Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING)


PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Hasriyanti1
Dosen Jurusan Geografi / Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam /
Universitas Negeri Makassar
Email: hasriyanti@unm.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Penerapan model pembelajaran Quantum
Learning, 2) Perbedaan minat dan hasil belajar siswa menggunakan model quantum
learning dengan model konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif
kuantitatif. Populasi penelitian ini berjumlah 240 siswa dan sampel berjumlah 60 siswa.
Masing-masing 30 siswa berada pada kelas eksperimen dan 30 siswa berada pada kelas
kontrol. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Analisis data penelitian
menggunakan analisis statistik deskriptif, dan analisis infrensial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa minat belajar siswa kelas ekpserimen cenderung tinggi dengan
82,97%. Sedangkan minat belajar siswa kelas kontrol, cenderung rendah, dengan
perolehan skor rata-rata 54,85%. Dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada materi
pokok amosfer yang berada pada kelas eksperimen (diajar menggunakan model quantum
learning) berada pada kategori baik,dengan rata-rata 76. Nilai maksimum yang dicapai
siswa 85 dan nilai minimumnya 60. Sementara untuk kelas kontrol (diajar oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan menggunakan metode ceramah) berada pada kategori
cukup, dengan rata-rata pencapaian hasil belajar 62,8. Skor tertinggi yang dicapai siswa
adalah 80 dan nilai terendah 50

Kata Kunci: Quantum learning, Mind Mapping, Hasil belajar


PENDAHULUAN
Minat peserta didik untuk mendalami materi-materi dalam pelajaran
Geografi, cenderung rendah, yang secara tidak langsung akan berdampak pada
hasil belajar mereka. Penyebabnya terkadang berasal dari guru yang
membawakan mata pelajaran geografi. Bukan hanya metode atau cara
mengajarnya yang masih menggunakan metode konvensional, di mana guru jauh
lebih aktif dibandingkan siswa, ataupun guru hanya menyuruh mengerjakan soal
latihan yang ada di buku Lembar Kerja Siswa (LKS) tanpa menjelaskan pokok
bahasan yang ingin di ajarkan, tetapi juga karena mereka (siswa) tidak
mengetahui apa manfaat mempelajari mata pelajaran geografi. Sehingga siswa
cenderung acuh terhadap mata pelajaran ini.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, peneliti mencoba menerapkan
satu model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dalam belajar sehingga
mereka lebih memahami materi yang disajikan. Masalah-masalah yang terjadi di
atas harus diberikan solusi agar masalah tersebut dapat terselesaikan. Perlunya
suatu upaya dalam proses pembelajaran yang mampu membantu siswa mengatasi
kesulitan belajar dan menghilangkan persepsi buruk siswa terhadap mata
pelajaran Ekonomi khususnya bagi mereka yang mengikuti program kelas lintas
minat. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang menyenangkan,
melibatkan aktivitas siswa, dan memudahklan siswa dalam memahami materi dan
mempertajam daya ingat serta analisa logika siswa. Model pembelajaran yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang sesuai dengan permasalahan yang
ada adalah model Quantum Learning yang menggunakan metode Peta Pikiran
(Mind Mapping).
Model Quantum Learning merupakan salah satu alternatif dalam
pembelajaran Geografi yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih
nyaman dan menyenangkan. Melatih kekuatan memori siswa, membuat siswa
lebih memahami materi yang diajarkan. Juga memberikan penghargaan baik itu
berupa pujian ataupun tepukan tangan kepada siswa saat mereka berhasil
menjawab pertanyaan, sehingga diharapkan minat belajar siswa dapat tumbuh.
Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan
sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima
atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak
aktif dibandingkan guru.
Hasil penelitian Kusno & Purwanto (2011), dapat disimpulkan bahwa: (1)
Quantum Learning efektif untuk mengajar Matematika pada topik program linier;
dan (2) pembelajaran dengan metode kuantum lebih baik dari metode
konvensional. Berdasarkan hasil penelitian ini, para peneliti merekomendasikan
bahwa pembelajaran kuantum dapat digunakan untuk mengajar topik lain karena
metode ini menarik minat peserta didik. Ketertarikan peserta didik dalam
pembelajaran ini dikarenakan mereka mengalami dan membangun pengetahuan
dengan modus mereka sendiri, yang pada akhirnya ketuntasan belajar akan
mereka dapatkan. Pembelajaran dengan Quantum Learning akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap proses pembelajaran yang menyenangkan di
dalam kelas dan meningkatkan hasil belajar peserta didik sedangkan metode Mind
Mapping dapat membantu peserta didik dalam memahami pelajaran yang
disampaikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan dalam rumusan masalah di atas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui model Quantum Learning
dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada mata pelajaran Geografi Kelas
X SMA Negeri 4 Enrekang.

