Kegiatan pada Sesi 2 membahas topik keberagaman jenis kebutuhan peserta didik,
Saudara akan diminta untuk melakukan aktivitas pembelajaran yang akan membantu
saudara dalam mendeskripsikan pengertian keberagaman peserta didik, klasifikasi peserta
didik, jenis hambatan peserta didik dan kebutuhan layanan pembelajaran peserta didik.
Untuk lebih memahami materi yang Saudara pelajari pada sesi 2 ini, Saudara diharapkan
dapat berperan aktif di dalam forum diskusi. Sehingga, dalam kegiatan tersebut terjadi
transfer pengetahuan atau pengalaman yang akan memperkaya pemahaman Saudara
terkait dengan makna keberagaman peserta didik dan implikasinya terhadap kebutuhan
layanan pembelajaran sebagai bentuk komitmen pendidikan inklusif.
Berikut adalah alur kegiatan yang digambarkan melalui diagram berikut.
1. Klik tombol "Add a new topic" untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
2. Setiap peserta diharapkan dapat berperan aktif dengan memberi komentar
terhadap tulisan dari 1 peserta lainnya atau lebih, agar menjadi "learning
community" yang aktif.
3. Jika Saudara ingin menanggapi jawaban dari peserta lain, Saudara dapat meng-
klik "Discuss this topic" kemudian klik "Reply" yang ada di bagian kanan
bawah kolom jawaban peserta yang akan diberikan komentar.
Umpan Balik
Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan, mungkin Saudara memperoleh hal-hal baru
yang dapat menambah pemahaman Saudara terkait dengan keberagaman peserta didik
dan bagaimana sikap yang dapat dilakukan terhadap peserta didik tersebut.
Keberagaman Fisik:
Ada peserta didik yang tinggi, sedang, pendek untuk ukuran pada kelasnya
Ada peserta didik yang gemuk. Sedang, kurus untuk ukuran pada kelasnya
Ada peserta didik jenis kelamin dan perempuan
Ada peserta yang memiliki kelengkapan dan fungsi standar pada anggota
tubuhnya, ada juga peserta didik yang memiliki hambatan dalam kelengkapan
dan fungsi anggota tubuhnya.
Keberagaman Sensorik:
Ada peserta didik yang memiliki penglihatan tanpa hambatan, ada peserta didik
yang memiliki hambatan penglihatan
Ada peserta didik yang memiliki pendengaran tanpa hambatan, ada peserta didik
yang memiliki hambatan pendengaran
Keragaman jenis lainnya:
Ada peserta dengan hambatan perilaku dan emosi, kesulitan belajar spesifik,
autis, dan sebagainya
Untuk lebih jelasnnya, Saudara dapat mencermati materi yang disajikan pada halaman
berikutnya.
Pendahuluan
Peserta didik di sekolah inklusif beragam jenisnya, ada peserta didik tipikal atau reguler
dan peserta didik berkebutuhan khusus. Peserta didik tipikal adalah peserta didik yang
tidak memiliki hambatan siginifikan (berarti), pada sisi fisik, mental kognitif maupun pada
sensori, sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal tanpa
memerlukan layanan pendidikan secara khusus.
Peserta didik berkebutuhan khusus adalah individu yang memiliki hambatan signifikan,
baik pada fisik, mental, kognitif maupun sensorik, sehingga mereka memerlukan layanan
kebutuhan pendidikan khusus untuk dapat belajar bersama siswa reguler.
Perbedaan peserta didik tipikal dan peserta didik berkebutuhan khusus lebih tepat
disebut sebagai “keberagaman peserta didik”. Setiap peserta didik harus mendapatkan
layanan pembelajaran untuk meningkatkan “kualitas hidup peserta didik. Ada 4 hak
peserta didik untuk mendapatkan kualitas hidup, yaitu: to live, to love, to play, dan to
work”.
Penamaan istilah “peserta didik” kepada siswa di sekolah dewasa ini sudah tepat,
mengingat cara pandang ini yang lebih positif dibanding dengan istilah “murid atau
siswa”. Hal ini, kata “peserta didik” dapat mengakomodasi keberagaman peserta didik
dalam melihat kebutuhannya.
Kata “kebutuhan khusus” menjadi dasar dalam melihat apa yang menjadi masalah dan
kebutuhan peserta didik dan bukan pada label yang menyertainya. Oleh karena itu, guru
hendaknya memandang setiap Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK)
memiliki karakteristik unik. Karakteristik PDBK ini berkaitan dengan bagaimana cara
terbaik dalam memenuhi kebutuhan khususnya. Pandangan ini akan menuntun guru
dalam menyusun akomodasi program untuk mengatasi hambatan dan mengoptimalkan
potensi peserta didik.
