Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN DASAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemataan Dasar


Dosen Pengampu: Idham Nugraha, S.Si, M.Sc

Disusun Oleh:
Tegar Elang Pradana Lubis (213410743)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022
PRAKTIKUM
PEMETAAN DASAR

I. TUJUAN
Praktikum Pemetaan Dasar kali ini bertujuan untuk melakukan penyusunan Peta
Arahan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Peta Arahan ini terdiri dari 3 peta yang
gabungkan yakni, 1. Peta Curah Hujan, 2. Peta Jenis Tanah, dan 3. Peta Kemiringan
Lereng. Penyusunan ini juga bertujuan untuk melakukan evaluasi fungsi pemanfaatan
lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

II. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan untuk Praktikum Pemetaan Dasar diantaranya adalah:
1. Laptop
Alat dan bahan yang wajib bagi mahasiswa yang melakukan praktikum adalah
laptop. Mahasiswa wajib mempunyai dan membawa laptop saat melakukan
praktikum. Adapun minimum spesifikasi laptop yang dibutuhkan adalah:
Item Supported and recommended
Minimum: 2.2 GHz, 2 cores
CPU Recommended: 2.6 GHz, 4 cores
Optimal: 2.9 GHz, 8 cores
Minimum: 2 GB
Memory/RAM Recommended: 4 GB
Optimal: 16 GB
1 GB is needed for the app, and more is needed for cache
Disk space
and swap.
Display 24-bit color depth
Screen resolution 1024x768 or higher recommended at normal size (96 dpi)
Determined by the operating system; 2 GB
Swap space minimum. ArcGIS Runtime will create cache files when
used; additional disk space may be required.
Video/graphics Minimum: 256 MB RAM
adapter Recommended: 1 GB RAM or more

2. Mouse dan mousepad


Alat dan bahan selanjutnya yang kita butuhkan adalah sebuah mouse dan juga
mousepad. Menggunakan mouse akan lebih memudahkan kita dalam bekerja
menggunakan laptop dibandingkan dengan menggunakan trackpad. Tidak ada
minimum spesifikasi untuk sebuah mouse.
3. Flashdisk
Item ini menurut saya tidak wajib, tapi dalam berbagai kondisi kita pasti
membutuhkan flashdisk untuk memindahkan data yang besar.
4. Arcgis
Dalam praktikum Pemetaan Dasar kita akan mempelajari bagaimanca cara
membuat peta arahan, untuk itu kita membutuhkan aplikasi Arcgis. Arcgis
merupakan perangkat lunak yang terdiri dari produk perangkat lunak sistem
informasi geografis yang diproduksi oleh Esri. Apliaksi ini berguna untuk
mengolah dan mengedit sebuah peta.
Pada praktikum kali ini kita akan memakai produk dari Arcgis yakni Arcmap.
ArcMap merupakan aplikasi utama yang digunakan dalam ArcGis yang
digunakan untuk mengolah (membuat (create), menampilkan (viewing), memilih
(query), editing, composing dan publishing) peta.
5. Bahan
- Peta Curah Hujan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
- Peta Jenis Tanah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
- Peta Kemiringan Lereng Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
- Modul Praktikim SIG
III. DASAR TEORI
A. SIG
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang bertugas menyajikan,
mengumpulkan suatu data atau informasi terkait geografi.
Data ini berisikan fakta dan permukaan bumi secara lengkap, mulai dari topografi,
jenis tanah, hidrologi, budaya, keadaan geologi, hingga ke iklimnya. Wujud data ini
kemudian disajikan dalam bentuk peta sehingga sistem informasi geografi tidak
terlepas dari peta yang berfungsi sebagai basis data.
B. ARCGIS
ArcGis merupakan sotware berbasis Geographic Information System (GIS) yang
dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research Institue). Produk utama
arcgis terdiri dari tiga komponen utama yaitu: ArcView (Berfungsi sebagai pengelola
data komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (berfungsi sebagai editor dari
data spasial) dan ArcInfo (Merupakan fitur yang menyediakan fungsi – fungsi yang
ada di dalam GIS yaitu meliputi keperluan analisa dari fitur Geoprocessing).
Pada versi terbarunya, ArcGis Deskstop memiliki beberapa fitur diantaranya :
1. ArcMap, yaitu aplikasi utama yang digunakan dalam pengelolahan data GIS.
ArcMap memiliku kemampuan untuk visualisasi, editing, pembuatan peta
tematik, pengelolaan dari data tabular (Exceel), memilih (Query), menggunakan
fitur Geoprocessing untuk menganalisa dan customize data ataupun melakukan
output berupa tampilan peta. Operator juga dapat mengolah data sesuai dengan
keinginannya.
2. ArcGlobe, merupakan salah satu aplikasi yang memiliki tampilan seperti
GoogleEarth yang memiliki fungsi sebagai tampilan datum permukaan bumi
dengan menggunakan citra satelit.
3. ArcCatalog, yaitu merupakan aplikasi yang memiliki fitur untuk membuat data
vector dan mengelompokannya sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Dengan
kemampuan tools untuk menjelajah informasi (browsing), mengatur data
(organizing), membagi data (distribution) dan mendokumentasikan data spasial
maupun ataupun data – data berkaitan dengan informasi geografis.
4. ArcScene merupakan aplikasi yang memiliki fitur serupa dengan ArcMap, tetapi
kelebihannya terdapat dari fitur 3D yang digunakan dimana worksheetnya dapat
diolah dengan tampilan X,Y, dan Z