METODE PENELETIAN
Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Sumber
data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa dan guru yakni melalui observasi
dan wawancara. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui metode
observasi, tes, dokumentasi, dan wawancara dengan memakai triangulasi sebagai
uji validitas data. Teknik analisis data yang digunkan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif untuk data
kuantitaif, dan data kualitatif berupa data hasil belajar, hasil observasi
keterampilan guru dan aktivitas siswa yang dipaparkan dalam kalimat yang
diperlukan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Indikator kinerja
penelitian ini adalah langkah-langkah guru dalam menerapkan model
pembelajaran Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
dalam pembelajaran.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Quantum Learning
Quantum Learning merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang
mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang
menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa (Bobbi
De Porter, 2009). Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh
proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta
membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
2. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang masih
berfokus pada guru. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru
cenderung lebih aktif dari pada siswa. Guru menjelaskan materi pelajaran
yang disampaikan dan siswa hanya mendengarkan. Bahkan terkadang guru
hanya memberikan tugas pada siswa selama jam pelajaran berlangsung tanpa
menjelaskan materi pelajaran. Interaksi antar guru dan siswa pada model ini
kurang.
3. Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) hasil belajar adalah hasil yang
ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan guru Hasil belajar pada penelitian ini adalah
nilai yang diperoleh siswa setelah diterapkannya model pembelajaran
quantum learning pada kelas eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol.
4. Minat Belajar
Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong
untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-
bidang tertentu (Lockmono, 1994). Untuk mengetahui bagaimana minat
belajar siswa, akan disebar angket yang berisikan indikator untuk
mengukur minat belajar siswa. Di mana indikator tersebut mengacu pada
keempat indikator yang telah disusun oleh John Keller (dalam
http://tirman.wordpress.com), yakni perhatian. relevansi, percaya diri dan
kepuasan atau dikenal dengan sebutan ARCS (Attention, Relevan,
Confident, Satisfication). Sementara alat untuk mengukur minat siswa,
digunakan skala likert.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik observasi dan
teknik angket yang bertujuan untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa
yang diajar menggunakan model quantum learning dan model konvensional
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif yang
akan digunakan dalam penyajian data berupa tabel, diagram, mean, median dan
modus. Data tersebut dikelompokkan dalam kriteria yang digunakan untuk
menentukan hasil belajar geografi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
SMAN 2 Belopa yakni skala yang ditentukan oleh Kemendikbud Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikbud, 2004), yakni:
Tabel 1. Deskripsi Frekuensi hasil belajar siswa
Frekuensi Hasil Belajar Deskripsi Frekuensi Hasil Belajar
85 – 100 Sangat Baik
65 – 84 Baik
55 – 64 Cukup
35 – 554 Kurang
0- 34 Sangat Kurang
Sedangkan untuk mengukur minat belajar siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran quantum learning ini, peneliti menggunakan perhitungan
skala likert. Untuk mengetahui seberapa tinggi minat siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol serta untuk mendeskripsikan perbedaan minat antara kedua
kelompok kelas tersebut, maka digunakan analisis sebagai berikut:
r
q= x 100 %
s

Di mana:
q = Persentase skor hasil angket siswa (kelas eksperimen dan kontrol)
r = Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh setiap siswa
s = Jumlah skor maksimum
Sedangkan analisis statistik infrensial yang berupa Uji T digunakan untuk
mengetahui perbedaan haType equation here .sil belajar siswa antara kelas kontrol
(menggunakan model konvensional) dan kelas eksperimen (menggunakan model
quantum learning). Untuk pengujian hipotesis digunakan uji-t dua sampel dengan
rumus :
dimana:

X 1 = Rata-rata skor tes hasil belajar Geografi kelompok eksperimen

X 2 = Rata-rata skor tes hasil belajar Geografi kelompok kontrol
S1 = Varians post-test kelas eksperimen
S2 = Varians post-test kelas kontrol
n1 = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen
n2 = Jumlah sampel pada kelompok control

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning
a. Kegiatan Awal
Pembelajaran menggunakan quantum learning berfokus pada kegiatan awal,
yakni menumbuhkan minat belajar siswa. Penumbuhan minat belajar tersebut
terdapat pada langkah awal model quantum learning yakni AMBAK (Apa
Manfaat Bagiku)
b. Kegiatan Inti
Pada pertemuan pertama, kegiatan inti diawali dengan menampilkan gambar-
gambar lapisan atmosfer. Kemudian peserta didik diminta untuk mengamati
gambar tersebut. Selanjutnya peneliti memaparkan satu persatu pengertian, ciri-
ciri dan manfaat setiap lapisan tersebut. Untuk memperkuat daya ingat siswa
dalam memahami fungsi dari setiap lapisan, peneliti memaparkan penjelasannya
pada peta konsep. Penggunaan peta konsep dinilai dapat mempermudah dan
meringkas materi yang banyak muatannya. Dan beberapa keunggulannya
lainnya adalah fleksibel, dapat memusatkan perhatian, meningkatkan
pemahaman dan menyenangkan (Tony Buzan, 2004). Dalam pembelajaran
quantum learning guru membebaskan gaya belajar siswa. Membebaskan disini
bukan berarti siswa dibebaskan ingin belajar atau tidak. Akan tetapi terdapat 3
cara belajar siswa, yakni gaya belajar visual (lebih mudah mengingat
pembelajaran dengan melihat gambar-gambar), gaya belajar auditorial (lebih
suka mendengarkan penjelasan dari guru) dan belajar dengan cara kinestetik
(malalui praktek langsung atau melihat langsung fenomena yang terjadi). Juga
pada proses pembelajaran 2013, guru diminta untuk menyajikan gamba yang
berkaitan dengan materi pembelajaran dan siswa diminta untuk mengamati
gambar tersebut.
c. Kegiatan Penutup
Pembelajaran quantum learning diakhiri dengan meyimpulkan materi
pembelajaran yang telah diajarkan. Dalam hal ini peneliti bersama-sama peserta
didik manarik kesimpulan. Dan pada pertemuan kedua, setelah menyimpulkan
peneliti memberikan soal post-test untuk melihat kemampuan siswa setelah
diberikan perlakuan, apakah ada perbedaan dengan post-test nantinya.

2. Perbedaan Hasil Belajar dan Minat Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Skor hasil belajar siswa pada penelitian yang dilaksanakan di SMAN 2
Belopa ini disajikan dalam bentuk analisis deskriptif yang berupa skor hasil
belajar siswa kelas eksperimen (menggunakan model quantum learning) dan
kelas kontrol (menggunakan model konvensional). Hasil belajar tersebut
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengerjakan soal post-test setelah
diberikan perlakuan pada masing-masing kelas. Berikut di sajikan hasil analisis
deskriptif.
a. Hasil belajar siswa kelas eksperimen (menggunakan model quantum
learning
Tabel 2. Deskripsi distribusi hasil pre-test siswa kelas eksperimen (menggunakan
model quantum learning)
Skor Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)
85 – 100 Sangat Baik - -
65 – 84 Baik 4 13
55 – 64 Cukup 12 40
35 – 54 Kurang 14 47
0 – 34 Sangat Kurang - -
Jumlah 30 100
Sumber: hasil olahan data primer tahun 2014

Tabel 3. Nilai hasil pre-test siswa kelas eksperimen (menggunakan model


quantum learning)
Statistik Nilai Statistik
Ukuran sampel 30
Nilai maksimum 80
Nilai minimum 35
Modus 50
Median 55
Nilai rata-rata 53,50
Sumber: hasil olahan data primer tahun 2014
Tabel 4. Deskripsi distribusi hasil post-test siswa kelas eksperimen (menggunakan
model quantum learning)
Skor Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)
85 – 100 Sangat Baik 4 13
65 – 84 Baik 25 84
55 – 64 Cukup 1 3
35 – 54 Kurang - -
0 – 34 Sangat Kurang - -
Jumlah 30 100
Sumber: hasil olahan data primer tahun 2014

