sama lain untuk membangun situasi belajar

yang beragam (Sato,2014). Hal ini senada dengan Putri dan Zulkardi (2019), yang menyatakan bahwa dengan

menerapkan LSLC, siswa dapat secara kolaboratif memecahkan masalah tingkat tinggi yang disebut tugas

melompat (Putri & Zulkardi,2019). LSLC juga dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa, termasuk

berpikir tingkat tinggi (Situmorang, Putri, & Lelyana,2020), penalaran (Octriana et al., 2019), pemecahan masalah

(Kurniawan, Putri, & Sunaryati,2020) dan representasi (Saskiyah & Putri, 2020).

Untuk meningkatkan kemampuan matematika tersebut, diperlukan model pembelajaran yang sesuai, salah

satunya adalah pembelajaran berbasis proyek (PjBL). PjBL merupakan model pembelajaran yang tepat yang dapat

membentuk perilaku ilmiah, sosial, dan berpikir tingkat tinggi siswa. Penerapan PjBL dalam proses belajar mengajar

memberikan kebebasan kepada siswa untuk merencanakan kegiatan belajarnya sendiri, melaksanakan proyek secara

kolaboratif dan menghasilkan produk (Mahendra,2017). Model PjBL dengan demikian dapat membantu siswa dalam

menciptakan lingkungan belajar yang bermakna melalui proses berulang, seperti bertanya, berbagi, pembelajaran yang

efektif dan refleksi, sehingga pembelajaran menjadi kolaboratif, berpusat pada siswa dan terjalin dengan praktik dunia

nyata (Chiang & Lee,2016).

Penelitian terkait proyek dengan menggunakan LSLC telah berhasil dilakukan dalam berbagai

konteks, seperti kerjasama trade-in school (Sari, Putri, Meisinta, & Sunaryati,2020), hemat air
Putri, Zulkardi, Setyorini, Meitrilova, Permatasari, Saskiyah, & Nusantara, Merancang Proyek Menu Sehat…. 135

teknik (Meitrilova & Putri,2020), menanam kecambah (Andini & Putri,2020), rekening listrik (Agustina & Putri,2020

) dan membuat salad buah (Rahayu & Putri,2020). Namun, belum ada proyek pembelajaran yang mengkaji

pentingnya memilih menu yang sehat, khususnya di sekolah, mengingat siswa lebih tertarik untuk memilih

makanan cepat saji di sekolah (Febriani & Sudiarti,2019). Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji bagaimana

proyek menu sehat sekolah dapat membantu mengurangi tingkat obesitas siswa.

METODE
Penelitian ini mengikuti desain penelitian validasi dengan tiga tahapan yaitu mempersiapkan

eksperimen, melakukan eksperimen itu sendiri dan menyelesaikan analisis retrospektif (Gravemeijer &

Cobb,2006; Putri & Zulkardi,2017). Penelitian ini melibatkan 32 siswa kelas VII SMP N 19 Palembang. Sambil

mempersiapkan percobaan, peneliti dan guru model merancang proyek pembelajaran dengan

menggunakan konteks obesitas yang meliputi LKS, RPP, kisi-kisi, instruksi guru, lembar observasi dan

prediksi jawaban siswa. Selain itu, peneliti dan guru model merancang kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan sistem LSLC dan mendiskusikan bagaimana proses pembelajaran yang harus dilaksanakan

agar siswa dapat saling berkolaborasi.

Berdasarkan persiapan tersebut, peneliti dan guru model menghasilkan dua kegiatan berbasis proyek.

Tujuan dari kegiatan pertama adalah siswa dapat menentukan berat badan masing-masing dan

mengkategorikan diri mereka sebagai kurus, normal atau kelebihan berat badan, sedangkan tujuan kedua

adalah siswa membuat menu sehat berdasarkan kategori berat badan mereka.

Tahap eksperimen terdiri dari eksperimen percontohan dan eksperimen pengajaran. Uji coba ini

melibatkan 6 siswa kelas VII SMP N 1 Palembang yang dipilih berdasarkan perbedaan tingkat matematika

(tinggi, sedang, dan rendah). Selama uji coba, peneliti bertindak sebagai guru model dan guru matematika

sebagai pengamat, meskipun mereka beralih peran lagi untuk eksperimen mengajar, sehingga mereka

dapat menilai bagaimana proses pembelajaran dilakukan. Pembelajaran eksperimen sendiri melibatkan 32

siswa kelas VII SMP N 19 Palembang yang dibagi menjadi delapan kelompok dengan tingkat matematika

yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) dengan mengatur penampang tempat duduk antara

siswa laki-laki dan perempuan.

Setelah tahap eksperimen dilakukan tahap analisis retrospektif, dimana peneliti, guru model

dan observer melakukan refleksi pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan penerapan PjBL. Kemudian, kritik dan saran mereka digunakan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran tanpa menyinggung guru model, seperti yang tercermin pada proses belajar

siswa dan efektivitas bahan ajar yang telah dirancang dan dilaksanakan (Putri & Zulkardi,2019;

Widiadi & Utami,2016).


Data dianalisis secara deskriptif dengan mengumpulkan hasil observasi dan menelaah
dokumen dalam bentuk lembar kerja siswa. Peneliti menggunakan observasi untuk melihat
perilaku siswa (reaksi, sikap, ekspresi wajah, proses interaksi dan komunikasi). Review dokumen
juga berupa LKS yang terdiri dari sharing task dan jumping task (Putri &
136 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146

Zulkardi,2019; sato,2014). Dalam penelitian ini, sharing task difokuskan pada penghitungan indeks massa tubuh

(IMT), body mass ratio (BMR) dan asupan kalori harian, dan tugas lompat meminta siswa untuk merancang menu

sehat sesuai dengan asupan kalori harian yang dibutuhkan.

HASIL DAN DISKUSI


Dalam penelitian ini siswa kelas VII Indonesia memproduksi menu sehat berdasarkan kebutuhan kalori

hariannya. Implementasi proyek melibatkan pembelajaran kelompok kecil pada tahap percontohan, dan

pengembangan proyek pembelajaran kelas yang sebenarnya pada tahap eksperimen.

Tahap percontohan melibatkan 6 siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. Hasil

tahapan ini menunjukkan bahwa ketuntasan siswa terhadap kegiatan masih rendah, karena kemampuan siswa

dalam mengalikan, membagi dan mengelola pecahan masih kurang. Oleh karena itu, peneliti dan guru model

memutuskan untuk memperkuat pengetahuan awal siswa saat mengajar kegiatan.

Tahap eksperimen mengajar melibatkan 32 siswa kelas VII SMP N 19 Palembang. Tahap pembelajaran dimulai

dengan mengingat kembali pengetahuan awal siswa tentang perkalian, pembagian dan pecahan. Kemudian, guru

model mengingatkan mereka tentang sosio-norma matematika dengan menggunakan aturan permainan, yaitu siswa

harus mengatakan "tolong ajari saya" jika mereka tidak memahami konsep atau prosedur, dan guru kemudian harus

mengajar siswa yang telah meminta bantuan (Putri, Dolk, & Zulkardi, 2015; sato,2014). Sehingga terjadi kerjasama antar

siswa. Kemudian, guru model membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari empat orang untuk

mengerjakan kegiatan pertama.

Selama proses pembelajaran, siswa berkolaborasi dengan kelompoknya yang telah ditentukan oleh

guru model. Siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah diarahkan untuk bekerja dengan

anggota kelompok yang memiliki keterampilan lebih tinggi, seperti yang diprediksi oleh guru model bahwa

siswa dengan kemampuan tinggi akan dengan mudah menyelesaikan proyek, serta beberapa siswa

dengan kemampuan sedang. Kegiatan dalam proses PjBL ini meliputi beberapa tahapan yaitu Penetapan

Proyek, Penyelesaian Desain Proyek, Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek, Penyelesaian dengan

Fasilitasi dan Monitoring Guru, Penyusunan Laporan dan Presentasi serta Hasil Proyek (Divisi Teknologi

Pendidikan,2006; Putri & Zulkardi,2019; Tomas,2000).

Penentuan Proyek
Pada tahap penentuan proyek, siswa diminta untuk menuliskan berat badan dan tinggi badan mereka (

Gambar 1). Kegiatan pertama meminta siswa mengukur tinggi dan berat masing-masing, yang kemudian akan

digunakan untuk menghitung BMI, BMR dan asupan kalori harian yang dibutuhkan. Untuk satuan tinggi,

sentimeter (cm) diubah menjadi meter (m).


Putri, Zulkardi, Setyorini, Meitrilova, Permatasari, Saskiyah, & Nusantara, Merancang Proyek Menu Sehat…. 137

Tinggi : 152 cm : 1,52 m Tinggi : 150 cm Tinggi : 70kg


Berat : 48 kg Berat : 35kg Berat : 150 cm : 1,5 m

(a) Siswa berkemampuan tinggi (b) Siswa berkemampuan (c) Siswa berkemampuan rendah
(LNE) menengah (RM) (HD)

Gambar 1.Hasil jawaban siswa soal nomor 1

BerdasarkanGambar 1, siswa terlepas dari kemampuan matematisnya berhasil menyelesaikan soal nomor 1,

terlihat dari kemampuannya dalam menuliskan berat badan dalam kilogram (kg) dan tinggi badan dalam meter.

Penyelesaian Desain Proyek

Setelah siswa mencatat berat dan tinggi masing-masing, mereka melanjutkan dengan penyelesaian

proyek. Pada fase ini, siswa diminta untuk mengkategorikan berat badan mereka menjadi salah satu dari empat

kelompok: obesitas, kelebihan berat badan, normal dan kekurangan berat badan. Kategorisasi berat ini sesuai

dengan nilai BMI siswa. Kemudian, siswa menentukan BMR mereka untuk menentukan asupan kalori harian

yang diperlukan (Gambar 2).

Siswa mampu memecahkan


masalah dengan mencari
nilai BMI dan BMR

(a) Siswa berkemampuan tinggi (LNE)

Siswa salah dalam mengoperasikan

pembagian sehingga mendapatkan

hasil yang salah

(b) Siswa berkemampuan menengah (RM)

Kesalahan siswa dalam mencari


nilai kuadrat 1,5

Kesalahan siswa dalam mengoperasikan

perkalian

(c) Siswa berkemampuan rendah (HD)

Gambar 2.Hasil jawaban siswa soal 2 dan 3


138 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146

BerdasarkanGambar 2, LNE mahasiswa tingkat atas mampu menerapkan rumus BMI dan BMR dengan benar.

Sayangnya, dalam menentukan BMI, RM siswa salah membagi, sehingga mendapatkan hasil akhir yang salah.

Sedangkan HD siswa salah menggunakan nilai kuadrat dan mengalikan untuk menentukan BMR. Hal ini sejalan dengan

Nurjanah dan Hakim (2019), yang menyatakan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam mengoperasikan bilangan

rendah, karena mereka memiliki pemahaman yang rendah tentang operasi bilangan.

Mempersiapkan Jadwal Pelaksanaan Proyek


Tahap penyusunan jadwal pelaksanaan proyek selesai agar mahasiswa dapat menyelesaikan proyek

yang diberikan tepat waktu. Dalam hal ini, proyek direncanakan memakan waktu 2 minggu dan terdiri dari

dua pelajaran dan satu presentasi hasil proyek.

Penyelesaian dengan Fasilitasi dan Monitoring Guru

Tahap selanjutnya adalah selesainya pendampingan dan monitoring guru. Oleh karena itu,
siswa diminta untuk menentukan apakah asupan kalori hariannya perlu dikurangi atau ditambah
agar bisa mencapai berat badan yang ideal.Gambar 3). Siswa juga difasilitasi dengan meja yang
disediakan guru untuk menentukan hasil mereka.

Siswa berkemampuan matematika tinggi (LNE) mampu menyelesaikan soal dengan baik dan

benar. Dia juga menentukan kalori harian yang dia butuhkan dan mengisi tabel dengan

menambahkan dan mengurangi kalori harian yang ingin dia konsumsi (Gambar 3a). Siswa

berkemampuan matematika menengah (RM) juga mampu menentukan kebutuhan kalori harian.

Namun, siswa ini salah dalam mengalikan bilangan tertentu, yang mempengaruhi hasil (Gambar 3b).

Siswa adalah
mampu memecahkan

masalah
dengan benar dan

benar

(a) Siswa berkemampuan tinggi (LNE)

Siswa adalah
salah dalam

perkalian
pada
operasi

(b) Siswa berkemampuan menengah (RM)


Putri, Zulkardi, Setyorini, Meitrilova, Permatasari, Saskiyah, & Nusantara, Merancang Proyek Menu Sehat…. 139

Siswa adalah
salah dalam

melakukan
perkalian
operasi

(c) Siswa berkemampuan rendah (HD)

Gambar 3.Hasil jawaban siswa soal nomor 4 dan 5

Siswa dengan kemampuan matematika (HD) rendah juga salah dalam mengalikan ketika mencoba

menentukan asupan kalori harian yang dibutuhkan karena kesalahpahaman prosedur (Gambar 3c). Lebih-lebih

lagi,Gambar 3menunjukkan bahwa siswa mampu menerapkan rumus untuk menentukan asupan kalori harian

yang dibutuhkan, meskipun hasil perhitungan beberapa siswa masih salah karena tidak perlu dikalikan. Hal ini

menunjukkan bahwa perhitungan algoritme mereka berurutan, dan mereka cenderung menghafal prosedur,

yang membuat perhitungan mereka kurang kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika (Nurjanah &

Hakim,2019). Pada catatan yang sama, Hakim dan Sari (2019) mengungkapkan bahwa terdapat indikasi bahwa

siswa yang memiliki kemampuan berhitung rendah juga akan memiliki keterampilan yang rendah.

Guru juga memantau siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Secara khusus, guru

mengarahkan siswa untuk meminta bantuan dari teman satu kelompoknya yang mampu menyelesaikan

masalah sendiri.

Penyusunan Laporan dan Presentasi


Pada fase ini, siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari fase-fase sebelumnya dan menyatakan alasan

mereka atas kesimpulan yang mereka peroleh.Gambar 4).Gambar 4menunjukkan bahwa siswa mampu menarik

kesimpulan tentang perhitungan IMT, BMR, asupan kalori harian dan kategorisasi tipe tubuh mereka, serta

menyertakan alasan untuk kesimpulan tersebut. Seperti pada Tomas (2000), siswa dapat mengontrol proyek mereka

sendiri dengan membuat keputusan tentang jalan apa yang harus diambil. Selanjutnya guru bertindak sebagai

fasilitator yang menginterpretasikan langkah-langkah siswa secara bersama-sama untuk mencapai pemahaman

bersama dengan mendiskusikan implikasi langkah-langkah tersebut sehingga siswa dapat menghasilkan saran

tambahan (Thomas,2000).

(a) Siswa berkemampuan tinggi (LNE)


140 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146

(b) Siswa berkemampuan menengah (RM)

(c) Siswa berkemampuan rendah (HD)

Gambar 4.Hasil jawaban siswa soal nomor 6

Hasil Proyek
Untuk tahap evaluasi akhir, siswa diminta untuk merancang menu sarapan, makan siang dan makan

malam berdasarkan asupan kalori harian yang dibutuhkan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan

mencapai berat badan ideal (Gambar 5). Mahasiswa berkemampuan matematika tinggi (LNE) mampu merancang

menu sehat dengan baik. Dia merancang menu 1873,9 kkal dengan membagi jumlah kalori yang dia butuhkan

menjadi tiga kali makan (Gambar 3a): sarapan 170 kkal, makan siang 608 kkal dan makan malam 1095,9 kkal (

Gambar 5a). DariGambar 5a, terlihat bahwa siswa dengan kemampuan matematika tinggi dapat berpikir kritis

dan kreatif dalam menentukan menu apa yang sesuai dengan kebutuhan kalorinya (Putri & Zulkardi,2019).

Mahasiswa berkemampuan matematika sedang (RM) ini juga mampu merancang menu sehat sesuai

dengan jumlah kalori yang ditentukan sesuai kebutuhannya. Rancangan menu sehat RM terdiri dari 500 kkal

untuk sarapan pagi, 850 kkal untuk makan siang dan 589,7 kkal untuk makan malam (Gambar 5b).

Siswa berkemampuan rendah (HD) tidak mampu mendesain menu sehat dengan baik dan benar. HD

menggunakan total kalori harian yang dibutuhkan untuk merancang setiap menu untuk menu pagi, siang, dan

malam berdasarkan jumlah total kalori yang dibutuhkan per hari (Gambar 5c). Selain itu, HD juga tidak

merancang menu sehat sesuai kebutuhan yang meliputi makanan pokok, seperti lauk pauk, sayur mayur,

minuman dan buah-buahan (Gambar 5c). Hal ini bisa terjadi karena siswa kurang memahami soal dengan baik.

HD, seorang siswa dengan kemampuan matematika rendah, tidak mampu merancang menu sehat

dengan benar. Siswa ini menggunakan total kalori harian yang dibutuhkan untuk merancang menu berdasarkan

jumlah total kalori yang mereka butuhkan per hari (Gambar 5c). Namun selain itu, HD tidak merancang menu

sehat yang mencakup makanan pokok seperti sayur, minuman, dan buah.Gambar 5c). Ini bisa jadi karena HD

tidak memahami pertanyaan dengan baik.

Gultom dan Roesdiana (2019) menyatakan bahwa siswa yang tidak mampu menyelesaikan masalah kompleks

cenderung memiliki kemampuan penalaran matematis yang rendah. Selain itu, siswa yang kesulitan memecahkan

masalah cenderung enggan mengerjakan soal yang dianggap sulit (Putranti & Prahmana, 2018). Tetap saja,

berdasarkanGambar 5, siswa mampu menggunakan kemampuan kreatifnya dalam membuat berbagai


Putri, Zulkardi, Setyorini, Meitrilova, Permatasari, Saskiyah, & Nusantara, Merancang Proyek Menu Sehat…. 141

menu sehat sesuai selera masing-masing. Hasil penelitian yang beragam ini menunjukkan bahwa melalui PjBL,

siswa mampu menggunakan kemampuan kreatifnya untuk menyelesaikan masalah matematika (Tienken,2010;

Ummah, In'am, & Azmi,2019).

Sarapan Makan siang Makan malam

Siswa adalah
mampu mendesain

menu sehat
dengan benar dan

benar

(a) Siswa berkemampuan tinggi (LNE)

Sarapan Makan siang Makan malam

Siswa adalah
mampu mendesain

menu sehat
dengan benar dan

benar

(b) Siswa berkemampuan menengah (RM)

Sarapan Makan siang Makan malam

Murid
menu sehat
desain adalah

masih kurang tepat

(c) Siswa berkemampuan rendah (HD)

Gambar 5.Hasil desain menu sehat siswa

KESIMPULAN
Penelitian ini menghasilkan lintasan belajar yang membantu siswa memecahkan masalah berbasis proyek

mengenai obesitas melalui dua kegiatan yang berbeda. Pertama, siswa diminta untuk mencatat tinggi dan berat

masing-masing dan menggunakannya untuk menentukan BMI dan BMR mereka. Setelah itu, para siswa

menghitung asupan kalori harian yang dibutuhkan dan mengkategorikan diri mereka sebagai kurus, normal,

kelebihan berat badan atau obesitas. Kegiatan kedua meminta siswa merancang menu sehat
142 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146

sesuai dengan selera masing-masing berdasarkan kategori beratnya. Melalui PjBL, para siswa akhirnya dapat

menggunakan kemampuan penalaran dan kreativitas matematisnya untuk membuat menu sehat yang unik.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Deputi Penguatan Penelitian dan Pengembangan

Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset

Inovasi Tinggi Nasional dan Universitas Sriwijaya yang telah mendanai “Penelitian Tesis Magister”

tahun 2020 dengan Surat Keputusan Nomor: 068 / SP2H / AMD / LT / DRPM / 2020 dan Nomor

Perjanjian / Kontrak: 0124.05 / UN9 / SB3.LP2M.PT / 2020.

REFERENSI
Agustina, A., & Putri, RII (2020). Perhitungan akun listrik sebagai konteks pembelajaran berdasarkan
pembelajaran berbasis proyek (PBL) dan lesson study for learning (LSLC).Seri Konferensi Jurnal
Fisika, 1657(1), 012063. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1657/1/012063.

Andini & Putri, RII (2020). Menanam kecambah sebagai konteks dalam pembelajaran berbasis proyek dan lesson study
untuk belajar dan masyarakat.Seri Konferensi Jurnal Fisika, 1657(1), 012049. https://
doi.org/10.1088/1742-6596/1657/1/012049.
Arifin. (2017). Penerapan model penemuan terbimbing pada lesson study berbantuan geogebra
bahan transformasi [dalam bahasa].APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika, 3(2), 16-25.
Chiang, CL, & Lee, H. (2016). Pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhadap motivasi belajar dan
kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah menengah kejuruan.Jurnal
Internasional Teknologi Informasi dan Pendidikan,6(9),709-712. https://doi.org/
10.7763/IJIET.2016.V6.779.
Divisi Teknologi Pendidikan. (2006).Buku pegangan pembelajaran berbasis proyek “Mendidik
pembelajar milenial”(hal. 26-32). Kuala Lumpur: Sektor Komunikasi dan Pelatihan, Pengembangan
Pendidikan Cerdas, Divisi Teknologi Pendidikan, Kementerian Pendidikan Malaysia.

Febriani, D., & Sudarti, T. (2019). Makanan cepat saji sebagai pendorong kelebihan berat badan dan obesitas di kalangan perkotaan

anak sekolah di Jakarta, Indonesia.Jurnal Gizi dan Pangan, 14(2), 99-106. https://
doi.org/10.25182/jgp.2019.14.2.99-106.
Gravemeijer, K., & Cobb, P. (2006). Desain penelitian dari perspektif desain pembelajaran. Di Van
den Akker, J., Gravemerijer, K., McKenney, S., & Nieveen, N. (Eds.),Penelitian Desain
Pendidikan. London: Routledge.
Gultom, FW, & Roesdiana, L. (2019). Analisis Matematika Siswa SMP
kemampuan nalar pada materi operasi aljabar [bahasa].Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika dan Matematika (Sesiomadika) 2019, hal. 285-297. Karawang:
Universitas Singaperbangsa.
Hakim, DL, & Sari, RMM (2019). Aplikasi game matematika untuk meningkatkan matematika
keterampilan berhitung [dalam bahasa Indonesia].Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Matematika, 12(1), 129-
141. http://dx.doi.org/10.30870/jppm.v12i1.4860.
Putri, Zulkardi, Setyorini, Meitrilova, Permatasari, Saskiyah, & Nusantara, Merancang Proyek Menu Sehat…. 143

Kurniawan, R., Putri, RII, & Sunaryati. (2020). Pemecahan masalah matematika untuk kelas VIII
siswa menggunakan PMRI melalui LSLC pada materi gradien [dalam Bahasa].Jurnal Elemen, 6(2), 346- 356.
http://dx.doi.org/10.29408/jel.v6i2.2214.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). (2018).Implementasi Kurikulum 2013 Abad 21


keterampilan di sekolah menengah atas[dalam Bahasa Indonesia]. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mahendra, IWK (2017). Pembelajaran berbasis proyek dengan etnomatematika pada pelajar matematika [dalam]
Bahasa].Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(1), 106-114. http://dx.doi.org/10.23887/
jpiundiksha.v6i1.9257.
Megawati, Wardani, AK, & Hartatiana. (2020). Keterampilan berpikir tingkat tinggi sekolah menengah pertama
siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan model PISA [dalam bahasa].Jurnal Pendidikan
Matematika, 14(1), 15-24. https://doi.org/10.22342/jpm.14.1.6815.15-24.

Meitrilova, A., & Putri, RII (2020). Materi pembelajaran melalui penghematan air.Jurnal Fisika
Seri Konferensi, 1657(1), 012055. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1657/1/012055.

Nurjanah, U., & Hakim, DL (2019). Pengertian bilangan siswa dalam materi bilangan [Bahasa Indonesia].
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan Matematika (Sesiomadika)
2019, hal. 1174-1182. Karawang: Universitas Singaperbangsa.
Nusantara, DS, & Putri, RII (2018). Kemiringan garis lurus dalam tangga: Sebuah lintasan pembelajaran.
Seri Konferensi Jurnal Fisika, 1097(1), 012116. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1097/012116.
OECD. (2013).Penilaian PISA 2012 dan Kerangka Analisis: Matematika, Membaca, Sains,
Pemecahan Masalah dan Literasi Keuangan. Paris: Penerbitan OECD.

OECD. (2016).PISA 2015: Hasil PISA dalam fokus. Paris: Penerbitan OECD.

OECD. (2018).Kerangka (Draf) Matematika PISA 2021.Paris: Penerbitan OECD.

Octriana, I., Putri, RII, & Nurjannah. (2019). Penalaran matematis siswa dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan PMRI dan LSLC pada materi pola bilangan di kelas dua SMP.Jurnal
Pendidikan Matematika, 13(2),131-142.
https://doi.org/10.22342/jpm.13.2.6714.131-142.

Permatasari, R., Putri, RII, & Zulkardi. (2018). Mirip PISA: Konteks sepak bola di Asian Games.
Jurnal Pendidikan Matematika, 9(2), 271-280. https://doi.org/10.22342/jme.9.2.5251.271- 280.

Putranti, SD, & Prahmana, RCI (2018). Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika berbasis
masalah [dalam bahasa].Jurnal Nasional Pendidikan Matematika, 2(1), 86-97. http://
dx.doi.org/10.33603/jnpm.v2i1.943.
Putri, RII (2011). Pengembangan profesional guru sekolah dasar matematika di Indonesia
menggunakan pendekatan lesson study dan pendidikan matematika realistik. Prosiding
Kongres Internasional untuk Efektivitas dan Peningkatan Sekolah (ICSEI) 2011,hal 1-11.
Lymasol, Siprus.

Putri, RII (2012). Implementasi Lesson Study melalui pendekatan PMRI secara statistik
kursus metode [dalam bahasa].Prosiding Konferensi Nasional Enam Belas Matematika 2012,
hal.450-460. Jatinangor: Universitas Padjajaran.
144 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146

Putri, RII, Dolk, M., & Zulkardi. (2015). Pengembangan profesional guru PMRI untuk
pengenalan norma sosial.Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 11-19.
https://doi.org/10.22342/jme.6.1.1900.11-19.

Putri, RII, & Zulkardi. (2017). Pecahan dalam tembakan: Sebuah lintasan pembelajaran.Melanjutkan di AIP
Prosiding Konferensi, 1868, 050005. https://doi.org/10.1063/1.4995132.

Putri, RII, & Zulkardi. (2019). Merancang tugas melompat pada persen menggunakan PMRI dan kolaboratif
sedang belajar.Jurnal Internasional tentang Emerging Mathematics Education, 3(1), 105-116. http://
dx.doi.org/10.12928/ijeme.v3i1.12208.

Rahayu, PT, & Putri, RII (2020). Resep salad buah dalam desain Pembelajaran berarti dalam delapan
nilai.Seri Konferensi Jurnal Fisika, 1657(1), 012059. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1657/1/012059.
Roni, A., Zulkardi, & Putri. RI (2017). Belajar pembagian pecahan melalui lari sprint
foto-foto.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 11(4), 381-393.
http://dx.doi.org/10.11591/edulearn.v11i4.5982.