Ada empat indikator kualitas hidup bagi setiap peserta didik, yakni sebagai berikut:
1. To Live, setiap peserta didik di sekolah inklusif memilki hak untuk hidup
mengembangkan potensi dirinya, tanpa harus terhalangi atau dibatasi oleh
kondisi hambatan yang dimilikinya. Peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah
inklusif tidak boleh dibiarkan hanya sebagai “pelengkap kuota kelas inklusif”,
tetapi keberadaan peserta didik di kelas inklusif harus menjadi tantangan bagi
guru untuk berkreatif dalam mengembangkan layanan pembelajaran akomodatif.
2. To Love, setiap peserta didik di sekolah inklusif harus merasa terlindungi,
mengikuti kegiatan pembelajaran dan aktivitas sekolah lainnya secara ramah,
nyaman dan tidak dibiarkan mendapat bully dari peserta didik lainnya. Bahkan
guru harus mengembangkan sikap saling menyayangi, mencintai sebagai sesama
warga sekolah.
3. To Play, setiap peserta didik di sekolah inklusif harus memperooleh kesempatan
yang sama untuk mengikuti aktivitas belajar secara aktif dan bermain di sekolah,
seperti dalam diskusi kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, dan perlombaan yang
diadakan sekolah. Peserta didik berkebutuhan khusus harus memperoleh hak
yang sama untuk memperoleh kesempatan aktivitas permainan di kelas dan
lingkungan sekolah.
4. To Work, setiap peserta dididk di sekolah inklusif memperoleh hak yang sama
untuk mengembangkan dirinya dalam upaya mengembangkan potensi dirinya
untuk nantinya menjadi individu yang mandiri dalam memasuki dunia kerja.
Peserta didik berkebutuhan khusus tidak boleh dihadirkan di kelas hanya sebagai
“pelengkap penderita” akan tetapi harus diberikan layanan pendidikan yang
mengakomodasi kebutuhan layanan pendidikannya.
Penugasan
Setelah mempelajari materi mengenai konsep keberagaman peserta didik pada kegiatan
ini, Saudara diharapkan telah memahami materi tersebut dan dapat mengunjuk kerjakan
hasil pemahaman yang dimiliki dengan menjawab pertanyaan yang disajikan pada LK
2. Kosep Keberagaman Peserta Didik.
Pemahaman anak berkebutuhan khusus terhadap konteks, ada yang bersifat biologis,
psikologis, sosio-kultural. Dasar biologis anak berkebutuhan khusus bisa dikaitkan
dengan kelainan genetik dan menjelaskan secara biologis penggolongan anak
berkebutuhan khusus, seperti brain injury yang bisa mengakibatkan kecacatan
tunaganda.
Dalam konteks psikologis, anak berkebutuhan khusus lebih mudah dikenali dari sikap
dan perilaku, seperti gangguan pada kemampuan belajar pada anak slow learner,
gangguan kemampuan emosional dan berinteraksi pada anak autis, gangguan
kemampuan berbicara pada anak autis dan Attention Deficit Hiperaktif Disorder (ADHD).
Konsep sosio-kultural mengenal anak berkebutuhan khusus sebagai anak dengan
kemampuan dan perilaku yang tidak pada umumnya, sehingga memerlukan
penanganan khusus.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (Heward, 2002)
adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik.
Anak berkebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai
anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang sangat sukar untuk
berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda
dengan anak-anak pada umumnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Alimin (2007) yang mengungkapkan bahwa anak
berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan
pendidikan yang disesuiakan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing
anak secara individual. Dengan kata lain, lingkungan belajar, teknik, media, dan lainnya
harus menyesuaikan dengan ABK.
Penutup
Selamat, Saudara telah menyelesaikan materi pembelejaran mengenai klasifikasi peserta
didik. Selanjutnya Saudara dipersilakan untuk melanjutkan ke materi pembelejaran
mengenai Jenis Hambatan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus.
Menurut Gunawan (2011), anak dengan hambatan penglihatan adalah anak yang
mengalami gangguan daya penglihatan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan
layanan khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya. Dilihat dari sisi kependidikan
dan rehabilitasi peserta didik hambatan penglihatan adalah mereka yang memiki
hambatan penglihatan sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam pendidikan
dan aktifitas rehabilitatif tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan
khusus, dan atau bantuan lain secara khusus.
Akibat dari adanya hambatan ini peserta didik diajarkan untuk memahami kemampuan
membaca dan menulis braille dan orientasi mobilitas (OM) untuk membantu mereka
dalam menjalankan daily activities.