IV. CARA KERJA


1. Install Aplikasi Arcgis
Pertama-tama kita wajib menginstall aplikasi Arcgis-nya. Untuk langkah-
langkah pemasangan aplikasinya kita bisa cari di platform Youtube. Disana banyak
sekali cara mendownload dan memasang aplikasi arcgis
2. Buka Arcmap
Setelah kita berhasil memasang Arcgis Desktop di laptop atau pc kita, selanjunya kita
buka aplikasi utama yakni Arcmap dengan cara.

3. Drag and Drop Peta


Selanjutnya kita masukan peta-nya kedalam arcgis dengan cara kita drag & drop
seperti cara dibawah
4. Georeferensi
- Setelah terbukanya peta hujan, lereng dan tanah DIY, penentuan 4 titik utama
sebagai kunci untuk dilakukan referencing, yaitu pada titik-titik pojok peta.
- Penetuan titik titik menggunakan add control points, namun sebelumnya
dilakukan zooming hingga paling besar.
- Setelah dilakukan proses zooming, ditetapkan satu titik menggunakan add
control points, dengan menarik satu titik kearah bawah, lalu klik kanan.
- Lakukan pada 3 titik selanjutnya
- Setelah selesai, maka dilakukan cek error RMS dengan melihat Total RMS Error,
apabila lebih dari 1.0, maka perlu dilakukan revisi hingga mencapai maksimal
0.5/1.0. Karena semakin mendekati angka nol akurasi semakin baik. Dengan cara
Klik View Link Table

- Setelah RMS error menunjukkan nilai yang tepat, selanjutnya dilakukan update
georeferencing agar tidak terjadi perubahan kembali pada koordinat yang sudah
diatur sebelumnya. Dengan Cara klik tool Gereferencing > Pilih Update
Georeferencing.
5. Digitasi
Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke
dalam format digital. Objek- objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah dan lain-lain
yang sebelumnya dalam format raster maka menjadi objek- objek vektor.
Digitasi pada dasarnya adalah suatu proses menggambar peta digital, dengan sumber
peta analog, peta image (.jpg), dan citra satelit. Digitasi yang dilakukan pada software
ArcMap merupakan metode Digitation On Screen, yang berarti bahwa proses digitasi
dilakukan secara langsung dari layar komputer.
A. Tahapan Digitasi
- Membuat Shapefile Baru, dengan cara terlebih dahulu kita harus menuju ke
ArcCatalog. Untuk membuka ArcCatalog Klik Icon yang terletak pada sisi kanan
layar. Maka akan terbuka jendela ArcCatalog.
- Selanjutnya, pastikan terlebih dahulu direktori pada location merupakan tempat
tujuan kita membuat shapefile baru. Kemudia Klik Kanan pada tempat yang
kosong pilih New > Shapefile

- Mulailah mendigitasi dengan cara Klik Editor > Start Editing


- Untuk memulai menggambar atau membuat feature, klik icon create feature tool
dan akan keluar jendela baru, kemudian pilih jenis construction tools pada
digitasi kali ini adalah Polygon.
- Setelah selasai mendigitasi, klik lagi pada menu Editor > Stop Editing >
Kemudian Save Edits.
6. Editing
Selanjutnya kita masuk tahapan Editing di tahap ini kita melakukan berapa
proses yang pertama kita akan melakukan pemotongan feature. Pemotongan Feature
dapat dilakukan hanya pada feature jenis garis dan poligon. Tujuannya adalah untuk
membagi sebuah feature menjadi dua atau lebih feature yang berbeda.
1. Pilih poligon yang akan dipotong dengan menggunakan Edit Tool
2. Kemudian klik ikon Cut Polygons Tool yang ada pada editor toolbar
Setelah selasai masuk ke proses pemotongan selanjutnnya kita akan melakukan
pengisian data atribut. Pengisian data atribut pada tabel dapat dilakukan secara
manual per setiap record, maupun sekaligus pada beberapa record dengan
menggunakan Field Calculator. Pengisian manual dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Klik Editor > Start Editing
2. Buka Tabel Atribut
3. Klik dua kali pada tabel yang ingin diisi, dan isi data tabel
4. Menambahkan tabel dapat dengan cara klik Table Options yang ada pada pojok
kiri atas Attribute Tabel lalu pilih add table sedangkan untuk menghapus klik
tabel yang ingin dihapus klik kanan pilih delete field.
5. Setelah selesai mengisi, Klik Editor > Stop Editing, Save.
Saat menambakan kolom ada 6 (enam) jenis atribut:
- Short Integer: field dengan nilai bilangan bulat tanpa pecahan
- Long Integer: field dengan nilai bilangan bulat tanpa pecahan dengan rentang
lebih besar dari Short Integer
- Float dan Double: field dengan nilai bilangan bulat dengan pecahan
- Text: field dengan tipe teks
- Date: field dengan tipe tanggal dan waktu
Gambar 1 Atribut

