Anda di halaman 1dari 8

TASAWUF DI JAWA

(Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Dan Syekh Siti Jenar)


NurAmaliahJamil (1904046047) dan Lailatul Istiqomah (1904046053)
Prodi Tasawuf dan Psikoterapi
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Walisongo Semarang

Abstrak

Kata Kunci:
PENDAHULUAN maka bermunculan tokoh-tokoh tasawuf,
Istilah tasawuf belum dikenal pada dari merekalah lahir berbagai pemikiran
zaman Rasulullah SAW., tetapi substansi ajaran tasawuf. Tokoh-tokoh tersebut
ajaran tasawuf diambil dari perilaku adalah Hamzah al-Fansuri, Syamsuddin
Rasulullah sendiri. Ajaran Islam mengenal as-Sumatrani, Nuruddin ar-Raniry, Abdul
pembidangan: akidah, syariah, akhlak; atau Rauf as-Singkil, Abdus Samad al-
pembidangan Islam, iman dan ihsan. Palimbani, Muhammad Nawawi al-
Dalam perspektif ini maka tasawuf berada Bantani, Muhammad Nafis al-Banjari, dan
dalam bidang akhlak atau ihsan (Mubarok, termasuk tokoh tasawuf di Pulau Jawa
2005: 11). yaitu Syekh Siti Jenar dan Walisongo.
Terdapat beberapa saluran penyebaran Masuknya islam di Jawa tidak lepas
pengaruh Islam di Indonesia sehingga bisa dari peran besar walisongo. Sebelumnya,
tersebar dan perkembangannya pesat di masyarakat Jawa telah mengenal
Nusantara, antara lain melalui saluran kepercayaan Animisme, Dinamisme,
perdagangan, perkawinan, Pendidikan, agama Hindu dan Budha. Keberhasilan
seni budaya, dan tasawuf. Tasawuf sendiri Islam di Jawa sangat ditentukan oleh Peran
merupakan ajaran ketuhanan yang besar yang dimainkan Walisongo. Dalam
berfokus pada pembersihan diri. Para ahli proses islamisasi, walisongo menggunakan
tasawuf juga meiliki ilmu menyembuhkan pendekatan kultural. Walisongo tidak
penyakit dan pengatuan soal magis. Dalam melakukan kekerasan di dalam
Bahasa Jawa, tasawuf dikenal dengan menyebarkan ajaran Islam. Tetapi dengan
istilah suluk. Dengan tasawuf, bentuk memasukkan nilai-nilai Islam dalam
islam yang diajarkan ke penduduk pribumi budaya Jawa.
mempunyai kesamaan dengan kepercayaan PEMBAHASAN
mereka yang sebelumnya menganut agama Sunan Bonang
Hindu. Sunan Bonang merupakan salah satu wali
Sejak masuknya Islam di Indonesia songo (sembilan wali) yang ikut andil
telah tampak unsur tasawuf yang dalam penyebaran agama Islam di pulau
mewarnai kehidupan keagamaan Jawa. Nama lain Sunan Bonang adalah
masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa Raden Makdum atau Maulana Makdum
tasawuf masih kelihatan menjadi bagian Ibrahim. Nama ini diambil dari bahasa
yang tak terpisahkan dari pengalaman Hindi, yang bermakna cendekiawan Islam
keagamaan sebagian kaum muslim yang dihormati karena kedudukannya
Indonesia. Seiring berkembangnya zaman, dalam agama Beliau juga hidup di sekitar
akhir zaman Majapahit kurang lebih 1400 kesenian dan kebudayaan untuk menarik
Saka atau 1478 M. Dia adalah putra Sunan simpati masyarakat. Salah satunya dengan
Ampel dan Nyai Ageng Manila. perangkat gamelan Jawa yang disebut
Sunan Bonang, menyiarkan Islam di bonang. Menurut R. Poedjosoebroto dalam
daerah Tuban, Pati, Madura dan Pulau Wayang Lambang Ajaran Islam (1978),
Bawean. Daerah tempat beliau tinggal kata “bonang” berasal dari suku kata
adalah Bonang. Dalam berdakwah, sunan bon+nang= babon+menang= baboning
Bonang menciptakan gending-gending kemenangan = induk kemenangan. Bonang
Jawa. Beliau menciptakan tembang dan sendiri adalah sejenis alat musik dari
gending berisikan ajaran-ajaran Islam, dan bahan kuningan berbentuk bulatdengan
gending-gending itu sangat disukai rakyat. tonjolan di bagian tengah, mirip gong
Sunan Bonang dalam dakwah diketahui ukuran kecil. Pada masa lampau, alat
menjalankan pendekatan yang lebih musik ini selain digunakan untuk gamelan
mengarah kepada hal-hal bersifat seni dan pengiring pertunjukan wayang, juga
budaya, sebagaimana hal serupa dilakukan digunakan oleh aparat desa untuk
Sunan Kalijaga, muridnya. Selain dikenal mengumpulkan warga dalam rangka
sering berdakwah dengan menjadi dalang penyampaian wara-wara dari pemerintah
yang memainkan wayang, Sunan Bonang kepada penduduk.
