Disusun Oleh:
KAHAR BANDA
14.11.106.701501.1504
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memproleh Gelar Sarjana Sains Trapan Pada Program
Disusun Oleh:
KAHAR BANDA
14.11.106.701501.1504
i
ii
iii
ANALISIS RISIKO PEKERJAAN PEMELIHARAAN OPTICAL
DISTRIBUTION POINT PADA PT. TELKOM AKSES BALIKPAPAN
ABSTRAK
PT. Telkom Akses Balikpapan dalam proses produksi memiliki berbagai macam potensial
bahaya keselamatan dan kesehatan kerja. Dari tahun 2017-2018 terdapat 3 kasus kecelakaan kerja
yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis bahaya berdasakan dampak keparahan kecelakaan
kerja yaitu terdapat 1 kasus kecelakaan ringan, 1 kasus kecelakaan sedang dan 1 kasus kecelakaan
berat. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan tersebut belum mampu mendeteksi semua potensi
bahaya kecelakaan kerja yang ada dalam perusahaan. Dalam mendeteksi semua potensi bahaya
kecelakaan kerja perlu adanya identifikasi bahaya Job safety analysis (JSA) teknik ini bermanfaat
untuk menidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan. Penilaian risiko
menggunakan metode semi kualitatif dengan menggunakan risk matrik yang menyatakan level
risiko yang dimiliki setiap langkah pekerjaan meliputi level sangat tinggi, tinggi, sedang, dan
ringan. Pada risiko terparah ditemukan beberapa potensi bahaya yaitu tersengat listrik, terpeleset
dari tangga. Dan beberapa risiko lainnya yang berasal dari alat kerja yang digunakan. Sedangkan,
untuk pengendalian risiko menggunakan eliminasi,substitusi, pengendalian teknis, pengendalian
administratif dan APD.
Kata Kunci : Keselamatan Keselamatan Kerja, Job safety analysis (JSA)
iv
RISK ANALYSIS OF OPTICAL DISTRIBUTION POINT MAINTENANCE IN
PT. TELKOM ACCESS BALIKPAPAN
ABSTRACT
PT. Telkom Balikpapan access in the production process has various potential
occupational safety and health hazards. From 2017-2018 there are 3 cases of work accidents that
can be classified into three types of hazards based on the impact of the severity of work accidents,
namely 1 case of minor accident, 1 case of moderate accident and 1 case of severe accident. This
can occur because the company has not been able to detect all the potential hazards of work
accidents in the company. In detecting all the potential hazards of work accidents it is necessary
to identify hazards. Job safety analysis (JSA) is a useful technique for identifying and analyzing
hazards in a job. Risk assessment uses a semi-qualitative method using a risk matrix that states the
level of risk possessed by each step of the work includes very high, high, medium, and light levels.
At the worst risk, several potential hazards were found, namely being electrocuted, slipping from
the stairs. And some other risks that come from working tools used. Meanwhile, risk control uses
elimination, substitution, technical control, administrative control and PPE.
Keywords: Safety Safety, Job safety analysis (JSA)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
POINT PADA PT. TELKOM AKSES BALIKPAPAN”. skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Sarjana (S1) Diploma
D4-K3 keselamatan dan kesehatan kerja Universitas Balikpapan. Pada kesempatan ini
penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Kepada semua pihak yang memberikan bantuan moril dan materiil baik
secara langsung maupun tidak langsung hingga tersusunnya skripsi ini, melalui kesempatan
1. DR. Adv. Piatur Pangaribuan, A.Md., S.H., M.H., C.L.A. selaku Rektor Universitas
Balikpapan.
3. dr. Iwan Zulfikar M.Si selaku Kepala Prodi Studi Diploma D4-K3 di Universitas
Balikpapan.
Balikpapan.
6. PT. TELKOM AKSES Balikpapan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
vi
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
viii
2.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja .......................... 10
ix
2.7.2 Analisis Risiko ......................................................................... 49
x
3.10 Penyajian Data ................................................................................. 79
BAB V KESIMPULAN
LAMPIRAN ...........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Telkom Akses Witel Balikpapan ............ 86
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
3. Wawancara
4. Kuisioner NBM
5. Dokumentasi Penelitian
xiv
DAFTAR SIMBOL
xv
BAB I
PENDAHULUAN
atau instansi tak terlepas dari peralatan yang berteknologi tinggi dan modern.
Untuk itu harus diimbangi dengan keahlian dari karyawannya untuk dapat
sampai terjadi kecelakaan kerja, dapat berakibat fatal. Kecelakaan kerja dapat
menimbulkan kerugian, bukan hanya materi tetapi juga non materi, misalnya
Kecelakaan kerja dapat terjadi terhadap setiap orang kapan saja dan
dimana saja, untuk itu perlu pencegahan kecelakaan kerja sehingga karyawan
dapat bekerja dalam lingkungan kerja yang lebih baik, lebih nyaman dan akhirnya
bekerja secara lebih produktif. Salah satu kiat yang perlu diterapkan perusahaan
tenaga kerja. Dalam hal ini perusahaan perlu melaksanakan program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan
1
Pelaksanaan program K3 disamping memberikan perlindungan terhadap
kecelakaan kerja dan mencegah kerugian yang besar bagi perusahan, juga akan
terjadinya kecelakaan kerja sehingga mereka tidak merasa khawatir saat bekerja.
Sedangkan Kesehatan kerja menurut Kasmir (2016) adalah upaya untuk menjaga
agar karyawan tetap sehat selama bekerja, artinya jangan sampai kondisi
lingkungan kerja akan membuat karyawan tidak sehat atau sakit. Oleh karena itu,
2
kerja karyawan dengan ditemukannya kenaikan produktivitas sebesar 15,41%.
