Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Geographical Inquiry Terhadap Kemampuan

Berpikir Analitis Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi


Kelas XI di MA AL Umm
Ika Nova Rimayanti*, Fatiya Rosyida1, Satti Wagistina2
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
*Penulis korespondensi, Surel: pembimbing123@gmail.com

Abstract

Geographical Inquiry is a mindset with which students can identify geographical


phenomena through learning models so that they can train students to think analytically.
This study aims to be able to determine the influence of geography research learning
models on analytical thinking. This research is a pseudo-experimental study with two
classes, namely the experimental class and the control class selected based on the results
of UTS scores in the even semester. The subjects of this study were students of class 11
IPS 1 as a control class and 11 IPS 2 as an experimental class MA AL UMM. Data
collection techniques use pre-test and post-test testing techniques. The resulting data can
be analyzed using an independent sample t-test. The results of the t-test analysis obtained
showed that the sig (2-tailed) value was 0.01 < 0.05 and the average class was greater
than the control class, so H was rejected. It can be concluded that the learning of
geography research affects the thinking of analytycal
Keywords: Geographical Inqury; analytical thinking; solving the problem

Abstrak 1
Geographical Inquiry merupakan pola pikir yang dengannya siswa dapat
mengidentifikasi fenomena geografis melalui model pembelajaran sehingga dapat melatih
siswa untuk berpikir analitis. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar tahu akan
pengaruh model pembelajaran penelitian geografi pada pola analitis. Penelitian yang
dilakukan termasuk dalam penelitian eksperimen semu dengan dua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang sesuai dengan hasil nilai UTS pada semester genap.
Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas 11 Jurusan IPS 1 sebagai kelas kontrol dan
11 Jurusan IPS 2 sebagai kelas experimen di MA AL UMM. Pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti adalah teknik pre-test dan post-test testing. Data yang dihasilkan
dapat dianalisis menggunakan independent sample t-test. Hasil analisis yang didapatkan
dari uji-t menunjukkan bahwa nilai sig (2-tailed) 0,01 < 0,05. Sehingga kelas eksperimen
memiliki rata-rata lebih besar dari kelas kontrol, sehingga H ditolak. Dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran penelitian geografi berpengaruh terhadap pemikiran analitik
geografis siswa Kelas 11 Jurusan IPS di MA AL UMM