juga piawai menggubah tembang-tembang Sunan Bonang banyak dipengaruhi
macapat. Kiranya dari pihak keluarga oleh al-Ghazali dalam pemikiran-
ibunya, yang merupakan bangsawan di pemikirannya, terutama tasawuf. Bahkan
Tuban, Sunan Bonang banyak belajar ia secara terang-terangan menyebut nama
tentang kesenian dan budaya Jawa, yang kitab Ihya Ulumuddin karya al-Ghazali
membuatnya memahami dan menguasai sebagai salah satu kitab yang cukup
seluk-beluk yang berkaitan dengan banyak menginspirasi pemikiran-
kesusastraan Jawa, terutama tentang pemikiran tasawuf beserta ajaran-
tembang-tembang jenis macapat yang ajarannya.Ajaran tasawuf Sunan Bonang
sangat populer saat itu. Sejumlah tembang dikenal dengan istilah suluk. Usul suluk
macapat diketahui diubah oleh Sunan yang diajarkan olehnya dapat dikatakan
Bonang.1 mirip, bahkan hampir sebagian besar sama
Dalam berdakwah, Sunan Bonang seperti ajaran-ajaran tasawuf al-Ghazali,
dikenal sering menggunakan wahana sehingga jika dicermati isi uraian Sunan
Bonang tentang Tuhan dan hubungannya
1
Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo, Depok: Pustaka
Iman, 2017. Hlm. 241 dengan manusia termasuk tasawuf pada
dasarnya hanyalah merupakan ikhtisar atau Bonang dengan sang Hujjatul Islam (al-
terjemahan bebas dari kitab Ihya Ghazali).
Ulumuddin dan kitab Tamhid.2 Ilmu tasawuf menurut Sunan Bonang
Tasawuf Sunan Bonang adalah merupakan sebuah ilmu tentang hubungan
tasawuf Suni. Ajarannya berhaluan ahlu al- antara manusia dengan Tuhan, yang
sunnah wa al-jama’ah, karena didasarkan berpuncak pada ma’rifatullah atau
pada al-Quran dan as-sunah. Sunan pengetahuan terhadap Allah. Dalam
Bonang benar-benar berpegang teguh menerangkan hubungan antara keduanya,
dalam hal ini, sehingga ajaran-ajarannya Sunan Bonang menggunakan istilah salik
aman dari kecenderungan gnostik yang atau asyiq dan ma’syuq. Keduanya akan
banyak berpengaruh di dunia Islam pada bertemu pada maqam fana’.
saat itu, seperti sekte Isma’iliyah, Syi’ah Sunan Bonang menjelaskan tentang
ataupun Ikhwan as-Shafa. Dengan sebuah jalan menuju Tuhan (ma’rifat)
demikian, tasawuf Sunan Bonang benar- yang harus dilalui oleh seorang salik dapat
benar sebuah ajaran yang bercorakkan diawali dengan mengenal diri yakni
Islam. melalui latihan jiwa atau mujahadah
Ajaran usul suluk merupakan (perjuangan melawan hawa nafsu).
perpaduan antara uraian ilmu ushuluddin Dengan melakukan mujahadah, maka jiwa
dan tasawuf. Sedikit berbeda dengan cara dapat melakukan pendakian dan
al-Ghazali dalam menerangkan ilmu menempuh fase-fase pencapaian rohani
tasawuf, yakni dengan memaparkan setiap dalam tingkatan-tingkatan (maqamat),
sisi ajarannya secara runtut dan jelas, untuk sampai kepada fana’, pengesaan
Sunan Bonang lebih condong (tauhid), pengetahuan (ma’rifah) dan
menggunakan metode dialog atau tanya kebahagiaan (sa’adah).