Menurut Nakata dalam Rahardja (2006) yang mengungkapkan bahwa anak dengan
hambatan pendengaran atau anak tunarungu adalah ereka yang mempunyai
kemampuan mendengar di kedua telinganya hampir di atas 60 desibel, yaitu mereka
yang tidak mungkin atau kesulitan secara signifikan untuk memahami suara
pembicaraan normal meskipun dengan mempergunakan alat bantu dengar atau alat-alat
lainnya.
Gangguan pendengaran (tuli atau kurang dengar) tunarungu adalah mereka yang tidak
mendengar atau kurang mendengar sebagai akibat pendengarannya yang terganggu
fungsi indera pendengarannya baik menggunakan alat bantu dengar maupun tidak.
Namun demikian, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus karena
gangguan pendengaran berdampak pada aspek-aspek berikut:
1. Aspek Motorik
Anak tunarungu yang tidak memiliki kecacatan lain dapat mencapai tugas-tugas
perkembangan motorik (early major motor milestones), seperti duduk,
merangkak, berdiri dengan tanpa bantuan, dan berjalan sama seperti yang terjadi
pada anak yang mendengar (Preisler dalam Alimin, 2007).
Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan hambatan
pendengaran memiliki kesulitan dalam hal keseimbangan dan koordinasi gerak
umum, dalam menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta
gerakan-gerakan yang kompleks (Ittyerah, Sharma, dalam Alimin, 2007).
Potensi dan kemampuan setiap anak anak mengalami hambatan intelektual berbeda-
beda, maka untuk kepentingan pendidikan diperlukan pengelompokkan anak
mengalami hambatan intelektual. Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya
ketunaan, atas dasar itu anak tungrahita dapat dikelompokkan.
Nakata (2003) dalam Djadja R, (2006) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
gangguan gerak adalah:
Pada dasarnya anak gangguan gerak dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
Di dalam dunia Pendidikan Khusus dikenal dengan nama anak hambatan perilaku dan
emosi (behavioral disorder). Kelainan tingkah laku ditetapkan bila mengandung unsur:
Secara umum anak hambatan perilaku dan emosi (anak yang mengalami gangguan
emosi dan perilaku) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Cenderung membangkang.
b. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
c. Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
d. Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
e. Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos jarang masuk
sekolah.
Anak Autis
Autisme berdasarkan Individuals with Disabilities Education (IDEA) yang dikutip oleh
Rahardja (2006) adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan berpengaruh
terhadap komunikasi verbal dan non verbal serta interaksi sosial, umumnya terjadi pada
usia sebelum tiga tahun, yang berpengaruh buruk terhadap kinerja pendidikan anak.
Karakteristik yang lain sering menyertai autisme seperti melakukan kegiatan yang
berulang-ulang dan gerakan stereotip, penolakan terhadap perubahan lingkungan atau
perubahan dalam rutinitas sehari- hari, dan memberikan respon yang tidak semestinya
terhadap pengalaman sensori. Secara umum anak autis memiliki karakteristik sebagai
berikut:
Dalam dunia pendidikan, anak autis ini dapat digolongkan ke dalam beberapa spektrum,
yaitu sebagai berikut:
a. Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat tinggi. (High
function children with autism).
b. Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat menengah (Middle
function children with autism).
c. Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat rendah (Low
function children with autism)
Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang
membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa
domain penting, termasuk di dalamnya: domain intelektual-koginitif, domain persepsi-
emosi, domain motivasi dan nilai- nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.
Berikut beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak
berbakat istimewa pada masing-masing domain di atas. Namun demikian perlu dicatat
bahwa tidak semua anak-anak berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan atau
memiliki karakteristik intelektual-kognitif seperti di bawah ini (Gunwan, 2011):
Penugasan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak
Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk
menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik
Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus.
Pengantar
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh
lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan
menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan
ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan
layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan
oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak
Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk
menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik
Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus.
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh
lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan
menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan
ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan
layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan
oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak
Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk
menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik
Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus.
Layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas yang dilakukan oleh
lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan dengan memodifikasi dan
menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan berdasarkan
ragam penyandang disabilitas agar peserta didik penyandang disabilitas mendapatkan
layanan pendidikan yang adil. Modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan disediakan
oleh lembaga penyelenggara pendidikan dalam bentuk akomodasi yang layak.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2020 mengatur tentang AKomodasi yang Layak
Bagi Peserta Didik penyandang Disabilitas di bidang pendidikan bertujuan untuk
menjamin terselenggaranya dan/atau terfasilitasinya pendidikan untuk Peserta Didik
Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan di
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus.