(Hidayah: 2013)
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap prestasi kerja karyawan pada PT.
keselamatan kerja yang baik kepada karyawan maka karyawan merasa aman dan
nyaman dalam bekerja terutama bagi karyawan lapangan yang pekerjaannya lebih
berbahaya, misalnya karyawan teknik yang harus siap apabila ada pemadaman
oleh Telkom. PT. Telkom Akses bergerak dalam bisnis peyediaan layanan
Gedung Telkom Jakarta Barat Jl. S.Parman Kav. 8 Jakarta Barat 1140.
operasi PT. Telkom Akses yang berada di seluruh Kawasan Nusantara yang
terbagi dalam lima wilayah operasi, yaitu: 1) Wilayah Operasi Sumatera, 2)
PT. Telkom Akses merupakan bagian dari komitmen Telkom untuk terus
level dunia.
layanan yang dikenal dengan istilah Triple Play Service yaitu layanan akses
internet cepat, suara (jaringan telepon, PSTN) dan video (TV kabel) dalam satu
4
PT. Telkom Akses Balikpapan yang berlokasikan di Jl. MT Haryono
Fiber Zone Operation Padang, Project Deployment & SDI Balikpapan, dan
Maintenance Balikpapan. Dimana dua dari tiga bagian pekerjaan tersebut adalah
Home) dan bagian Fiber Zone Operation Padang yang memiliki sub bagian
Teknik Consumer Service (CS) yang bertugas untuk memasarkan produk Telkom
seperti Indihome, WiFi ID, dan lainnya. Maka jenis kecelakaan kerja yang akan
timbul yaitu terjatuh dari ketinggian, tersengat listrik, terluka benda–benda tajam,
diantaranya kecelakaan kerja kategori sedang berjumlah satu orang dan kategori
berat berjumlah tiga orang. Sementara hingga bulan juli tahun 2017 terdapat tiga
ringan sebanyak satu orang dan kategori berat sebanyak dua orang. Dapat
disimpulkan kecelakaan yang terjadi sepanjang tahun 2018 sampai juli 2019
motor di jalan raya pada saat masih berada dalam waktu kerja dan masih terdapat
bentuk tugas akhir dengan judul “Analisis Resiko Pekerjaan Pemilharaan Optical
6
1.3 Batasan Masalah
Optical Distribution Point, dilokasi terminal Batu Ampar dalam menggunakan tangga
dan Alker, penelitian ini menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) terhadap
penilaian bahaya yang ada pada aktivitas Pemiliharaan Optical Distribution Point di
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
1. Bagi Perusahaan
2. Bagi Penelitian
Balikpapan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari tanah atau lebih dari 2 meter dan memiliki potensi jatuh dan harus dilengkapi
dengan arrestor (pelindung tubuh dengan memanfaatkan Lanyards ganda) atau harus
Menurut Rope and Work Corporation yang dimaksud bekerja diketinggian adalah
pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi (high risk activity) yang memerlukan
1. Bekerja di ketinggian 4 feet (1.24 meter) atau lebih dari atas lantai atau
9
2. Bekerja pada ketinggian 6 feet (1.8) atau lebih pada pinggiran atau sisi
yang terbuka.
3. Bekerja di ketinggian 10 feet (3.1 meter) atau lebih pada pinggiran atau
ketinggian adalah:
pegangan tangan yang disetujui oleh personil yang berwenang atau tidak
4. Peredam gocangan
10
d) Pemeriksaan visual “fall arrest equipment” dan system sudah dilakukan
disingkirkan.
yang dikarenakan kondisisnya tidak lazim. Pada dasarnya ada 4 terpenting yang harus
diperhatikan dalam menangani pekerjaan pada posisi di ketinggian yaitu: pelaku atau
pekerja, kondisi lokasi (titik atau lokasi pekerjaan), teknik yang digunakan, dan
terutama mengenai tingkat risiko yang dapat ditimbulkannya, memiliki teknik yang
dapat mengantisipasi risiko bekerja di ketinggian serta didukung peralatan safety yang
Namum demikian, hal yang terpenting dalam melakukan suatu pekerjaan adalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal penting yang harus
pada saat melaksanakan pekerjaannya, serta selalu dalam keadaan sehat dan selamat
selama bekerja di tempat kerja, sehingga karyawan akan bekerja lebih produktif dan
kinerja karyawan pada PT. Guna Mekar Industri Semarang dapat disimpulkan
semakin tinggi program K3 yang terdapat diperusahaan berimbas pada semakin tinggi
pula kinerja karyawan yang ada, begitu pula sebaliknya. K3 memiliki pengaruh
keselamatan kerja yang baik sangat penting diterapkan di dalam perusahaan, sehingga
12
Kesehatan kerja menurut Kasmir (2016) adalah upaya untuk menjaga agar
karyawan tetap sehat selama bekerja, artinya jangan sampai kondisi lingkungan kerja
akan membuat karyawan tidak sehat atau sakit. Dengan demikian kesehatan kerja
suatu hal yang harus diperhatikan karyawan, termasuk ketika mereka melaksanakan
Untuk itu kondisi kesehatan kerja karyawan haruslah menjadi perhatian utama
kerja dan penyakit akibat kerja di PT. Telkom Akses Balkpapan sangat kecil, dan
karyawan menjadi lebih semangat untuk berangkat kerja tiap harinya. Perusahaan
memberikan beberapa jaminan kesehatan yaitu adanya poliklinik gratis yang buka 24
jam didalam pabrik, selain itu perusahaan juga memberikan Jamsostek (Jaminan
Akses Balikpapan telah sesuai dengan yang diinginkan, diharapkan dan dibutuhkan
oleh karyawan.
2.2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Tujuan utama dari K3 adalah untuk melindungi karyawan dari segala bentuk
kecelakaan kerja dan untuk menciptakan suasana kerja yang sehat dan aman. Jika
karyawan merasa aman dan nyaman saat melakukan pekerjaannya, maka diharapkan
perusahaan.
Kerja yaitu:
6. Menekan biaya.
keuntungan, dan hal ini menjadi tujuan utama mereka. Hal tersebut merupakan suatu
hal yang sangat wajar, tetapi masalahnya adalah bagaimana cara memperoleh
14
keuntungan itu sendiri. Apakah etis apabila dalam upaya memperoleh keuntungan itu
mereka yang berpendapat bahwa kecelakaan kerja itu merupakan hal yang biasa
ikut terlibat. Serta adanya dukungan anggaran, peralatan, dan prosedur yang baik,
maka terbuka peluang terciptanya lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
2. Lebih produktif
Adanya jaminan K3 yang dilakukan oleh perusahaan terhadap karyawan,
Dengan demikian mereka akan bekerja lebih efektif dan efisien serta lebih
tujuan perusahaan.
oleh banyak faktor. Salah satu di antaranya adalah kondisi lingkungan kerja,
seperti kecukupan penerangan, suhu udara, dan sirkulasi udara dalam ruangan.