Tabel 5. Nilai hasil post-test siswa kelas eksperimen (menggunakan model


quantum learning)
Statistik Nilai Statistik
Ukuran sampel 30
Nilai maksimum 85
Nilai Minimum 60
Modus 80
Median 80
Rata-rata 76
Sumber: hasil olahan data primer tahun 2014
Diagram hasil belajar siswa kelas eksperimen dapat dilihat dalam gambar
1 berikut ini.
100
90
Rata-rata Hasil Belajar

80
70
60
50
40 Pre Test
30
20
10
0
Pre-Test Post-Test

Hasil Belajar

Gambar 1. Diagram hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model
konvensional
b. Hasil belajar siswa kelas kontrol (menggunakan model konvensional)
Hasil belajar siswa kelas kontrol (kelas X.8) yang menggunakan model
konvensional yang digunakan guru SMAN 2 Belopa disajikan dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 6. Deskripsi distribusi hasil Pre-Test Siswa kelas kontrol (menggunakan
model konvensional)
Skor Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)
85 – 100 Sangat Baik - -
65 – 84 Baik 2 6
55 – 64 Cukup 16 54
35 – 54 Kurang 12 40
0 – 34 Sangat Kurang - -
Jumlah 30 100
Sumber: hasil olahan data primer tahun 2014

Tabel 7. Deskripsi distribusi hasil pre-test siswa kelas kontrol (menggunakan


model konvensional)
Statistik Nilai Statistik
Ukuran sampel 30
Nilai maksimum 70
Nilai minimum 40
Modus 60
Median 65
Nilai rata-rata 54,60
Sumber: hasil olahan data primer tahun 2014
Tabel 8. Deskripsi distribusi hasil Post-Test Siswa kelas kontrol (menggunakan
model konvensional)
Skor Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)
85 – 100 Sangat Baik - -
65 – 84 Baik 16 54
55 – 64 Cukup 12 40
35 – 54 Kurang 2 6
0 – 34 Sangat Kurang - -
Jumlah 30 100
Sumber: hasil olahan data primer tahun 2014

Tabel 9. Deskripsi distribusi hasil post-test siswa kelas kontrol (menggunakan


model konvensional)
Statistik Nilai Statistik
Ukuran sampel 30
Nilai maksimum 80
Nilai minimum 50
Modus 65
Median 65
Nilai rata-rata 62,8
Sumber: hasil olahan data primer tahun 2014
Diagram hasil belajar siswa kelas ekperimen dapat dilihat dalam gambar 2
berikut ini
100
90
Rata-rata Hasil Belajar

80
70
60
50
40
Pre Test
30
20
10
0
Pre-Test Post-Test

Hasil Belajar

Gambar 2. Diagram hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model
konvensional
Selanjutnya, secara umum deskripsi rata-rata minat siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol dapat dilihat dalam tabel 3 dan 4 berikut ini
Tabel 10. Skor minat belajar siswa kelas eksperimen
Frekuensi Skor yang
Persentase Kualifikasi
diperoleh siswa
85% - 100% Sangat tinggi 4
70% - 85 % Tinggi 26
55% - 70% Sedang -
40% - 55% Rendah -
Kurang dari 40% Sangat rendah -
Jumlah 30
Sumber: hasil olahan data tahun 2014

Tabel 11. Skor minat belajar siswa kelas kontrol

Frekuensi Skor yang diperoleh


Persentase Kualifikasi
siswa
85% - 100% Sangat tinggi -
70% - 85% Tinggi -
55% - 70% Sedang 15
40% - 55% Rendah 15
Kurang dari 40% Sangat rendah -
Jumlah 30
Sumber: hasil olahan data tahun 2014

