Anda di halaman 1dari 12

Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora

Univesitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Communication Apprehension pada Mahasiswa Fakultas Hukum dalam


Menghadapi Peradilan Semu

Listya Widayanti1*, Vinisa Nurul Aisyah2


1,2
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Surakarta 57162 - Indonesia
Email Korespondensi: l100140055@student.ums.ac.id

Abtrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya communication apprehension
di kalangan mahasiswa Fakultas Hukum pada peradilan semu di Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Teori yang digunakan adalah Comunication Apprehension. Metodenya
adalah deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta angkatan 2016 yang mengambil Mata Kuliah Penanganan Perkara
Konstitusi. Mahasiswa dipilih menggunakan teknik snowball.. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara wawancara dan observasi. Hasil penelitian menujukkan, jenis communication apprehension yang
muncul adalah trait apprehension, context, audience, situational. Communication apprehension terjadi
karena dua factor, yaitu faktor internal yang mencakup kurangnya kepercayaan diri mahasiswa, dan
faktor eksternal yang meliputi mahasiswa merasa sedang dievaluasi, tekanan dan waktu.
Kata Kunci: Communication Apprehension , Peradilan Semu, Komunikasi Antarpribadi

Pendahuluan diri dari pergaulan, bahkan ia akan berusaha


Dalam bidang pendidikan, sebisa mungkin untuk tidak berkomunikasi
communication apprehension memiliki kepada individu lain, dan hanya akan bicara
hubungan yang erat dalam proses apabila merasa terdesak yang mengakibatkan
pembelajaran. Kemampuan berkomunikasi apa yang disampaikan tidak relevan sehingga
sangat penting bagi mahasiswa karena dengan mengundang reaksi orang lain seperti dituntut
berkomunikasi dapat mencerminkan untuk berbicara lagi atau menyampaikan
bagaimana seseorang memahami, mendengar, informasi dengan benar agar mudah dipahami
dan menyampaikan pengetahuannya kepada oleh orang lain. Hal tersebut akan
orang lain saat melakukan sebuah diskusi menimpulkan perasaan ketakutan yang muncul
(Sofyan, 2015). dan beras kemungkinan akan menyebabkan
Tanpa adanya komunikasi, manusia komunikator mengalami ketakutan
sulit mengungkapkan keinginan mereka, berkuminasi yang berlebihan sehingga
pendapat, serta bersosialisasi antarsesama ketakutan yang timbul menjadi tidak wajar
individu. Komunikasi verbal merupakan cara (Setyastuti, 2012).
berkomunikasi yang paling efisien yang Di Fakultas Hukum Universitas
umumnya dilakukan oleh komunikator untuk Muhammadiyah Surakarta, mahasiswa
menyampaikan informasi kepada komunikan. melakukan praktik peradilan semu yang dapat
Menurut Hidayatullah, proses diartikan sebagai peradilan tidak sebenarnya.
penyampaian pesan atau lambang-lambang dari Para mahasiswa berusaha mempraktikkan
seseorang kepada orang lain (Hidayatullah, aktifitas persidangan dan menerapkan teori
2017 ) baik tulisan dan juga lisan akan lebih yang diperoleh, seperti hukum acara pidana,
mudah dipahami dan diterima oleh komunikan hukum acara perdata, hukum acara agama.
sehingga timbal balik yang diberikan oleh Simulasi Peradilan Semu wajib ditempuh oleh
komunikan sesuai dengan apa yang diinginkan mahasiswa fakultas hokum untuk
oleh komunikator dapat terlaksana meningkatkan daya otak dan melatih
Seseorang yang cenderung mengalami mahasiswa menyelesaikan sebuah konflik
communication apprehension akan menarik sesuai dengan peran dan tugas-tugas pihak yang

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 9


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

berada dalam persidangan. Biasanya muncul ketika seseorang mengalami tekanan


mahasiswa akan ketakutan untuk dari orang lain yang membuat ia merasa takut
berkomunikasi karena mereka dituntut untuk dan terancam sehingga ia merasa takut dan
lebih cermat dalam menangani skonflik yang memikirkan hal-hal yang menakutkan. James
terjadi dalam peradilan semu (Winarno, 2017 ). McCroskey (Morissan, 2013) mengungkapkan,
Penelitian ini melibatkan penelitian pada dasarnya communication apprehension
terdahulu, Komunikasi Interpersonal dialami oleh setiap orang, namun dibeberapa
Mahasiswa Dengan Dosen (Tinjauan situasi ketakutan itu bersifat berlebihan
Communication Apprehension pada sehingga menjadi tidak normal.
Mahasiswa Universitas Di Jakarta). Hasil dari Seseorang yang mengalami
penelitian ini adalah terbentuknya karakter dari communication apprehension akan lebih sering
pribadi individu berasal dari kondisi dan menghindari komunikasi dengan orang lain
perlakuan keluarga terhadap diri pribadi dan baik secara langsung maupun tidak langsung
lingkungan kampus sebagai wadah pendidikan antara individu satu dengan individu lain,
yang memiliki sistem pengajaran yang berbeda berupa perasaan khawatir akan terjadi hal-hal
dengan sekolah, komunitas yang beragam yang buruk.
jumlahnya, serta karakter pribadinya (Pratiwi, Dalam bidang akademik,
2016). communication apprehension sangat
Rumusan masalah dalam penelitian ini berpengaruh terhadap ketrampilan
adalah “bagaimana communication berkomunikasi mahasiswa. Dalam ketrampilan
apprehension dialami mahasiswa dalam berkomunikasi terdapat empat ketrampilan
menghadapi peradilan semu di Fakultas Hukum dasar dalam berinteraksi yaitu saling
Universitas Muhammadiyah Surakarta, serta memahami antarindividu, mengkomunikasikan
faktor-faktor apa yang menyebabkan apa yang sedang ada dalam pikiran dengan
communication apprehension”. Penelitian ini tepat dan jelas agar terhindar dari
penting karena peradilan semu adalah penentu kesalahpahaman. Saling menerima dan
kelulusan di mata kuliah penanganan perkara. menolong antar komunikator dan komunikan,
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dapat memecahkan konflik yang muncul saat
kualitatif dengan menggunakan teori berinteraksi dengan orang lain (Canu, 2015).
communication apprehension dari James Komunikasi lisan mempunyai peran penting
McCroskey sebagai kerangka teoritisnya. dalam kepercayaan dalam penyampaian
Tujuan penelitian adalah untuk informasi (Kakepoto, 2013).
mengetahui jenis ketakutan yang dialami oleh Komunikasi di dalam Peradilan Semu
mahasiswa serta untuk mengetahui faktor yang efektif dilihat dari berlangsungnya proses
penyebab communication apprehension pembelajaran dan diskusi mahasiswa dengan
sebelum berlangsungya peradilan semu. Subjek memperhatikan elemen komunikasi yaitu
penelitian adalah mahasiswa fakultas hukum verbal dan nonverbal. Juga mendapatkan
yang terlibat dalam peradilan semu di Fakultas respon timbal balik sesuai yang diharapkan saat
Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. komunikasi berlangsung.
Mahasiswa Fakultas Hukum
Kerangka Teori Universitas Muhammadiyah Surakarta
Komunikasi antarpribadi adalah proses merasakan communication apprehension
interaksi yang melibatkan paling sedikit dua sebelum menghadapi peradilan semu. Hal
orang dengan memiliki pemikiran berbeda. tersebut dipicu beberapa faktor yang membuat
Komunikasi antarpribadi juga menuntut mereka takut untuk berkomunikasi sebelum
keterlibatan komunikator dan komunikan untuk peradilan semu, yaitu faktor internal dan faktor
saling memberi dan menerima selama proses eksternal (Wahyuni, 2014). Perasaan cemas
komunikasi berlangsung. Pihak yang terlibat yang seseorang rasakan akan mempengaruhi
dalam sebuah interaksi komunikasi akan saling proses partisipasi mahasiswa dengan individu
bertukar pemikiran dan informasi guna lain didalam ruang peradilan semu.
mencapai tujuan bersama (Pontoh, 2013). Communication apprehension masih
Communication apprehension banyak dirasakan oleh individu walaupun
merupakan perasaan takut dan khawatir yang komunikasi merupakan hal yang umum
membuat seseorang berfikir mengenai suatu hal dilakukan dalam percakapan sehari-hari
negatif, dan ancaman-ancaman yang bisa dengan keluarga, teman, dosen, ataupun orang

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 10


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

lain. Communication apprehension terjadi memicu munculnya reaksi communication


karena kurangnya percaya diri individu untuk apprehension yang dirasakan oleh
berhadapan dengan komunikan, serta tekanan komunikator.
dari komunikan kepada komunikator untuk Keempat, situational. Communication
dapat berkomunikasi dengan baik agar pesan apprehension yang berkaitan dengan situasi
dari komunikator dapat tersampaikan dengan atau ketika individu mendapatkan respon yang
baik tanpa adanya kesalahpahaman dalam tidak biasa dari individu lainnya (Kurniawati,
penukaran informasi. Beberapa individu 2008).
merasakan adanya tekanan dalam
berkomunikasi seperti penggunaan kata Metode Penelitian
maupun ungkapan yang tepat saat komunikasi Penelitian ini menggunakan
berlangsung dengan orang lain. Akibatnya, pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan
komunikator biasanya akan merasa sulit untuk kualitatif merupakan proses penelitian yang
berbicara, gemetaran, salahtingkah, dan menjelaskan fenomena sosial (Permatasari,
berkeringat dihadapan komunikan (Muslimin, 2017). Jenis penelitian berupa kualitatif
2013). deskriptif yang menjelaskan mengenai
Selain itu, communication communication apprehension mahasiswa
apprehension juga sering terjadi pada saat Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
individu melakukan interaksi komunikasi Surakarta sebelum menghadapi peradilan
dihadapan orang banyak (public speaking). semu.
Perlu penyesuaian social, mengembangkan Subjek dalam penelitian mencakup 30
kemampuan berkomunikasi dan belajar mahasiswa fakultas hukum Universitas
berinteraksi dengan individu lain yang berada Muhammadiyah Surakarta yang mengambil
dalam satu ruangan, sehingga pesan yang mata kuliah penanganan perkara konstitusi.
disampaikan dapat dipahami seluruh anggota Untuk sampel, peneliti mengambil empat
yang bersangkutan (Aryadillah, 2017). informan melalui teknik snowball sampling,
Fenomena komunikasi suatu peristiwa berarti informan diperoleh melalui proses
menyangkut interaksi antarmanusia yang bergulir dari satu informan ke informan yang
berkaitan dengan kehidupan bermasyakat lain untuk melengkapi data yang diperlukan
melalui lambang-lambang umum seperti (Pujileksono, 2015).
bahasa lisan atau tulisan maupun khusus seperti Informan dalam penelitian ini
mimik, gerak-gerik sangat diperhatikan dan merupakan perwakilan kelompok mata kuliah
mewakili perasaan komunikator dalam penanganan perkara. Setelah itu peneliti
menyampaikan pesan yang akan disampaikan melanjutkan ke informan lain untuk
kepada komunikan. melengkapi data. Teknik ini dipilih sebab
Ada empat jenis communication informan kasus communication apprehension
apprehension. Pertama, trait apprehension, sulit diidentifikasi.
ketakutan berkomunikasi dalam seluruh Jenis data yang digunakan yaitu data
konteks. Seseorang yang memiliki Trait primer yang berarti data utama data sekunder
Apprehension berarti orang itu memiliki yang berarti data penunjang. Data primer dalam
ketakutan komunikasi yang menetap dalam penelitian ini didapatkan dengan wawancara
berbagai situasi karena trait itu merupakan yang mendalam dan observasi. Kemudian
karakteristik bawaan yang melekat pada untuk data sekunder, peneliti menggunakan
individu (Setyastuti, 2012). Karakteristik dari jurnal, buku dan bacaan-bacaan lainnya. Dalam
teori ini adalah cara berfikir, perasaan, dan observasi peneliti mengikuti perkuliahan
perilaku seseorang dalam berbagai situasi. Penanganan Perkara Konstitusi di Fakultas
Kedua, context munculnya Hukum Universitas Muhammadiyah dan
communication apprehension ketika individu mengamati simulasi peradilan semu yang
harus berbicara di depan umum (public berlangsung.
speaking). Dalam situasi lain individu itu tidak Analisis data menggunakan model
mengalami communication apprehension. interaktif Miles dan Huberman yang
Ketiga, Audience. Communication menggunakan tiga tahapan, meliputi reduksi
apprehension dialami oleh individu ketika ia data, penyajian data dengan meringkas data
berkomunikasi dengan iduvidu tertentu tanpa yang telah terkumpul, dan kesimpulan. Reduksi
memandang waktu dan konteks sehingga data yaitu cara melakukan analisis yang

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 11


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

bertujuan untuk mempertegas, mempersingkat, Fakultas Hukum. Mata kuliah Penanganan


membuat pokok temuan terkait jenis dan faktor Perkara bersifat aplikatif, yang berarti
communication apprehension, dan membuang mahasiswa sudah mempunyai pondasi hukum
data yang tidak diperlukan. dan memahami teori-teori hukum, memahami
Tahap ini berlangsung hingga laporan hukum acara dan mempraktekkan teori-teori
dalam proses seleksi, penyederhanaan, dan sesuai tugas atau peran masing-masing.
berbentuk data secara kasar, penyajian data, Dari perspektif mahasiswa, mata
cara mendapatkan gambaran secara jelas kuliah tersebut dirasa berat sebab ada praktek
mengenai data, dan menyusun kesimpulan peradilan semu yang wajib diikuti oleh semua
dengan jelas dan mudah dipahami. Proses mahasiswa tingkat akhir. Dalam peradilan
penarikan kesimpulan data yang telah diperoleh semu terdapat peran-peran yang wajib
dan dicek keakuratannya. Dengan model diperankan oleh mahasiswa. Peran-peran
analisis Interaktif maka penelti dapat menyusun tersebut berupa Pemohon yaitu mahasiswa
sebuah kesimpulan (Subandi, 2011). bertugas membuat permohonan, Presiden
Validitas dalam penelitian ini bertugas membuat keterangan tentang presiden,
menggunakan Triangulasi sumber untuk DPR membuat keterangan mengenai DPR,
menggali kebenaran atau keabsahan data dan Hakim membuat keterangan tentang hakim,
membandingkan kepercayaan suatu informasi dan ahli bertugas membuat keterangan
yang diperoleh melalui proses observasi, dan mengenai ahli.
membandingkan data wawancara mendalam Mata kuliah Penanganan Perkara
dengan pengamatan peneliti dalam simulasi Konstitusi dirasa sangat sulit bagi mahasiswa
peradilan semu (Atmadja, 2013). karena mahasiswa harus mempraktekkan teori
hukum yang sudah di peroleh dari mata kuliah
Hasil Penelitian lain, sehingga mahasiswa merasakan ketakutan
Penelitian ini melibatkan empat berkomunikasi. Mahasiswa harus bisa
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas menjelaskan berbagai teori yang diperoleh di
Muhamadiyah Surakarta sebagai informan, mata kuliah Hukum Acara maupun mata kuliah
yakni Monika Selly Agatha Putri (21) sebagai Penanganan Perkara sesuai dengan konflik
informan-1, Sinta Kumala Dewi (21) sebagai dalam peradilan semu. Hasil obseravasi
informan-2, Nandhita Luh Shinta (22) sebagai membuktikan ada ketakutan yang dirasakan
ingorman-3, dan Mutia Perwitasari (21) oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
sebagai informan-4. Penelitian ini juga Muhammadiyah Surakarta sebelum peradilan
melibatkan salah satu dosen Fakultas Hukum semu, terbukti dari perilaku mahasiswa yang
Universitas Muhammadiyah Surakarta yaitu merasa gelisah, dan pasif.
Iswanto S.H, M.H selaku dosen pengampu Berdasarkan hasil wawancara kepada
mata kuliah Penanganan Perkara. empat informan terkait jenis ketakutan
Peradilan semu adalah mata kuliah berkomunikasi yang mereka alami sebelum
penanganan pekara yang wajib diikuti oleh mengikuti peradilan semu. Peneliti akan
seluruh mahasiswa Fakultas Hukum memberikan penjelasan mengenai jenis
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mata ketakutan dan faktor-faktor penyebab
kuliah penanganan perkara ada beberapa timbulnya ketakutan, meliputi Trait, Context,
macam seperti Penanganan Perkara Agama, Audience, Situational dan faktor-faktornya
Penanganan Perkara Pidana, Penanganan penyebabnya, baik faktor internal dan ekternal.
Perkara Perdata, dan Penanganan Perkara Kemudian dijabarkan penyebab mahasiswa
Konstitusi. mengalami communication aprehension karena
Syarat untuk mengikuti mata kuliah kurangnya kepercayaan diri dari mahasiswa
Penanganan Perkara Konstitusi mahasiswa tersebut.
harus lulus mata kuliah Hukum Acara terlebih Sebagian informan menunjukkan,
dahulu. Peradilan semu dilakukan pada saat ketakutan berasal dari situasi sebelum
ujian akhir mata kuliah Penanganan Perkara melakukan peradilan semu atau situasi yang
Konstitusi. Biasanya mahasiswa diminta lain seperti kegiatan saat perkuliahan sedang
berkelompok untuk menyelesaikan sebuah berlangsung. Dua informan menunjukan bahwa
kasus. Menurut iswanto, mata kuliah tersebut ketakutan berasal dari situasi saat sedang
merupakan syarat wajib skripsi bagi mahasiswa melakukan peradilan semu.

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 12


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

“…ketakutan saat akan melakukan ketakutan berkomunikasi yang lebih tinggi


public speking dan ujian peradilan pada saat dihadapkan dengan situasi berbicara
semu.” (Monica). didepan umum dibandingkan dengan situasi
lainnya seperti saat berkomuikasi dengan
Bagi Monica, public speaking dan teman sebangkunya.
peradilan semu membuat dirinya merasa takut Peradilan semu menimbulkan
berkomunikasi sehingga dia lebih memilih ketakutan yang wajar karena mahasiswa harus
menghindari komunikasi atau lebih memilih memahami pembelajaran selama perkuliahan
diam. Hasil observasi pada tanggal 01 Januari dan melakukan tugas penegakan hukum dalam
2019 menunjukkan Monica terlihat pasif dalam menangani kasus-kasus (Winarno, 2017 ).
simulasi peradilan semu. Padahal dalam Berbeda dengan satu informan, yaitu
peradilan semu itu mahasiswa diwajibkan Santi. Dia mengatakan bahwa dirinya tidak
untuk berkomunikasi, sehingga muncul mengalami ketakutan pada saat melakukan
ketakutan pada diri Monica. public speaking, karena aktif berorganisasi di
Hal serupa dikatakan oleh Santi. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum.
Dirinya jarang mengalami ketakutan saat Santi mengatakan organisasi membuat dia
perkuliahan tapi sering mengalami ketakutan memiliki pengalaman dalam berkomunikasi
saat peradilan semu. Dia berkata: dengan individu lain.
Keaktifan mahasiswa dalam
“Dalam peradilan semu, diawal-awal berorganisasi dapat mempengaruhi ketakutan
sih, (ketakutan) seperti kalimat tidak yang dirasakan oleh mahasiwa saat berbicara di
teratur, kalo gemetaran engak sih.” depan umum, karena organisasi adalah salah
satu tempat untuk memperluas pengetahuan
Kasus ini didukung oleh hasil mahasiswa dalam pengembangan diri secara
penelitian yang membahas ketakutan seseorang non-akademik. Organisasi merupakan tempat
dalam segala situasi (Muslimin, 2013), terkait berlatih interaksi sosial bagi mahasiswa.
dengan pengalaman berbicara di depan umum. Organisasi memiliki beberapa kegiatan yang
Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa menuntun mahasiswa untuk saling
tiga dari empat informan mengalami ketakutan berhubungan dengan orang lain (Bukhori,
pada saat public speaking. 2016).
Informan menunjukkan, ketakutan
“Pengalaman berbicara di depan berasal dari lawan bicara, dan perbedaan usia
umum jarang saya lakukan, ada menjadi salah satu akar ketakutan. Hal yang
ketakutan yang sama. Pernah suatu sama juga dikatakan oleh informan yang lain,
ketika saya berbicara di depan umum mereka mengatakan
tanpa mengalami ketakutan. Ketakutan
itu saya antisipasi dengan rasa cuek “Terkadang tergantung dosennya.
ketika banyak orang di depan saya Terkadang saya lihat dosennya,
yang sedang mendengarkan saya kayaknya enak ya saya bisa enjoy. Tapi
berbicara.” (Monica ). kalo ketakutan saya tuh muncul rata-
rata disetiap awal saya mulai sidang
Hal yang sama juga dikatakan oleh itu. Jadi pada awal gitu, jadi sekitar 15
Mutia yang mengalami ketakutan. Dia menit gitu kayak takut salah, takut ini,
mengatakan: takut gak pas waktunya. Tapi nanti
waktu udah berjalan saya udah biasa,
“Jelas takut, tidak pernah tidak enjoy, saya sudah bisa menikmat“
mengalami ketakutan saat berbicara di (Nandhita).
depan umum contohnya gemetaran,
dll. Kalo detempat umum ya emang Nandhita mengatakan, perbedaan
sering mengalami “ketakutan Cuma status antara mahasiswa dan dosen menjadi
gak setakut waktu kuliah.” penyebab terjadinya ketakutan. Hal ini karena
dosen sebagai penentu nilai mahasiswa.
Hasil temuan di atas selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Herdiana “Tergantung kondisi dan situasinya
(2017). Individu cenderung memiliki seperti apa, kalo misalnnya posisinya

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 13


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

adalah ketika kita bertemu dengan Menurut Santi menyaring segala


orang yang lebih tua dan kita harus bentuk respon sangat penting agar tidak
memposisikan kita seolah-olah kita melakukan kesalahan yang sama.
lebih rendah. Kita dapat sesuatu yang
lebih seperti itu. Jadi kita gak boleh kek “Sekirannya orang ini gak cocok atau
seolah-olah kita lebih tinggi dari pada pandangannya gak enak pada saya
orang yang kita ajak lawan bicara atau dia kayaknya kurang berkenan
yang notabennya lebih tua” (Santi). ngomong sama saya ya saya gak
ngajak ngobrol, cuma saya senyumin
Komunikasi akan berlangsung dengan tok sih..” (Nandhita).
baik jika komunikator dan komunikan memiliki
pemikiran yang sama. Jika ada kesenjangan Hal yang sama juga dikatakan oleh
usia dan faktor status maka komunikasi tidak Mutia. Dia mengatakan, respon dari orang lain
seimbang karena komunikator memiliki membuat ia takut.
ketakutan yang menyebabkan komunikasi tidak
efisien atau tidak seperti yang diharapkan (A. “Sering sih, terkadang kan ada
Wilhalminah, 2017). pemikiran misalnya kalo mau
Dari empat informan, sebagian menggungkapkan misal ada materi
mengatakan ada ketakutan pada respon yang benar-benar buat saya sendiri tuh
audience. Komunikator yang mengalami kurang jelas, nah ketika waktu mau
ketakutan dalam presentasi akan membuat tanya dosen atau mau tanya
sebuah diskusi tidak efisien, karena sebagai mahasiswa lain yang benar-benar bisa
komunikator dia tidak dapat menarik perhatian jawab itu tuh emang ada rasa takut si
khalayak dengan respon positif. Hal tersebut awalnya, soalnya takutnya nanti kalo
memicu ketakutan yang muncul pada diri penjelasannya kurang dari saya atau
komunikator (Aryadillah, 2017). kata-kata kurang pas.”
Mahasiswa lebih sering mengalami
ketakutan berkomunikasi dalam peradilan Mutia mengatakan respon negatif
semu karena mereka takut jika ada kesalahan maupun positif akan diterima, karena respon
dalam penyebutan pasal-pasal atau undang- adalah sebuah masukan yang bermanfaat. Hal
undang terkait kasus yang didiskusikan. Hal itu ini menunjukkan adanya kesadaran bahwa
akan menimpulkan respon negatif dari dosen respon dari orang lain diperlukan untuk
atau orang lain yang ada dalam sebuah forum perkembangan diri.
diskusi peradilan semu. Hal tersebut juga Sebagian informan merasa takut ketika
memicu pemikiran mahasiswa jika mereka dievaluasi atau dinilai oleh dosen. Hal ini
akan mendapatkan nilai tidak memuaskan, disampaikan oleh Santi:
sehingga semakin besar ketakutan yang muncul
pada diri mahasiswa. “Cuma ya ketakutannya karena
Mereka mengatakan menerima respon pressure dari tantangannya itu sendiri,
positif maupun negatif dari audience seperti kita dinilai juri dan kita harus
dari dosen mata kuliah penanganan perkara. mengoptimalkan apa sih yang kemarin
Menurut Monica respon positif dan respon kita latihan udah maksimal dan itu
negatif diterima dengan baik. Respon negatif harus jadi cerminan kita saat itu, tapi
dari orang lain menjadi motivasi untuk kan kondisi dilapangan itu berbeda.
memperbaiki diri ke depan. “(Santi).
“Kita harus menyaring semua, kita
harus terima apapun yang diberikan Menurut Santi, dalam ruang peradilan
dari orang lain, jangan terpengaruh, semu dirinya harus bisa mengoptimalkan
seperti ketika kita berbicara didepan pembelajaran yang sudah dirinya latih terlebih
umum tidak menutup kemungkinan dahulu. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
orang yang kita ajak bicara kelihatan kesan positif dari dosen atau audience lainnya
face gak terima atau apapun itu ya dan tentunya mencapai tujuan pribadi yaitu
udah santai aja.” (Santi). nilai.
Hal serupa juga di rasakakan Monica,
dia mengatakan bahwa ia takut salah berbicara.

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 14


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

Ketakutan itu berasal dari pengalaman Monica Pembicaraan yang tidak dapat dikontrol
pernah salah berbicara di saat peradilan semu batasannya akan menimbulkan ketakutan dan
sedang berjalan. Hal itu membuat Monica muncul rasa kurang percaya diri.
merasa kurang percaya diri sehingga blank saat
di peradilan semu. “Takut melebar dari apa yang
Hasil penelitian di atas selaras dengan sebenarnya diomongin. Itu sering
temuan penelitian Muslimin (2013) yaitu banget, ya memang karena aku
bagaimana apresiasi mahasiswa dalam menilai orangnnya disenggol dikit langsung
atau membandingkan dirinya dalam melebar kemana-mana, jadi takutnnya
memberikan bagian atau peran yang positif itu sih, sering gak fokus “.
terhadap perasaan takut berkomunikasi didepan
umum pada mahasiswa fakultas hukum. Dua dari empat informan
Sebagian informan merasakan takut mengungkapkan tekanan dan waktu
jika lawan bicara memiliki kemampuan mempengaruhi mereka dalam berkomunikasi.
berkomunikasi yang lebih baik dari dirinya dan Tekanan dan waktu merupakan faktor yang
pengetahuan lebih jauh. Dalam hal ini informan berkaitan dengan aturan peradilan semu.
merasa tidak percaya dengan kemampuan
dirinya sendiri. “Kalau peradilan semu itu timing nya
Hasil temuan dari penelitian harus pas dan pressure dari luar “
menunjukkan bahwa tidak percaya diri menjadi (Santi).
salah satu faktor munculnya ketakutan yang
dialami oleh mahasiswa Fakultas Hukum Menurut santi waktu dan tekanan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. sangat penting karena dalam peradilan semu
terdapat sistem pembelajaran yang sudah
“Saya takut karena saya kurang pede ditentukan oleh dosen terkait ketepatan waktu.
dan saya blank saat di sidang semu “ Hasil observasi pada peradilan semu,
(Nandhita). menunjukkan dosen memiliki otoritas waktu.
Saat waktu habis, dosen menghentikan sidang
Menurut Nandhita timbulnya rasa dengan cara menghentikan aktifitas peradilan
kurang percara diri karena kurangnya tingkat semu.
kemampuan berkomunikasi dan perasaan Hal yang sama juga dirasakan oleh
gugup, membuat dirinya semakin sulit Nandhita. Da mengatakan bahwa ia takut
mengontrol ketakutan yang timbul sebelum merasa tidak tepat dalam hal waktu. Nandhita
peradilan semu. Dari hasil observasi Nandhita menggungkapkan, ketepatan waktu sangat
terlihat gelisah. penting dalam peradilan semu untuk
Hal yang sama juga dirasakan oleh menjelaskan poin-poin yang akan disampaikan.
informan Mutia. Dia mengatakan bisa saja Jika waktu yang di butuhkan tidak cukup maka
materi yang ia sampaikan tidak jelas. ia harus menyaring poin-poin pembahasan
yang akan disampaikan.
“Kalo mau menggungkapkan misal Penelitian ini membahas jenis-jenis
ada materi yang benar-benar buat saya ketakutan berkomunikasi berdasarkan teori
sendiri tuh kurang atau kurang jelas, McCroskey, dan faktor-faktor penyebab
nah ketika mau tanya dosen atau mau mahasiswa merasakan ketakutan. McCroskey
tanya mahasiswa lain yang benar- mengatakan ketakutan berkomunikasi adalah
benar bisa jawab itu tuh emang ada tingkat ketakutan yang dialami oleh seseorang
rasa takut sih awalnya, soalnya saat berkomunikasi dengan orang lain.
takutnya nanti kalo penjelasannya Biasanya muncul perasaan gelisah, karena
kurang dari saya atau kata-kata dihadapkan pada situasi yang memaksannya
kurang pas, sering terjadi kayak gitu untuk berkomunikasi (Kai-Tang Fan, 2017).
waktu perkuliahan “ (Mutia). Ketakutan berkomunikasi dapat terjadi
di berbagai situasi, salah satunya adalah
Berbeda halnya dengan Santi, meski ketakutan berkomunikasi yang dirasakan oleh
sama-sama tidak percaya diri, dia mahasiswa terjadi dalam melakukan peradilan
mengungkapkan bahwa ketidakpercayaan diri semu. McCroskey membagi jenis ketakutan
muncul karena ketidakfokusannya. berkomunikasi menjadi empat jenis.

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 15


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

Pertama, Trait merupakan ketakutan konteks waktu. Misalnya seseorang akan lebih
komunikasi serupa dengan sifat yang sering mengalami ketakutan berkomunikasi
dipandang sebagai adaptasi tipe jenis pada saat dirinya melakukan komunikasi public
kepribadian yang relatif stabil memiliki jangka speaking, berbeda dengan seseorang yang
waktu yang lebih lama atau tidak mudah melakukan komunikasi dalam lingkup
berubah diberbagai situasi seperti saat kelompok. Situasi tersebut dapat merubah
melakukan komunikasi di depan umum, tingkat komunikasi yang dirasakan oleh
berkomunikasi antarkelompok, dan saat seseorang tergantung dengan situasi yang
perkuliahan (Sundary N. Rajagopal, 2017). sedang mereka alami saat itu (Muslimin, 2013).
Berdasarkan hasil temuan penelitian, Seseorang yang melakukan public speaking
trait hanya terjadi pada beberapa orang. harus menghadapi pendengar dengan jumlah
Mahasiswa sudah paham mengenai sistem yang relatif lebih banyak dari jumlah kelompok
peradilan semu karena sudah mengambil dengan topik yang berkelanjutan (Nova Ayu
matakuliah penanganan perkara dan mahasiswa Widyanigrum Suhartono, 2017).
sudah melakukan peradilan semu di matakuliah Temuan penelitian menunjukkan
sebelumnya seperti dimata kuliah Hukum sebagian informan mengatakan, pengalaman
Acara, sehingga mahasiswa sudah memiliki organisasi adalah hal yang penting bagi
pengalaman, seperti sudah mengetahui mahasiswa untuk mengasah minat dan bakat.
sistematika, teori-teori hukum, pondasi hukum Ada beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa yang
dalam peradilan semu dan apa saja yang harus berfungsi untuk menampung minat para
mereka lakukan sesuai dengan peran masing- mahasiswa dan melatih mahasiswa untuk
masing. bersosialisasi dengan orang lain melalui
Namun, masih ada beberapa berbagai kegiatan organisasi. Iinforman yang
mahasiswa tetap mengalami ketakutan karena mengikuti organisasi, Santi dan Nandhita tidak
pada dasarnya beberapa mahasiswa memiliki mengalami masalah dalam berkomunikasi.
sifat penakut yang susah untuk dihilangkan Santi mengikuti organisasi Badan Eksekutif
walaupun mereka juga sudah melakukan Mahasiswa selama dua tahun, dan Nandhita
peradilan semu di mata kuliah sebelumnya mengituti sebuah organisasi selama satu tahun.
seperti mahasiswa lainnya. Organisasi menjadi salah satu wadah
Mahasiswa merupakan lingkaran anak mahasiswa untuk melatih cara berkomunikasi
muda, berumur 19-28 tahun. Dalam usia dengan orang lain. Organisasi menjadikan
tersebut mahasiswa mengalami pergantian dari seseorang memiliki kemampuan penyelesaian
remaja menuju tahap dewasa sehingga pencapaian yang terkait dengan tujuan pribadi
mahasiswa tidak lagi mengalami ketakutan mahasiswa, seperti mengurangi tingkat
berkomunikasi, karena mahasiswa adalah ketakutan berkomunikasi yang sering dialami
manusia dewasa dan mahasiswa dituntut mahasiswa saat melakukan public speaking.
memiliki kemampuan berkomunikasi yang Hal tersebut akan sulit dilakukan jika tidak ada
baik karena ked epannya mahasiswa akan keterlibatan organisasi di dalamnya, sebab
selalu berhubungan dengan individu lain dalam sebuah upaya memenuhi proses tersebut
maupun dengan masyarakat dalam lingkup tidak dapat dilakukan seorang diri. Diperlukan
pekerjaan (Yeni Anggraini, 2017). peran orang lain untuk mendukung proses
Dapat diartikan, mahasiswa merupakan berlatih komunikasi atau mewujudkan tujuan
individu yang memasuki masa belajar di pribadi melalui sebuah organisasi di fakultas
perguruan tinggi sebelum masuk ke dalam atau di luar fakultas (Bukhori, 2016).
dunia pekerjaan yang menetap. Sistem Ketiga, Audience. Beberapa orang
pembelajaran pendidikan di perguruan tinggi mengalami ketakutan berkomunikasi ketika
menuntut mahasiswa untuk berperan aktif bertemu dengan lawan bicara dengan tipe-tipe
dalam pembelajaran, tujuannya untuk melatih tertentu, tanpa memperhatikan waktu dan
mahasiswa agar memiliki kemampuan lingkungan. Orang-orang tertentu yang
berkomunikasi yang lebih baik sehingga memiliki sifat tertentu akan memicu timbulnya
mahasiswa siap untuk menghadapi dunia ketakutan. Berdasarkan hasil temuan
pekerjaan yang nyata sebagai penegak hukum penelitian, perbedaan usia menjadi akar
(Yeni Anggraini, 2017) . munculnya ketakutan. Hal ini berkaitan dengan
Kedua, Context yaitu jenis ketakutan informan yang cenderung menghormati
seseorang yang cenderung stabil terhadap seseorang dengan usia yang lebih tua dan lebih

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 16


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

berpengaruh dalam sebuah komunikasi yaitu Mahasiswa yang berperan sebagai komunikator
dosen. Selain itu perbedaan status antara dosen dalam ruang peradilan semu, sebagian
dan mahasiswa juga dapat memicu timbulnya informan yang mengalami ketakutan
ketakutan. Seseorang yang merasa rendah diri berkomunikasi dapat menyebabkan sebuah
mengalami kesulitan untuk menyampaikan diskusi kurang efektif karena tidak dapat
gagasan atau ide yang ada dalam pikirannya memberikan informasi dengan benar dan
(Wahyuni, 2014). kurang lengkap, sehingga menyebabkan respon
Faktor usia dan status tentunya negatif dari khalayak seperti respon yang
dipengaruhi oleh pola budaya yang ada di suatu diberikan oleh dosen yang bersangkutan
daerah yang dipercaya oleh masyarakat dan itu (Aryadillah, 2017).
menjadi sebuah kebiasaan atau tradisi yang Peran dosen dalam ruang peradilan
harus dilakukan oleh masyarakat. Budaya semu sangat penting. Dosen sangat
merupakan konsep pengetahuan, nilai, sikap, berpengaruh terhadap nilai yang akan diberikan
peranan yang dipercayai atau dikembangkan untuk mahasiswa serta memberikan saran yang
dari satu generasi ke generasi lainnya melalui positif untuk mahasiswa agar mahasiswa lebih
pembelajaran nilai dan norma budaya yang memahami materi atau pembahasan yang
dipercayai oleh sekelompok besar masyarakat didiskusikan sesuai dengan peran masing-
dengan kepercayaan adat dan istiadat budaya di masing.
suatu daerah (Khoiruddin Muchtar, 2016). Berdasarkan hasil temuan penelitian,
Budaya jawa identik dengan orang- informan cenderung menerima respon negatif
orang yang halus tutur katanya dalam maupun positif yang diberikan oleh audience.
berkomunikasi, berperilaku sopan santun Misalnya, mahasiswa menerima masukkan dari
dengan individu yang lebih tua. Sehingga dosen dan mencari solusi dari sebuah
dalam situasi perkuliahan mahasiswa lebih permasalahan yang terjadi dalam kasus yang
menghormati seseorang orang lebih tua atau didiskusikan oleh mahasiswa sesuai dengan
orang-orang yang memiliki status lebih tinggi peran masing-masing mahasiswa yang mereka
darinya. Ciri khas ini menjadi salah satu perankan dalam peradilan semu sebagai
identitas yang membedakan budaya jawa penegak hukum.
dengan budaya lainnya (Ronald, 2014). Berdasarkan temuan penelitian, ada
Bagi mahasiswa yang berasal dari dua factor penyebab munculnya ketakutan
daerah yang berbeda mereka membentuk berkomunikasi yaitu faktor internal dan
budaya sebagai adaptasi untuk mengatasi eksternal. Pertama, faktor internal, berasal dari
tekanan lingkugan atau bertahan dalam sebuah individu yang tidak percaya diri, disebabkan
kelompok, mahasiswa berperilaku sesuai kurang pengetahuan dan kemampuan
dengan adat dan pengetahuan menyesuaikan berkomunikasi. Seseorang cenderung kurang
dengan dimana mereka tinggal. percaya diri dan memunculkan ketakutan
Suatu budaya memberikan peraturan karena menghadapi orang lain yang memiliki
dalam berperilaku seperti saat berkomunikasi pengetahuan lebih daripada dirinya (Muslimin,
dengan orang lain dilihat dari status yang 2013).
berbeda. Budaya menentukan perilaku Mahasiswa yang memiliki
mahasiswa dengan dosen saat berkomunikasi kepercayaan diri kurang memadai, membuat
dalam proses pembelajaran. Mahasiswa tidak ketakutan itu terjadi pada diri mereka saat
terlepas dari budaya tempat mereka tinggal. berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
Menjaga kesopanan dalam bersikap seperti peradilan semu, mahasiswa yang kurang
pada saat mahasiswa menyampaikan pendapat percaya diri akan menganggap lawan bicaranya
di forum diskusi, mahasiswa harus sesama mahasiswa jauh lebih pintar dari pada
memperhatikan bagaimana seharusnya dirinya sehingga mahasiswa dengan tingkat
mahasiswa bersikap, kesopanan dalam kepercayaan diri rendah lebih memilih diam
berbicara atau bertutur kata, tata krama kepada atau bicara secukupnya dalam forum diskusi
orang yang lebih berpengaruh atau orang yang yang berlangsung dalam peradilan semu.
lebih tua dari dirinya (Khoiruddin Muchtar, Faktor ketakutan berkomunikasi yang
2016). disebabkan adanya tingkat kepercayaan diri
Keempat, Situational. Ketakutan yang rendah tentunya akan mempengaruhi
yang timbul ketika seseorang mendapat proses pembelajaran dalam peradilan semu
perhatian atau respon dari orang lain. sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 17


