Anda di halaman 1dari 6

berdirinya industri-industri berbahan baku polylactic acid karena bahan baku

yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dengan harga yang tentunya
relatif lebih murah dibandingkan dengan harga impor.
6. Jika harga relatif murah, produsen polimer pengemas makanan diharapkan
akan beralih dari bahan baku polimer minyak bumi, ke biodegradable
polymer, untuk menjaga ekosistem lingkungan dan menanggulangi masalah
sampah plastik.
7. Penambahan devisa negara, khususnya dari pajak produksi polylactic acid.
8. Dalam jangka panjang, diharapkan Indonesia dapat menjadi salah satu
produsen polylactic acid untuk skala Internasional.
9. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi sebagai bahan baku
polimer yang sudah semakin menipis dengan bahan baku yang terbaharui.

2.2 Penentuan Kapasitas

Polylactic acid saat ini belum diproduksi di Indonesia. Polylactic Acid


(PLA) dibuat untuk bahan pembuatan polimer kemasan yang biasa diproduksi dari
polyethylene, polypropylene, polystyrene, polyvinyl chloride.
Penentuan kapasitas PLA ditentukan dari data statistic untuk kebutuhan
polimer berbahan baku minyak bumi, yaitu polyethylene, polypropylene, polystyrene,
polyvinyl chloride untuk pembuatan plastik kemasan di Indonesia.
Berdasarkan data BPS (Biro Pusat Statistik) kebutuhan import bahan baku
pembuat polimer seperti ethylene, propylene, polystyrene, vinyl chloride untuk
pembuatan kemasan plastic Indonesia semakin meningkat. Data Import dapat dilihat
pada table berikut ini :
Tabel 2.1. Data kebutuhan bahan baku plastic kemasan
Tahun Kebutuhan (Ton/Tahun)
2001 74621.36385
2002 85321.3487
2003 97483.5246
2004 111322.0325
2005 115080.3225
2006 125854.3915
Ministry of Industry Republic of Indonesia, 2007

Dari Tabel 2.1. di atas dapat digambarkan grafik kebutuhan bahan baku polimer
untuk kemasan di Indonesia seperti di bawah ini :

Gambar 2.1. Grafik Kebutuhan Polimer untuk Kemasan di Indonesia


Dengan menggunakan metode regresi linier diperkirakan kebutuhan bahan
baku plastik kemasan pada tahun 2015 akan meningkat mencapai  684000 ton. Oleh
karena itu Pra Rencana Pabrik Polylactic Acid ini diharapkan dapat memenuhi 40%
dari kebutuhan Indonesia akan kebutuhan Biodegradable Polimer Polylactic Acid.
Maka kapasitas pabrik dirancang sebesar 300.000 Ton per tahun.
Jika penenetuan kapasitas PLA dilihat dari data Import, Indonesia masih
sangat sedikit mengimport PLA karena harganya masih sangat mahal dan kurangnya
kesadaran terhadap lingkungan. Produsen polimer pengemas makanan lebih memilih
polimer minyak bumi sebagai bahan baku pengemas makanan dari pada mengimport
PLA. Dengan di dirikannya pabrik ini, diharapkan produsen pengemas makanan
beralih dari polimer minyak bumi ke biodegradable polymer karena telah didirikan di
Indonesia untuk mengurangi ketergantungan import terhadap bahan baku pembuatan
plastik kemasan, seperti ethylene, propylene, styrene, vinyl chloride