Kata kunci 1: Geographical Inqury ; berpikir analitis; memecahkan masalah


1. Pendahuluan
Memilih model pembelajaran yang mampu mencapai tujuan dari kompetensi dasar
dalam kurikulum 2013 adalah Salah satu upaya yang dapat mengembangkan cara berfikir
siswa. Berdasarkan isi kompentesi yang harus dimiliki siswa mulai dari kemampuan
pengetahuan, pemahaman, hingga analisis. Metode pembelajaran yang dapat membantu
Siswa mencapai tujuan akademik pada K13 adalah Pelajarsn Geografi yakni geographical
inquiry.
Geographical inquiry pada dasarnya sama dengan standar akademik pada kurikulum
2013. Hal tersebut dibuktikan bahwa keduanya memiliki pendekatan yang sama yakni
saintifik. Pendekatan tersebut mengarahkan siswa bereksperimen agar melakukan
analisis dari masalah yang tertera. Kemudian, pandangan Rawling 2000 dalam miller,
menyatakan bahwa geographical inquiry telah diuraikan secara jelas sebagai keaktifan,
pendekatan tanya jawab dalam pelajaran yang mencakup nilai-nilai penyelidikan, serta
terintegrasi dengan pengembangan ketrampilan geografi. Hal tersebut menunjukan
bahwa geographical inquiry merupakan model pembelajaran yang relevan terhadap
kurikulum 2013 yang mengacu pada pendekatan saintifik.
Ditinjau dari pernyataan empiris dan teoritis, model Geographical Inquiry selain
memiliki kelebihan melatih peserta didik dalam memecahkan masalah terkait meteri
geografi terdapat kelebihan lain yaitu menambah wawasan peserta didik dalam
menganalisa suatu permasalahan yang terjadi pada satu wilayah dengan wilayah lain
melalui intergrasi suatu fenomena geografi secara fisik maupun non-fisik.
Pada mata pelajaran geografis, Siswa perlu mengembangkan Kemampuan berfikir secara
analitis. Karena pada dasarnya, Analisis merupakan Salah satu bentuk keterampilan dalam
berfikir untuk menemukan hubungan, perbedaan, dan perbandingan satu variabel
dengan variabel lain secara kuantitatif atau kualitatif (Ritter dalam Handoyo, 2015).
Penjelasan selanjutnya “Kompetensi analitik adalah kemampuan siswa untuk
menggambarkan atau memecah sesuatu menjadi bagian-bagiannya dan menemukan
hubungan antara bagian-bagian itu” (Herdian, 2010). Sehubungan dengan itu,
kemampuan berpikir analitis tergolong dari sebuah aspek yang sangat penting dari proses
pembelajaran. Pemikiran yang didasari oleh hasil angka (data) Dan realitas (fakta), mampu
memecahkan masalah dan menentukan solusi dari penyebab masalah sehingga dapat
berpikir secara kreatis, kritis Dan mampu memecahkan masalah.
Siswa mampu berfikir secara analitis apabila melalui pembelajaran yang kreatif,
konstruktid, inovatif, dan memahami konsep materi pelajaran.
Siswa mampu berfikir analitis apabila belajar dengan menggunakan metode yang
konstruktif, kreatif, inovatif. Sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat untuk
mendukung Siswa dalam belajar Dan menganalisis suatu permasalahan khususnya pada
mata pelajaran geografis. Senada dengan hal tersebut, terdapat keterkaitan kemampuan
berpikir analitis Siswa dalam jalannya proses belajar mengajar. Siswa perlu rangkaian
proses pembelajaran yang memudahkannya dalam menganalisis materi geografi.
Melihat keterkaitan Antara kemampuan berpikir analitis dengan proses
pembelajaran Geographical Inquiry melalui pendekatan saintifik akan melatih bagaimana
cara Siswa berfikir analitis. Hal tersebut diakibatkan Siswa diharuskan untuk membentuk
pemikiran dari “pengetahuan deklaratif (mengetahui bahwa ada sesuatu yang terjadi,
fakta,), melalui prosedur (tahu bagaimana untuk melakukan sesuatu atau bagaimana hal
itu dilakukan) dan pengetahuan konfigural (memahami bagaimana semua unsur-unsur
saling terkait untuk mengajukan pertanyaan yang paling tajam” (maretta, 2014).
Model pembelajaran Geographical Inquiry memiliki tahap proses belajar mengajar
yang akan memudahkan Siswa dalam memecahkan masalah terkait materi geografi.
Apabila dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran sebelumnya yang
masih bersifat konvesional, model pembelajaran Geographical Inquiry ini lebih
memberikan manfaat terkait mata pelajaran geografi karena memberikan penekanan
dalam memecahkan permasalahan materi melalui pertanyaan geografi yang menjadi
identitas model pembelajaran Geographical Inquiry.
Peserta didik tidak hanya belajar terkait konsep materi geografi akan tetapi siswa
secara individu maupun kelompok bertugas menganalisis permasalahan yang dibahas
oleh guru melalui pengamatan terlebih dahulu. Sejalan dengan proses pembelajaran
tersebut, peserta didik akan terlatih lebih dalam perihal kemampuan berpikir analitis.
Setiap Siswa diwajibkan untuk menganalisis jawaban.
Penelitian yang akan dilakukan mengangkat judul yang hampir sama dengan judul
penelitian sebelumnya, namun terdapat beberapa perbedaan seperti variabel yang
diukur, lokasi dan subjek penelitian. Variabel dari kedua peneliti terdahulu adalah
berpikir kreatif dan berpikir kritis. Sedangkan, penelitian ini menggunakan variabel
yang berbeda yakni kemampuan berpikir analitis. Subjek pada penelitian ini merupakan
siswa-siswi kelas 2 Jurusan IPS dari MA AL UMM Lokasi penelitian dipilih karena peneliti
telah melakukan obeservasi di MA tersebut sebagai sekolah yang menerapkan
kurikulum 2013.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, model pembelajaran Geographical Inquiry masih
perlu perbaikan khususnya dalam mengembangkan kemampuan berpikir analitis siswa.
Hal ini membuktikan bahwa model Dari Geographical Inquiry masih perlu dikembangkan
agar kemampuan berpikir analitis siswa menunjukkan perbedaan signifikan.

