Anda di halaman 1dari 12

III.4.

1 Kuarsa sekunder dan kalsedon

Kuarsa sekunder adalah mineral silika yang memiliki temperatur pembentukan


relatif panjang, berkisar 1800 C hingga lebih dari 3000C (Reyes, 1990). Kehadiran
kuarsa akan menunjukkan kondisi yang khusus apabila hadir bersamaan dengan
mineral silika petunjuk lainnya, seperti kalsedon. Pembentukkan mineral-mineral
silika tersebut dikontrol oleh temperatur dan jumlah saturasi silika (Fournier,
1973) .

Kalsedon adalah mineral silika berukuran kriptokristalin yang merekam


perubahan sistem panasbumi dominasi air menjadi sistem dominasi uap. Moore
dkk (2002) menyatakan bahwa pembentukkan kalsedon pada temperatur di atas
2000C dihasilkan oleh catastrophic decompression dan boiling. Kehadiran kuarsa
sekunder disertai kalsedon pada temperatur di atas 2000C selanjutnya menjadi
indikasi daerah boiling pada sumur daerah penelitian.

Kalsedon yang hadir pada temperatur di atas 2000C ditemukan di sumur WWT-1
pada kedalaman 1273-1336 m, 1753-1756 m, dan 1873-1936 m, hadir pada zona
alterasi propilitik. Kalsedon pada sumur WWT-1 ini hadir bersama dengan kuarsa
sekunder sebesar 8-10% dan 11-20%. Kalsedon bersama klorit hadir mengisi
rongga dan berasosiasi dengan epidot, seperti yang ditunjukkan pada gambar
III.23.

Pada sumur WWD-2 kalsedon penanda boiling hadir pada kedalaman 789-972 m,
1210-1213 m, 1510-1573 m, 1810-1933 m, dan 2051-2084 m. Pada kedalaman
909-972 m, dan 1510-1573 m, kalsedon hadir pada zona alterasi filik, sedangkan
pada kedalaman 789-852 m, 1210-1213 m, 1810-1933 m dan 2051-2084 m
kalsedon hadir pada zona alterasi propilitik. Kalsedon yang hadir pada zona filik
beraosiasi dengan serisit (gambar III.23), sedangkan kalsedon yang hadir pada
zona propilitik berasosiasi dengan epidot. Kalsedon pada sumur WWD-2 lebih
sering hadir mengisi rongga, tetapi pada kedalaman 909-972 m kalsedon bersama
kuarsa sekunder dan silika opal hadir membentuk veinlet berukuran >0.2 mm,

59
pada andesit piroksen. Kehadiran kalsedon sebagai indikasi boiling pada sumur
WWD-2 beberapa berasosiasi dengan zona hilang sirkulasi.

Gambar III.23. Foto yang memperlihatkan kehadiran kalsedon, silika opal dan kuarsa
sekunder yang mengisi rongga. Kalsedon bersama epidot mengisi
rongga pada tuf kristal, sayatan diambil dari sumur WWT-1, kedalaman
1933-1936 m (1,2); Kalsedon, kuarsa sekunder dan serisit mengisi
rongga pada lava andesit, sayatan diambil dari sumur WWD-2
kedalaman 909-912 m (3,4); Kalsedon, silika opal, dan kuarsa sekunder
mengisi rongga pada andesit, sayatan diambil dari sumur WWQ-5
kedalaman 885 m.

60
Pada sumur WWQ-5, kalsedon hadir pada kedalaman 885-945 m, pada zona
alterasi filik. Kalsedon pada sumur ini hadir bersama silika opal dan kuarsa
sekunder sebesar 11-15%, sebagai mineral pengisi rongga pada matriks tuf-lapili

Pemerian kehadiran kalsedon menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu titik
boiling pada sumur WWT-1 dan WWD-2, yang pada sumur WWD-2 beberapa
boiling berasosiasi dengan zona hilang sirkulasi. Titik boiling ini menggambarkan
fluktuasi larutan hidrotermal pada masa lampau.

Apabila diurutkan dari tinggi ke rendah, kehadiran kalsedon pada tiga sumur
penelitian adalah: hadir sebesar 5-9% pada sumur WWQ-5, hadir sebesar 3-9%
pada sumur WWD-2, dan hadir sebesar 2-5% pada sumur WWT-1.

III.4.2 Kalsit dan anhidrit

Kalsit (CaCO3) merupakan mineral yang memiliki rentang suhu panjang, berkisar
dari 20-3200 C (Reyes, 1990). Keberadaan kalsit di alam dihasilkan dari 3 macam
proses, yaitu: proses hidrolisis, boiling, dan pemanasan sebagai konsekuensi dari
retrograde solubilitas. Kalsit yang terbentuk sebagai hasil proses hidrolisis larutan
HCO3 berasosiasi dengan temperatur rendah, adapun kalsit yang terbentuk karena
solubilitas terbalik berasosiasi dengan temperatur tinggi, dan biasanya hadir
meng-overprint mineral sekunder dengan temperatur tinggi.

Anhidrit adalah mineral sulfat dengan kandungan CaS04. Keberadaan anhidrit di


alam diperoleh dari proses hidrolisis larutan SO4 dan pemanasan sebagai
konsekuensi dari retrograde solibilitas. Sama halnya dengan kalsit, keberadaan
anhidrit meng-overprint mineral sekunder yang terbentuk pada temperatur tinggi,
dihasilkan karena solubilitas terbalik. Anhidrit dan kalsit yang terbentuk pada
temperatur rendah selanjutnya disebut dengan anhidrit dan kalsit pertama,
sedangkan yang berasosiasi dengan solubilitas terbalik disebut sebagai anhidrit
dan kalsit kedua. Persentase kehadiran kalsit dan anhidrit pada tiga sumur
penelitian ditunjukkan pada gambar III. 24.

61
Gambar III.24. Perbandingan kehadiran kalsit dan anhidrit pada sumur WWT-1,
WWD-2, dan WWQ-5.

Kalsit pada sumur-sumur penelitian hadir menerus pada temperatur rendah dan
temperatur tinggi, dengan persentase yang tidak jauh berbeda. Adapun anhidrit
hadir secara setempat. Analisa petrografi dari sayatan serbuk bor menunjukkan
bahwa kalsit pertama dan anhidrit pertama pada tiga sumur penelitian berasosiasi
dengan zona subpropilitik, sedangkan kalsit kedua dan anhidrit kedua hadir pada
zona propilitik dan filik.

Kalsit kedua yang meng-overprint epidot hadir pada sumur WWT-1 kedalaman
1213-1216 m, 1753-1756 m, dan 1933-1936 m, pada zona alterasi propilitik.
Kalsit kedua ini terletak tepat di atas dan bersamaan dengan hadirnya boiling,
menunjukkan bahwa kelimpahan kandungan CO2 pada kedalaman tersebut berasal
dari proses boiling. Adapun anhidrit kedua tidak hadir pada sumur WWT-1.

Pada sumur WWD-2, kalsit kedua hadir di kedalaman 789-852 m, 1570-1693 m,


dan 1810-1933 m, pada zona alterasi propilitik. Kalsit kedua ini hadir meng-
overprint epidot dan aktinolit. Sama halnya dengan sumur WWT-1, kalsit kedua
pada sumur WWD-2 ini terletak tepat di atas dan bersamaan dengan hadirnya
boiling, menunjukkan bahwa kelimpahan kandungan CO2 pada kedalaman

62
tersebut berasal dari proses boiling. Adapun anhidrit kedua tidak hadir pada sumur
WWD-2.

Pada sumur WWQ-5, kalsit kedua hadir di kedalaman 885-1305 m dan 1725 m,
pada zona filik. Anhidrit kedua juga hadir pada sumur ini meng-overprint epidot,
pada kedalaman 945-1245 m. Berbeda halnya dengan sumur WWT-1 dan WWD-
2, kalsit kedua pada sumur WWQ-5 tidak terletak tepat di atas dan bersamaan
dengan zona boiling, menunjukkan bahwa kelimpahan kandungan CO2 dan H2S
bukan berasal dari uap hasil boiling. Gambar III.25, III.26, III.27 menunjukkan
kehadiran kalsit dan anhidrit kedua pada sumur-sumur penelitin.

Gambar III.25. Foto sayatan menunjukkan kalsit yang meng-overprint epidot. Sayatan
diambil darisumur WWT-1 kedalaman 1753-1756 m (a,b), sayatan
diambil dari sumur WWD-2 kedalaman 1870-1873 m.

63
Gambar III.26. Foto sayatan yang memperlihatkan kehadiran kalsit meng-
overprint epidot. Sayatan diambil dari sumur WWQ-5 kedalaman
1065 m

Gambar III.27. Foto yang memperlihatkan kehadiran kalsit dan anhidrit yang meng-
overprint epidot. Sayatan diambil dari sumur WWQ-5 kedalaman 1245.

III.4.3 Pirofilit

Pirofilit adalah mineral lempung aluminosilika yang terbentuk pada 200-2800 C


dan kondisi larutan asam (Reyes, 1990). Kehadiran pirofilit merupakan penciri
zona alterasi advance argilik dan filik (Corbett dan Leach, 1998). Pada sumur
daerah penelitian, pirofilit teridentifikasi melalui analisa XRD dan petrografi.
Pirofilit sebagian besar hadir mengubah fragmen batu andesit pada tuf-lapili.

Kehadiran pirofilit pada sumur penelitian adalah: hadir sebesar <3% pada sumur
WWT-1 kedalaman 972-975 m; hadir sebesar 1-5% pada sumur WWD-2

64
kedalaman 939-942 m, 1270-1573 m, 1870-1873 m, 2051-2114 m; dan hadir
sebesar <3% pada sumur WWQ-5 kedalaman 1425-1545 m.

Pada sumur WWD-2 kedalaman 939-942 m dan 1270-1573 m, pirofilit hadir


bersama serisit meng-overprint epidot dan kalsit, membentuk zona alterasi
Serisit±pirofilit. Begitu pula halnya pada sumur WWQ-5, pirofilit hadir bersama
serisit pada kedalaman 1425-1545 m membentuk zona alterasi Serisit±pirofilit.
Gambar III.28 menunjukkan kehadiran piriflit pasa sumur-sumur penelitian.

Gambar III.28. Foto yang memperlihatkan kehadiran pirofilit mengubah plagioklas


pada Andesit, contoh diambil dari sumur WWD-2 kedalaman 2051-
2054 m (a,b); Pirofilit mengubah plagioklas pada fragmen batuan
Andesit, contoh diambil dari sumur WWQ-5 kedalaman 1425 m (c,d).

III.4.4 Adularia

Adularia merupakan mineral K-feldspar dengan komposisi KAlSi3O8. Pada sistem


panas bumi, adularia merupakan mineral yang memiliki rank tinggi sebagai
petunjuk permeabilitas. Browne (1979) dalam Corbett dan Leanch (1998)
menyatakan bahwa adularia terbentuk pada kondisi aliran fluida yang labil dan

65
mengalir. Adularia merupakan mineral petunjuk permeabilitas baik, yang
berkaitan dengan permeabilitas akibat rekahan.

Pada sumur penelitian, adularia hadir pada sumur WWD-2 dan WWQ-5, tidak
hadir pada sumur WWT-1. Adularia pada sumur WWD-2 hadir pada kedalaman
12-15 m di daerah yang dangkal, dan 1390-1513 m, 1810-1933 m, dan 2081-2114
m, di daerah yang lebih dalam. Pada daerah yang dangkal, yaitu kedalaman 12-15
m adularia hadir mengisi rongga pada batuan tuf-lapili bersama dengan laumontit.
Kehadiran adularia pada daerah dangkal menunjukkan pengaruh struktur pada
sebaran zonasi alterasi sumur WWD-2.

Pada daerah yang lebih dalam, yaitu kedalaman 1390-1513 m dan 1810-1933 m,
adularia hadir mengubah plagioklas, sedangkan pada kedalaman 2081-2114 m,
adularia bersama wairakit hadir mengisi rongga. Adularia yang hadir pada
kedalaman 1390-1513 m berasosiasi dengan zona hilang sirkulasi, menunjukkan
pengaruh struktur terhadap pembentukkan adularia.

Pada sumur WWQ-5, adularia hadir di kedalaman 885 m, dan hadir menerus pada
kedalaman 1245-1725 m. Adularia pada sumur WWQ-5 kedalaman 885 hadir
mengubah plagioklas, sedangkan pada kedalaman 1245-1725 hadir mengisi
rongga bersama dengan wairakit dan epidot. Adularia sebagai mineral pengisi
rongga pada kedalaman 1245-1725 m terletak tepat di atas zona hilang sirkulasi,
menunjukkan pengaruh struktur terhadap pembentukkan adularia.

66
Gambar III.29. Foto yang memperlihatkan kehadiran adularia mengisi rongga. Contoh
diambil dari sumur WWD-2 kedalaman 2081-2084 m (1); Contoh
diambil dari sumur WWQ-5 kedalaman 1425 m (2); Contoh diambil
dari sumur WWQ-5 kedalaman 1605 m (3); Contoh diambil dari sumur
WWQ-5 kedalaman 1725 m (4).

III.4.5 Kalk-silika

Kalk-alkali merupakan mineral yang terbentuk pada kondisi larutan berpH netral
atau basa. (Corbett dan Leach.,1998). Mineral ini terdiri dari zeolit seperti
heulandit, stilbit, laumontit, yang terbentuk pada temperatur rendah, dan epidot,
prehnit, wairakit, amfibol (aktinolit) serta garnet yang terbentuk pada temperature
tinggi, antara 250-3000 C. Kehadiran mineral Kalk-alkali temperatur tinggi pada
daerah penelitian berasosiasi dengan zona Epidot ± wairakit ± adularia ± prehnit ±
aktinolit. Selanjutnya kehadiran mineral Kalk-alkali menunjukkan komposisi
larutan netral pada zonasi temperature tinggi di daerah penelitian.

67
Persentase kehadiran mineral-mineral Kalk-alkali adalah seperti yang tertera pada
gambar III.30. Epidot pada daerah penelitian semakin meningkat semakin ke
sumur di daearh utara, mencapai persentase 16-20 % pada sumur WWQ-5>
Wairakit paling banyak hadir di Sumur WWD-2, prehnit semakin meingkat
semakin ke bagian utara. Aktinolit hadir merata di tiga sumur yang diteliti,
sedangkan garnet hanya hadir pada sumur di daerah utara, yaitu sumur WWQ-5.

Gambar III.30. Rekapitulasi kehadiran mineral Calc-silikatpada sumur WWT-1,


WWD-2 dan WWQ-5

III.5 Model penampang Alterasi Sumur Penelitian

Berdasarkan analisa petrografi dan XRD diperoleh model penampang alterasi


sumur penelitian seperti yang ditunjukkan oleh Gambar III.30 di bawah ini. Hasil
pemerian zonasi alterasi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara zona
alterasi di sumur bagian selatan, yaitu sumur WWT-1, WWD-2, dan sumur di
daerah bagian utara, yaitu sumur WWQ-5.

68
Gambar III.31. Penampang Alterasi Sumur WWT-1, WWD-2 dan WWQ-5

Sumur-sumur yang terdapat di daerah bagian selatan, yaitu sumur WWT-1 dan
WWD-2 dicirikan oleh Zona Smektit-kristobalit yang tipis, dengan ketebalan
berkisar 100-150 m. Sedangkan sumur yang terdapat di daerah bagian utara, yaitu
sumur WWQ-5, dicirikan oleh Zona smektit-kristobalit yang tebal, dengan
ketebalan mencapai 800 m. Pada sumur WWD-2, kedalaman hingga 12 m, hadir
Zona Alunit-kristobalit yang mencirikan kondisi larutan hidrotermal berkomposisi
asam. Zona mineral asam ini hanya hadir di sumur WWD-2 dan tidak ditemukan
hadir di sumur-sumur lainnya.

Zona Klorit-smektit-kalsit-anhidrit-zeolit (stilbit, heulandit, laumontit) yang


dicirikan dengan melimpahnya kehadiran kalsit dan anhidrit, hanya hadir pada
sumur-sumur yang terdapat di daerah selatan. Zona ini hadir dengan ketebalan
berkisar 1100 m, dan menipis menjadi 700 m pada sumur WWD-2. Pada zona ini
kaolinit hadir sebagai mineral yang mengisi rongga, mengindikasikan pengaruh
larutan yang bersifat asam pada zonasi ini,

Zona Epidot±wairakit±adularia±prehnit±aktinolit yang terbentuk pada temperatur


250-3000C, hadir dengan ketebalan mencapai 750 m pada sumur WWT-1 dan

69
WWD-2. Zona ini hadir semakin menipis semakin ke arah utara, dengan ketebalan
100 m pada sumur WWQ-5.

Zona serisit-pirofilit yang terbentuk pada temperatur 200-2800 C merupakan zona


yang mendominasi di daerah dalam sumur WWQ-5. Zona ini hadir semakin
menipis semakin ke arah selatan, hanya berkisar 150-300 m pada sumur WWD-2.
Kehadiran zona ini pada sumur WWD-2 berasosiasi denga zona hilang sirkulasi.
Zonasi alterasi yang hadir pada sumur penelitian selanjutnya digunakan sebagai
acuan dalam membagi zona sistem panasbumi. Kehadiran mineral alterasi yang
mencerminkan temperatur dan komposisi kimia fluida selanjutnya akan
menggambarkan fluktuasi larutan hidrotermal sebagai gambaran dari sistem
panasbumi di daerah penelitian.

70

Anda mungkin juga menyukai