4. Berkurangnya risiko kerugian yang lebih besar
pekerjaan dapat menimpa siapa saja, baik itu karyawan biasa maupun pimpinan
Proses ini tentu telah menelan banyak biaya sehingga sudah seharusnyalah bahwa
biaya yang banyak ini tidak boleh hilang percuma sebagai akibat karyawan
pekerjaannya sehingga karyawan ini tidak mampu lagi berprilaku kerja seperti
yang diharapkan.
perusahaan itu dapat dikenai sanksi mulai dari teguran sampai pencabutan izin
operasionalnya.
16
2.3 Kecelakaan Kerja
yang tidak diduga semula dan tidak di kehendaki, yang mengacaukan proses yang
telah di atur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak di duga yang dapat mmenimbulkan korban
manusia dan atau harta benda. kejadian yang tak terduga dan tidak di harapkan
dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih lagi dalam
sebagai berikut:
selanjutnya bisa bekerja kembali seperti semula (sama dengan kondisi sebelum
Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa kecelakaan kerja
selanjutnya bisa bekerja kembali seperti semula (sama dengan kondisi sebelum
Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa kecelakaan kerja,
tidak bisa bekerja kembali seperti semula (sama dengan kondisi sebelum menjadi
korban kecelakaan kerja) dalam waktu lebih dari 2 x 24 jam setelah diberi
pengobatan seperlunya. Atau bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban
diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen penyebab atau objek kerja, jenis
a. Terjatuh
18
c. Tertumpuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh
i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaann yang datanya tidak cukup atau kecelakaan lain
d. Lingkungan kerja
f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau data tidak
memadai.
a. Patah Tulang,
f. Luka-luka lain,
g. Luka dipermukaan,
i. Luka bakar,
k. Akibat cuaca,
l. Mati lemas,
n. Pengaruh radiasi,
b. Anggota atas,
c. Anggota bawah,
d. Banyak tempat
Sangat jarang kecelakaan timbul dari suatu penyebab, pada umumnya merupakan
dari kombinasi dari faktor yang secara simultan muncul. Seseorang tidak akan mengenai
kecelakaan tanpa ada faktor yang memepengaruhi, seperti dijumpainya kondisi yang
20
tidak aman, dan berinteraksi juga dengan pekerja yang bekerja tanpa tujuan dalam
1. Kondisi yang berbahaya (Unsafe Condition), yaitu: kondisi yang tidak aman dari
mesin bubut, lingkungan kerja , proses kerja , sifat pekerjaan dan cara kerja.
(Human Error) yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi oleh sikap dan
karena itu kecelakaan merupakan kejadian yang dapat di cegah (Arifin, 2015).
1. Peraturan Perundang-undangan
3. Pengawasan
Pengawasan yang bersifat teknik adalah yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-
5. Treiset Medis
fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis dan keadaan fisik
6. Penelitian Psikologis
22
Penelitian secara statistik adalah untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja dalam pekerjaan apa dan apa
penyebabnya.
8. Pendidikan Keselamatan
9. Latihan-latihan
Latihan-latihan adalah latihan praktek bagi tenaga kerja khususnya tenaga kerja
10. Penggairahan
11. Asuransi
misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang di bayar oleh perusahaan, jika
akibat kerja di perlukan kerja sama aneka keahlian atau profesi seperti pembuat
undang-undang pegawai pemerintah ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli
2.4 Bahaya
bahaya menurut ISO 45001: 2018 adalah sumber situasi atau tindakan yang
manusia.
Bahaya merupakan faktor intrinsik yang ada pada suatu barang atau
kerugian.
24
c) Menunjukkan bahwa bahaya tertentu telah atau belum dilengkapi alat pelindung
keselamatan kerja.
b) Menentukan kualifikasi fisik dan mental seseorang atau tenaga kerja yang diberi
tugas.
d) Menentukan hal- hal atau lingkup yang harus dianalisa lebih lanjut.
e) Untuk tujuan non keselamatan kerja seperti peningkatan mutu dan keandalan.
membantu praktisi akses tali dan pengurus menentukan tingkat risiko yang ada
yang dilakukan.
c) Dokumen tertulis identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus tersedia di tempat
kerja.
d) Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dibuat oleh ahli K3 yang kompeten
dalam metode akses tali atau teknisi akses tali tingkat 3 dengan berkonsultasi
memberikan arahan (briefing), sebagai informasi bagi mitra kerja atau acuan bagi
f) Setiap pekerja hanya dapat melakukan pekerjaan dengan akses tali jika
hazard di tempat kerja, juga dapat membagi tempat kerja atau objek kerja
berdasarkan:
b. Perbedaan jenis objek kerja, seperti: objek kerja yang berpindah-pindah atau
26
c. Perbedaan fungsi atau proses kerja.
e. Penerangan, landasan kerja, lantai lalu lintas orang dan barang, alat angkat dan
Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara mengenali proses pekerjaan yang terdapat
1. Mempelajari Informasi
2. Survey
Survey adalah suatu aktivitas dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang dilakukan
untuk suatu keperluan yang lebih sempit, misalnya: Survey terhadap faktor-
faktor fisika (panas matahari, radiasi ultra ultra violet, tingkat kebisingan yang
3. Wawancara
bahaya.
4. Inspeksi
5. Observasi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang telah terjadi dalam pelaksanaan
pekerjaan suatu proyek. Hal ini perlu dilakukan sebagai pembelajaran agar
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tersebut tidak terjadi lagi dikemudian
tenaga kerja.
28
Bahaya pekerjaan adalah faktor–faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat
Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut
1) Peralatan
Di tempat kerja akan digunakan berbagai peralatan kerja seperti, tangga, gerindra,
alker, tools dan lainnya. Semua peralatan tersebut dapat menjadi sumber bahaya
bagi manusia yang menggunakannya. Misalanya tangga yang tidak baik atau
rusak dapat mengakibatkan bahaya jatuh dari ketinggian. Mesin yang berputar
bahaya kinetik. Peralatan listrik dapat menimbulkan bahaya listrik seperti terkena
sengatan listrik, terjatuh dari atas tiang. Peralatan yang digunakan dalam suatu
proses dapat menimbulkan bahaya jika tidak digunakan sesuai dengan fungsi,
tidak ada pelatihan penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung
2) Material
Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, dan mengandung berbagai
3) Proses
Kegiatan produksi menggunakan berbagai jenis proses baik bersifat fisik atau
kimia. Sebagai contoh dalam proses pengolahan minyak digunakan proses fisik
dan kimia dengan kondisi operasi seperti temperature yang tinggi atau rendah,
tekanan, aliran bahan, perubahan bentuk dari reaksi kimia, penimbunan dan
Proses produksi dikemas melalui suatu sistem dan prosedur operasi yang
diperlukan sesuai dengan sifat dan jenis kegiatan. Secara langsung sistem dan
produser tidak bersifat bahaya, namun dapat mendorong timbulnya bahaya yang
potensial. Sebagai contoh, sistem pengaturan kerja bagi seorang sopir secara 8
jam terus menerus akan menimbulkan kelelahan. Faktor kelelahan ini akan
konsentrasi, mengantuk dan kehilangan daya reaksi yang pada akhirnya dapat
5) Cara kerja
30
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sendiri dan orang lain
disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain cara kerja yang mengakibatkan
hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.
a) Bahaya Listrik
Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energy listrik, Energi
b) Bahaya Kimiawi
Bahaya kimiawi mengandung berbagai potensi bahya sesuai dengan sifat dan
2. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritas seperti asam keras,
c) Bahaya Fisik
Bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari faktor fisik, yang termasuk
1. Eyetrain.Penerangan
2. Temperature
serius.
d) Bahaya Biologis
Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahwa yang bersumber dari unsur biologis
seperti flora dan fauna yang terdapat pada lingkungan kerja atau berasal dari
aktifitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,
(APD),
1. Prosedur
Prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus
dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu memperoleh hasil yang
32
sama dari keadaan yang sama (contohnya prosedur kesehatan dan keselamatan kerja).
Prosedur adalah perincian langkah-langkah dari sistem dan rangkaian kegiatan yang
saling berhubungan erat satu sama lainnya untuk mencapai tujuan tertentu.
suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akibat. Prosedur dapat
diartikan juga:
b) Subrutin atau metode (ilmu komputer), sebuah sub program yang merupakan
e) Prosedur hukum
f) Prosedur parlemen
Sedangkan menurut Wikipedia yang dimaksud Alat Pelindung Diri (APD) adalah
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah
Indonesia.
Alat Pelindung Diri (APD) dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.
Seperti yang disebutkan di atas, salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
menangulangi kondisi bahaya sebelum kontak adalah dengan pembuatan JSA. JSA
atau sering disebut Analisa Keselamatan Pekerjaan merupakan salah satu sistem
penilaian resiko dan identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaan ditekankan pada
34
sebelumnya diabaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitas/alat kerja, mesin
Arif (2014) JSA merupakan salah satu usaha dalam menganalisa tugas dan
JSA merupakan salah satu langkah utama dalam analisa bahaya dan
fisik atau perbaikan prosedur kerja yang dapat mereduksi bahaya kerja. Dalam
pengawasan dan penulisan uraian kerja yang dikenal sebagai JSA untuk
2) Sebagai alat kontak safety (safety training) terhadap tenaga kerja baru
pengerjaannya, yaitu :
pembuatan JSA.
JSA (Job Safety Analysis) dari pengertiannya saja mengandung arti Identifikasi
Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Bahaya. Langkah awal yang dilakukan dalam
a. Membuat kolom identifikasi semua bahaya potensial yang ada diseluruh area
kerja, yang diidentifikasi adalah : aktivitas, produk dan jasa dari proses kerja
36
tersebut. Diberikan Nilai apakah bahaya yang terlihat dalam kondisi rutin atau
tidak rutin.
teridentifikasi.
pihak terkait.
a) Identifikasi aktivitas, product, jasa, dan human faktor pada tahapan proses.
b) Menentukan apakah tahapan proses termasuk kondisi rutin atau tidak rutin.
akibat kerja.
Dan sebagai tujuan jangka panjang dari program JSA ini diharapkan
tenaga kerja dapat ikut berperan aktif dalam pelaksanan JSA, sehingga dapat
tidak aman (unsafe condition) dan perilaku tidak aman (unsafe action).
38
a) Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis
benda, cidera pada manusia, kerugian kualitas dan kerugian produksi. Hasil
yang berlangsung.
1) Frekuensi kecelakaan
baik luka yang dapat menyebabkan cacat sementara atau luka yang
4) Pekerjaan baru
40
Dalam membuat/menulis langkah-langkah kerja tidak terdapat
standart yang pasti harus sedetail apa suatu langkah kerja harus ditulis.
pembuatan JSA.
yang disebabkan atau ada dari setiap langkah kerja tersebut. Dari proses
standart/hukum.
(kecelakaan).
pengendalian bahaya di lapangan/ tempat kerja. Dalam hal ini tidak ada
seorang pun yang dapat meramalkan seberapa parah atau seberapa
42
3) Dapatkah mendorong (pushing), menarik (pulling), mengangkat
untuk mencapai tujuan ini dengan melihat cara mana yang paling aman.
perkakas.
Jika cara baru tidak ditemukan, maka pada tiap langkah pekerjaan dapat
peralatan, material, perkakas, desain mesin, letak atau lokasi) apa yang
44
3) Menghilangkan bahaya yang masih ada dengan mengganti atau
diperhatikan adalah jawaban harus jelas dan spesifik jika prosedur yang
prosedur kerja yang masih relevan dengan proses kerja yang mengalami
prosedur kerja yang aman bagi keselamatan. Peninjauan ini akan lebih
Resiko dapat diartikan sebagai kejadian yang tidak tentu dan dapat
sebagai peluang munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap
46
suatu objek. Resiko diatur berdasarkan nilai kemungkinan munculnya sebuah
kuantitatif.
terstruktur (Soputan et, al, 2014). Salah satu standart manajemen risiko yang digunakan
secara internasional adalah ISO 45001:2018. Standart ini bersifat generik dapat
kelompok, atau perseorangan karena standart ini tidak spesifik bagi suatu industri atau
sektor tertentu.
yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan dengan baik, mempunyai
baik dengan melihat risiko dan dampak yang dapat ditimbulkan. Metode manajemen
Proses manajemen risiko menurut ISO 45001:2018 dapat di lihat pada gambar
2.
guidelines telah dirilis oleh lembaga standardisasi ISO 45001:2018 yang ditujukan
kepada organisasi yang ingin mengelola risiko secara efektif. ISO 45001:2018
memuat prinsip-prinsip dan kerangka kerja serta proses untuk mengelola segala faktor
risiko secara transparan, sistematis dan kredibel. Melalui manajemen risiko berbasis
48
meningkatkan kinerja manajemen risiko perusahaan sebagai bagian integral dari
sistem manajemen perusahaan. ISO 45001:2018 dapat diterapkan untuk setiap jenis
organisasinya
45001 yang baru. Ada dua komponen utama dalam proses manajemen risiko dalam
analisis risiko, dan evaluasi risiko. Identifikasi risiko merupakan tahap awal dari risk
menggambarkan risiko yang dapat terjadi. Di dalam bidang K3, identifikasi risiko
risiko di sebut juga identifikasi dampak. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi
semua kemugkinan bahaya atau risiko yang mungkin terjadi di lingkungan kegiatan
1) Teknik Pasif
Teknik pasif merupakan cara yang primitive, teknik ini dapat mengidentifikasi
Teknik ini lebih baik dari pada teknik pasif karena mengidentifikasi risiko dengan
belajar dari pengalaman orang lain sehingga kita tidak perlu mengalaminya
sendiri.
3) Teknik Aktif
Metode mengidentifikasi risiko dengan cara pro aktif atau mencari risiko
kecelakaan kerja.
50
Analisis risiko adalah untuk menentukan besarnya suatu risiko yang di cerminkan
dari kemungkinan dan keparahan yang di timbulkan . Sifat risiko adalah untuk
mengetahui tingkat risiko. Tingkat risiko ditentukan oleh tingkat kombinasi dari
berikut:
Consequences
Likelihood
1 2 3 4 5
A H H I I I
B M H H I I
C L M H I I
D L L M H I
E L L M H H
L = Low (Rendah)
M = Madium (Sedang)
H = High (Tinggi)
Terdapat 3 metode analisa risiko yang dapat digunakan yaitu analisa kualitatif, analisa
1) Analisis Kualitatif
kemungknan dan keparahan suatu kejadian yang dinyatakan dalam bentuk rentang dari
risiko paling rendah sampai risiko paling tinggi. Pendekatan kualitatif dilakukan
sebagai langkah awal untuk mengetahui risiko suatu kegiatan atau fasilitas.
Pendekatan ini dilakukan jika data-data yang lengkap tidak tersedia Metode ini
bersifat kasar, karena tidak jelas perbedaan anatara tingkat risiko rendah, medium,
atau tinggi. Hanya sekedar kata-kata, sehingga pembaca atau pihak terkait masih
antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap
saat. Untuk keparahan dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera
52
atau hanya kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulkan kejadian fatal
Adapun ukuran kualitatif dari consequence menurut standar AS/NZS 4360 dapat di
dibanding dengan kualitatif. Pada analisis ini setiap skala kualitatif diberi nilai. Nilai
risiko yang digambarkan dalam angka numerik namun nilai ini tidak bersifat absolut.
3) Analisis Kuantitatif
peringkat seperti pada metode semi kuantitatif. itu, hasil perhitungan kualitatif akan
memberikan data yang lebih akurat mengenai suatu risiko dibanding metode kualitatif
dukungan data dan informasi yang mendalam. Hasil perhitungan secara kuantitatif
akan memberikan gambaran tentang risiko suatu kegiatan atau bahaya. Besarnya
54
risiko dinyatakan dalam angka seperti 1, 2, 3, atau 4 yang dimana 2 mengandung arti
risikonya dua kali lipat dari 1. Oleh karena. itu, hasil perhitungan kualitatif akan
memberikan data yang lebih akurat mengenai suatu risiko dibanding metode kualitatif
dukungan data dan informasi yang mendalam. Hasil perhitungan secara kuantitatif
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan hasil dari analisis risiko dengan
kriteria risiko untuk mengetahui besarnya risiko dapat diterima atau tidak.Ada berbagai
pendekatan dalam menentukan prioritas risiko anatara lain berdasarkan standar Australia
Adapun konsep ALARP (As Low As Reasonably Practicable) dapat di lihat pada tabel
2.4
Tabel 2.4 Konsep ALARP
As Low As Reasonably
pengurangan risiko
Pada bagian merah (risiko tidak dapat diterima) adanya risiko tidak dapat ditolerir,
56
Pada bagian kuning atau daerah ALARP (As Low As Reasonably Practicable),
risiko dapat ditolerir dengan syarat semua pengamanan telah dijalankan dengan baik
pengendalian lebih jauh tidak diperlukan jika biaya untuk menekan risiko sangat
besar sehingga tidak sebanding dengan manfaatnya. Pada area hijau risiko sangat
kecil dan secara umum dapat diterima dengan kondisi normal tanpa melakukan upaya
tertentu.
Risiko yang muncul pada suatu pekerjaan perlu dilakukan pengendalian agar
risiko yang muncul tersebut dapat diterima pekerja dengan risiko yang sekecil atau
seminimal mungkin.
risiko yang disebut dengan pendekatan Hierarchy of Control yang terdiri: 3 dari 5
tahap yaitu eliminasi, subtitusi, engineering control, administrasi, dan APD ( Alat
Pelindung Diri ).
Sumber : osha.gov/shpguidelines/hazard-prevention.html
Apabila suatu resiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah
peraturan dan standart yang berlaku. Pengendalian resiko dapat mengikuti pendekatan
urutan - urutan dalam pencegahan dan pengendalian resiko yang mungkin timbul
yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Hirarki pengendalian resiko
antara lain:
1) Eliminasi
dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang
berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat
pengendalian resiko yang baik, karena resiko terjadinya kecelakaan dan penyakit
2) Subtitusi ( Subtitution )
yang lebih berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman,
58
a. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta.
Rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang
terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengeman mesin, penutup ban
berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu
kebisingan tinggi.
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk
pengendalian dari sumber bahaya itu.Alat pelindung diri sebaiknya tidak digunakan
sebagai pengganti dari sarana pengendalian resiko lainnya. Alat pelindung diri ini
tepat pemilihannya, digunakan secara benar, sesuai dengan situasi dan kondisi
peranan penting di dalam suatu perusahaan industri dan sama pentingnya dengan
aktivitas lainnya seperti pengadaan dan pengawasan bahan baku yang kesemuanya
ditunjukan agar proses produksi yang dilaksanakan oleh mesin-mesin dan peralatan-
beda oleh para ahli ekonomi dan tergantung dari sudut pandang masing-masing
penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan produksi yang memuaskan
Adapun tujuan utama yang hendak dicapai dari adanya kegiatan maintenance
60
a. Untuk memperpanjang usia aset. Ini penting untuk negara berkembang karena
setiap waktu.
dengan produksi.
2. Menjaga kwalitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produksi itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
terganggu.
keseluruhannya.
5. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan
para pekerja.
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi utama dalam rangka
untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan atau return
suatu produksi.
yang rusak, maka akan terjadi gangguan dengan gejala-gejala tertentu. Gejala-
gejala ini merupakan suatu perubahan unjuk kerja peralatan tersebut dari
peralatan pabrik di dalam perusahaan memerlukan suatu metode dan prosedur yang
tepat. Oleh sebab itu manajemen perawatan haruslah dapat membuat dan menyusun
suatu program dan perencanaan perawatan yang efektif. Sehingga dapat menjamin
62
dilakukan di dalam perusahaan-perusahaan industri dapat dibedakan secara umum
1. Preventive maintenance
tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas
produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Dalam
a) Rountine maintenance
Adalah kegiatan perawatan yang dilakukan secara rutin misalnya setiap hari,
b) Periodic maintenance
Adalah kegiatan periodik atau dalam jangka waktu tertentu misalnya satu
minggu sekali atau satu bulan sekali atau meningkat lagi menjadi satu tahun
sekali.
kondisinya masih baik. Preventive maintenance yang ini dimaksudkan untuk menjaga
keselamatan dan menjaga bagian-bagian yang sensitif yang terkena kerusakan untuk
selalu dalam kondisi puncak. Pada fasilitas ini termasuk dalam kategori critical unit
apabila:
para pekerja.
dihasilkan.
produksi.
4. Modal yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut atau harga dari fasilitas
jam kerja mesin atau fasilitas tersebut sebagai jadwal kegiatan misalnya
setiap seratus jam kerja sekali dan seterusnya. Sifat dari kegiatan periodik
ini lebih jauh lebih berat dari pada kegiatan rutin maintenance.
Masalah ini meliputi perawatan terhadap fasilitas yang rusak sama sekali
dimana fasilitas/peralatan yang dipakai hinggá gagal beroperasi yang kemudian harus
diperbaiki.
64
Yang dimaksud Corective Maintenance adalah kegiatan perawatan atau
peralatan yang dilakukan setelah terjadi suatu kerusakan/kelainan pada fasilitas atau
kegiatan produksi apabila terjadi kerusakan yang tiba-tiba pada fasilitas yang
digunakan.
rencana.
hasil produk yang tidak sesuai dengan rencana baik mutu, biaya maupun
ketepatan waktunya.
mengenai tahap kegiatan proses produksi yang tiba-tiba memberikan hal yang
tidak layak. Perawatan ini terdiri dari emergency maintenance (perawatan darurat)
yang merupakan kegiatan perawatan mesin yang memerlukan penanggulangan
yang bersifat darurat agar tidak menimbullkan akibat yang lebih parah.
yaitu kegiatan perawatan yang dilakukan pada waktu proses produksi sedang
berjalan.
dihentikan.
kemungkinan mesin cepat rusak, dan kondisi mesin selalu Siap pakai. Langkah-
Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara memeriksa setiap bagian mesin secara
dengan spesifikasinya.
66
2.9 Optical Distribution Point
Optical Distribution Point adalah tempat terminasi kabel yang memiliki sifat-
sifat tahan korosi, tahan cuaca,kuat dan kokoh dengan konstruksi untuk dipasang
diluar.
ODP dipasang harus sesuai dengan peruntukannya, ODP Pole hanya boleh
dipasang pada tiang, ODP Pedestal dipasang pada permukaan tanah, ODP Wall
dipasang pada dinding dan ODP Clousure hanya boleh dipasang pada kabel SCPT
dan kabel SSW baik pada pertengahan gawang maupun di dekat Tiang.
Cara pemasangan ODP dengan cara memetik salah satu core dari kabel
distribusi secara urut. Kemudian core tersebut dimaskukan kedalam pasif, pasif yang
biasa digunakan pada ODP yaitu pasif 1/8. Sehingga pasif tersebut di split menjadi
delapan.
Gambar 2.3 Contoh Terminasi Kabel pada ODP Tiang, Wall dan Pedestal.
Fiber Optic Distribution Point ( FODP) adalah sebuah perangkat keras yang
berfungsi melindungi sambungan fiber optic. Dan fungsi utama dari FODP adalah
Ada beberapa jenis FODP yang sering di gunakan di sekitar kita, secara basicnya ada
2 jenis yaitu :
68
1. FODP Pole
2. FODP Closure
a. Kabel Fiber Optic adalah kabel serat optik yang digunakan sebagai
b. ODF (Optical Distribution Frame) adalah pusat terminasi serat optik dari
70
c. ODC (Optical Distribution Cabinet) adalah tempat input kabel dari ODF
d. ODP (Optical Distribution Point) adalah tempat input kabel dari ODC dan
output untuk kabel drop ke IKR (Instalasi Kabel Rumah) dan juga tempat
menyimpan splitter.
Gambar 2.9 ODP
Gambar2.10 OTP
f. Rowset adalah terminal batas IKR (Instalasi Kabel Rumah) dengan ONT.
72
Gambar 2.11 Rowset
g. Patchcord adalah kabel serat optik yang memiliki konektor pada tiap
ujungnya.
2) Kabel Drop adalah istilah kabel outdoor dan indoor ke arah pelanggan.
perangkatnya yang terdiri dari perangkat aktif dan pasif. Perangkat Aktif
terdiri dari OLT (Optical Line Termination) dan ONT (Optical Network
g. Selanjutnya dari ONT inilah kita mendapat jaringan akses untuk Internet,
74
Kiranya pembahasan diatas menambah pengetahuan anda
mengenai teknologi Fiber To The Home yang sekarang ini lagi panas-
panasnya.
2.10 Kerangka Pemikiran
Identifikasi Bahaya
Pengendalian Bahaya
Risiko
Prosedur APD Perancah Kecelakaan
Berfungsi
Tidak
Ya
Aman
76
BAB III
METODE PENELITIAN
O.D.P.
terjangkau.
a) Data Primer
b) Data Sekunder
78
Table 3.1 Jadwal Rencana Penelitian
Minggu Ke
No Jenis kegiatan
I II III IV V VI VII
Penyusunan proposal dan
1
konsultasi
2 Seminar proposal
Persiapan penelitian :
a. Pengajuan surat
izin penelitian
b. Menyiapkan
3 perlengkapan
penelitian.
(catatan, handphone,
alat tulis, chklist)
Pelaksanaan penelitian
a. Observasi dan
4 wawancara
b. Konsultasi dan
pembimbingan
Seminar hasil dan
5
perbaikan
3.6 Informan Penelitian
80
berinteraksi langsung pada setiap tahapan proses
1. Asman 1 orang
3. Pekerja 1 orang
3.7 Instrumen Penelitian
sebagai berikut:
bahaya.
82
3.9 Teknik Pengumpulan Data
kebutuhan akan data yang valid. Data yang valid tidaklah diperoleh
sebagai berikut :
sebagai berikut :
a. Pengamatan (Observasi)
b. Wawancara
(Sugiyono, 2011:317)
84
3.11 Diagram Air Penelitian
Mulai
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan penelitian
Pengumpulan Data
studi kepustakaan
Pengelolahan Data
.
Selesai
= Pemecahan Masalah
= Data Penelitian
86
BAB IV
HASIL PENELITIAN
berada di Gedung Telkom Jakarta Barat Jl. S.Parman Kav. 8 Jakarta Barat
wilayah cabang operasi PT. Telkom Akses yang berada di seluruh Kawasan
Perusahaan yang saya teliti saat ini adalah PT. Telkom Akses
mana kegiatan operasi dijalankan dan sejak saat itu aktif dalam pekerjaan jasa
pekerjaan jasa manage service operasi dan pemeliharaan (OM, Operation &
untuk menghadirkan akses informasi dan komunikasi tanpa batas bagi seluruh
layanan yang dikenal dengan istilah Triple Play Services yaitu layanan akses
internet cepat, suara (jaringan telepon, PSTN) dan video (TV Kabel) dalam
88
4.1.2 Visi PT. Telkom Akses Area Balikpapan
Visi PT. Telkom Akses Area Balikapan adalah menjadi perusahaan jasa
2. Memberikan pelayanan prima dengan orientasi tepat mutu, tepat waktu dan tepat
teknologi jaringan akses dan membina hubungan baik dengan lingkungan terkait
pekerjaan konstruksi.
Strukur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
90
4.1.5 Tujuan PT. Telkom Akses Area Balikpapan
indonesia.
access di Indonesia.
perkembangan perusahaan.
92
Bekerja dalam posisi diketinggian memang memerlukan penanganan khusus
Kegiatan ini dilakukan setiap hari saat briefing pagi yang diadakan
pukul 08.00 wib, atau sebelum memulai aktivitas kerja yang diadakan oleh
bagian operasional perusahaan, dimana diakhir sesi akan ada informasi yang
kerja, potensi dan bahaya dari pekerjaan pada PT. Telkom Akses Witel
Balikpapan. Perilaku aman di tempat kerja adalah bagian penting dari program
akibat kerja. Untuk dokumentasi dari Program safety talk pada PT. Telkom
peralatan yang digunakan, kondisi tempat kerja dan tahapan proses pekerjaan
94
kemudian mengalikan nilai probility dengan nilai severity untuk mengetahui
tingkat risiko dari bahaya tersebut. Berikut table identifikasi bahaya sebelum
tabel JSA.
4.1 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pekerjaan Pemeliharaan ODP sebelum dilakukan tindakan pengendalian.