2. Metode penelitian
Bentuk penelitian ini menggunakan quasi experiment design (experimen semu).
Karena sulitnya mendapatkan Kelompok kontrol untuk penelitian, Maka digunakan Quasi
experiment design. Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian semu, karena pemberian
perlakuan tidak dikendalikan secara sepenuhnya. Desain walaupun memiliki Kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat untuk Mengontrol variabel luar yang memiliki pengaruh terhadap
Pelaksanaan experimen. Penelitian ini dilakukan dengan cara melibatkan 2 kelompok
yang berbeda, yaitu Kelompok Kontrol & Experimen.

Tabel 2.1.
Desain penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Post test

Experimen O1 X O2

Kontrol O1 - O2

(Sugiyono, 2014)

Keterangan :
X : Perlakuan mengunakan metode Geographical Inquiry
- : Perlakuan menggunakan metode klasikal
O1 : Hasil nilai Pretest X dan Y
O2 : Hasil nilai Post test X dan Y

3. Subjek penelitian
Subjek penelitian yang diberi perlakuan pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 2
Jurusan IPS dari MA AL UMM tahun ajaran 2021/2022. Subjek yang diambil untuk
penelitian ini terdiri dari 2 kelas yakni kelas untuk kelompok experimen dan kontrol.
Untuk menentukan kelompok experimen dan kelompok kontrol dilakukan melalui
pertimbangan dari hasil nilai UTS pada semester genap. Pemilihan dua kelas penelitian
dilakukan menggunakan nilai rata-rata ulangan harian. Setelah dilakukan sampling yang
memenuhi kriteria diatas yaitu kelas 11 IPS 1 dengan rata-rata nilai 85,1 dan kelas 11 ips
2 dengan nilai rata-rata 85,5. Kelas ditentukan dengan cara acak untuk menentukan
Kelompok Berdasarkan dari teknik undian kelas yang dijadikan kelas experimen adalah
kelas 11 ips 2 dengan 28 siswa yang mendapatkan kelas metode geographical inquiry
sedangkan yang menjadi kelompok kontrol adalah kelas 11 ips 1 dengan 34 Siswa yang
mana menggunakan metode pembelajaran klasik.

INSTRUMENT
Instrumen tes terdiri dari empat soal essai yang berupa tes soal subjektif. Penyusunan
soal tes diberi berdasarkan indikator kemampuan berfikir analitis. Diberikan soal yang
sama dan diberikan pada saat pretest dan posttest. Instrument soal yang dibuat diuji
cobakan di kelas XII yang tidak digunakan sebagai penelitian tetapi sudah pernah
menerima materi mitigasi bencana. Uji instrument tersebut untuk mengukur kelayakan
instrument dengan uji validitas dan reabilitas. Pengukuran ketepatan dan kecermatan
pada setiap soal dilakukan uji validitas, Butir soal dinyataka benar jika nilai probabilitas
(sig. 2-tailed) < 0,05, sedangkan soal yang dapat dinyataka tidak valid jika nilai
probabilitasnya (sig. 2-tailed) ≥ 0,05. Kriteria validasi soal dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 3.1.
Kriteria Penentuan Validitas Butir Soal
Koefisien Kolerasi Klasifikasi

0,000 - 0,199 Tidak Valid

0,200 - 0,399 Kurang Valid

0,400 - 0,599 Cukup Valid

0,600 - 0,799 Valid

0,800 - 1,000 Sangat valid

(Sugiyono, 2007)

Dengan menggunakan Cronbach’s Alpha pada ujia reabilitas Dan menggunakan


bantaun program SPSS 16.0 for Windows. Hasil tes dinyatakan reliabel apabila rhitung ≥
rtabel, dan suatu tes dinyatakan tidak reliabel apabila rhitung ≤ rtabel.
Tabel 3.2.
Kriteria Penentuan Realibilitas Butir Soal
Nilai eliabilitas Klasifikasi

0,00 - 0,20 Sangat rendah

0,21 - 0,40 Rendah

0,41 - 0,60 Cukup

0,61 - 0,80 Tinggi

0,81 - 1,00 Sangat Tinggi

(Arikunto, 2006)

