13040219140115
Antropologi Konflik B
Abstrak
Kasus penolakan jenazah di Indonesia terus berlangsung sampai saat ini. Hal ini
diakibatkan karena banyak faktor, salah satunya adalah ketidakjelasan informasi mengenai
COVID-19 di masyarakat. Masa transisi Covid-19 yang penuh dengan gejolak, berdampak
terhadap sistem sosial dan struktur sosial. Perubahan inilah yang telah memberikan
konsekuensi sosial berupa tindakan-tindakan menyimpang di masyarakat. Selama masa
pandemi, semua orang akan berpusat pada media masa tradisional maupun internet,
sehingga kepercayaan masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh informasi yang tersedia,
selain kepercayaan, karakteristik masyarakat dan kewenangan kesehatan juga memengaruhi
masa pandemi. Hal ini menimbulkan masalah baru, dimana kelompok rentan yang
berpeluang tinggi terinfeksi virus, berisiko menimbulkan dampak negatif seperti rasa takut,
khawatir, tekanan dari masyarakat, stigma negatif, pengusiran bahkan adanya penolakan
jenazah yang terjangkit COVID-19.
Menutup tahun 2019 lalu, masyarakat dunia dikejutkan dengan mewabahnya virus
baru yang segera menjadi persoalan global dan berdampak sangat serius pada aspek-aspek
kehidupan lainnya. WHO sebagai organisasi kesehatan dunia menetapkan wabah pandemi
global dan menyebutnya sebagai COVID-19 (coronavirus disease 2019) (WHO, 2020).
Dalam waktu singkat, wabah ini kemudian menjadi pandemi dan menjalar ke seluruh dunia.
Wabah itu sendiri didefinisikan sebagai penyakit berbahaya yang menyebar dengan cepat
dan sering menyebabkan kematian Wabah juga merupakan penyakit yang sangat serius dan
dapat menyebabkan banyak kerusakan pada tubuh yang disebabkan oleh organisme
mikroskopis yang disebut bakteri. COVID-19 telah menjangkiti lebih dari 210 negara di
dunia. Setiap saat, media massa di seluruh dunia melaporkan jumlah korban yang terus
meningkat dari waktu ke waktu. Virus yang pertamakali ditemukan di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina akhir 2019 ini menyebar begitu cepat sehingga memaksa sejumlah
negara untuk segera mengambil tindakan untuk memberlakukan lockdown, yakni dengan
menutup semua akses keluarmasuk wilayah mereka, termasuk di Indonesia.
1. Konsep dari Emile Durkheim apa yang berkaitan dengan kasus ini ?
2. Konflik menurut fungsional durkheim itu apa?
3. Kasus konflik apa yang terjadi ?
Tujuan Pembahasan
Horor bencana kematian massal virus ini membawa pengaruh signifikan pada
pergeseran nilai-nilai yang dianut masyarakat. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan
struktur sosial (terutama kelompok-kelompok masyarakat, lembaga sosial dan pranata
hukum) yang sedikit frontal akibat kehadiran corona yang mengancam keamanan mendasar
manusia. Perubahan ini membawa pengaruh besar terhadap nilai-nilai dan norma-norma
yang lama. Sedikit banyak aturan-aturan yang selama ini menjadi pijakan bertindak atau
berinterkasi individu dalam masyarakat, tidak berlaku lagi untuk sementara waktu.
Stigmatisasi Masyarakat
Orang memperoleh label dari cara orang lain melihat kecenderungan atas
perilakunya. Akhirnya setiap individu menyadari bagaimana ia dinilai oleh orang lain
karena telah mencoba berbagai peran dan fungsi yang berbeda dalam interaksi sosial
sehingga mampu mengukur reaksi diri mereka yang hadir.
Menilik kasus penolakan jenazah covid-19 tidak salah tampaknya jika hal ini akibat
adanya stigmatisasi sosial masyarakat. Meski bukan bagian dari perilaku menyimpang,
namun alasan penolakan warga seperti tidak adanya pemberitahuan sebelumnya, terlalu
dekat dengan pemukiman, hingga desakan/aspirasi warga tidak selayaknya dilakukan.
Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang paling besar
pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali
mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer.
Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu
menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang
saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar
organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup.
Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminologi
organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan
dimana di dalamnya terdapat bagian-bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem
tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang membuat sistem menjadi seimbang.
Bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada
yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang
menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural
fungsional.
Jadi, paham fungsionalisme ini lebih menitiberatkan perhatiannya kepada faktor dan
peranan masyarakat secara makro dengan mengabaikan faktor dan peranan dari masing-
masing individu yang terdapat di dalam masyarakat ini (Fuady, 2013:25).
Dalam teori ini, Durkheim melakukan pengkajian terkait konsep tatanan sosial dan
melihat bagaimana masyarakat dapat hidup secara harmonis melalui konsep tersebut.
Dimana teori ini melakukan pengkajian pada level makro, yaitu dengan menilai bagaimana
aspek masyarakat dapat berfungsi. Teori Fungsionalisme menjelaskan pemikiran durkheim
yang dijelaskan melalui pendekatan sistem. Pendekatan ini mengibaratkan masyarakat
sebagai organisme hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, yang dianalisis
dengan sebuah struktur yang saling berfungsi. Dalam teori ini dijelaskan, organisme hidup
menyatu dalam suatu tatanan sistem yang masing-masing organ memiliki fungsi sendiri dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sehingga konsep ini secara umum menyajikan
tentang konsep kerja sama dari masing-masing struktur untuk dapat berintegrasi secara
harmonis. Sehingga dapat menciptakan suatu tatanan sosial yang melibatkan berbagai
elemen.
kaitanya dengan kasus ini bisa di tinjau dengan Tatanan moral masyarakat Indonesia
belakangan ini yang sedang diuji oleh gelombang kehadiran coronavirus deseases (Covid-
19). Dampak peristiwa itu memunculkan tindakan sosial sekelompok orang yang mengarah
pada proses dehumanisasi, yaitu sedang berlangsungnya peristiwa-peristiwa kekerasan
yang membawa pada luka kemanusiaan yang amat dalam. Isu yang mengemuka di lini
masa di awal-awal penyebaran Covid-19 adalah para pasien berjangkit virus corona
mengalami berbagai perlakukan yang kurang etis.
Konsep Kesadaran Kolektif kaitanya dengan kasus ini
Dalam teorinya, Emile Durkheim menyebut tindakan tersebut sebagai sikap atau perilaku
individualis. Artinya, tidak ada lagi kesadaran kolektif antarsesama yang sedang mengalami
pandemi. Mereka seolah tidak peduli terhadap orang lain karena bertanggung jawab
terhadap keluarganya masing-masing. Akibatnya orang seperti membatasi diri terhadap
orang lain karena ketakutan yang berlebih. Dengan kata lain, ketakutan dan penularan
membuat kita lebih konformis, penilaian moral kita menjadi lebih keras, dan menjadikan
kita lebih konservatif. Jadi, persoalan Covid-19 turut mempengaruhi perilaku masyarakat
yang mencerminkan solidaritas organik.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Ahorsu, D. K., Lin, C. Y., Imani, V., Saffari, M., Griffiths, M. D., & Pakpour, A. H.
(2020). The fear of COVID-19 scale: development and initial validation. International
journal of mental health and addiction, 1-9.
Bruns, D. P., Kraguljac, N. V., & Bruns, T. R. (2020). COVID-19: Facts, cultural
considerations, and risk of stigmatization, 4
Calhound, Craig., Gerteis, Joseph., Moody, James. dkk (Ed.), Classical Sociological
Theory, (Great Britain: Blackwell Publishing, 2007), hlm. 133.