jawab antara guru dan murid, dimana si Sunan Kalijaga
murid bertanya dan kemudian dijawab Nama aslinya adalah Raden Said atau
oleh sang guru. Penjelasan mengenai Jaka Setiya.3 Waktu mudanya nama
ajaran-ajaran tersebut ia rangkai Raden Said itu adalah nama yang
sedemikian mungkin, sehingga tersajikan diidentifikasikan dengan Gan Si Cang
dalam bentuk dialog yang terbungkus rapi (kapten Cina Semarang), putra dari Gan
di bawah kerangka cerita. Hal inilah yang
membedakan karya-karya tulis Sunan 3
Badlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo; Penyebar
Agama Islam di Tanah Jawa,Surabaya: Apollo.
1995, Hlm. 86
2
Ibid, 110
Eng Cu alias Arya Tedja.4 Raden Said menggunakan jalur kesenian dan
yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga, ia kebudayaan.7 Sunan Kalijaga juga
adalah putra dari Bupati Tuban yang merupakan salah satu seorang anggota
bernama Tumenggung Wilatika dan Dewi Wali Songo yang namanya lebih populer
Retno Dumilah lahir pada tahun 1430an. dibandingkan dengan anggota lainnya di
Tumenggung Wilatika merupakan tanah Jawa.
keturunan dari Ranggalawe yang hidup Selanjutnya pesan-pesan agama Islam
semasa pemerintahan Raden Wijaya di yang disampaikan oleh Sunan Kalijaga
Majapahit.5 Tumenggung Wilatika disebut melalui tokoh lakon dalam pewayangan
juga sebagai Aria Teja IV, merupakan maupun dalam kidung-kidungnya. Dalam
keturunan Aria Teja III, Aria Teja II, dan pewayangan, melalui tokoh Bima inilah,
berpangkal pada Aria Teja I, sedangkan Sunan Kalijaga menceritakan makna
Aria Teja I adalah putra dari Aria Adikara dimensi rohani yang mempesona secara
atau Ronggolawe. Yang terakhir Aria Teja terbuka dalam pagelaran wayang, seperti
IV adalah salah seorang Raja Majapahit. dalam pagelaran lakon Dewa Ruci, yang
Nama Sunan Kalijaga berasal dari bertubuh sebesar ibu jari. Saat Bima
Desa Kalijaga (Tuban). Sewaktu Sunan mencari susuhing angin atau sarang angin,
Kalijaga tinggal di sana, ia sangat suka sekalipun tubuh Dewa Ruci hanya sebesar
berendam atau berlama-lama duduk di ibu jari, Bima dapat masuk ke dalam tubuh
tepian sungai. Secara harfiah, nama Dewa Ruci. Saat itulah Bima mengetahui
Kalijaga menunjukkan bahwa Sang Sunan berbagai dimensi kerohanian tergelar.
suka menjaga sungai. Namun secara Karya kesustraannya adalah tembang
simbolik, nama Kalijaga menunjukkan yang merupakan ajaran makrifat, ajaran
bahwa sang Sunan senantiasa menjaga mistis dalam agama Islam. Meski banyak
semua aliran (kepercayaan) yang ada di tembang yang telah diciptakannya, hanya
dalam masyarakat.6 tembang “Lir-ilir” yang dikenal
Sunan Kalijaga adalah salah satu masyarakat Jawa.Tembang ini diajarkan
murid dari Sunan Bonang, dalam kepada anak-anak SD di Jawa. Sunan
berdakwah Sunan Kalijaga lebih Kalijaga juga menciptakan Gong Sekaten,
4
Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian
Mutiara Sufi Terkemuka, Jakarta: Kencana. 2005,
Hlm. 53
5
Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru 7
Muhaji Fikriono, Puncak Makrifat Jawa:
Orang Jawa, Yogyakarta: Araska. 2014, Hlm.18 Pengembaran Batin Ki Ageng
6
Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru Suryomentaram,Jakarta: Mizan Publika, 2012,
Orang Jawa, Yogyakarta: Araska, 2014, Hlm. 19 Hlm. 63
artinya Gong Syahadataini yang maknanya menggunakan konsep tasawuf akhlaqi.