Uji normarlitas dan uji homogenitas digunakan untuk menganalisis data. Uji
Homogenitas Pada penelitian ini menggunakan Uji Levence Statistic, apabila hasil nilai
signifikansi ≥0,05 maka hasil data tersebut homogen sedangkan apabila nilai
signifikansi <0,05 maka hasil data tersebut tidak homogeny. Dengan menggunakan
Levene’s test for equality of variance dan pada taraff kepercayaan 5% sebagai uji
homogenitas SPSS 16.0 for windows dengan nilai sig. (2-tailed) ɑ≥ 0,05, maka hasil
data sama; jika nilai sig. (2-taled) ɑ ≤0,05, maka hasil data tidak sama. Untuk
mengetahui perbedaan rata-rata di 2 Kelas, menggunakan independent sample t-test
dibntu SPSS 16.0 for windows Ho ditolak jika sig (2 - tailed) ≤0,05 dan Gainscore
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Itu artinya bahwa
model pembelajaran Geographical Inquiry berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir analitis siswa 11 IPS di MA AL Umm. Ho diterima jika sig (2-tailed) ≥0,05 dan
Gainscore kelompok experimen lebih rendah daripada kelompok kontrol. Itu artinya
bahwa model pembelajaran Geographical Inquiry tidak berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir analitis siswa kelas 11 IPS di MA AL Umm.

4. Hasil dan Pembahasan

Tabel 4.1.

Data Hasil Pretest Kemampuan Berpikir Analitis

Rentang Kualifikasi F %
Nilai
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

86 - 100 Sangat baik 0 0 0% 0%

71 - 85 Baik 11 12 35% 37%


56 - 70 Cukup 14 14 45% 43%

41 – 55 Kurang 6 6 19% 18%

≤40 Sangat 0 0 0% 0%
Kurang

Jumlah 31 32 100% 100%

Berdasarkan tabel diatas pada kelompok experimen hasil frekuensi tertinggi ada pada
rentang skor 56-70, dengan presentase 45% dan frekuensi terendah ada pada rentan
skor 41-55 dengan presentase sebesar 19%. pada kelompok kontrol frekuensi tertinggi
berada rentan skor 56-70 sebesar 43% dan frekuensi terendah berda pada rentan skor
41-55% dengan presentase 18%. Dari data tersebut perbedaan frekuensi menunjukan
bahwa prestest kedua kelas masih tergolong cukup karena belum diberikan perlakuan
dalam pembelajaran geographical inquiry.

Tabel 4.2.

Data Hasil Posttest Kemampuan Berpikir Analitis

Rentang Kualifikasi F %
Nilai
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

86-100 Sangat baik 1 0 4% 0%

76- 85 Baik 30 2 96% 6%

51-70 Cukup 0 29 0% 90%

41-55 Kurang 0 1 0% 4%

≤40 Sangat 0 0 0% 0%
Kurang

Jumlah 31 32 100% 100%

Pada tabel diatas menunjukan kelompok eksperimen dengan frekuensi tertinggi


diperoleh pada rentang skor 71-85 dengan presentase 96% sedangkan frekuensi
terendah diperoleh oleh rentang nilai 86-100 dengan presentase 4%. Kelompok control
dengan frekuensi tertinggi diperoleh pada rentang skor 56-70 dengan presentase 90%
dan frekuensi terendah berada pada rentang nilai 41-55 dengan presentase 4%.
Perbedaan frekuensi dan rata-rata menunjukan hasil posttest kedua kelas tergolong
baik dibandingkan hasil pretest. Hal tersebut menandakan bahwa setelah menggunakan
dengan metode geographical inquiry kepada kelompok experimen sangat berpengaruh
untuk meningkatkan kemampuan berpikir analitis Jika dibanding dengan kelas yang
menggunakan metode klasikal.