Dari data hasil belajar yang telah diperoleh kemudian diolah menggunakan
analisis statistik, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan hasil belajar di antara
kedua kelas tersebut. Nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen setelah
diterapkan model quantum learning adalah 76 atau berada pada kategori sangat
baik. Sementara kelas kontrol mendapatkan rata-rata hasil belajar 62,8 dan
berada pada kategori cukup. Terdapat rentang nilai 13,2 di antara kedua kelas
tersebut. Untuk minat belajar siswa kedua kelas tersebut diperoleh rata-rata kelas
eksperimen sebesar 82,97% berada pada ketogori tinggi dan kelas kontrol 54,85%
berada pada kategori rendah
Untuk menguji apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran
konvensional, maka di gunakan analisis statistik infrensial. Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai t hitung adalah 7,31 dan nilai t tabel adalah
2,00 dengan α = 0,05 atau 5 % dan dk = (n1 + n2 – 2) = (30 + 30 – 2) = 58
berdasarkan tabel distribusi t dua pihak, dengan demikian dapat diketahui bahwa
nilai –ttabel< thitung > +ttabel yaitu -2,00 < 7,31 > 2,00 maka Ho ditolak atau H 1
diterima. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar mata pelajaran
Geografi pada materi pokok atmosfer antara siswa kelas kontol yang diajar
dengan menggunakan model konvensional (cara mengajar yang sering diterapkan
guru mata pelajaran yang bersangkutan) dengan siswa kelas eksperimen yang
diajar dengan menggunakan model quantum learning.
Efek positif dari penerapan model pembelajaran Quantum Learning dengan
metode peta pikiran (Mind Mapping) adalah hasil belajar yang meningkat baik
pada ranah afektif, psikomotor, maupun kognitif. Semua langkah-langkah dalam
model pembelajaran Quantum Learning dengan metode peta pikiran (Mind
Mapping) sangat mempengaruhi perubahan hasil belajar siswa, berikut langkah-
langkah yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran:  TUMBUHKAN.
Mempersiapkan dan menumbuhkan semangat belajar peserta didik serta
menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada sintaks pertama pembelajaran
Quantum Learning dengan metode peta pikiran (Mind Mapping) menunjukkan
bahwa, sintaks pertama ini mempengaruhi hasil belajar sikap dan kinerja. 
ALAMI. Penyajian materi dari guru disampaikan dengan mengaitkan pengalaman
atau keadaan yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan materi
yang sedang dipelajari. Pada sintaks II pembelajaran Quantum Learning dengan
metode peta pikiran (Mind Mapping) menunjukkan bahwa sintaks yang kedua ini
mempengaruhi hasil belajar peserta didik yakni kinerja peserta didik.  NAMAI.
Pengorganisasian peserta didik ke dalam tim-tim dan pengerjaan lembar kerja
oleh peserta didik. Selain itu, dalam sintaks ini dilaksanakan pembuatan mind
mapping mengenai materi yang sedang dipelajari dengan menggunakan
perpaduan warna, gambar, dan kata kunci yang mudah diingat oleh peserta didik.
Pada sintaks ke-3 pembelajaran Quantum Learning dengan metode peta pikiran
(Mind Mapping) ini menunjukkan bahwa sintaks yang ketiga ini mempengaruhi
hasil belajar peserta didik yakni sikap dan kinerja peserta didik. 
DEMONSTRASIKAN. Presentasi hasil diskusi. Pada sintaks ke-4 ini
pembelajaran Quantum Learning dengan metode peta pikiran (Mind Mapping)
menunjukkan bahwa sintaks yang ke-4 ini mempengaruhi hasil belajar peserta
didik yakni hasil belajar sikap, kinerja, dan portofolio.  ULANGI. Mengulang
kembali materi yang sudah dipelajari selama pembelajaran dan dilanjutkan
dengan pengerjaan kuis secara individual dan penghitungan skor hasil diskusi
kelompok. Pada sintaks yang ke-5 ini menunjukkan bahwa sintaks ini
mempengaruhi hasil belajar peserta didik yakni kinerja, portofolio, dan tes
individu.  Evaluasi. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan
dalam setiap pertemuan. Pada sintaks ke-7 pembelajaran Quantum Learning
dengan metode peta pikiran (Mind Mapping) ini menunjukkan bahwa sintaks ini
mempengaruhi hasil belajar peserta didik yakni kinerja.  Penutup. Pada sintaks
terakhir dalam pembelajaran Quantum Learning dengan metode peta pikiran
(Mind Mapping) ini menunjukkan bahwa sintaks ini mempengaruhi hasil belajar
peserta didik yakni kinerja, produk, dan portofolio Berdasarkan data siklus I,
siklus II, diperoleh data yang menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar
peserta didik selalu mengalami peningkatan. Model pembelajaran Quantum
Learning dengan metode peta pikiran (Mind Mapping) melibatkan peserta didik
dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat membagi
informasi yang diperoleh saat diskusi. Memberikan kesempatan pula kepada
kelompok-kelompok untuk membagi informasi pada saat penyampaian hasil
diskusi. Pada saat diskusi, setiap anggota kelompok masing-masing berdiskusi
dan berusaha untuk memecahkan permasalahan yang ada. Setiap anggota dalam
suatu kelompok harus memahami materi dan cara-cara pemecahan masalah
dengan baik. Saat guru menunjuk siswa secara acak, maka siswa tersebut mampu
mengerjakan dengan baik, karena pada saat diskusi sudah paham. Selain itu,
setelah penyampaian hasil diskusi, maka selanjutnya adalah pengerjaan kuis
secara individu. Pada saat pengerjaan kuis secara individu, letak tempat duduk
setiap kelompok tidak akan berdekatan dengan anggotanya. Hal tersebut untuk
mengatasi kecurangan atau adanya kerjasama dengan anggota dari kelompoknya.
Hal ini untuk melihat, apakah masing-masing anggota kelompok memang sudah
betul-betul menguasai materi tersebut. Oleh karena itu, model pembelajaran
Quantum Learning dengan metode peta pikiran (Mind Mapping) dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penerapan model pembelajaran
Quantum Learning dengan metode peta pikiran (Mind Mapping) dapat
meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar yang ditargetkan mencapai batas tuntas
yaitu 80%, telah mencapai lebih dari 80%, dan di setiap siklus mengalami
peningkatan baik presentase ketuntasan maupun rata-rata kelas. Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum peserta didik telah memahami materi yang
disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar yang menggunakan model
pembelajaran Quantum Learning dengan metode peta pikiran (Mind Mapping).