7. Overlay
Langkah selanjutnya adalah kita melakukan tahap overlay, Secara singkatnya,
overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-
atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki informasi
atribut dari kedua peta tersebut. Kita akan melakukan overlay dengan menggunakan
Union Analysis, dengan cara:
- Di Toolbars > Arctoolbox > Analysis Tool > Overlay > Union
- Klik menu Union
- Input Features klik tanda panah masukkan semua digitasi
- Klik OK
Peta Arahan sudah selasai, selanjutnya kita akan menambahkan beberapa atribut
dan klasifikasi Penggunaan Lahan. Dengan cara yang sama dengan yang diatas.

8. Layouting Data
Layout merupakan tata cara letak peta agar peta mudah dipahami oleh user Standar
peta yang baik adalah sebagai berikut
1. Menampilkan suatu lokasi dan/atau atribut.
2. Menampilkan suatu hubungan, baik antar lokasi jarak), antar atribut (suhu
vegetasi), antara lokasi dan atribut (produksi dan distribusi), dan antar atribut
hasil penghitungan (ncome per capita)
3. Mempunyai skala atau referensi untuk orientasi jarak atau lokasi.
4. Mempunyai informasi mengenai koordinat atau sistem proyeksi yang digunakan.
5. Menggunakan tanda-tanda atau simbologi yang sistematik.
6. Mempunyai informasi tekstual seperti judul atau legenda.
Langkah melakukan layout peta adalah:
1. Klik kanan shp yang akan di ubah simbologinya, kemudian pilih Properties lalu
pilih tab Symbology. Lalu tentukan jenis simbologi, warna dan bentuk dari
symbol yang akan ditampilkan.
2. Tentukan ukuran dan orientasi kertas yang akan digunakan dengan cara pilih
File- page and print setup.

3. Atur tampilan peta sesuai dengan keinginan, untuk menambahkan teks, judul,
skala, arah utara dan feature lain dapat dengan cara klik Insert kemudian pilih
feature yang akan kita masukkan. mudian
4. Untuk membuat grid klik View Data Frame Properties - piih tab Grids.
Pilih grid yang akan digunakan.
5. Lalu setelah selesai simpan project agar nantinya mudah melakukan editing
peta. Klik File lalu pilih save ( )

Diatas adalah peta yang sudah selesai di Layouting.

9. Export Peta
Setelah semua tahap-tahap selesai dilakukan, maka peta kita siap untuk di export
dengan cara:
- File > Export Peta > Save As Type ubah menjadi Jpeg/Jpg
- Ubah Resolution-nya menjadi 300-400 agar gambar menjadi lebih bagus
- Ok
V. HASIL PRAKTIKUM
Setalah melakukan praktikum Pemetaan Dasar selama 5 kali, didapatkan pula hasil dari
praktikum tersebut berupa:
1. Peta Setelah di Digitasi, Cutting dan dimasukkan Data Atribut