dua kalimat syahadat.8 Dimana tasawuf akhlaqi ini adalah
Adapun makna dari bunyi beberapa membersihkan tingkah laku baik akhlaq
jenis gamelan, yaitu Kenong yang maupun budi pekertinya, untuk
berbunyi “nong, nong, nong” dan saron mewujudkan perilaku yang baik
yang berbunyi “ning, ning, ning”memiliki (mahmudah) serta menghindarkan diri dari
makna nongkana dan ningkene (di sana sifat-sifat tercela (mazmumah). Sunan
dan di sini). Kempul yang berbunyi “pung, Kalijaga juga mengikuti perintah syari’at,
pung, pung” memiliki makna mumpung dimana pengalaman syari’at itu ada di
memiliki waktu dan kesempatan. Kendang dalam Suluk Linglung yang merupakan
yang berbunyi “tak ndang, tak ndang, tak salah satu kitab Sunan Kalijaga. Didalam
ndang” memiliki makna segeralah datang. Suluk Linglung itulah menjelaskan bahwa
Genjur yang berbunyi “nggur” memiliki Sunan Kalijaga telah menyinggung
makna segera njegur (masuk) ke dalam pentingnya shalat dan ibadah haji dengan
masjid.9 tertib dan sungguh-sungguh yang diajarkan
Kemudian karya sastra Sunan Kalijaga oleh Rasulullah SAW., untuk memahami
yaitu Suluk Linglung. Dalam sastra Jawa, makna shalat dan ibadah haji yang
suluk dimaknai sebagai ajaran atau diajarkan oleh Sunan Bonang kepada
falsafah untuk mencari hubungan dan muridnya yaitu Sunan Kalijaga.
persatuan antara kawula dan Gusti. Syekh Siti Jenar
Sedangkan linglung dalam bahasa Jawa Seperti yang kita tahu, Syekh Siti
yaitu bingung. Bingung disini dimaknai Jenar merupakan seorang tokoh legendaris,
dengan ketidakpastian atau sebagai misterius, sekaligus kontroversial, yang
kumpulan cerita ritual tasawuf Sunan hidup di tanah jawa pada abad 14- 15
Kalijaga ketika ia tengah mengalami Masehi. Nama lain Syekh Siti Jenar adalah
kebingungan dalam mencapai hakikat Syekh Lemah Abang, Syekh Siti Abrit dan
kehidupan. Siti Rekta. Lebih detailnya, Syeikh Siti
Dalam ajaran makrifat Sunan Kalijaga Jenar lahir sekitar tahun 829 H/ 1348 C/
mengajarkan kepada pengikutnya dengan 1426 M di lingkungan pakuwuan
Caruban, pusat kota Caruban Larang
8
Baidlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo; Penyebar waktu itu, yang sekarang dikenal sebagai
Agama Islam di Tanah Jawa,Surabaya: Apollo,
1995, Hlm. 97 Astana Japura, sebalah tenggara Cirebon.

9
Suatu lingkungan yang multi etnis, multi-
Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga Guru
Orang Jawa, Yogyakarta: Araska, 2014, Hlm.38
bahasa, dan sebagai titik temu kebudayaan yang dinilai bertentangan dengan ajaran
serta peradaban berbagai suku. Walisanga. Pertentangan praktik sufi Siti
Dalam disiplin ilmu tasawuf, ajaran Jenar dengan Walisanga terletak pada
Syaikh Siti Jenar dapat dikategorikan penekanan aspek formal ketentuan syariah
wahdat al-adyan (kesatuan agama-agama) yang dilakukan oleh Walisanga. Ajaran
di mana semua agama sejatinya adalah Siti Jenar yang paling kontroversial terkait
berasal dari Tuhan dan seorang menganut dengan konsepnya tentang hidup dan mati,
agama tertentu karena kehendak Tuhan Tuhan dan kebebasan, serta tempat
semata. Pemikiran Syeikh Siti Jenar berlakunya syariat tersebut. Siti Jenar
dianggap sangat liberal dan kontroversial, memandang bahwa kehidupan manusia di
Syeikh Siti Jenar dinilai melawan arus dunia ini disebut sebagai kematian.
besar keagamaan yang dibangun oleh Sebaliknya, apa yang disebut umum
kolaborasi kekuasan (Kerajaan Demak sebagai kematian, justru disebut sebagai
Bintara pimpinan Raden Fatah) dan elit awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi
agamawan terdiri dari Walisanga. Menurut olehnya.