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah, penerapan model
pembelajaran quantum learning pada materi pokok atmosfer tetap mengacu pada
sintaks quantum learning. Yakni mulai dari pemberian AMBAK untuk
menumbuhkan minat belajar siswa, penataan lingkungan belajar, penguatan daya
ingat siswa, penyampaian materi melalui gambar dan peta konsep, dan perayaan
keberhasilan sebagai bentuk penghargaan padaa siswa. Berdasarkan data yang
diperoleh hasil belajar siswa kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan
(menggunakan model pembelajaran quantum learning) memperoleh rata-rata
pencapaian hasil belajar 76. Minat belajar siswa kelas eksperimen cenderung
tinggi. Rata-rata dari akumulasi setiap butir pernyataan, kelas eksperimen
memperoleh skor minat sebesar 82,97% dan berada pada kategori tinggi. Hasil
belajar siswa kelas kontrol (setelah diajar langsung oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan menggunakan model konvensional) memperoleh rata-rata hasil
belajar 62,8. Minat belajar siswa kelas kontrol cenderung rendah. Rata-rata dari
akumulasi setiap butir pernyataan, kelas kontrol memperoleh skor minat sebesar
54,85% dan berada pada kategori rendah.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai thitung adalah 7,31
dan nilai ttabel adalah 2,00 dengan α = 0,05 atau 5 % dan dk = (n1 + n2 – 2) = (30 +
30 – 2) = 58 berdasarkan tabel distribusi t dua pihak, dengan demikian dapat
diketahui bahwa nilai –ttabel< thitung > +ttabel yaitu -2,00 < 7,31 > 2,00 maka Ho
ditolak atau H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar mata
pelajaran Geografi pada kedua kelas tersebut.
Perpaduan antara model pembelajaran Quantum Learning dengan metode
peta pikiran (Mind Mapping) sangat berdampak pada hasil belajar Ekonomi siswa
kelas X MIA 1 SMA Negeri 5 Surakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari
peningkatan hasil belajar siswa baik dari ranah afektif, psikomotor, maupun ranah
kognitif. Ranah afektif diperoleh dari observasi peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan sikap peserta didik menunjukkan
hal yang positif, peserta didik terlihat mampu bersikap dengan kualifikasi baik
dalam setiap pertemuan. Ranah psikomotorik diperoleh dengan cara pengerjaan
lembar kerja baik secara kelompok maupun individu. Pada ranah psikomotorik
ini, peserta didik sudah mampu menunjukkan hal yang positif. Siswa sudah
terampil dalam menerapkan materi yang dipelajari dan menerapkannya untuk
memecahkan permasalahan di kehidupan sesuai materi yang dipelajari. Peserta
didik juga sudah mampu membuat laporan dengan bentuk yang mudah untuk
dipahami dan mengingatnya kembali.ranah kognitif diperoleh dengan adanya
peningkatan pada hasil KUIS di setiap akhir pembelajaran dan tes hasil belajar di
setiap akhir siklus. Hasil juga menunjukkan hasil yang positif. Terdapat
peningkatan di setiap siklus dalam ratarata hasil belajar yang diperoleh siswa.
Hasil wawancara kepada guru maupun siswa di setiap akhir siklus juga
menunjukkan hal yang positif. Hasil wawancara menunjukkan dengan penerapan
model pembelajaran Quantum Learning dengan metode peta pikiran (Mind
Mapping) siswa lebih mudah memahami materi hal ini dikarenakan pembelajaran
dilakukan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Kemudahan dalam
memahami materi inilah yang memberikan dampak positif bagi peningkatan hasil
belajar siswa. Selain itu, mind mapping juga dapat membantu siswa dalam
mempertajam daya analisis dan logika siswa dalam memahami materi yang
sedang dipelajari.
UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR RUJUKAN