Gambar 2 Peta Curah Hujan DIY

Gambar 3 Peta Kemiringan Lereng DIY


Gambar 4 Peta Jenis Tanah DIY

Gambar 5 Peta Arahan Penggunaan Lahan DIY


2. Peta Hasil Akhir Setelah Proses Layouting

Gambar 6 Peta Arahan Penggunaan Lahan DIY

Gambar 7 Peta Curah Hujan DIY


Gambar 8 Peta Kemiringan Lereng

Gambar 9 Peta Jenis Tanah DIY


VI. PEMBAHASAN
Praktikum Pemetaan Dasar dengan pelatihan georeferencing, digitasi editing dan layout
peta Arahan Daerah Istimewa Yogyakarta kali ini menggunakan system ArcGIS,
khususnya ArcMap versi 10.4. pada ketiga tahap tersebut memiliki fungsi dan tujuan-
tujuan yang berbeda.
Proses dimulai dari tahapan Georeferensi, karena untuk melakukan tahapan digitasi
sebuah peta kita harus melakukan rektifikasi terlebih dahulu. Georeferensi adalah proses
memberi referensi spasial tertentu pada objek berupa raster atau image yang belum
mempunyal acuan system koordinat. Untuk keperluan georeferensi image, dibutuhkan
beberapa koordinat titik kontrol (titik ikat dan diketahui nilai koordinatnya) sebagai bagian
dari titik sekutu di image.
Koordinat titik kontrol lapangan ini misalnya dapat diperoleh dari grid peta scan, peta
dasar yang akurat dan punya referensi spasial atau survey GPS di lapangan. Banyaknya
titik kontrol yang harus anda buat tergantung pada kompleksitas dari bentuk transformasi
polynomial yang rencananya akan anda gunakan untuk mengubah dataset raster ke dalam
koordinat peta. Dan diperukan paling seditik tiga titik kontrol, untuk hasil rektifikasi yang
baik, anda harus menyebarkan secara merata titik kontrol dibandingkan dengan hanya
memusatkannya dalam satu area.
Parameter tingkat keakurasian dari proses georeferensSi ini adalah nilai yang
dipresentasIkan oleh selisih antara koordinat titik kontrol hasil transformasi dengan
koordinat titik kontrol, yang dikenal dengan nama RMS (Root Mean Square) Error. Nilai
RMS Error yang rendah adalah indikasi bawah hasil georeferensi akurat.
Kegiatan rektifikasi image sangat tergantung kepada image itu sendiri. Beberapa
kemungkinan georeferensi adalah sebagai berikut:
3. Image memiliki grid sistem koordinat geografis / terproyeksi
4. Image tidak memiliki grid sistem koordinat tetapi fitur-fitur spasial pembanding sesuai
peta dasar yang kita miliki cukup lengkap
5. Image memiliki grid sistem koordinat lokal
6. Image tidak memiliki grid sistem koordinat, fitur-fitur spasial tidak ada / kurang atau
image memiliki distorsi signifikan.
Setelah dilakukan proses georeferensi selanjutnya baru kita bisa melakukan proses
digitasi. Digitasi dan proses layout dalam praktikum ini menggunakan acuan skala digitasi
sebesar 1:250.000 saja. Semakin kecil skala yang dipakai, semakin detail pula digitasi yang
dihasilkan. Tapi dengan kecilnya skala akan menyebabkan waktu pengerjaan akan semakin
lama. Fase digitasi menggunakan 3 macam atribut, yaitu line, polygon, dan point.
Selanjutnya melalui proses georefensi, digitasi, melakukan proses editing untuk
menyempurnakan, dan memasukkan data atribut, langkah terakhir adalah melakukan
Layouting Peta. Layout peta merupakan tahapan terakhir setelah kita melakukan input data,
editing data, analisis data, penambahan label, dan pengaturan legenda daftar isi telah
dilakukan. Layout ini berfungsi untuk memperjelas peta dan memperindah peta secara
tampilan, selain itu tujuan utama dari proses layout adalah sebagai atribut pelengkap yang
mampu menjelaskan isi peta, yang merupakan informasi-informasi penting. Tanpa adanya
layout, sebuah peta tidak akan berarti apa-apa, dan hanya bermakna sebagai gambar biasa.

VII. KESIMPULAN
Pada praktikum Pemetaan Dasar kali ini bertujuan untuk melakukan penyusunan Peta
Arahan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Aplikasi utama yang digunakan dalam ArcGis
adalah suatu sistem yang bertugas menyajikan, mengumpulkan suatu data atau informasi
terkait geografi. Apliaksi ini berguna untuk mengolah dan mengedit sebuah peta.
Praktikum dilaksanakan selama 5 (lima) kali. Didapatkan pula Peta Arahan Pengguna
Lahan DIY dengan dilakukannya Overlay (Penggabungan) dari 3 peta yakni, 1. Peta
Curah Hujan DIY, 2. Peta Jenis Tanah DIY, 3. Peta Kemiringan Lereng DIY.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
G. Dwisaraswati, “Laporan Praktikum ArcGIS Georeferencing, Digitasi, Editing dan
Layout Peta Administrasi Kota Jayapura,” pp. 1–26, 2017.
G. M. E. Hartoyo, Y. Nugroho, A. Bhirowo, and B. Khalil, Modul Pelatihan Sistem
Informasi Geografis (SIG) Tingkat Dasar, vol. 1, no. 1. 2010.
PT. Geo Sriwijaya Nusantara, “Modul Sistem Informasi Geografis Tingkat Dasar | 1,”
2019.
S. Purwantara et al., “Modul praktikum sistem informasi geografis,” pp. 1–52, 2010.

Anda mungkin juga menyukai