*) Sumber: PP 13 Tahun 2020 Tentang Akomodasi yang Layak bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas.
Link : https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176054/PP_Nomor_13_Tahun_2020.pdf
1. ketersediaan aksesibilitas untuk menuju tempat yang lebih tinggi dalam bentuk:
o bidang miring;
o lift; dan/atau
o bentuk lainnya.
2. pemberian afirmasi seleksi masuk di Lembaga Penyelenggara Pendidikan sesuai
dengan kondisi fisik Peserta Didik Penyandang Disabilitas berdasarkan
keterangan dokter dan/atau dokter spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3. fleksibilitas proses pembelajaran;
4. fleksibilitas bentuk materi pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan;
5. fleksibilitas dalam perumusan kompetensi lulusan dan/atau capaian
pembelajaran;
6. fleksibilitas dalam evaluasi dan penilaian kompetensi;
7. fleksibilitas waktu penyelesaian tugas dan evaluasi;
8. asistensi dalam proses pembelajaran dan evaluasi; dan/atau
9. bentuk lain yang dapat menjamin Peserta Didik Penyandang Disabilitas fisik untuk
mendapat layanan pendidikan.
Layanan khusus dalam pendidikan bagi anak dengan gangguan penglihatan yaitu dalam
membaca menulis dan berhitung diperlukan huruf Braille bagi yang hambatan
penglihatan total. Bagi yang masih memiliki sisa penglihatan diperlukan kaca pembesar
atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau diperbesar. Di
samping itu, diperlukan latihan Orientasi dan Mobilitas (OM) yang penerapannya bukan
hanya di sekolah, melainkan dapat diterapkan di lingkungan tempat tinggalnya.
Seseorang dikatakan hambatan penglihatan total atau buta total (totally blind) jika
mengalami hambatan visual yang sangat berat sampai tidak dapat melihat sama sekali.
Penyandang buta total mempergunakan kemampuan perabaan dan pendengaran
sebagai saluran utama dalam belajar. Orang seperti ini biasanya mempergunakan
huruf Braille sebagai media membaca dan memerlukan latihan orientasi dan mobilitas.
a. Aspek Motorik
Anak tunarungu yang tidak memiliki hambatan lain dapat mencapai tugas-tugas
perkembangan motorik (early major motor milestones), seperti duduk, merangkak,
berdiri dengan tanpa bantuan, dan berjalan sama seperti yang terjadi pada anak yang
mendengar (Preisler, 1995, dalam Alimin, 2007). Namun demikian, beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami hambatan pendengaran memiliki
kesulitan dalam hal kesimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang kompleks.
Individu ini tidak dapat menerima informasi melalui suara, tetapi mereka sebaiknya
belajar bahasa bibir. Suara yang dikeluarkan oleh individu dengan hambatan
pendengaran biasanya sering sulit untuk dimengerti, karena mereka mengalami
kesulitan dalam membeda-bedakan artikulasi, kualitas suara, dan tekanan suara.
Kebutuhan pembelajaran bagi anak hambatan perilaku dan emosi yang harus
diperhatikan oleh guru antara lain adalah:
Kebutuhan pembelajaran bagi anak cerdas istimewa dan bakat istimewa adalah sebagai
berikut.
Peserta didik yang mengalami hambatan belajar spesifik (disleksia, diskalkulia, disgrafia)
perlu adanya intervensi yang melibatkan seluruh indera dalam proses belajar
mengajarnya. Salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah teknik multi sensori.
Berikut hal-hal yang harus dilakukan guru dalam menangani di dalam kelas;
4. Menyortir dan mencocokkan huruf kapital, huruf kecil, bentuk cetak, dan tulisan
tangan dari huruf; melatih keterampilan sequencing dengan huruf dan bentuk-
bentuk terpotong; dan melatih menempatkan tiap huruf dalam alfabet dalam
hubungannya dengan huruf lain.
Penugasan
Setelah mempelajari materi mengenai konsep keberagaman peserta didik pada kegiatan
ini, Saudara diharapkan telah memahami materi tersebut dan dapat mengunjuk kerjakan
hasil pemahaman yang dimiliki dengan menjawab pertanyaan yang disajikan pada LK
2.Kosep Keberagaman Peserta Didik.
Lembar kerja dapat Saudara unduh di folder Lembar Kerja - Kosep
Keberagaman Peserta Didik
Setelah menyelesaikan LK 2. Kosep Keberagaman Peserta Didik, Saudara diminta
untuk mengunggah LK tersebut ke Pengiriman Tugas - Konsep Keberagaman
Peserta Didik.