Gambar 1. Median Gain Score

Bagan di atas menunjukkan bahwa bahwa median Gain Score hasil tes
kemampuan berfikir secara analitis kelompok experimen lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol. Selisih median Gain Score kelompok eksperimen dan kontrol adalah
7,5 poin.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, terdapat temuan yang


menjelaskan bawhwa metode pembelajaran Geographical Inquiry sangat berpengaruh
terhadap Peningkatan cara berpikir analitis. Hal tersebut dibuktikan dengan perubahan
yang cukup signifikan terhadap nilai pada tes kemampuan yang didapatkan dalam
penelitian ini. Dan ini menunjukkan adanya pengaruh dalam metode pembelajaran
Geographical Inquity terhadap kemampuan berpikir analitis. Selain itu, hasil median
Gain Score pada kelas experii adalah 12 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 4,5 Selisih
rata-rata Gain Score sebesar 7,5

Hasil peningkatan pada nilai kelas experimen dan kontrol mengalami perbedaan.
Dikarenakan pemberian perlakuan yang berbeda. Mode lpembelajaran Geographical
Inquiry dapat melatih siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan berpikir
analitisnya melalui penemuan atau ide berdasarkan pengalaman dan kondisi lingkungan
sekitar siswa. Drever (1997) “Berpikir berarti melatih ide-ide yang dimulai dengan
masalah secara akurat dan menyeluruh.” (Dalam Khotijah, 2006) hal tersebut
menunjukkan bahwa berfikir juga berarti mengeksplorasi pengalaman secara sadar demi
mencapai satu tujuan. Model metode ini akan melatih siswa untuk mengatasi masalah
yang terdapat dalam fenomena mitigasi bencana pada daerah asal atau lingkungan
sekitar siswa.

Sintak pada metode pembelajaran Geographical Inquiry sejalan dengan indicator


ketercapaian kemampuan berpikir analitis yaitu (1) siswa mampu memberikan alasan
dari suatu permasalahan; (2) siswa mampu menggunakan data pendukung untuk
menjelaskan jawabannya; (3) siswa mampu memberikan kesimpulan dari data atau
informasi yang tersedia

Peneliti menemukan keterkaitan dari sintak model pembelajaran Geographical


Inquiry dengan indicator dalam berpikir analitis. Keterkaitan tersebut dapat
meningkatkan kemampuan siswa setelah proses pembelajaran dilaksanakan pada kelas
eksperimen. Pertama, indicator berpikir analitis salah satunya adalah siswa mampu
menggunakan data pendukung untuk menjelaskan jawabannya. Hal ini sejalan dengan
sintak pada model pembelajaran Geographical Inquiry yaitu Acquire (mencari informasi
atau sumber) dan Explore (penyelidikan). Pada tahap acquire siswa diarahkan untuk
mengumpulkan informasi atau sumber melalui buku paket dan berbagai media
pembelajaran lainnya. Sedangkan pada tahap explore siswa diarahkan untuk
menemukan keterkaitan antar informasi dari data atau sumber yang diperoleh
sebelumnya. Kedua, siswa mampu menentukan solusi untuk mengatasi suatu
permasalahan yang ada. Berkaitan pada tahap Analyze, karena pada tahap analyze siswa
mampu menganalisis keterkaitan antara sumber atau angka numerik yang diperoleh
dengan materi maupun kondisi yang ada pada kenyataannya sehingga siswa mampu
memberikan solusi untuk mengatasi apabila terdapat suatu permasalahan yang
berkaitan mitigasi bencana. Ketiga, tahap terakhir proses pembelajaran menggunakan
model Geographical Inquiry yaitu act yang fokus terhadap tindakan dari kemunculan
suatu permasalahan. Pada tahap ini siswa masih perlu pendampingan dari guru karena
siswa diharuskan lebih rinci dan teliti dalam memberikan kesimpulan yang sesuai. Hal
ini berkaitan dengan indikatordalam meningkatkan kemampuan berpikir analitis siswa
yaitu siswa mampu memberikan suatu kesimpulan dari data yang sudah diperoleh dan
solusi yang ditawarkan.

Simpulan
Berdasar dari rumusan masalah dan hasil penelitian yang diperoleh, dapat
disimpulan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan dengan metode Geographical Inqury
terhadap kemampuan berfikir analitis siswa kelas 11 IPS MA AL UMM”. Median nilai
Gain Score kemampuan berpikir analitis kelompok eksperimen (12) lebih tinggi dari
kelompok kontrol (4,5).

Anda mungkin juga menyukai