Syeikh Siti Jenar, hidup di dunia sebagai Mengenai ajaran Syekh Siti Jenar
kematian dan lepasnya nyawa sebagai tentang Manunggaling Kawula Gusti, hal
awal kehidupan, dan baginya syariat Islam tersebut sering diartikan sebagai
berlaku sesudah manusia menjalani menyatunya manusia (kawula) dengan
kehidupan paska kematian. Ini jelas Tuhan (Gusti). Anggapan bahwa Gusti
berbeda dengan pemahaman kehidupan sebagai personafikasi Tuhan kurang tepat.
dan kematian yang dianutkebanyakan Gusti (Pangeran, Ingsun) yang dimaksud
kaum muslimin. adalah personafikasi dari Dzat Urip
Sebagian umat Islam menganggapnya (Kesejatian Hidup), atau (emanasi,
sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu pancaran) Tuhan. Dalam ajarannya pula,
Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi, Manunggaling Kawula Gusti bermakna
sebagian yang lain menganggap bahwa Siti bahwa di dalam diri manusia terdapat roh
Jenar adalah seorang intelektual yang telah yang berasal dari roh Tuhan. Konsep
memperoleh esensi Islam itu sendiri. Manunggaling Kawula Gusti atau kesatuan
Ajaran-ajarannya tertuang dalam karya manusia dengan Tuhan (wahdatul wujud)
sastra buatannya yang disebut pupuh. yang digunakan dalam kepustakaan Islam
Ajaran yang sangat mulia dari Siti Jenar Kejawen, adalah curiga manjing warangka,
adalah budi pekerti. Siti Jenar warangka manjing curiga. Yakni, manusia
mengembangkan ajaran cara hidup sufi masuk kedalam diri Tuhan, laksana Arya
Sena masuk kedalam tubuh Dewaruci atau Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara:
sebaliknya, warangka manjing curiga. Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka,
Yakni Tuhan masuk ke dalam diri Jakarta: Kencana. 2005, Hlm. 53
manusia, seperti halnya dewa Wisnu nitis Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga
ke dalam diri Krisna. Paham nitis tersebut, Guru Orang Jawa, Yogyakarta: Araska.
yakni masuknya roh dewa ke dalam diri 2014, Hlm.18
manusia, atau roh manusia ke dalam diri Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga
binatang, tertera dalam serat wirid hidayat Guru Orang Jawa, Yogyakarta: Araska,
jati. 2014, Hlm. 19
Bentuk pengamalan ajaran Muhaji Fikriono, Puncak Makrifat Jawa:
Manunggaling Kawula Gusti Syeik Siti Pengembaran Batin Ki Ageng
Jenar dapat dilihat dalam rukun perjalanan Suryomentaram,Jakarta: Mizan Publika,
menuju Allah, yang utama adalah ilmu 2012, Hlm. 63
dan zikir. Yang dimana ilmu sebagai Baidlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo;
penerang jalan dan zikir adalah bekal Penyebar Agama Islam di Tanah
perjalanan dan sarana pendakian pada Jawa,Surabaya: Apollo, 1995, Hlm. 97
jenjang yang lebih tinggi. Ilmu kita Munawar J. Khaelany, Sunan Kalijaga
butuhkan untuk mengetahui persoalan- Guru Orang Jawa, Yogyakarta: Araska,
persoalan Ilahiyah dan hikmah-hikmah- 2014, Hlm.38
Nya, sehingga kita dapat menunaikan
semua yang diperintahkan oleh Allah serta
merasakan manfaat dan hikmahnya untuk
dunia dan kemanusiaan. Zikir kita
butuhkan agar Allah selalu bersama
kitadalam perjalanan menuju-Nya.
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo, Depok:
Pustaka Iman, 2017. Hlm. 241
Ibid, 110
Badlowi Syamsuri, Kisah Wali Songo;
Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa,
Surabaya: Apollo. 1995, Hlm. 86

Anda mungkin juga menyukai