Auliyah, P., Rohendi, D. & Rahman, E. F. (2011), Efektivitas Penggunaan Model


Pembelajaran Quantum Learning Tipe Kinesthetic Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Diklat Algoritma Dan
Pemrograman. Journal Pendidikan Ilmu Komputer UPI. 2 (291), 1-14.

De Porter, Bobbi dan Mike Hernachi. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. 2009.


Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan.
Bandung: Kaifa.

Dimyati dan Mudjiono, 1999.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat. (2014). Keefektifan Pendekatan Quantum Learning Dalam Peningkatan


Nilai Mata Kuliah Nahwu I. Journal Pendidikan Ilmu Komputer,
FPMIPA UPI. Jakarta. 1 (2), 66-78.

Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Jones, B. D. (2012). The Effects of Mind Mapping Activities on Students’


Motivation. International Journal for the Scholarship of Teaching and
Learning 1 (1), 1-23.

Kemendikbud. 2004. Rentang Skor Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat Jendral


Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kusno & Purwanto. (2011). Effectiveness Of Quantum Learning for Teaching


Linear Program At The Muhammadiyah Senior High School of
Purwokerto In Central Java Indonesia. Journal Of Department Of
Mathematic Education, Faculty Of Education And Teacher Training
Muhammadiyah University Of Purwokerto. 1 (1), 83-92.

Loekmono. 1994. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Nesbit, J. & Adesope, O. (2011). Teaching Spelling Skills with a Mind Mapping
Software. International Journal for the Scholarship of Teaching and
Learning. 53 (3), 4- 16.

Permendikbud. (2013). Jurnal Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ristiasari, T. (2012). Model Pembelajaran Problem Solving dengan Mind
Mapping terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Unnes Journal of
Biology Education . 1 (3), 1 -12.

Rizqiya, R. S. (2013). The Use of Mind Mapping In Teaching Reading


Comprehention. ELTIN Journal. 1 (1), 22 -28.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Tee, Azman, Mohamed, Muhammad, Mohamad, Yunos, Yee dan Othman.


(2014). Buzan Mind Mapping: An Efficient Technique for Note -Taking.
International Journal of Social, Economics, and Business Engineering, 8
(1), 28 -31.

Tony Buzan. dan Barry. 2004 Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book.
Batam: Interaksa.

Wisudawati, A. W & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA.


Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai