Anda di halaman 1dari 112

Nama Anggota Kelompok :

1. ACHMAD RIVALDO
CAPSTONE 2. AHMAD RENDY ILHAM DEGAMA
DESIGN 3. IBNU HAZIM
4. M.BIELSA ZEN
5. TEDI LUTHFI ATTALLAH RAFI
FR

WELL LOGGING INTEPRETASI


FR

OUTLINE

01 02 03
Well logging Jenis2 wireline logging Intepretasi logging

03
Study Case
Well Logging
Merupakan perekaman data secara continue sebagai
fungsi kedalaman untuk mendapatkan variasi data
tentang karakteristik formasi saat kegiatan pemboran
dilakukan.
FR
Jenis-jenis Well Logging

• Log caliper
merupakan alat untuk mengukur diameter dan bentuk lubang bor (Glover
P.W.J,.2000).

• Log Gamma Ray (GR)


Prinsip dasar perekaman log ini adalah mengukur total radioaktivitas
alami yang berasal dari formasi (Gover P.W.J., 2000).

• Log Resistivitas
adalah dengan mengukur kemampuan jenis lapisan batuan untuk
menghantarkan arus listrik. Semakin besar daya hantar listrik suatu
lapisan, maka nilai tahanan jenisnya akan semakin kecil.

Sumber : Rudolf S. Mamengko (2016)


FR
• Log densitas
merupakan peralatan logging yang dirancang uantuk menentukan massa
jenis atau densitas batuan yang mnggunakan bahan radioaktif sinar gamma
dengan energi menengah seperti Cobalt-60 dan Cesium-137 (Asquith dan
Gibson, 1982).

• Log Neutron
Log netron pada dasarnya merupakan log prorositas yang mengukur ion
hidrogen dalam satu formasi.

• Log Sonik
Log sonik berfungsi untuk mengukur besarnya cepat rambat geolombang
elastik dalam batuan, yang diukur adalah waktu tempuh interval (interval
transit time/t) gelombang suara yang merambat melalui formasi dalam satuan
sec/feet (schlumberger,1972).
Intepretasi Logging
merupakan cara memperoleh data-data logging
yang diperlukan dalam evaluasi formasi serta
menentukan potensial produktifitas suatu formasi.
FR
STUDY CASE WELL LOGGING
➢ Interpretasi Sumur Log untuk Menentukan Zona Prospek Hidrokarbon pada Cekungan Akimeugah, Papua.

Cekungan Akimeugah merupakan salah satu target utama eksplorasi hidrokarbon. Hal tersebut telah
dibuktikan bahwa Formasi Woniwogi Cekungan Akimeugah dapat diinterpretasikan sebagai potensial reservoir
hidrokarbon (Dewi, dkk., 2019) pada batuan sedimen Mesozoikum (Fakhruddin, dkk., 2018) dan memiliki potensi
sebagai shale gas berdasarkan parameter TOC (Total Organic Carbon) (Wijayanti, dkk., 2019). Well logging adalah
pencatatan kontinu dan plotting parameter geofi sika di sepanjang lubang bor. Karakterisasi formasi merupakan
proses di mana kombinasi pengukuran diinterpretasikan. Proses ini digunakan untuk mendeteksi dan mengukur
cadangan minyak dan gas di batuan yang berdekatan dengan sumur (Hasan, dkk., 2019). Model reservoir tersebut
pada gilirannya dapat digunakan untuk membangun rencana pengembangan lapangan yang kuat, dan dengan
demikian menghasilkan produksi yang efi sien (Tatsipie & Sheng, 2021).

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa peneliti telah menggunakan data sumur log untuk
memperkirakan cadangan minyak dan gas di berbagai belahan dunia. Identifi kasi litologi dengan mengintegrasikan
log sumur dan pola sedimen dilakukan oleh Ren , dkk., (2019) menghasilkan probabilitas litologi terintegrasi untuk
karakterisasi suatu reservoir. de Sousa, dkk., (2020) mengevaluasi kerapatan mineral dan fluida dari zona reservoir
menggunakan inversi gabungan dari sumur log untuk memperkirakan parameter petrofi sika dan batas formasi di
lapangan Norne, Norwegia.
FR
Data sumur log meliputi self potential, sinar gamma, caliper, resistivitas, dan log porositas (sonic, neutron,
density) dilakukan oleh Mohamed & Kashlaf (2016) untuk interpretasi tampilan cepat dan dikorelasi dengan data inti
dan plot silang di cekungan Murzuq, Libia. Hasilnya menunjukkan reservoir bersih, berpori, dan permeabel. Interpretasi
sumur log seperti gamma ray, resistivitas, densitas dan log neutron dilakukan oleh Das & Chatterje (2018) untuk
menentukan parameter petrofisika seperti volume serpih (shale), porositas efektif dan saturasi air telah diestimasi
dengan menggunakan hubungan empiris untuk mengevaluasi dan karakterisasi reservoir di cekungan Krishna-Godavari,
India. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai potensi cadangan minyak dan gas lebih lanjut pada sumur KAU-1
dan KAU-2 di wilayah Akimeugah, Papua. Interpretasi menggunakan data sumur log dengan parameter yang dianalisis
berupa kandungan lempung (clay volume), porositas, dan saturasi air. Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini berupa
menentukan zona prospek hidrokarbon pada sumur KAU-1 dan KAU-2 serta mengetahui saturasi hidrokarbon pada
formasi zona prospek sumur KAU-1 dan KAU-2.
FR
HASIL ANALISA
Resistivitas tinggi, densitas menurun, neutron kecil, dan separasinya kecil. Hidrokarbon pada
kedalaman 9.807 kaki - 9.833 kaki diperkirakan gas, karena resistivitas tinggi, densitas menurun dan
neutron kecil, serta separasi besar. Pada kedalaman 9.837 kaki - 9.854 kaki diperkirakan terkandung
hidrokarbon berupa gas, karena densitas menurun dan neutron rendah, resistivitas hampir tinggi, dan
separasi besar. Pada kedalaman 9855 kaki - 9858 kaki diperkirakan terkandung minyak, karena
resistivitas cukup tinggi, densitas menurun dan neutron kecil, dan separasi sempit. Hidrokarbon pada
kedalaman Gambar 6 Zona prospek hidrokarbon sumur KAU-2. 9887 kaki - 9905,5 kaki
dimungkinkan terkandung gas dengan resistivitas tinggi, densitas berubahubah dan neutron kecil, dan
separasi besar.
FR
Pada kedalaman 9993 kaki - 10.015 kaki diperkirakan lapisan
mengandung gas, karena resistivitas tinggi, densitas menurun, neutron
kecil, dan separasi sangat besar. Masing-masing kandungan Vcl,
porositas, Sw , dan Sh tercatat pada Tabel 2. Pada sumur KAU-2 zona
prospek reservoir diperkirakan pada Formasi Woniwogi dan Toro.
Formasi Piniya merupakan batuan tudung dan pada claystone dari
Formasi ini diperkirakan merupakan seal. Pada kedalaman 10.077 kaki
- 10.083 kaki porositas bernilai 0,01 % dan terletak pada lapisan yang
tidak permeabel sehingga dimungkinkan merupakan batuan tudung.
Prospek hidrokarbon sumur KAU-2 berada pada kedalaman 10.172
kaki - 10.212 kaki, 10.214 kaki - 10.216 kaki, 10.236 kaki - 10.238
kaki, 10.245 kaki - 10.247 kaki, 10.253 kaki - 10.259 kaki, 10.288 kaki
- 10.308 kaki, 10.357 kaki - 10.362 kaki, 10.370 kaki - 10.379 kaki,
10.380 kaki - 10.385 kaki, 10.398 kaki - 10.423 kaki, 10.424 kaki -
10.442 kaki, 10.444 kaki - 10.449 kaki, dan 10.454 kaki - 10.485 kaki.

Hasil analisa sumur KAU-2


FR
Zona prospek hidrokarbon terdapat pada lapisan permeabel di mana log SP bernilai besar dan
log GR bernilai kecil. Hidrokarbon pada kedalaman 10.172 kaki -10.212 kaki diperkirakan gas, karena
resistivitas tinggi dengan nilai densitas dan neutron rendah, serta separasi besar. Pada kedalaman
10.214 kaki - 10.216 kaki diperkirakan terkandung minyak, karena resistivitas tidak terlalu tinggi,
densitas dan neutron rendah, dan separasi kecil. Pada kedalaman 10.236 kaki - 10.238 kaki dan 10.245
kaki - 10.247 kaki diperkirakan mengandung minyak, karena resistivitas tidak terlalu tinggi, densitas
menurun, neutron kecil, dan separasi kecil. Pada kedalaman 10.253 kaki - 10.259 kaki diperkirakan
mengandung gas, karena resistivitas tinggi, densitas menurun, neutron kecil, dan separasi besar. Pada
kedalaman 10.288 kaki -10.308 kaki diperkirakan mengandung gas, karena resistivitas tinggi, densitas
menurun drastis, neutron kecil, dan separasi besar. Gas terkandung pada kedalaman 10.370 kaki -
10.379 kaki, karena resistivitas tinggi dengan densitas menurun drastis, neutron kecil, dan separasi
besar. Pada kedalaman 10.380 kaki - 10.385 kaki mengandung gas, karena resistivitas tinngi, densitas
menurun drastis, neutron tidak terlalu tinggi, dan separasi besar. Gas diperkirakan terkandung pada
kedalaman 10.3980 kaki - 10.423 kaki, karena resistivitas tinggi, densitas menurun drastis, neutron
kecil, dan separasi sangat besar.
FR
Pada kedalaman 10.424 kaki - 10.442 kaki diperkirakan mengandung minyak, karena
resistivitas tinggi, densitas dan neutron kecil, dan separasi kecil. Pada kedalaman
10.444 kaki - 10.449 kaki diperkirakan mengandung minyak, karena resistivitas tinggi, densitas dan
neutron kecil, dan separasi kecil. Minyak diperkirakan pada kedalaman
10.454 kaki - 10.485 kaki, karena resistivitas tidak terlalu tinggi dengan nilai densitas dan neutron
kecil, dan separasi kecil.