2.3 Pemilihan Bahan Baku

Pemilihan bahan baku merupakan hal yang sangat penting dalam


memproduksi poliasam laktat karena menyangkut produk yang akan dihasilkan dan
desain pabrik, serta aspek ekonomi. Bahan baku yang digunakan pada pabrik
pembuatan poliasam laktat ini adalah molasses.
Tetes atau molasses merupakan produk sisa (by product) pada proses
pembuatan gula. Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana gula
dalam sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi. Pada pemrosesan gula tetes yang
dihasilkan sekitar 5 – 6 % tebu, sehingga untuk pabrik dengan kapasitas 6000 ton
tebu per hari menghasilkan tetes sekitar 300 ton sampai 360 ton tetes per hari.
Walaupun masih mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk dikonsumsi karena
mengandung kotoran-kotoran bukan gula yang membahayakan kesehatan.
Molasses mengandung sukrosa dengan proses hidrolisis mampu menghasilkan
glukosa, dengan fermentasi glukosa sehingga menghasilkan asam laktat.
Pemilihan bahan baku tersebut berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Molasses dapat diperoleh dari PG Gunung Madu Plantation Lampung
2. Air didapat dari sungai way seputih, yang berada di dekat area pabrik.
3. Harga bahan baku dan biaya transportasi pengadaan bahan baku yang relatif wajar
karena telah tersedianya fasilitas transportasi yang cukup lancar antara lokasi
pabrik dan bahan baku.

2.4 Pemilihan Proses

Dari proses yang terdapat pada prarencana pabrik pembuatan stereocomplex


polylactic acid, yang dipilih dari US 2010/004404 A1, 7 Januari 2010, dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahan baku berupa molasses yang mudah didapat dan tersedia dalam jumlah
yang memadai di Indonesia.
2. Pengoperasian peralatan yang digunakan dan pemeliharaannya relatif mudah.
3. Kemurnian produk yang dihasilkan sangat tinggi dan konversi produk yang
besar.
4. Proses yang digunakan ramah terhadap lingkungan hidup.
5. Jenis PLA yang memiliki titik leleh yang tinggi.

2.5 Uraian Proses


Proses pembuatan Polylactic Acid dengan menggunakan beberapa tahap
yaitu :
1) Pembentukan Asam Laktat
Produk asam laktat dibuat dalam 3 tahap, yaitu :
Tahap hidrolisis sukrosa, tahap fermentasi, dan tahap penambahan asam
laktat. Tahap hidrolisis sukrosa dimaksudkan untuk mengkonversi sukrosa
menjadi glukosa. Glukosa yang dihasilkan difermentasi dalam fermentor (R-02)
dengan bantuan bakteri Lactobacillus delbrueckii pada suhu 460C dan tekanan
atmosferis membentuk asam Laktat. Dalam fermentor juga ditambahkan kalsium
hidroksida yang bertujuan untuk menjaga fermentasi berlangsung dengan baik,
Karena fermentasi yang baik berlangsung pada pH 6 dengan temperature 45 –
50oC. Sehingga 10% dari asam laktat bereaksi dengan kalsium hidroksida
membentuk kalsium laktat. Reaksi ini dilakukan dalam reactor Fermentor adalah
sebagai berikut :

C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O6


Sukrosa Air Glukosa Fruktosa
Konversi = 95% ( Aksu, 1986 )

C6H12O6 2C3H6O3
Glukosa/Fruktosa Asam Laktat
Konversi = 95% (Atkinson,1983)

2C3H6O3 + Ca(OH)2 Ca(C3H5O3)2 + 2H2O


Asam Laktat Kalsium Hidroksida Kalsium Laktat Air
Konversi = 95% (Atkinson,1983)

2) Polimerisasi Asam Laktat


Setelah proses fermentasi, asam laktat yang dihasilkan dipurifikasi
dengan menggunakan Kolom Ekstraksi dan Kolom Destilasi. Kolom Ekstraksi
berfungsi untuk memisahkan air dan asam Laktat dengan menggunakan solvent
mesitylene. Kolom Destilasi berfungsi untuk memisahkan solvent dan Asam
Laktat. US 2009/0093034 A1.
Asam Laktat yang telah dihasilkan dari fermentasi Reaktor 1 dan telah
dipurifkasi dengan kemurnian yang tinggi, dipolimerisasi di Reaktor 2 dengan
reaksi polimerisasi Kondensasi menghasilkan air sebagai produk samping
dengan temperatur 180oC. Setelah itu, produk keluaran reaktor – 02 di purifikasi
kembali dengan mengalirkan ke Coagulant Tank, dilanjutkan dengan filtrasi,
untuk pemisahan cake dan dikeringkan dengan Dryer sehingga terbentuk
produk polylactic acid sebagai bahan baku pembuatan plastik kemasan yang
dapat di uraikan secara alami oleh bakteri tanah.

Anda mungkin juga menyukai