Anda di halaman 1dari 2

ARTIKEL JEJAK KARBON MERUSAK BUMI

Oleh Nirmala Handayani

Saat ini bumi mengalami pemanasan global dan perubahan iklim yang cukup ekstrem, hal tersebut
terjadi diakibatkan oleh gas emisi karbon yang dikeluarkan oleh miliaran manusia secara berlebihan
dan dapat berdampak sangat buruk bagi bumi,lingkungan ataupun manusia.

Jejak karbon (carbon footprint) merupakan ukuran jumlah total dari karbon dioksida (CO2). Jejak
karbon adalah suatu ukuran dari aktivitas manusia yang menimbulkan dampak terhadap bumi atau
lingkungan sekitar. Jejak karbon juga dapat diartikan sebagai jumlah emisi gas rumah kaca yang
dikeluarkan secara pribadi atau kelompok dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.

Berdasarkan data yang diambil dari Global Carbon Atlas dan Indonesia menjadi salah satu negara
yang disebutkan dalam riset tersebut. Riset ini diluncurkan bersamaan dengan momen Sidang
Umum PBB di mana para pemimpin dunia berkumpul untuk berdiskusi mengenai tantangan global
seperti krisis iklim.

Riset ini menganalisis bagaimana emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan konsumsi masyarakat
baik dari konsumsi makanan, listrik, hingga penerbangan dan transportasi berbahan bakar fosil telah
melepas karbon ke atmosfer.

Emisi karbon ini menyebabkan peningkatan suhu Bumi yang mengakibatkan banyaknya bencana
alam dan berdampak pada masyarakat kalangan bawah.

Selama pandemi, emisi karbon global sempat mengalami penurunan karena adanya peraturan
(lockdown) yang mengakibatkan terbatasnya aktivitas di luar seperti berkurangnya penggunaan
kendaraan yang mengeluarkan karbondioksida yang dilakukan di hampir seluruh dunia. Namun,
angka emisi karbon global akan cenderung kembali meningkat setelah pemerintah di banyak negara
mulai melonggarkan aturan lockdown dan masyarakat kembali menjalani aktivitas sehari-hari seperti
biasa.

Faktanya negara Indonesia menyumbang jejak karbon dengan rata-rata 3,62 tonCO2 /tahun.
Menurut analisa Carbon Brief, negara penyumbang emisi CO2 terbesar sejak 1850 adalah Amerika
Serikat dengan jumlah 509 miliar ton atau 20 persen dari total emisi secara global.

Di bawahnya ada China (11 persen), Rusia (7 persen), Brazil (5 persen), dan Indonesia (4 persen). Dua
negara yang disebut terakhir pada daftar ini sebagian besar karena penggundulan hutan
(Deforestasi). Sementara di urutan berikutnya secara berturut-turut adalah Jerman, India, Inggris,
Jepang, dan Kanada.

Adanya emisi gas karbon yang berlebihan, yang dihasilkan dari banyaknya aktivitas manusia yaitu
kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin, solar, atau gas akan menghasilkan
jejak karbon dari proses pembakaran bahan bakar tersebut. Bepergian menggunakan kendaraan
pribadi artinya kita berkontribusi untuk menghasilkan lebih banyak gas emisi (CO2), dan memakan
makanan yang mengandung emisi karbon yang tinggi.

Penyebab dari pengeluaran jejak karbon secara berlebihan =

1. Penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil

2. Borosnya penggunaan energi listrik dan air

3. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung jejak karbon secara berlebihan

Dampak yang terjadi akibat pengeluaran jejak karbon yang berlebihan =

1. Banyaknya polusi udara yang membuat saluran pernapasan terganggu

2. Terjadinya peningkatan suhu global akibat dari panasnya energi listrik

3. Jumlah jejak karbon yang semakin banyak mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim
yang ekstrem

Cara mengurangi pengeluaran jejak karbon =

1. Menggunakan transportasi umum, berjalan kaki, naik sepeda, dan mencari alternatif dari bahan
bakar fosil

2. Menggunakan energi listrik dan air secara tidak berlebihan atau secukupnya

3. Mengurangi konsumsi makanan yang dapat menghasilkan jejak karbon

PENEGASAN ULANG NYA BELUM DIREVISI

Anda mungkin juga menyukai