Masing-masing kandungan Vcl, porositas, Sw , dan Sh tercatat pada Tabel 3. Berdasarkan


penelitian yang telah dilakukan, baik sumur KAU-1 maupun sumur KAU- 2, pada Formasi Piniya
terdapat batuan tudung yang diikuti adanya kandungan minyak dan gas pada Formasi Woniwogi dan
Formasi Toro. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk., (2019) bahwa
Formasi Woniwogi diinterpretasikan sebagai zona potensial reservoir. Hasil parameter Formasi
Woniwogi dan Formasi Toro pada setiap sumur disajikan dalam Tabel 4 dan Tabel 5. Ringkasnya,
tujuan utama kedua sumur ini adalah Batupasir Woniwogi dan Toro yang sekunder adalah beberapa
Batupasir di Grup Piniya.
FR

PVT ANALYSIS
FR

OUTLINE

01 02
PVT analysis jenis2 PVT analysis

03
Study Case
PVT ANALYSIS
Pressure-Volume-Temperature atau biasa dikenal
PVT Analisis adalah metode percobaan untuk
mengetahui nilai dari sifat fisik fluida reservoir. PVT
bertekanan dan bersuhu tinggi. Silinder yang kecil
digunakan untuk penentuan bubblepoint, differential
liberation test, dan flash liberation test menggunakan
sampel minyak dari reservoir. Silinder yang besar
digunakan untuk mengkombinasikan minyak di
permukaan dan sampel gas pada kondisi reservoir.
Jenis-jenis PVT ANALYSIS FR

❑ Differential Liberation
Merupakan proses pembebasan gas secara kontinyu. Dalam proses ini, penurunan tekanan disertai dengan
mengalirnya sebagian fluida meninggalkan sistem. Minyak hanya berada dalam kesetimbangan dengan gas
yang dibebaskan pada tekanan tertentu dan tidak dengan gas yang meninggalkan sistem. Jadi selama proses
ini berlangsung, maka komposisi total sistem akan berubah.

❑ Flash Liberation
Merupakan proses pembabasan gas dimana tekanan dikurangi dalam jumlah tertentu dan setelah
kesetimbangan dicapai gas baru dibebaskan.

❑ Separator Test
separator yang digunakan untuk memisahkan komponen pada efluen sumur eksplorasi yang fasanya belum
diketahui, sehingga fungsi test separator adalah untuk mendapatkan data-data komponen seperti gas,
kondensat gas, light oil, heavy oil dan foaming oil serta minyak yang mengandung air dan pengotor seperti
lumpur atau partikel padatan lainnya. Oleh karena itu test separator harus mampu memisahkan berbagai
macam fasa yang mungkin terdapat di dalam efluen.
FR
❑ Separator Test
separator yang digunakan untuk memisahkan komponen pada efluen sumur eksplorasi yang fasanya belum
diketahui, sehingga fungsi test separator adalah untuk mendapatkan data-data komponen seperti gas,
kondensat gas, light oil, heavy oil dan foaming oil serta minyak yang mengandung air dan pengotor seperti
lumpur atau partikel padatan lainnya. Oleh karena itu test separator harus mampu memisahkan berbagai
macam fasa yang mungkin terdapat di dalam efluen.

❑ Constant Volume Depletion


pengujian pada kondisi isothermal dimana sebagian dari gas yg terbentuk (akibat penurunan tekanan)
dikeluarkan dari sel sedangkan volume sel dipertahankan konstan. Proses : minyak (umumnya untuk volatile
oil) dimasukkan sel pada kondisi Pb & Tres, lalu tekanan diturunkan (tarik piston), dorong piston kembali ke
posisi awal (buang gas sebagian, lakukan secara berulang) Output : catat volum & komposisi gas yg keluar
setiap penurunan P, biasanya data ini digunakan untuk kalibrasi simulator compositional.
STUDY CASE PVT ANALYSIS FR

WinProp dari CMG (Computer Modeling Group) adalah program komputer aplikasi
“persanaab keadaan” (equation of state atau EOS) kesetimbangan multi-fasa dan penentuan sifat-sifat
fisika fluida reservoir. Keistimewaan WinProp adalah teknik-teknik untuk karakterisasi komponen
berat/akhir (splitting) dari fluida minyak dan gas bumi, pengelompokkan (lumping) komponen,
penyelarasan data PVT laboratorium melalui regresi, simulasi awal dan misibilitas kontak berganda,
pembuatan diagram fasa, pemodelan presipitasi aspal dan lilin, perhitungan perubahan komposisi
bertahap seperti simulasi proses aliran.
Eksperimen laboratorium yang terdapat dalam WinProp meliputi rekombinasi minyak dan gas
separator, pengukuran kompresibilitas, constant composition expansion (CCE), pembebasan
diferensial, uji separator, constant volume depletion (CVD), dan swelling test.
Analisa kelakuan fasa menggunakan simulator komersial WinProp dari CMG. Data masukan
menggunakan: (1) data hasil analisa komposisi fluida dan (2) data PVT hasil pengukuran secara
eksperimen di laboratorium terhadap sample fluida reservoir minyak dari sumur X. Lebih dahulu
dilakukan splitting komponen C7+, selanjutnya penyelarasan (matching) data PVT dan tekanan
saturasi (bubble-point) melalui regresi dengan pembobotan (weight) pada tekanan saturasi, dan
parameter fisik fluida sampai diperoleh penyelarasan terbaik.
FR

Regresi dari WinProp ini digunakan untuk “memperbaiki” (tune) persamaan keadaan (EOS)
menjadi selaras dengan pengukuran-pengukuran eksperimen. Parameter yang digunakan dalam regresi
adalah sifat-sifat fisika dan koefisien-koefisien interaksi komponen.
Persamaan keadaan (EOS) yang dipakai di dalam WinProp menggunakan bentuk umum dari
cubic equation of state.

Persamaan di atas menjadi persamaan keadaan Peng-Robinson (PR) bila c = 1, dan menjadi
persamaan keadaan Soave-Redlich-Kwong (SRK) bila c = 0
HASIL ANALISA FR

Hasil analisis kelakuan fasa fluid reservoir dari percontoh sumur X


menggunakan simulator WinProp dari CMG, diperoleh penyelarasan terbaik
pada tekanan saturasi (bubble-point) 1451,56 psia pada suhu reservoir 199 0F.
Komposisi komponen fluida hasil penyelarasan (matching) diberikan
pada Tabel 1. Sifat lain yang dihasilkan adalah sifat-sifat fisika dan koefisien-
koefisien interaksi komponen disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Gambar 1 sampai dengan Gambar 7 memperlihatkan hasil simulasi DL
(differential liberation) dan CCE (juga disebut pressure volume relations) untuk
penyelarasan data PVT dari hasil pengukuran eksperimen. Gambar 8
memperlihatkan hasil simulasi diagram fasa P-T fluida reservoir sumur X
dimana kurva-kurva di dalam daerah dua fasa menunjukkan kurva-kurva isovol
dalam persen (%).
FR
FR
FR
FR

CORE ANALYSIS
FR
01 Coring

02 Peralatan Coring

03 Macam-Macam Coring

OUTLINE 04 Core Analysis

05 Sifat Petrofisika

06 Analisa Core

07 Jenis-Jenis Core

08 Study Case
FR
CORING
Adalah pemboran khusus untuk mendapatkan besaran-besaran fisik dari
batuan reservoir. Pemboran khusus ini sangat mahal biayanya karena
membutuhkan peralatan khusus dan memakan waktu lebih lama dari
pemboran biasa ( pemboran sumur keseluruhan) . Coring dilakukan pada
interval tertentu yang diperlukan data-data petrofisiknya terutama pada zone
produktif. Hasil dari coring diharapkan merupakan data yang valid sehingga
perlu penanganan yang cermat.
Banyak factor yang dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas coring
antara lain :
▪ Konstruksi dari peralatan
▪ Kondisi dari formasi
▪ Teknik pelaksanaan operasi Coring
Peralatan Coring
1. Core Bit
adalah pahat yang khusus untuk coring berbeda dengan pahat pemboran biasa. Pahat biasa
menghancurkan batuan menjadi cutting/serpih akan tetapi core bit akan memotong batuan berbentuk silinder.
Pemilihan jebis core bit tergantung pada batuan formasi yang akan diambil contohnya. Berikut salah satu contoh
core bit dan rangkaian alat coring
2. Core Barrel
alat ini berfungsi untuk tempat contoh yang diperoleh dari coring yang dapat menjaga
keutuhan core dan melindungi core darui pengaruh luar misalnya kontaminasi dengan lumpur,
tekanan/beban dan lain sebagainya. Barrel ini terletak diatas pahat ( cor bit) ada outer barrel ada
inner barrel.
FR
3. Core Catcher
berfungsi untuk menahan core/contoh batuan agar tidak jatuh dari inner barrel
FR
Conventional coring Wireline Retrievable coring Sidewall Coring
FR

Core Analysis
Analisa core ( inti batuan) pada prinsipnya adalah
menentukan sifat sifat petrofisika dari batuan reservoir
yang sangat diperlukan dalam pengelolaan
suatu lapangan Migas karena sifat-sifat ini dibutuhkan
oleh bagian geologi, pemboran, reservoir maupun
produksi.
Sifat Petrofisika FR
Sifat tersebut antara lain adalah:
Sifat kelistrikan Wettabilitas

Tekanan kapiler Kompresibilitass

Saturasi

Permeabilitas Relative
Permeabilitas

Porositas
Analisa Core
Analisa core dibedakan menjadi 2 yaitu:

Analisa rutin ( Rutine Core analysis)


01 Analisa rutin menentukan sifat-sifat fisik batuan yang umum untuk
menentukan storage capacity dan flow capacity antara
lain porositas, saturasi dan permeabilitas .

Analisa khusus ( Special Core Analysisi)

02 Analisa khusus ini menentukan sifat –sifat khusus dari batuan


reservoir antara lain tekanan kapiler, wettability, kompresilititas,
sifat kelistrikan dan lain-lain.
Jenis-Jenis Core FR
Conventional plug core Full diameter core
adalah core yang dianalisa diambil dengan jalan dibor yaitu core yang dianalisa sesuai dengan diameter aslinya
01 sejajar dengan pelapisan dalam bentuk silinder dengan 02 dengan panjang kira-kira 8 inch. Core jenis ini umumnya
diameter 1 atau 1 ½ inch. Umumnya ini diterapkan pada diterapkan pada formasi yang heterogen atau batuan
batuan yang homogen. yang mempunyai rekahan / berongga.

Whole core Sidewall core


dimana seluruh core dianalisa , ini biasanya untuk batuan adalah contoh batuan yang diambil dari sidewall coring (
03 yang heterogen
04 diambil dari penembakan pada dinding lubang bor
FR
Study Case
Menghitung Porositas Log.

Neutron dipengaruhi oleh kehadiran atom klorin di dalam formasi.


Klorin terdaoat di dalam air formasi dan pada minerallempung hal ini
menyebankan porositas yang di baca oleh log neutron hanya akurat pada daerah
yang tidak mengandung kedua hal tersebut.

Pada log densitas nilainya mudah sekali rusak.hal tersebut di karenakan


log densitas (RHOB) pengukuranya bersifat dangkal jadi ada pengaruhnya apanbila
lubang nor rusak[8]. Kerusakan lubang bor dapat diketahui dari data log
caliper.Apabila nilai caliper melebihi 12.5 maka dapat dikatakan bahwa log
tersebut rusak. Jadi kita daoat mengkoreksi nilai RHOB dengan nilai NPHI (log
neutron).Setelah memperoleh nilai porositas total dari neutron dan density kita
dapat mengkoreksi porositas tersebut dengan menggunakan data sekunder dari
porositas data core.porositas ini nantinya digunakan untuk menghitung nilai
permeabilitas.

Gambar 5. menunjukan korelasi data log neutron


dengan log densitas. Nantinya korelasi tersebut
dapat mengetahui kedalaman hidrokarbon.
FR
Untuk menghitung porositas dari log nutron dan density harus
menentukan zona clay dari neutron dan density.Crossplot antara
RHOB dan NPHI akan memnunjukan dimana zona clay tersebut. Di
bawah ini adalah gambar crossplot antara RHOB dengan
NPHI(gambar6).

Gambar 6. Crossplot antara NPHI Vs RHOB

Nilai tersebut digunkan untuk menentukan porositas neutron dan porositas


densitas.setelah menghitung porositas neutron dan porositas densitas.setelah
menghitung porositas neutron dan porositas densitas maka dapat di lakukan
perhitungan porositas neutron densitas.maka nilai porositas tersebut sudah di koreksi
dengan volume clay yang ada di formasi.hasil perhitungan dapat di lihat pada
gambar7.
Gambar 7. hasil perhitungan porositas dengan
menggunkan log neutron dan log densitas.
FR
Analisa Data Core

Data yang digunakan selain data log yaitu data core.salahsatu data core yang digunakan adalah data
porositas dan permeabilitas.data core porositas dan permeabilitas dapat digunakan untuk mengkoreksi nilai porositas
dan nilai permeabilitas pada log,dengan menggunakan cross plot antara porositas dan permeabilitas.seperti gambar
di bawah ini.

Gambar 8. Grafik crossplot porositas dan permebilitas dengan menggunkan


data core.
Pada gambar 8. Menunjukan persebaran porositas dan persebaran
permeabilitas gambar8. Menghasilkan persamaan single tansformation
berdasarkan HFU.
Selain data porositas dan permeabilitas,data logging juga dapat
digunakan untuk mencari nilai resistivitas batuan yang terisi oleh air (Ro)[9]
FR

Pada gambar 9. Dapat di gunakan untuk


mencari nilai Ro, dengan hasil dari data log di
dapatkan korelasi dari grafik Ro dengan
porositas.nilai resistivitas ini dapat digunakan untuk
menghitung saturasu air (Sw)[9].

Analisa Saturasi Air (SW). Saturasi air


merupakan fraksi (atau persentase) volume pori dari
batuan reservoir yang terisi oleh air [7]. Sebelum
menghitung nilai SW (saturasi air) maka harus dapat
menentukan terlebih dahulu nilai variabel m. Setelah
didapatkan nilai variabel m, lalu dapat dilakukan
perhitungan SW (Saturasi air) dengan menggunakan
ܽ = 1 dan n = 2
FR

Pada Gambar 10, diperoleh


hasil perhitungan nilai SW (Saturasi
air). Nilai SW (Saturasi airnya) yang
rendah bisa terjadi karena beberapa
faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
[5]:
• Keterbatasan log resistivitas atau
ada kerusakan data.
• Ada horizontal barrier.
• Merupakan residual Hidrokarbon
yang tidak terangkat sewaktu
produksi atau waktu migrasi.
FR

WELL TESTING
FR
01 Well Testing

02 Macam-Macam Well Test

OUTLINE 03 Karakteristik Batuan Reservoir

04 Karakteristik Fluida Reservoir

05 Study Case
Well Testing
Merupakan suatu proses produksi hidrokarbon, pasti akan dilakukan suatu
pengujian sumur terlebih dahulu agar dapat mengetahui indikasi yang
terdapat pada sumur tersebut.

Dilakukannnya suatu pengujian sumur hidrokarbon ini adalah untuk


menentukan kemampuan suatu lapisan atau formasi untuk berproduksi. Hasil
dari pengujian ini berupa informasi data yang penting seperti permeabilitas
efektif suatu fluida, tekanan reservoir, kerusakan atau perbaikan formasi di
sekeliling lubang sumur, batas suatu reservoir dan bentuk radius pengurasan.

Add a footer 45
FR
Macam-Macam Well Test

Pressure Build Up Test (PBU) Pressure Drawdown Test (PDD)


adalah salah satu dari metode well adalah suatu pengujian yang
test yang paling umum dilakukan. Pada dilaksanakan dengan jalan membuka
dasarnya pengujian ini dilakukan dengan sumur dan mempertahankan laju produksi
memproduksikan sumur selama waktu tetap selama pengujian berlangsung.
selang tertentu dengan laju aliran yang
tetap, kemudian dilakukan penutupan
sumur (shut in) dengan cara menutup
kepala sumur di permukaan.

Add a footer 46
FR

Injectivity Test Fall Off Test


merupakan serangkaian pengujian Tes pressure fall off dilakukan pada
tekanan yang diberikan terhadap reservoir yang sumur yang akan diinjeksikan air , dimana
terdiri dari breakdown test dan step rate test.
Metode yang digunakan dalam mengevaluasi tes ini merupakan pengembangan dari tes
injectivity test ini adalah mengumpulkan data yang pressure build up pada sumur produksi
digunakan sebagai data input untuk menganalisa yang telah dimodifikasi dan dikonversikan
dan mengevaluasi pekerjaan injectivity test, sehingga dapat diaplikasikan terhadap
menggunakan data dari step rate test yang sumur injeksi air.
digunakan dalam memplot Pinjeksi vs Qinjeksi
pada bottomhole treating pressure dan wellhead
treating pressure sehingga didapatkan data
pendukung yang dibutuhkan seperti gradient
fracture, fracture pressure, WHP dan max.
Add a footer 47
❖ Porositas
Porositas (∅) adalah perbandingan antara
volume ruang pori-pori (pore volume)
terhadap volume total batuan (bulk volume).
Volume pori tersebut merupakan pori-pori
yang saling berhubungan, tetapi dapat pula
merupakan rongga yang saling terpisah atau
tersekat.

❖ Permeabilitas 𝜙 = 𝑉𝐵 – 𝑉𝐺/𝑉𝐵 = 𝑉𝑃/𝑉𝐵


Permeabilitas batuan (k) adalah nilai yang
menunjukkan kapasitas suatu batuan berpori
mengalirkan fluida. Permeabilitas merupakan
salah satu parameter reservoir yang
menentukan besarnya kemampuan suatu
reservoir untuk diproduksikan.

k = − qµ/A x dL/dP
❖ Saturasi Fluida
Saturasi fluida adalah ukuran volume ruang
pori (dalam persen atau fraksi) yang terisi
fluida reservoir. Saturasi adalah
perbandingan antara volume pori-pori
batuan yang terisi fluida formasi tertentu
terhadap total volume pori-pori batuan yang
terisi fluida atau jumlah kejenuhan fluida
dalam batuan reservoir per satuan volume
❖ Kompresibilitas Batuan pori.
Kompresibilitas batuan adalah ukuran
perubahan volume suatu batuan akibat
berubahnya tekanan yang dialami batuan
tersebut.
FR

❑ Specific Gravity Gas


Specific gravity gas didefinisikan sebagai perbandingan
antara rapatan gas tersebut dengan rapatan suatu gas
standar. Kedua rapatan/densitas diukur pada tekanan dan
temperatur yang sama.

❑ Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas didefiniskan sebagai perubahan
volume gas yang disebabkan oleh adanya
perubahan tekanan.

❑ Faktor Volume Formasi Gas


Faktor volume formasi gas (Bg) didefinisikan
sebagai besarnya perbandingan volume gas pada
kondisi tekanan dan temperatur reservoir dengan
volume gas pada kondisi standar (60°F, 14.7 psia)
atau volume yang ditempati di reservoir oleh satu
standart cubic foot gas. 50
FR

❑ Faktor Kompresibilitas Gas


Faktor kompressibilitas (z) merupakan perbandingan antara
volume actual dari suatu nmol gas pada kondisi tekanan
dan temperatur tertentu terhadap volume ideal untuk n-
mol gas pada kondisi tekanan dan temperatur yang sama.

❑ Viskositas Gas
Viskositas gas merupakan ukuran tahanan
terhadap mengalirnya gas. Viskositas gas
hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada
viskositas gas non hidrokarbon.

51
STUDY CASE FR
Permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
mengetahui parameter yang didapatkan dari analisa well testing agar
bisa diketahui kelayakan suatu sumur sebelum diproduksi.
Sistem Hidrolika pemboran merupakan sistem aliran lumpur
yang ada pada operasi pemboran. Sistem ini memegang peranan yang
penting selama berlangsungnya operasi pemboran.Hidrolika dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan operasi pemboran yang
cost-efficient, cepat, efektif, serta aman. Lumpur pemboran, ataupun
fluida pemboran, merupakan semua jenis fluida yang digunakan untuk
memperlancar operasi pemboran.Salah satu fungsi utamanya ialah
berkontribusi dalam pembersihan lubang bor dari serbuk bor (cutting),
dan mengangkatnya ke permukaan.Dalam operasi pemboran, lumpur
yang digunakan harus sesuai dengan kondisi formasi dan kebutuhan,
agar dapat terlaksana operasi pemboran yang baik. Tinjauan Umum
Lapangan Secara fisiografis, Lapangan T terletak pada bagian timur laut
dari sabuk lipatan Delta Mahakam dan termasuk dalam cekungan
Kutai yang memiliki ketebalan sedimen lebih dari 10.000 meter, yang
berbatasan dengan Tinggian Mangkalihat, Zona Sesar Bengalon, dan
Sangkulirang pada bagian utara, di bagian timur berbatasan dengan
Selat Makassar, di sebelah barat berbatasan dengan Central Kalimantan
Gambar1. Geologi regional Kalimantan
Range (Kuching high) yang berupa metasedimen kapur yang terangkat
dan terdeformasi, dan bagian selatan dibatasi oleh Zona Sesar Adang
yang bertindak sebagai zona sumbu cekungan sejak akhir Paleogen
hingga sekarang.
FR
Struktur Louise (LSE) dan Nonny (NNY) Struktur Louise-Nonny terletak di Lapangan T dan memiliki luas WKP ± 43.5
km2.Struktur Louise-Nonny secara geologi terletak pada Cekungan Kutai Bawah dan berada pada daerah yang dipengaruhi oleh
itensitas lipatan sangat tinggi berarah Timur Laut-Barat Daya yaitu Antiklinorium Samarinda.Kedua struktur tersebut dipisahkan
oleh Sungai Mahakam yang berarah Barat Laut-Tenggara. Struktur Louise memiliki 283 lapisan penghasil minyak, sedangkan
Struktur Nonny memiliki 40 lapisan penghasil minyak.Struktur Louise Nonny berada pada lingkungan pengendapan Delta
Mahakam.Formasi yang ada di Struktur Louise Nonny (dari yang paling muda ke yang paling tua) adalah Formasi Mahakam,
Kampung Baru, Balikpapan, dan Pulubalang.Litologi Struktur Louise Nonny secara umum didominasi oleh batupasir kuarsa
beserta sisipan batuan serpih dan batugamping.Reservoar di Struktur LouiseNonny adalah lapisan-lapisan batupasir yang
berkembang di Formasi Balikpapan dengan OOIP di Struktur Louise sebesar 511.138.196 STB dan 14.875.765 STB di Struktur
Nonny. Produksi minyak dari Struktur Louise dimulai sejak sebelum tahun 1947, kumulatif produksi minyak pada tanggal 31
Desember 2012 sudah mencapai 197 MMBBL.Jumlah sumur produksi pada struktur Louise sebanyak 614 sumur.Laju penurunan
produksi minyak diperkirakan berkisar antara 13.2% - 16.8% per tahun.Produksi minyak saat ini sekitar 700 bbl/d. Sumur-sumur
produksi saat ini menggunakan peralatan pengangkatan buatan karena tekanan bawah sumur sudah tidak mampu mengangkat
minyak sampai dipermukaan dan untuk mendapatkan produksi minyak yang optimum.
Teori Dasar
Well testing dilakukan bertujuan untuk menentukan kemampuan dari suatu lapisan atau formasi untuk berproduksi.
Metode dalam melakukan well testing bervariasi, salah satu contoh nya adalah presure build up.

Add a footer 53
FR

❑ Pressure Build Up Test Pressure Build Up Test adalah suatu teknik pengujian tekanan transient dengan cara memproduksikan
sumur dengan laju produksi konstan (flow period) selama waktu tertentu kemudian sumur ditutup/shut-in period (biasanya
dengan menutup kepala sumur di permukaan). Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai
fungsi waktu. Tetapi dalam kenyataannya, menjadikan produksi konstan adalah tidak mungkin dilaksanakan. Untuk mengatasi
keadaan ini pada teknik analisa ulah tekanan bentuk (PBU) digunakan prinsip Superposisi. Prinsip dasar pengujian ini adalah
dengan memberikan gangguan keseimbangan tekanan terhadap sumur yang diuji. Dengan adanya gangguan, impuls
perubahan tekanan (pressure transient) akan disebar keseluruh reservoir dan ini dapat diamati dengan cara merekam tekanan
lubang bor pada saat pengujian berlangsung. Perubahan tekanan di plot dengan fungsi waktu dan dianalisa pola aliran yang
terjadi. Pada pengujian ini sumur yang sedang mengalir (idealnya pada tekanan tetap) lalu ditutup. Analisa matematika
terhadap Pressure Build Up mengasumsikan bahwa sebuah sumur telah diproduksikan dengan laju alir konstan selama waktu
tp dan kemudian sumur ditutup. Lama waktu tp merupakan lama waktu sumur berproduksi. Sedangkan merupakan lamanya
waktu shut-in.

Add a footer 54
FR
Berikut ini gambar pengujian sumur dengan Pressure Build Up :

Add a footer 55
FR
❑ Metode Horner
Pada analisa PBU digunakan persamaan Horner yang berlaku untuk reservoir infinite acting dan homogen, yaitu sebagai berikut :

Apabila garis slope ‘m’ diekstrapolasi ke harga Horner Time (HTR) sama dengan satu maka tekanan pada saat ini teoritis sama
dengan tekanan awal reservoir tersebut. Sesaat setelah sumur ditutup maka akan berlaku hubungan:

Add a footer 56
FR

NODAL ANALYSIS AND WELL OPTIMATIZON


FR
01 NODAL ANALYSIS AND WELL OPTIMATIZON

02 Analisa Sistem Nodal

03 METODOLOGI

OUTLINE 04 STUDY CASE

05 Hasil Perhitungan

06 Analisa Core

07 Jenis-Jenis Core

08 Study Case
NODAL ANALYSIS
AND WELL
OPTIMATIZON
merupakan suatu teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan
hubungan antara Inflow Performance Relationship dengan Tubing Intake,
yang dapat digunakan untuk menentukan laju produksi optimum yang
terjadi dalam suatu sistem produksi. Suatu persamaan matematis digunakan
untuk menggambarkan kemampuan suatu reservoir untuk memproduksi
fluida menuju lubang sumur dan sistem perpipaan yang mengalirkan fluida
ke separator di permukaan.

Add a footer 59
Analisa Sistem Nodal FR

1. Inflow Performance Relationship (IPR)


Dalam memproduksi suatu sumur, baik itu sumur minyak ataupun gas, sangat diperlukan adanya informasi mengenai
kelakuan dari reservoirnya.. Kelakuan reservoir biasanya ditunjukkan dengan adanya aliran (inflow) dari reservoir itu sendiri yang
disebabkan adanya tekanan reservoir (Pr). Aliran dari reservoir kedalam lubang sumur tergantung dari drawdown atau pressure
drop dalam reservoir, Pr – Pwf, dimana Pwf adalah tekanan alir didasar sumur (bottomhole flowing pressure)
Aliran dari reservoir ke lubang sumur tersebut dinamakan inflow performance, dan kurva yang dihasilkan antara laju
produksi dengan tekanan alir dasar sumur disebut inflow performance relationship, atau lebih dikenal dengan istilah kurva IPR.
Jadi kurva IPR merupakan kurva yang menunjukkan kelakuan produksi suatu sumur.
Kurva IPR ini dikembangkan dari persamaan Darcy yang mampu memprediksikan laju alir fluida, baik minyak maupun
gas, dari reservoir ke lubang sumur. Secara umum persamaan Darcy dapat dituliskan sebagai berikut :

Add a footer 60
2. Differential Pressure (P) Dalam Pompa
FR
Pompa dalam artificial lift digunakan untuk mengangkat fluida yang sudah tidak dapat dialirkan lagi oleh tekanan
didalam sumur ke permukaan. Differential pressure (P) yang dihasilkan pompa akan digunakan oleh fluida dari dasar sumur
untuk naik ke permukaan. Makin besar P yang dihasilkan oleh pompa, makin banyak fluida yang akan terangkat. Pengaruh
pompa pada sumur yang telah mati tersebut dapat dilihat dari skema seperti pada Gambar 3.4 berikut.

Dari skema diatas terlihat bahwa tekanan alir dasar sumur tidak dapat lagi mengangkat fluida, sehingga ketika
dipasang pompa sebesar Pp fluida dapat terangkat kembali ke permukaan.

Add a footer 61
FR
Persamaan differential Pressure (P)1) pada pompa yang akan digunakan disini dipengaruhi oleh head
pompa, gradien fluida didalam pompa, dan jumlah stage yang dimiliki oleh pompa, dapat dinyatakan sebagai
berikut :
(tekanan yang dihasilkan pompa) = (head per stage) x (gradien fluida) x (jumlah stage) Dengan menyatakan
bahwa P = Pout – Pin, maka pernyataan diatas dapat ditulis dalam bentuk matematis sebagai berikut :

Add a footer 62
Pengolahan data yang dilakukan dalam analisa
sistem nodal yang melibatkan artificial lift atau
kehilangan didalam pompa adalah dengan
melakukan iterasi tekanan dari suction pompa.
Adapun prosedur perhitungan untuk menentukan
pump intake dari pompa adalah sebagai berikut :
1. Membuat kurva IPR dari data sumur yang tersedia. Kurva ini sangat penting
karena akan menunjukkan karakteristik dan kelakuan dari reservoir itu
sendiri.
2. Menentukan range (selang data) pada kurva performa pompa dari tipe pompa yang telah
ditentukandiatas untuk tiap RPM-nya. Selang data yang diambil adalah harga laju alir, q untuk harga
head sepanjang kurva RPM. Untuk mempermudah pengambilan data dari kurva performa pompa,
maka dilakukan interpolasi pada kurva tersebut untuk setiap RPM.
3. Menentukan tipe pompa yang akan digunakan, berdasarkan kedalaman dari lubang sumur, yang disesuaikan
dengan kemampuan angkat (lifting capacity) pompa
4. Mensesuaikan selang data laju alir yang diambil dari kurva performa pompa dengan selang data dari tubing intake pada butir
(1) diatas. Untuk mempermudah perhitungan, maka selang data yang sesuai dari tubing intake tersebut diinterpolasi.
5. Data tekanan dari tubing intake dengan laju alir yang sama dengan laju alir dari kurva performa pompa diasumsikan sebagai tekanan
discharge (Pout) dari pompa (diasumsikan bahwa panjang pompa dapat diabaikan dibandingkan dengan kedalaman lubang sumur).
6. Dengan menganggap suatu harga P pompa
(Pass), maka tekanan suction (Pin) dari pompa
akan didapat dengan persamaan Pin = Pout - Pass.
7. Selanjutnya menghitung P pompa dengan persamaan (3.3) diatas.
Sifat fisik fluida yang mengalir didalam pompa (Z, Bo, Bg dan Rs)
dihitung menggunakan korelasi dengan kodisi tekanan rata-rata (Pave)
dari pompa, (Pin + Pout)/2, dan temperatur laju alir di dasar sumur.
8. Perbedaan tekanan pompa, P yang didapat dari butir (7) tersebut dibandingkan dengan Pass
pompa pada butir (6) diatas. Jika hasilnya berbeda maka dilakukan itersi dengan cara
memasukkan harga P tersebut kedalam persamaan Pin = Pout – P sampai didapat harga P
atau Pin yang sama dengan perhitungan sebelumnya. Pout yang digunakan disini tetap, yaitu
tekanan dari tubing intake.
9. Tekanan suction pompa (Pin) yang telah didapat merupakan tekanan alir dasar sumur (Pwf) dengan asumsi
bahwa WFL (working fluid level) berada diatas sumur sehingga pompa dipasang tepat didepan reservoir.
10. Selanjutnya dapat dibuat kurva pump intake antara Pwf terhadap qsc yang memperlihatkan kemampuan angkat pompa
pada RPM tertentu. Jika kurva pump intake tersebut digabung dengan kurva IPR, maka perpotongan kedua kurva tersebut
merupakan laju alir pompa pada kondisi sumur.
FR
STUDY CASE
Data yang digunakan pada tulisan ini adalah data hipotesis, yaitu data sumur dengan kedalaman 5000 ft.. Data selengkapnya
adalah sebagai berikut :

Add a footer 65
Hasil Perhitungan FR
❑ Membuat kurva IPR Dengan mengasumsikan beberapa nilai Pwf, tentukan laju alir dengan persamaan :

❑ Pemilihan pompa Berdasarkan data kedalaman dari sumur sedang (5000 ft), untuk studi kasus maka
dipilih pompa PCP dengan model 50-N-340. Model ini dipilih karena laju produksi yang dapat
dihasilkan cukup besar, yaitu 340 BFPD untuk 100 RPM.

Add a footer 66
FR
❑ Melakukan interpolasi data pada pump performance curve. Selang data laju alir sepanjang kurva 200 RPM pada pump
performance curve model 50-N-340 adalah 456 – 675 BFPD. Persamaan hasil interpolasinya adalah sebagai berikut : H = -
0.1274(V)2 + 115.92(V) – 20232
❑ Melakukan interpolasi data pada tubing intake Selang data laju alir tubing intake yang sesuai dengan laju alir pada pompa
diatas adalah antara 400 – 800 stbl/d dengan selang tekanan antara 1800 – 1760 psi. Persamaan hasil interpolasi selang data
tubing intake diatas adalah :

❑ Melakukan iterasi untuk Pin pompa Pp pada perhitungan diatas belum sama dengan P asumsi, maka dilakukan iterasi
dengan memasukkan kembali harga Pp atau Pin tersebut pada perhitungan selanjutnya.

Add a footer 67
FR
❑ Membuat kurva pump intake. Buat kurva qsc vs Pin sebagai sensitivitas terhadap kurva IPR
(gambar 6)

Add a footer 68
Optimasi Sumur Gas Lift XX Dengan Nodal Analysis Di PT
Pertamina EP ASSET 2 Field Prabumulih
FR
Minyak dan gas bumi atau sering disebut sebagai fluida hidrokarbon dan merupakan energi yang bersifat
habis dipakai (non renewable) dan terdapat di batuan reservoir yang jaraknya ribuan feet dibawah permukaan tanah.
Pengangkatan fluida hidrokarbon dari dalam sumur ke permukaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sembur alam
(natural flow) dan pengangkatan buatan (artificial lift). Metode sembur alam terjadi apabila tenaga alamiah yang
dimiliki oleh reservoir masih mampu untuk mendorong fluida ke permukaan sedangkan metode pengangkatan buatan
dilakukan bila tenaga alamiah yang dimiliki oleh reservoir sudah tidak mampu lagi untuk mendorong fluida ke
permukaan. Metode pengangkatan buatan yang umum digunakan pada industri minyak bumi adalah Electric
Submersible Pump (ESP), Sucker Rod Pump (SRP) dan Gas Lift.

Gas lift merupakan salah satu artificial lift yang prinsip kerjanya adalah menginjeksikan gas ke dalam sumur
untuk meringankan kolom fluida sehingga fluida sumur dapat dialirkan keatas permukaan. Lapangan PT PERTAMINA EP
Asset 2 Prabumulih, merupakan salah satu industri minyak di Sumatera Selatan yang cukup banyak menggunakan
metode gas lift sebagai metode produksinya. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk menyusun skripsi mengenai
optimasi menggunakan analisis nodal untuk menentukan laju alir gas injeksi optimum secara ekonomis di lapangan.

Dalam memproduksikan minyak dari dalam reservoir ke atas permukaan, maka kondisi optimum
merupakan kondisi yang paling tepat direncanakan untuk sumur-sumur yang berproduksi agar tidak terjadi masalah-
masalah dalam memproduksikan minyak. Pada sumur gas lift, laju produksi minyak yang optimum dapat dicapai dengan
menentukan injeksi gas yang optimum pula. Penentuan injeksi gas yang optimum dapat dilakukan dengan
menggunakan aplikasi sistem nodal.

Add a footer 69
Hasil FR
Sebelum melakukan perhitungan dalam perencanaan kapasitas rig yang akan digunakan. Terlebih dahulu mengevaluasi kondisi
aktual. Dari data tersebut, bisa diketahui apakah sumur perlu dilakukan optimasi produski. Lalu, dilakukan perhitungan Gas Lift
Performance Curve (GLPC) untuk mendapatkan laju alir gas injeksi dan lahu alir cairan yang optimum untuk kondisi sumur
terpasang kemudian dilakukan perhitungna spacing katub gas lift hasil optimasi. Untuk data yang dijadikan dasar perhitungan
menggunakan salah satu sumur yang ada di PT. Pertamina EP Asset 2 Field Prabumulih dengan rincian dan perhitungan desain
sebagai berikut:

Data Reservoir
Pwh : 100 psi
SBHP : 2200 psi
FBHP : 1800 psi
Q Liquid : 775 blpd (existing)
GLRf : 193 scf/bbl Water cut : 95 %
Dari data diatas, dapat kita ketahui kurva IPR vs TPR sumur XX:

Add a footer 70
Dari kurva diatas diketahui laju produksi existing
FR
sumur XX hanya 45% dari IPR menunjukkan
sumur masih bisa dioptimasi

Optimasi Sumur
Untuk melakukan optimasi sumur perlu dicari terlebih dahulu Gas Lift Performance Curve (GLPC)
untuk mencari nilai laju alir gas injeksi dan laju alir cairan optimum. Dari software PIPESIM dengan dua
sensitivitas Pso 460 dan 610 psi didapat kurva GLPC sumur XX sebagai berikut:

Berdasarkan grafik GLPC diatas didapatkan laju alir cairan optimum sebesar 950 blpd pada gas injeksi sebesar 1.9
mmscfd dengan Pso sebesar 510 psi, namun karena gas injeksi yang tersedia dilapangan sebesar 1 mmscfd maka
dipilih laju alir cairan sebesar 895 blpd pada gas injeksi sebesar 1 mmscfd.
Add a footer 71
FR
Desain Setelah Optimasi
Setelah didapatkan laju alir cairan dan gas injeksi optimum maka dilakukan redesign sumur gas lift sesuai laju alir cairan yang
didapat ditentukan parameter yang digunakan untuk menentukan spacing katub gas lift seperti pada gambar berikut Design
parameter dihitung berdasarkan kalkulasi sebagai berikut:

Dari parameter diatas dihitung:


Menentukan Valve Spacing
langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan jumlah katub yang digunakan didalam sumur dan spacing antar katub-
katubnya
Dari parameter diatas dihitung:
menentukan Valve Spacing
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan jumlah katub yang digunakan didalam sumur dan spacing antar katub-
katubnya

Add a footer 72
FR
Menentukan Tekanan Pada Tubing
Dengan OD katup sebesar 1 inch dan ukuran port 1/4
didapat nilai R sebesar 0.1534 dan 1-R sebesar 0.8466.
Pd @tv1 = Pvo (1-R) + Pt(R)
Pd @tv1 = 526 (0.8466) + 210 (0.1534)
Pd @tv1 = 479 psi
Dengan cara yang sama didapatkan:
Pd @tv2 = 494 psi
Pd @tv3 = 501 psi
Pd @tv4 = 502 psi
Pd @tv5 = 500 psi
Pd @tv6 = 493 psi

Menentukan Temperature Pada Setiap Kedalaman Valve


Sebelum mencari temperatur pada setiap kedalaman valve
terlebih dahulu dicari Flowing Temperature Gradient (Gtpf). Gtpf =
Mencari P Dome Pada Suhu 60 F Untuk Mencari P dome pada
temperature 60F diperlukan correction factor yang didapat dari tabel
dibawah ini
Pd@60F = Pd@tv1 (correction factor)
Pd1@60F = 479 (0.82)
FR
Pd1@60F = 393 psi
Pd2@60F = 388 psi
Pd3@g0F = 382 psi
Pd4@60F = 375 psi
Pd5@60f = 368 psi
Pd6@60F = 359 psi
Mencari Test Rack Opening Pressure
Untuk mencari tekanan buka katub pada
saat di test rack menggunakan langakhar
sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan desain sumur gas lift setelah optimasi diatas
didapatkan tabel:

Add a footer 75
FR

RESERVOIR MODELLING
AND SIMULATION
FR
01 Tahapan Simulasi Reservoir

02 Pembuatan Model Simulasi Reservoir

03 Inisialisai Model Simulasi Reservoir

04 Penyelarasan (History Matching)

OUTLINE 05 Data Yang Harus Diselaraskan

06 Kesalahan-Kesalahan Pada Pengukuran Di Lapangan

07 Langkah-Langkah Umum Dalam History Matching

08 Prediksi Simulasi Reservoir

09 Study Case
RESERVOIR
MODELLING
AND SIMULATION
Simulasi adalah dari kata “simulate” yang berarti “as to assume the
appearance of without reality”. Simulasi reservoar didefinisikan sebagai
proses memodelkan kondisi reservoar secara matematik dengan
mengintegrasikan berbagai data yang ada (geologi, geofisik, petropisik,
reservoar, produksi dan sebagainya) untuk memperoleh kinerja reservoir
dengan teliti pada berbagai kondisi sumur dan skenario produksi sehingga
akan diperoleh perkiraan yang baik terhadap rencana/tahapan
pengembangan suatu lapangan selanjutnya.

Add a footer 78
❖ Pembuatan model simulasi reservoir

❖ Inisialisasi dan Ekuilibrasi

❖ Penyelarasan

❖ Prediksi
Model simulasi reservoir adalah merupakan
penggabungan dari model geologi dengan data reservoir,
produksi, pemboran dan sebagainya kedalam perangkat
lunak simulasi reservoir (seperti CMG, Eclipse dll).

❖ Hasil pemodelan geologi yang digunakan dalam simulasi reservoir adalah: peta
kedalaman struktur (top dan bottom), peta distribusi porositas, peta distribusi fasies,
peta distribusi permeabilitas, peta distribusi saturasi (jika Pc=0), peta distribusi rock
region dan besarnya inplace (OIIP dan atau OGIP). Contoh petapeta hasil pemodelan
geologi Hasil akhir dari pemodelan geologi untuk simulasi reservoir adalah
menentukan besarnya inplace (OOIP dan atau OGIP),

❖ Data Reservoir, Produksi, Pemboran dan Penunjang

❖ Pembuatan Model Grid


FR
Inisialisai Model Simulasi Reservoir

Setelah pembuatan model simulasi reservoir selesai dilakukan maka langkah selanjutnya adalah
melakukan inisialisasi, langkah ini bertujuan untuk menyamakan kondisi awal reservoir (inplace
dan tekanan) dengan modelnya.

➢ Tahapan Umum Inisialiasi dan Parameter yang Dapat Diubah


Untuk mendapatkan hasil inisialisasi yang baik, maka tahap-
tahap inisialisasi perlu dilakukan, sebagai berikut: Lakukan
proses inisialiasi awal, dengan cara membandingkan
besarnya hasil inplace (OOIP dan atau OGIP) dari volumetrik
dengan simulasi, apakah perbedaannya lebih dari 10%? Jika
ya, maka konsultasikan kembali model geologinya atau
lakukan perubahan harga Net To Gross (NTG).

Add a footer 81
FR
Penyelarasan (History Matching)

History matching merupakan proses memodifikasi parameter yang digunakan dalam pembuatan model, agar
tercipta keselarasan antara model dengan kondisi nyata, yang didasarkan pada data parameter terukur selama
periode waktu tertentu.

❖ Tujuan dari proses penyelarasan ❖ Proses tuning dilakukan dengan


adalah melakukan validasi terhadap tujuan memperkecil/mengurangi
model simulasi reservoir dengan perbedaan antara model dengan
kondisi reservoir sesungguhnya. kondisi reservoir sebenarnya.

Add a footer 82
FR

❑ Tekanan (reservoir, BHP), laju produksi (minyak, air


dan gas), WOR, GOR, water dan gas breakthrough
times.

❑ Pressure transient analysis (PTA) dan core


analysis adalah parameter kunci untuk
menentukan tekanan, permeabilitas, porositas,
Skin dsb. disekitar sumur.

❑ Penyelarasan dapat digunakan untuk


menentukan/mengkoreksi terhadap penyebaran porositas,
permebilitas, transmisibilitas, kekuatan aquifer dan
sebagainya.

83
FR

❑ Pengukuran data produksi dan injeksi tidak selalu


dilaporkan dengan frekwensi yang teratur.

❑ Produksi gas biasanya tidak diukur secara akurat


terutama jika gasnya di flare.

84
FR

✓ Susun dan analisa data dari perilaku tekanan dan


laju produksi (minyak, air dan gas) untuk masing-
masing blok, reservoir dan lapangan.

✓ Analisa mekanisme pendorong yang bekerja pada


masing-masing blok dan reservoir

✓ Analisa faktor perolehan minyak/gas saat ini terhadap


mekanisme pendorong dan kurva permeabilitas relatif
minyaknya.

✓ Buat model pendahuluan menggunakan data


terbaik yang tersedia.

85
FR
Prediksi Simulasi Reservoir
Sebelum melakukan prediksi simulasi reservoir, parameter batasan harus dimasukkan terlebih dahulu
kedalam model simulasi. Tujuan memasukkan parameter batasan adalah agar hasil simulasi sesuai dengan
kondisi lapangan

Parameter dan ketentuan batasan:

Lapangan Minyak Lapangan Gas


❖ Minimum laju produksi minyak sumur dan per lapangan ❖ Minimum laju produksi gas per sumur dan per lapangan
❖ Maksimum Water Cut ❖ Maksimum WGR
❖ Minimum BHP ❖ Minimum WHP
❖ Maksimum GOR untuk lapangan minyak mekanisme gas cap

Add a footer 86
Study Case FR

Pengembangan Lapangan “Y” Menggunakan Simulasi Reservoir


Lapangan “Y” ditemukan melalui sumur pengeboran eksplorasi PMS 01 yang dibor pada 18 April 1980 dan diselesaikan pada 31 Juli
1980.Hal ini menyebabkan timbulnya pemikiran bagaimana strategi untuk mengembangkan lapangan guna meningkatkan recovery
factor.Dalam menyelesaikan permasalahan ini dilakukan simulasi reservoir. Simulator yang digunakan adalah CMG-GEM yang dibuat
oleh Computer Modelling Group Ltd., Calgary, Canada. Simulator tersebut adalah simulator jenis komposisional.
Langkah awal dalam tahap simulasi adalah pengumpulan, persiapan, dan pengolahan data. Pengumpulan data meliputi data geologi,
batuan, fluida, ekuilibrium dan data produksi. Proses inisialisasi merupakan tahapan setelah pemasukkan data yaitu proses
pengkondisian model supaya selaras dengan kondisi awal reservoir yaitu dengan menyelaraskan OGIP hasil perhitungan simulator
dengan perhitungan volumetrik. Proses inisialisasi menghasilkan harga OGIP simulasi sebesar 23.03 Bscf dan untuk perhitungan
volumetrik adalah 23.07 Bcsf, hal ini menunjukan perbedaan kurang dari 1 %. Perbedaan yang sangat kecil tersebut memperlihatkan
bahwa hasil simulasi sudah sangat memadai. Validasi data juga dilakukan dengan proses history matching (penyelarasan). Proses
penyelarasan data produksi (laju produksi terhadap waktu dan kumulatif produksi terhadap waktu) dan tekanan menghasilkan kurva
yang selaras. Peramalan perilaku produksi reservoir dilakukan dengan membuat beberapa skenario produksi. Ada usulan tiga
skenario, yaitu Skenario A, reservoir diproduksikan oleh satu sumur PMS 01 dengan membuka perforasi pada zona 12 dan zona 15
(base case), Skenario B, reservoir diproduksikan oleh PMS 01 dengan membuka perforasi pada zona 12, zona 15 dan zona 16.
Skenario C, reservoir diproduksikan oleh dua sumur yaitu sumur PMS 01 (zona 12, zona 15 dan zona16) dan sumur PMS 03 (zona 12,
zona 15 dan zona 16). Berdasarkan skenario yang dilakukan diperoleh kumulatif produksi terbesar pada skenario C sebesar 16.2 Bscf
atau dengan recovery factor sebesar 70.22 %.

Add a footer 87
FR

Pendahuluan
Lapangan “Y” diketemukan melalui sumur pengeboran eksplorasi PMS 01 yang dibor pada 18 April 1980 dan
diselesaikan pada 31 Juli 1980. Lapangan “Y” mulai diproduksikan pada tanggal 4 November 2003 sampai 31
Desember 2006, tercatat belum dikembangkan dengan baik dengan kumulatif produksi gas sebesar 2.28 Bscf
dan recovery factor sebesar 9.9 % Hal ini menyebabkan timbulnya pemikiran bagaimana strategi untuk
mengembangkan lapangan guna meningkatkan recovery factor.
Simulasi reservoir didefinisikan sebagai proses pemanfaatan model buatan yang menggambarkan kelakuan
reservoir yang sebenarnya, sehingga dapat digunakan untuk mempelajari, mengetahui ataupun
memperkirakan kinerja aliran fluida pada sistem reservoir tersebut. Sifat-sifat suatu model diasumsikan
menggambarkan keadaan reservoir. Model yang digunakan dapat berupa model fisik atau matematik.
kinerja aliran fluida pada sistem reservoir tersebut. Sifat-sifat suatu model diasumsikan menggambarkan
keadaan reservoir. Model yang digunakan dapat berupa model fisik atau matematik. Pemilihan model
simulasi reservoir didasarkan pada kebutuhan atau hasil yang diinginkan sebagai keluaran, karena dengan
penggunaan simulasi yang tepat akan menjadikan simulasi yang dilakukan efektif dan efisien.

Add a footer 88
FR

Simulasi reservoir dalam perkembangannya terdapat tiga jenis :


❖ Black Oil Simulation Simulasi reservoir jenis ini digunakan untuk kondisi isothermal, aliran simultan dari
minyak, gas dan air yang berhubungan dengan viscositas, gaya gravitasi dan gaya kapiler. Black oil disini
digunakan untuk menunjukkan bahwa jenis cairan homogen, tidak ditinjau komposisi kimianya walaupun
kelarutan gas dalam minyak dan air diperhitungkan.
❖ Thermal Simulation Simulasi ini banyak digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan panas maupun
reaksi kimia. Simulasi thermal banyak digunakan untuk studi injeksi uap panas dan pada proses
perolehan minyak tahap lanjut (in situ combusion).
❖ Compositional Simulation Simulasi ini digunakan jika komposisi cairan atau gas diperhitungkan terhadap
perubahan tekanan. Simulasi jenis ini banyak digunakan untuk studi perilaku reservoir yang berisi
volatile-oil dan gas condensate.

Add a footer 89
Persamaan – Persamaan Dasar FR
Simulasi Reservoir
Aliran fluida pada media berpori merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks, yang tidak dapat
dideskripsikan secara eksplisit, sebagaimana halnya aliran fluida pada pipa ataupun media dengan bidang batas yang
jelas lainnya. Dibutuhkan pemahaman untuk mempelajari aliran fluida dalam media berpori yaitu mengenai beberapa
sistem persamaan matematik yang berpengaruh terhadap kelakuan fluida.

Rangkaian persamaan tersebut merupakan persamaan diferensial yang merupakan fungsi dari perubahan
tekanan dan saturasi pada suatu waktu tertentu. Kompleksnya sistem persamaan tersebut, sehingga untuk
mendapatkan solusinya secara analitis diperlukan kondisi batas yang khusus dan harus diselesaikan secara numerik
dari persamaan diferensial menggunakan persamaan finite difference.

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan simulator CMG. CMG(Computer Modelling Group) 2006
adalah program simulasi reservoir yang dibuat oleh Computer Modelling Group Ltd., Calgary, Canada. Program simulasi
ini digunakan untuk melakukan simulasi reservoir. Program ini dapat digunakan untuk reservoir satu fasa, dua atau
multi fasa dan juga dapat digunakan untuk membuat simulasi dengan dua dimensi atau tiga dimensi. CMG memiliki
tiga jenis simulator yaitu IMEX, GEM, dan STARS

Simulator IMEX digunakan untuk kondisi isothermal, aliran simultan dari minyak, gas dan air yang
berhubungan dengan viskositas, gaya gravitasi dan gaya kapiler. Istilah Black Oil melambangkan bahwa fasa
hidrokarbon dipandang sebagai satu jenis cairan homogen dan tidak ditinjau dari komposisi kimianya. Komposisi fasa
dianggap konstan walaupun kelarutan gas dalam minyak dan air diperhitungkan.
FR
Simulator GEM digunakan untuk simulasi reservoir dengan jenis compositional dimana
komposisi cairan atau gas diperhitungkan terhadap perubahan tekanan. Simulasi jenis ini banyak
digunakan untuk studi perilaku reservoir yang berisi volatile-oil dan gas condensate.

Simulator STARS digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan panas maupun reaksi
kimia. Simulasi ini juga banyak digunakan untuk studi injeksi uap panas (steam flood) dan pada proses
perolehan minyak tahap lanjut dengan metode in-situ combution.

Pada simulator CMG juga terdapat simulator WINPROP yaitu equation of state untuk
multifasa. WINPROP dapat digunakan untuk menganalisa kelakuan fasa fluida reservoir pada sistem gas
dan juga minyak, dan digunakan untuk membuat properti komponen untuk simulator komposisional
GEM, simulator Black Oil IMEX, dan simulator thermal STARS. WINPROP biasanya digunakan dalam
pembuatan properti komponen yang akan digunakan sebagai data input pada simulator komposisional
GEM.

Secara garis besar program simulasi pada CMG terdiri dari tujuh bagian utama, yaitu :
Technologies Launcher, ModelBuilder, GridBuilder, Simulator (IMEX, GEM, STARS), Results Graph dan
Results 3D

Add a footer 91
1. Persiapan Data. Data-data yang disiapkan
diantaranya :
❑ Data geologi.
❑ Data fluida
❑ Data batuan
❑ Data produksi

2. Pembuatan Model Simulasi. Pembuatan model reservoir didasarkan pada peta top
struktur, isoporositas, isopermeabilitas dan isopach yang didapatkan dari hasil studi
geofisika dan geologi.
3. Inisialisasi. Inisialisasi dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi tekanan dan jumlah cadangan awal model
yang dibuat sudah sama dengan kondisi awal reservoir. Hal ini daapapat diketahui dengan cara membandingkan
hasil perhitungan OGIP dari simulator dengan hasil perhitungan OGIP secara volumetrik.
4. Penyelarasan (History Matching). Penyelarasan dilakukan dengan cara memodifikasi parameter-parameter yang sifatnya
dinamis tanpa mengubah hasil dari proses inisialisasi sehingga tercapai keselarasan tekanan dan laju produksi antara model
dengan data tekanan dan data produksi lapangan yang ada.
5. Perencanaan Pengembangan Sumur. Model simulasi ini dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rencana pengembangan reservoir
“X” ditinjau dari aspek reservoirnya.
Add a footer 92
Hasil dan Pembahasan FR
Simulasi reservoir yang dilaksanakan pada lapangan ‘Y” dilakukan dengan menggunakan simulator CMG-GEM. Proses simulasi reservoir
melalui tahapan sebagai berikut : persiapan data, pembuatan model dan grid, inisialisasi, history matching dan prediksi.
❖ Persiapan Data Parameter statik dan sifat batuan reservoir berdasarkan analisis konvensional perconto batuan dilakukan. Sifat fisik
fluida reservoir dibuat dengan bantuan perangkat lunak Winprop . Sifat fisik fluida reservoir akan digunakan sebagai input didalam
simulator berupa komposisi gas. Data equilibrium ini digunakan untuk inisialisasi model. Data equilibrium dapat tetap atau bervariasi
tergantung dari reservoir. Data yang dipakai antara lain kedalaman datum dan tekanan pada datum serta kedalaman Water Oil
Contact (WOC) dan Gas Oil Contact (GOC). Data ini diperoleh dari hasil test sumur dan peta geologi. Data sumur dan produksi akan
digunakan dalam proses penyelarasan (history matching).
❖ Pembuatan Model dan Grid Data yang telah diperoleh sebelumnya pada proses persiapan data kemudian dimasukkan sebagai input
pada simulator untuk pembuatan model reservoir. Pemasukkan data dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : import data,
manual ataupun digitasi.
❖ Inisialisasi Reservoir gas di Lapangan”Y” yang dikembangkan dan disimulasikan adalah Zona-12, Zona-15 dana Zona 16. Pada tahap
awal simulasi (inisialisasi) dilakukan penyelarasan antara data tekanan awal ( Pi ) dengan tekanan awal hasil simulasi.
❖ History Matching Pada proses history matching apabila hasil grafik simulasi yang didapat tidak selaras dengan grafik history (aktual),
maka perlu dilakukan penyelarasan antara hasil model simulasi dengan hasil aktual. Penyelarasan ini dapat dilakukan dengan
mengubah parameter yang bersifat dinamis, parameter yang dapat dimodifikasi untuk penyelarasan laju produksi pada penelitian ini
adalah kurva permeabilitas relatif. Perubahan kurva permeabilitas relatif diharapkan dapat menghasilkan keselarasan produksi
antara model matematik dengan aktual tanpa merubah apa yang dihasilkan pada proses inisialisasi. Sedangkan proses penyelarasan
pada tekanan dilakukan modifikasi terhadap permeabilitas absolut.

Add a footer 93
FR
Untuk meningkatkan Recovery Factor dari lapangan tersebut maka diusulkan rencana pengembangan lapangan dengan membuka
perforasi semua zona pada sumur yang ada atau penambahan sumur baru. Masalah ini dapat diatasi dengan suatu simulasi
reservoir, yang diharapkan dapat menjadi model dari reservoir lapangan dengan segala perilakunya. Penggunaan simulasi
reservoir ini dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan bagaimana pengembangan lapangan yang paling optimal dan
paling ekonomis.

Add a footer 95
FR

Pada penelitian ini pemodelan reservoir gas di lapangan ”Y” menggunakan perangkat lunak simulator reservoir komposisional
CMG-GEM dengan sistem reservoir Single Porosity . Proses simulasi reservoir gas di Lapangan “Y” dimulai dengan tahapan
sebagai berikut : persiapan data, pembuatan model dan grid, inisialisasi, history matching dan prediksi. Pembuatan model, pada
kasus ini model dibangun berdasarkan hasil interpretasi dari perangkat lunak PETREL .
Analisa PVT dilakukan sebelum pembuatan model simulasi reservoir, dengan menggunakan simulator WINPROP. Simulator
tersebut akan menghasilkan gambaran mengenai sifat-sifat fluida reservoir berdasarkan komposisi fluida melalui diagram P-T.
Data permeabilitas relatif diperoleh dengan korelasi, karena pada lapangan ini belum dilakukan SCAL (Special Core Analysis).
Hubungan permeabilitas relatif gas dan saturasi gas didasarkan pada korelasi yang umum digunakan yaitu korelasi STONE 2.
Langkah selanjutnya proses inisialisasi, proses ini bertujuan untuk menyelaraskan terhadap OGIP dan tekanan awal reservoir.
Parameter yang dirubah untuk mendapatkan hasil inisialisasi yang baik adalah: Volume Modifier dan kurva Pc vs Sw, hasil
inisialisasi telah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari sedikitnya perbedaan (<1%) dari kedua OGIP tersebut. Tahap
selanjutnya yaitu history matching (penyelarasan), tahap ini bertujuan untuk menyelaraskan model reservoir yang telah dibangun
dengan laju produksi (air dan gas) yang telah diproduksikan. History matching pada penelitian ini dilakukan running selama tiga
tahun produksi. Parameter yang dimodifikasi untuk mendapatkan hasil penyelarasan laju produksi adalah kurva permeabilitas
relatif. Data produksi aktual merupakan data produksi sumur PMS 01. Pada history matching ini, menghasilkan keselarasan yang
cukup baik.

Add a footer 96
FR
Tahapan terakhir dari proses simulasi yaitu prediksi, tujuannya untuk mengetahui atau melihat perilaku reservoir yang disimulasi
pada masa yang akan datang dengan berbagai alternatif skenario pengembangan. Peramalan dilakukan terhadap sumur PMS 01
dengan membuka perforasi pada zona 16 dan menambah sumur usulan (PMS 03). Hasil peramalan dalam usaha pengembangan
lapangan gas yang diharapkan adalah untuk mendapatkan recovery factor yang tinggi dalam jangka waktu dua belas tahun sesuai
dengan masa kontrak yang telah disepakati.
Skenario A, reservoir diproduksikan oleh satu sumur, yaitu sumur existing PMS 01 ( base case), bila diproduksikan akan
menghasilkan recovery factor sebesar 38.14 % atau dengan produksi komulatif sebesar 8.8 Bscf. Pada skenario A, zona 12 dengan
recovery factor sebesar 90.09 %, recovery factor zona 15 sebesar 87.19 % dan zona 16 sebesar 6.49 %.
Skenario B, reservoir diproduksikan oleh satu sumur, yaitu sumur existing PMS 01, dengan membuka perforasi pada zona 16.
Sumur diproduksikan melalui tiga perforasi, yaitu zona 12, zona 15 dan zona 16. Dari skenario B menghasilkan recovery factor
sebesar 54.18 % atau dengan produksi komulatif sebesar 12.5 Bscf. Recovery factor zona 12 sebesar 90.09 %, zona 15 sebesar
87.19 % dan zona 16 sebesar 32.60 %.
Skenario C, reservoir diproduksikan oleh dua sumur, yaitu sumur existing PMS 01 (Skenario B) dan sumur usulan PMS 03. Pada
skenario C ditambahkan satu buah sumur usulan PMS 03 pada tanggal 4 Juni 2008 dengan membuka perforasi pada zona 15 dan
zona 16 dan menghasilkan.
recovery factor sebesar 70.22 % atau dengan produksi komulatif sebesar 16.2 Bscf. Recovery factor zona 12 sebesar 90.09 %,
zona 15 sebesar 96.17 % dan zona 16 sebesar 56.31 %.

Add a footer 97
FR

FIELD DEVELOPMENT
& OPTIMIZATION
FR
01 Introduction

02 Reservoir Model

OUTLINE 03 Development Scenario

04 Conclusion and Recomendation


FR

Field Development
& Optimation
Rencana pengembangan lapangan merupakan hal
yang sangat penting untuk dilakukan di industri
perminyakan, mengingat biaya yang dibutuhkan dalam
memproduksikan suatu lapangan sangatlah besar. Rencana
pengembangan lapangan yang komprehensif dapat dilakukan
dengan bantuan simulator secara hemat, yang dapat
meramalkan performa reservoir dengan cukup akurat dengan
mengakomodasi model geologi di bawah berbagai kondisi
operasi.

Add a footer 100


INTRODUCITON FR

Lapangan LONTARA merupakan lapangan minyak yang dibagi menjadi empat area produksi (Fig.1) yang dipisahkan
oleh patahan utama yang besifat sealing. Pada setiap area produksi terdapat beberapa patahan yang bersifat leaking. Studi
optimasi pengembangan lapangan ini dilakukan pada seluruh area produksi. Lapangan LONTARA mulai diproduksikan pada April
1937. Jumlah sumur yang telah dibor mencapai 44 sumur yang semuanya merupakan sumur produksi. Namun pada akhir tahun
2005, produksi minyak dari lapangan ini berhenti, sehingga tidak satupun sumur produksi yang aktif. Kumulatif minyak yang telah
diperoleh sampai dengan akhir 2005 berjumlah 19,059,900 STB dimana perolehan minyak yang dicapai baru sebesar 29.32% dari
Original Oil in Place (OOIP) sebesar 65x106 STB. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi minyak dari
Lapangan LONTARA. Usaha yang dilakukan adalah dengan membuat suatu skenario pengembangan lapangan dengan
menggunakan simulasi reservoir. Simulasi reservoir ini dilakukan dengan tujuan agar dapat ditentukan suatu skenario
pengembangan lapangan terbaik untuk meningkatkan perolehan minyak yang dapat dijadikan usulan dalam pengembangan
Lapangan LONTARA, dengan biaya yang relatif murah, serta usaha yang efektif dan efisien. Untuk menyusun skenario
pengembangan lapangan, diperlukan pengamatan serta analisis terhadap model reservoir yang representatif dengan kondisi
reservoir aktual. Beberapa paramater yang perlu diperhatikan dalam menentukan zona yang masih berpotensi diantaranya
adalah dengan memperhatikan peta distribusi saturasi fluida, permeabilitas, oil per unit area, tekanan, dan letak geologikal
sumur. Dengan berdasarkan analisa parameter-parameter tersebut dapat diusulkan beberapa skenario pengembangan yang
kemudian disimulasikan sehingga diperoleh skenario pengembangan lapangan yang terbaik untuk diimplementasikan pada
Lapangan LONTARA.

Add a footer 101


FR

Dalam melakukan simulasi reservoir perlu dibentuk suatu


model reservoir yang dapat merepresentasikan kondisi
reservoir yang sebenarnya.
Dalam melakukan simulasi reservoir pengembangan
Lapangan LONTARA ini digunakan simulator komersial
CMG (Computer Modelling Group), dengan tipe Black Oil
Simulator/IMEX. Tipe grid yang digunakan adalah non-
orthogonal corner point dengan gridding model
119x175x8, sehingga struktur reservoir dapat dimodelkan
dengan sangat baik.

Add a footer 102


FR
Deskripsi properti reservoir pada Lapangan Deskripsi properti fluida pada Lapangan
LONTARA ditunjukkan pada tabel ini : LONTARA ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Parameter Value Parameter Value


Oil Density, kg/m3 766.67
Depth, ft 2240
Thickness, ft 64
Stock Tank Oil Gravity 0.7674
Porosity 0.19
Permeability, mD 571 Stock Tank Oil Gravity, API 58.88

Initial Pressure, psi 1278 Gas Density, kg/m3 1.8697

Nowdays Pressure, psi 964


Gas Gravity 1.5285
Temperature, oF 162
Bubble Point Pressure, psi 1149 Water Density, kg/m3 989.8
54
Water Compressibility, kPa‐1 1x10-7
Rock Compessibility, psi‐1 3 x 10-5

Water FVF 1.016


86
Table 1 - Reservoir Properties Water Viscosity, cp 0.5079

Table 2 - Fluid Properties


Add a footer 103
FR

PVT properties dari Lapangan LONTARA ditunjukkan oleh grafik-grafik dibawah ini :

Oil FormationVolume Factor


1.3

1.25

1.2

1.15

1.1

1.05

1
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

Pressure (psi)

Fig. 2 – Oil Formation Volume Factor

Gas FormationVolume Factor


0.5
900
Solution Gas Oil Ratio
800 0.4
700
600 0.3
500
0.2
400
300
0.1
200
100 0
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Pressure (psi)
Pressure (psi)

Fig. 5 – Gas Formation Volume Factor


Fig. 4 – Solution Gas Oil Ratio

Add a footer 104


Meskipun Lapangan LONTARA memiliki
FR
PVT property yang sama di semua area
produksi, namun dalam pemodelan dibagi
Pembagian PVT region dalam model reservoir Lapangan
menjadi tiga daerah PVT dikarenakan
LONTARA ditunjukkan oleh gambar berikut ini :
memiliki perbedaan kondisi awal water oil
contact (WOC) dan gradient tekanan
reservoir antara area 1, area 2 & 3, serta
area 4, seperti yang ditunjukkan pada tabel
berikut ini :

PV Are WO Ref Ref


T a C Pres Depth
Zon (ft) (psi) (m)
e
1 1 304 1460 3047.6
7.6
2 2& 259 1309 2598.5 Dalam pemodelan rock type pada Lapangan LONTARA terdapat 16
3 8.5 tipe/sifat batuan yang berbeda dalam hal karakteristik
3 4 243 1206.6 2438 permeabilitas relatifnya. Profil permeabilitas relatif keenambelas
8 tipe batuan tersebut ditunjukkan pada lampiran (Fig. 32).

Table 3 – Initial Water Oil Contact

Add a footer 105


Skenario pengembangan pada Lapangan LONTARA
terdiri atas enam skenario yaitu base case, workover, infill
drilling, workover+infill, peripheral water injection, dan
pattern water injection. Keenam skenario pengembangan
tersebut disimulasikan selama sepuluh tahun dimulai
pada tahun 2009 sampai dengan 2019.
Dalam memilih kandidat sumur beberapa properti
reservoir menjadi hal yang penting untuk diperhatikan,
diantaranya adalah peta distribusi saturasi fluida,
tekanan, permeabilitas, oil per unit area, dan letak
geologikal sumur pada lapangan tersebut.

Add a footer 106


Skenario 1 (Base Case)
Skenario 1 merupakan skenario dasar dimana lapisan-X diproduksikan dengan menggunakan kondisi operasi yang ada pada
saat ini.
Skenario 2 (Workover/Perforation Shifting)
Pada skenario 2 dilakukan workover pada sumursumur yang terletak di daerah yang masih memiliki potensi untuk
diproduksikannya minyak. Pada proses workover ini perforasi sumur diperbaiki dengan menutup perforasi pada zona yang
memiliki saturasi air yang tinggi kemudian membukanya pada zona minyak.
Pemilihan sumur yang akan diworkover adalah berdasarkan peta distribusi saturasi fluida, permeabilitas, oil per unit area,
tekanan, dan letak geologikal sumur.
Letak sumur-sumur yang diworkover ditunjukkan pada Fig. 19 - 21.

Fig. 19 - Workover Well in Area 1 Fig. 20 - Workover Well in Area 2 Fig. 21 - Workover Well in Area 3 & 4
Skenario 3 (Infill Well)
Skenario 3 dilakukan dengan menambah beberapa sumur baru pada daerah yang memiliki potensi produktivitas yang masih
tinggi serta belum terkuras. Penempatan sumur baru ini juga memperhitungkan penyebaran permeabilitas disekitar lubang
sumur. Letak sumur-sumur baru ditunjukkan pada Fig. 22 – 23.

Fig. 22 – Infill Well in Area 3 Fig. 23 – Infill Well in Area 2


Skenario 4 (Workover + Infill Drilling)
Skenario 4 merupakan penggabungan antara skenario 2 (workover) dan skenario 3 (infill drilling). Pada skenario ini dilakukan
workover pada sumursumur yang terletak pada daerah-daerah yang masih memiliki potensi untuk diproduksikannya minyak
dan juga dengan membuat beberapa sumur baru pada daerah yang memiliki produktivitas yang masih tinggi dan belum
terkuras.
Skenario 5 (Peripheral Water Injection)
Pada skenario ini sumur-sumur yang terletak di tepi reservoir dan telah memiliki saturasi air yang tinggi diubah menjadi sumur
injeksi. Fluida injeksi yang digunakan adalah air. Dengan demikian sumur-sumur injeksi akan mengelilingi sumur-sumur
produksi yang terletak di tengah dan berada pada zona minyak yang masih produktif, sehingga minyak akan terdesak oleh
injeksi air dari sumur peripheral menuju sumur-sumur produksi, seperti ditunjukkan pada Fig. 24 - 25

Fig. 24 - Peripheral Water Injection in Area 1 Fig. 25 - Peripheral Water Injection in Area 2
Skenario 6 (Pattern Water Injection)
Pada skenario ini beberapa sumur produksi diubah menjadi sumur injeksi yang keseluruhan sumur injeksi dan produksi yang
diberlakukan membentuk suatu pola sumur produksi-injeksi berupa five-spot pattern water injection seperti yang ditunjukkan
oleh Fig. 26.
❖ Skenario pengembangan yang terbaik untuk
diimplementasikan ditinjau dari segi keteknikan adalah
skenario 6 yaitu dengan melakukan skenario five-spot
pattern water injection.

❖ Perlu dilakukan studi keekonomian untuk memvalidasi


setiap skenario pengembangan sehingga diperoleh
skenario pengambangan terbaik dengan
memperhitungkan sisi keekonomian.
THANKS YOU

Anda mungkin juga menyukai