6. Catatan tentang Cinta Akan Diri Sendiri, Akan Sesama Manusia, dan Akan Tuhan
Beberapa orang mengira bahwa mencintai orang lain adalah sebuah keutamaan, sedangkan
mencintai diri sendiri adalah sebuah kesalahan karena cinta akan diri sendiri adalah sikap egois.
Semakin mencintai diri sendiri, maka semakin tidak mencintai orang lain, karena cinta akan diri
sendiri merupakan idealism. Logika tersebut, bahwa cinta akan sesama dan cinta akan diri sendiri
tidak bisa disatukan, ditentang dalam buku ini. Jika mencintai sesama (karena sesama makhluk
manusiawi) merupakan suatu kebajikan, maka mencintai diri sendiri (yang notabenenya juga
manusia) tentu juga merupakan bentuk kebajikan.
Jika cinta itu asli, cinta menyatakan diri sebagai manifestasi produktivitas dan juga memuat
perhatian sampai pada kecemasan, rasa hormat, tanggung jawab, dan pengetahuan akan orang lain.
Jadi, cinta adalah suatu dinamisme aktif yang berakar dalam kesanggupan kita untuk memberikan
cinta dan menghendaki kebahagiaan dari orang yang dicintai. Kita berhak mengatakan bahwa diri
sendiri harus menjadi objek dari cinta kita dengan alasan yang sama untuk mencintai siapa pun.
Penguatan dari kehidupan kita berakar pada kemampuan kita untuk mencintai. Mencintai sesama
itu juga berarti mencintai Tuhan dan hanya ada satu perintah cinta yang sekaligus meliputi cinta
akan sesama dan cinta akan Tuhan.