Sari, EM, Putri, RII, Meisinta, L., & Sunaryati. (2020). Desain pembelajaran berbasis proyek “tukar tambah”
kerjasama sekolah” untuk siswa kelas VII SMP.Seri Konferensi Jurnal Fisika, 1657(1),
012026. http://dx.doi.org/10.1088/1742-6596/1657/1/012026.
Saskiyah, SA, & Putri, RII (2020). Representasi matematis pada operasi pecahan untuk
siswa kelas tujuh menggunakan pembelajaran kolaboratif.Seri Konferensi Jurnal Fisika, 1663(1),
012001. http://doi.org/10.1088/1742-6596/1663/012001.

Sato, M. (2014).Mereformasi sekolah konsep dan praktik pembelajaran masyarakat [dalam Bahasa].
Jakarta: Pelita.

Sidik, FM (2019, 8 Juli). Ingin bersaing di tingkat dunia, Kemendikbud menggunakan


Standarisasi Internasional PISA [dalam Bahasa].Detik News. Diperoleh dari https://
news.detik.com/
Situmorang, K., Putri, RII, & Lelyana, CK (2020). Analisis HOTS siswa pada pola bilangan
menggunakan pendekatan PMRI melalui sistem LSLC [dalam Bahasa].Jurnal Elemen, 6(2), 333-345.
http://dx.doi.org/10.29408/jel.v62i2.2213.

Tanudjaya, CP, & Doorman, M. (2020). Menelaah pemikiran tingkat tinggi dalam bahasa Indonesia yang lebih rendah
kelas matematika menengah.Jurnal Pendidikan Matematika, 11(2), 277-300. https://
doi.org/10.22342/jme.11.2.11000.277-300.
Thomas, JW (2000).Tinjauan Penelitian tentang Pembelajaran Berbasis Proyek. California: Autodesk
Dasar.
Tienken, CH (2010). Standar Negara Inti Umum: Saya Bertanya-tanya?.Rekaman Kappa Delta Pi, 47(1), 14-
17. https://doi.org/10.1080/00228958.2010.10516554

Ummah, SK, In'am, A., & Azmi, RD (2019). Membuat manipulatif: Meningkatkan kemampuan siswa
kreativitas melalui pembelajaran berbasis proyek.Jurnal Pendidikan Matematika, 10(1), 93-102.
https://doi.org/10.22342/jme.10.1.5093.93-102

Widiadi, AN, & Utami, IWP (2016). Sebuah model implementasi lesson study microteaching di
pendidikan calon guru sejarah.Jurnal Pendidikan dan Praktek, 7(27) 10-14.
Putri, Zulkardi, Setyorini, Meitrilova, Permatasari, Saskiyah, & Nusantara, Merancang Proyek Menu Sehat…. 145

Wijaya, A., van den Heuvel-Panhuizen, M., Doorman, M., & Robitzsch, A. (2014). Kesulitan dalam
memecahkan tugas matematika PISA berbasis konteks: Analisis kesalahan siswa.
Penggemar Matematika,11(3), 555-584.
Zulkardi & Putri, RII (2019). Kurikulum matematika sekolah baru, PISA dan PMRI di Indonesia. Di.
CP. Visto Yu dan TL Toh (Eds.),Kurikulum Matematika Sekolah, Pendidikan Matematika-
Perspektif Asia(hal.39-49). https://doi.org/10.1007/978-981-13-6312-2_3.

Zulkardi & Putri, RII (2020). Mendukung guru matematika untuk mengembangkan tugas melompat menggunakan
Kerangka kerja PISA (JUMPISA).Jurnal Pendidikan Matematika, 14(2), 199-210. https://
doi.org/10.22342/jpm.14.2.12115.199-210.

Zulkardi, Putri RII, & Wijaya A. (2020). Dua Dekade Pendidikan Matematika Realistik di
Indonesia. Dalam: van den Heuvel-Panhuizen M. (eds)Refleksi Internasional tentang
Didaktik Matematika Belanda. ICME-13 Monograf.Cham: Pegas.
https://doi.org/10.1007/978-3-030-2022301_18.
146 Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 12, No. 1, Januari 2021, hlm. 133-146

Anda mungkin juga menyukai