1 Persiapan alat, orang, dan Tangga rusak Terjatuh dari ketinggian 1.1.1 Melakukan pengecekan Alat
intruksi menyebabkan pelindung diri, tangga, dan alat
- cidera / kematian kerja yang kadaluarsa
1.1.2 Pastikan Alat pelindung diri,
tangga, dan alat kerja sudah siap
dan aman sebelum melakukan
progress kerja
1.1.3 Pengunaan alat bantu angkat
1.1.4 Ikut langkah kerja sesuai
Instruksi kerja pengunaan tangga
1.1.5 Gunakan Alat Pelindung
Diri; Body Harness, helm, Sepatu
safety
96
No Tahapan kerja Sumber Bahaya Bahaya Pengendalian Risiko
2 Pemeriksaan tiang - Tiang keropos yang Terjatuh mengakibatkan 2.1.1 Pastikan pijakan saat bekerja
( Observasi dari bawah ) mudah patah - cidera pastikan aman tidak licin
- Peletakan tangga tidak - kematian 2.1.2 Ikut langkah kerja sesuai
seimbang - alat rusak intruksi kerja pemasangan tangga
Bagian tangga yang tajam Terluka goresan / 2.2.1 Peralatan bagian yang tajam
sayatan mengakibatkan 2.2.2 Tutup / hilangkan bagian
- terluka dan terimpeksi yang tajam
3 Pemasangan Tangga dan Peletakan tangga yang Terjatuh dari tangga 3.1.1 Naik tangga secara perlahan
naik tangga tidak seimbang mengakibatkan dan sesuai Instruksi kerja
- patah tulang dan pemasangan tangga
kematian 3.1.2 Gunakan Alat Pelindung
Diri; Body Harnes, helm, Sepatu
saftey
Tangga licin Terpeleset 3.2.1 Pastikan pijakan tangga saat
mengakibatkan bekerja pastikan aman tidak licin
- terjatuh dan memar 3.2.2 Lap tangga yang licin
pada anggota tubuh 3.2.3 Gunakan Alat Pelindung
Diri; Sepatu saftey
Tiang beraliran listrik Tersengat listrik 3.3.1 Memastikan tidak ada kabel
mengkibatkan terkelupas dan memastikan
- Terjatuh dan kematian terisolasi dengan baik agar tidak
membahaykan disekitar area kerja
3.3.2 Ikut langkah kerja sesuai
instruksi pemasangan tangga
97
No Tahap Kerja Sumber Bahaya Bahaya Pengendalian Risiko
4 Pengecekan ODP Posisi tubuh diatas tiang Tejatuh mengakibatkan 4.1.1 Pastikan pijakan saat bekerja
tidak seimbang - patah tulang dan pastikan aman tidak licin
dan penelusuran kabel kematian 4.1.2 Lap tangga yang licin
4.1.3 Ikut langkah kerja sesuai
instruksi kerja pengecekan O.D.P
pada ketinggian
4.1.4 Gunakan Alat Pelindung
Diri; Sepatu safety, body harness,
helm
Posisi tubuh saat berada Tersengat tegangan 4.2.1 Periksa tidak ada kabel
diatas tiang listrik mengakibatkan terkelupas dan periksa kabel
- terjatuh dan kematian terisolasi dengan baik agar tidak
membahaykan disekitar area kerja
5 Penelusuran kabel Kabel yang yang beraliran Tersengat aliran listrik 5.1.1 Periksa tidak ada kabel
listrik mengakibatkan terkelupas dan periksa kabel
- terjatuh dan kematian terisolasi dengan baik agar tidak
membahaykan disekitar area kerja
Alat kerja dan tangga Terbentur 5.2.1 Perhatikan alur jalan tidak
mengakibatkan ada hambatan
- memar luka pada 5.2.2 Pastikan peletakan barang-
tubuh barang ditempat yang sesuai, tidak
menghalang jalan
5.2.3 Gunakan Alat Pelindung
Diri; Sepatu Safety, Helm
98
No Tahapan Kerja Sumber Bahaya Risiko Pengendalian Risiko
99
No Tahap kerja Sumber bahaya Bahaya Pengedalian Risiko
7 Turun tangga dan pelepasan Tangga licin Terpeleset 7.1.1 Pastikan pijakan saat
tangga bekerja pastikan aman tidak licin
pada saat turun tangga
7.1.2 Lap tangga yang licin
7.1.3 Gunakan Alat Pelindung
Diri; Sepatu safety
Peletakan tangga tidak Tertimpa tangga 7.2.1 Pastikan didaerah tiang
seimbang pekerja tidak ada lagi di bawah
tiang pada saat penurunan tangga
7.2.2 Ikut langkah kerja sesuai
instruksi kerja penggunaan tangga
7.2.3 Gunakan Alat Pelindung
Diri; Sepatu safety, sarung tangan
8 Pemeriksaan lingkungan Sisa kabel yang tajam Tersayat / tertusuk pada 8.1.1 Pastikan sisa core patahan
kerja ( house keeping ) anggota tubuh tidak tersisa dilingkungan kerja,
dan memisahkan core yang rusak
8.1.2 Alat dan bahan kerja yang
tajam disimpun sesui tempatnya
100
No Tahapan Kerja Sumber Bahaya Risiko Pengendalian Risiko
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
pekerja, peralatan, alat kerja, tangga . yaitu risiko tersengat listrik, risiko
5.2 Saran
berikut :
102
c) pekerja pada pemakaian alat pelindung diri, agar risiko dari
pekerja.
Arifin dan Anwar, S. (2015). Pengembangan bahan ajar IPA terpadu tema udara
melalui four steps teaching material development. Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Zealand: 52-55
Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep
Kemenakertrans RI.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-
RI.
104
Direktrur Pengawasan Norma K3. 2013. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan
Kemenakertrans RI.
Fauzan, DA. 2011. Penerapan risk managemen dengan metode Job safety analysis
(JSA) sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja di area coal crushing plant
Internasional Labour Organization (ILO). 2013. Pedoman Pelatihan untuk menejer dan
pekerja. Jakarta
Requirement.
Kasmir. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktek). Jakarta:
Rajawali Pers.
Sari, Adyasti. 2016. Penelitian Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Terhadap Kinerja Karyawan Studi kasus PT. Guna Mekar Industri Semarang.
Putri, DWD. 2014. Implementasi Job Safety Analysis (JSA) sebagai langkah awal dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 01/MEN/1985 Bab VIII
PP No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
106
LAMPIRAN
108
KUISIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian:
Mohon berikan jawaban dari masing-masing pilihan pernyataan yang tersedia dengan
Identitas Responden
No. Responden :
Nama :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin :
110
II. Peraturan dan Prosedur K3
1. Apakah peraturan dan prosedur K3 sangat diperlukan di lokasi?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah prosedur K3 mudah diterapkan dengan konsisten?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah ada sanksi terhadap pelanggaran prosedur K3?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah peraturan dan prosedur K3 diperbaiki secara berkala?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah peraturan dan prosedur K3 mudah dimengerti?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah perubahan terhadap peraturan dan prosedur K3 disosialisasikan?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah ada peninjauan ulang terhadap peraturan dan prosedur K3 yang
diterapkan?
a. Ya b. Tidak
V. Lingkungan Kerja
1. Apakah kondisi penerangan dan pencahayaan yang baik dalam mempermudah
melakukan pekerjaan?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah tingkat kesesuaian ruang gerak yang disediakan perusahaan sangat
diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah tinmgkat kesesuaian tata letak peralatan kerja dan mesin dapat
mendukung proses kegiatan pekerjaan?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah persediaan perlengkapan kerja yang cukup dapat mendukung
terlaksananya pekerjaan dengan baik?
a. Ya b. Tidak
112
Lampiran dokumentasi
114
116