Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH STRESS PADA MASYARAKAT URBAN DAN

MASA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Mata Kuliah Pengelolaan Stres C-1

Disusun Oleh:
Ahmad Alifiandy 111911133141
Bagaskoro Panggih Nugrahanto 111911133203

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
A. Pengertian dan Konsep Stres
Stress pada masyarakat urban adalah suatu bentuk stressor yang dihadapi
individu saat berada dalam lingkungan urban atau perkotaan. Kehidupan perkotaan
yang memiliki tingkat pengangguran, kasus kriminal, dan polusi yang tinggi
menyebabkan rasa tidak aman dan rasa tidak tentu menjadi stressor yang harus
dihadapi oleh masyarakat kota (Ewart & Suchday, 2002). Adanya revolusi 4.0 dapat
memperparah stressor kehidupan urban yang sebelumnya tinggi. Munculnya
perkembangan automasi, teknologi digital, meningkatkan ketidaktentuan yang
sebelumnya sudah tinggi.
Konsep stress yang dialami masyarakat urban terkait dengan kondisi sosio
ekonomi masyarakat. Masyarakat yang memiliki kondisi sosio ekonomi rendah
cenderung kesulitan untuk mengendalikan stress yang dialami, begitu juga sebaliknya
(Steptoe & Feldman, 2001).
B. Dinamika Stres
Stress yang dialami oleh masyarakat urban diakibatkan oleh kesenjangan
sosial memiliki dampak yang signifikan pada kondisi well being mereka. Penelitian
Broadman dkk (2001) menunjukkan adanya kesenjangan sosial meningkatkan
kecenderungan konsumsi narkotika pada masyarakat. Masyarakat urban terutama
yang memiliki pendapatan di bawah rata-rata lebih rentan untuk terpapar stressor
berat seperti kriminalitas, pengangguran, dan kekerasan. Selain itu stressor lain dari
lingkungan seperti polusi dapat menjadi sumber penyakit. Pemukiman yang
terdampak oleh stressor tersebut meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker.
Dampak lainnya mempengaruhi kesehatan mental orang dewasa, perilaku
pengasuhan, dan depresi (Steptoe & Feldman, 2001),

C. Coping Stress
Setiap individu pasti pernah menghadapi suatu kondisi yang menimbulkan
stress bagi dirinya. Stress yang menumpuk dan tidak segera diatasi dapat
menimbulkan masalah baru bagi individu. Stress yang tidak segera diatasi dalam
jangka panjang dapat menyebabkan perubahan suasana hati (mood) hingga depresi.
Oleh karena itu, diperlukan strategi guna menghadapi dan mengurangi dampak dari
stress tersebut. Strategi tersebut biasa disebut dengan coping stress. Individu satu
dengan individu lain tentu memiliki perbedaan dalam melakukan coping stress.
Perbedaan terkait coping stress yang dilakukan oleh individu juga dijelaskan oleh
Lazarus & Folkman (1984) dalam bukunya yang berjudul Stress, Appraisal, and
Coping. Menurut Lazarus & Folkman (1984) terdapat 2 (dua) jenis strategi coping
stress, yaitu Emotion-focused Forms of Coping dan Problem-focused Forms of
Coping. Emotion-focused Forms of Coping didefinisikan sebagai strategi coping yang
berfokus pada emosi. Lazarus & Folkman (1984) mengartikan strategi coping ini
sebagai proses kognitif yang diarahkan pada meminimalkan tekanan emosional
termasuk strategi penghindaran, meminimalisir, menjaga jarak, perhatian selektif,
membandingkan hal positif, dan mengambil nilai positif dari suatu peristiwa negatif.
Kebanyakan strategi ini berasal dari teori dan penelitian tentang proses defensif dan
muncul hampir pada setiap peristiwa yang menimbulkan tekanan pada diri individu.
Sementara itu, Problem-focused Forms of Coping didefinisikan sebagai
strategi coping yang berfokus pada masalah mirip dengan strategi yang digunakan
untuk penyelesaian masalah. Pada strategi coping ini, individu lebih berfokus pada
strategi dalam menyelesaikan masalah yang ia hadapi seperti mendefinisikan masalah,
menghasilkan solusi alternatif, mempertimbangkan cost dan benefit, memilih cara
yang dirasa paling tepat guna menyelesaikan masalah, serta melakukan aksi
penyelesaian masalah.
Strategi coping yang dilakukan oleh masyarakat urban dan masa revolusi
industri 4.0 dapat bermacam-macam. Salah satu strategi coping yang sempat populer
di kalangan generasi milenial beberapa waktu lalu adalah self healing. Konsep ini
termasuk ke dalam Emotion-focused Forms of Coping karena berfokus pada
penekanan emosi pada diri individu. Self healing secara harfiah mengandung makna
penyembuhan diri karena kata healing sendiri diartikan sebagai “a process of cure”:
suatu proses pengobatan/penyembuhan. Self healing dimaksudkan sebagai suatu
proses pengobatan atau penyembuhan yang dilakukan sendiri melalui proses
keyakinannya sendiri dan juga didukung oleh lingkungan dan faktor eksternal
penunjang (Crane & Ward, 2016 dalam Bachtiar & Faletehan, 2021). Self healing
dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal baru atau kegiatan yang disenangi oleh
individu seperti mencari suasana baru pergi ke pantai, mendaki gunung, atau kegiatan
lainnya.
Stres yang dihadapi oleh masyarakat urban tidak jauh-jauh dari masalah antara
dirinya dengan kehidupan pekerjaan atau pendidikan, seperti banyak menghabiskan
waktunya untuk pekerjaan atau pendidikannya tanpa mengimbanginya dengan
refreshing sehingga hal ini akan menimbulkan burn out bagi dirinya. Hal ini dapat
diatasi dengan mencari suasana baru, seperti Work From Bali dan sebagainya.
Kegiatan bekerja dari rumah bagi sebagian orang merupakan kegiatan yang
membosankan, ditambah lagi apabila situasi di rumah kurang kondusif untuk bekerja
dari rumah sehingga tak jarang individu akan mencari suasana baru untuk bekerja.
Strategi coping lain yang dapat dilakukan adalah menghabiskan waktu
bersama teman-teman. Bagi sebagian orang, menghabiskan waktu bersama teman
dapat mengurangi beban yang ia pikul meskipun hanya sejenak. Hal ini karena saat
bersama teman, individu dapat berbagi cerita masalah yang ia hadapi sehingga
individu akan mendapatkan dukungan sosial dari teman-temannya.
REFERENSI

Bachtiar, M. A., & Faletehan, A. F. (2021). Self-Healing sebagai Metode Pengendalian

Emosi.

Boardman, J. D., Finch, B. K., Ellison, C. G., Williams, D. R., & Jackson, J. S. (2001).

Neighborhood Disadvantage, Stress, and Drug Use among Adults. Journal of Health

and Social Behavior, 42(2), 151. https://doi.org/10.2307/3090175

Ewart, C. K., & Suchday, S. (2002). Discovering how urban poverty and violence affect

health: Development and validation of a neighborhood stress index. Health

Psychology, 21(3), 254–262. https://doi.org/10.1037/0278-6133.21.3.254

Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. Springer Publishing

Company.

Matheson, F. I., Moineddin, R., Dunn, J. R., Creatore, M. I., Gozdyra, P., & Glazier, R. H.

(2006). Urban neighborhoods, chronic stress, gender and depression. Social Science &

Medicine, 63(10), 2604–2616. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2006.07.001

Steptoe, A., & Feldman, P. J. (2001). Neighborhood problems as sources of chronic stress:

Development of a measure of neighborhood problems, and associations with

socioeconomic status and health. Annals of Behavioral Medicine, 23(3), 177–185.

https://doi.org/10.1207/s15324796abm2303_5

Anda mungkin juga menyukai