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

(Amelia Alfred Tom, 2013). Berbeda dengan Daftar Pustaka


mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri A. Wilhalminah, U. R. (2017). Pengaruh
yang cukup, dia dapat mengontrol ketakutan Keterampilan Komunikasi terhadap
yang muncul pada saat berkomunikasi dengan Perkembangan Moral Siswa pada Mata
orang lain, sehingga proses pembelajaran Pelajaran Biologi Kelas XI IPA SMA
dalam peradilan semu berjalan efisien Muhammadiyah Limbung. Jurnal
(Wahyuni, 2014). Biotek. Vol. 5(2).
Sedangkan faktor eksternal, ketakutan Afika Fitria Permatasari, M. W. (2017).
berkomunikasi berasal dari luar. Misalnya Perubahan Perilaku Masyarakat Jawa
setting, waktu dan lainnya. Dalam penelitian dalam Penyelenggaraan Resepsi
ini, ketakutan berkomunikasi disebabkan Pernikahan di Kota Surakarta. Jurnal
karena kehadiran orang lain seperti dosen dan Analisa Sosiologi. Vol. 6(1).
faktor tekanan waktu, serta mahasiswa merasa Amelia Alfred Tom, A. J. (2013). Factors
dievaluasi saat sedang melakukan komunikasi Contributing to Communication
di depan umum, sehingga timbul perasaan Apprehension among Pre-University
takut. Selain itu mahasiswa harus Students. Academic Journal of
memperhatikan waktu untuk menyelesaikan Interdisciplinary Studies. Vol. 2(8).
topik dalam peradilan semu sesuai dengan Anwar, C. (2015). Manajemen Konflik untuk
ketentuan yang berlaku. Hal tersebut menjadi Menciptakan Komunikasi yang Efektif
tekanan untuk beberapa mahasiswa. Metode (Studi Kasus Di Departemen
pembelajaran juga sangat berpengaruh Purchasing PT. Sumi Rubber
terhadap kemampuan berkomunikasi Indonesia). Jurnal Interaksi. Vol. 4(2).
mahasiswa (Sofyan M. A., 2015). Aryadillah. (2017). Kecemasan dalam Public
Perasaan takut akan muncul secara Speaking (Studi Kasus pada Presentasi
fisik ketika mahasiswa mendapatkan respon Makalah Mahasiswa). Cakrawala.
dari audience, takut akan mendapat respon Vol. 17(2).
yang negatif dari audience. Hal ini tentunya Atmadja, A. T. (2013). Pergulatan Metodologi
menjadi sebuah tekanan bagi mahasiswa yang dan Penelitian Kualitatif Dalam Ranah
mengikuti peradilan semu (Wahyuni, 2014). Ilmu Akuntansi. Jurnal Akuntansi
Profesi. Vol. 3(2).
Bukhori, B. (2016). Kecemasan Berbicara di
Kesimpulan Depan Umum Ditinjau dari
Dari hasil penelitian dapat diambil Kepercayaan Diri dan Keaktifan dalam
kesimpulan. Pertama, jenis ketakutan yang Organisasi Kemahasiswaan. Jurnal
paling sering muncul adalah context, yaitu Komunikasi Islam. Vol. 6(1).
mahasiswa dihadapkan pada situasi harus Canu, Z. (2015). Kecemasan Berinteraksi
berbicara di depan umum sehingga mereka Mahasiswa Universitas
mengalami ketakutan. Hal ini disebabkan Muhammadiyah Malang Tahun 2014-
karena kurangnya pengalaman berbicara di 2015.
depan umum. Sementara itu, trait, yaitu Hidayatullah. (2017). Analisis Faktor-Faktor
ketakutan bawaan jarang muncul karena dalam Mempengaruhi Kecemasan
mahasiswa termasuk ketegori umur menuju Berkomunikasi di Depan Publik (Studi
dewasa. pada Mahasiswa FISIP dan FKIP
Kedua, terdapat faktor eksternal dan Universitas Syiah Kuala) . Jurnal
internal yang menyebabkan muncul rasa Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Vol
ketakutan. Faktor eksternal, seperti faktor 2(3).
tekanan dan waktu dan kehadiran dosen. Imran. (2013). Fenomena Komunikasi dan
sementara faktor internal berupa ketakutan dari Ilmu Komunikasi (Telaah Filsafat Ilmu
individu yang kurang percaya diri dengan Berbasis Elemen Epistemologi).
kemampuannya. Faktor kurangnya Jurnal Studi Komunikasi dan Media.
kepercayaan diri pada individu menjadi pemicu Vol. 17(2).
timbulnya ketakutan. Kai-Tang Fan, F.-C. L. (2017). A New
Accounting Teaching Method to Help
Student Overcome Communication

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 18


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

Apprehension: An Experimental Mahasiswa Perantau UNISMA Bekasi.


Study. Journal Review of Integrative Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 12(1).
Business and Economics Research, Pujileksono, S. (2015). Metode Penelitian
Vol. 6(1). Komunikasi Kualitatif. Malang:
Kakepoto, n. H. (2013). Analyzing Kelompok Intrans Publising.
Communication Apprehension of Putri, D. M. (2012). Pembentukan Konsep Diri
Engineering Students of Pakistan for Anak Usia Dini di One Earth School
Workplace Environment. European Bali. Journal Communication
Journal of Business and Management. Spectrum. Vol. 2(1).
Vol. 5(5). Ronald, A. (2014). Budaya Bermukim
Khoiruddin Muchtar, I. K. (2016). Komunikasi Masyarakat Jawa. Sinektika, Vol.14(1).
Antar Budaya dalam Perspektif Sahputra, D. (2016). Kontribusi Kepercayaan
Antropologi. Jurnal Manajemen Diri dan Kecerdasan Emosi terhadap
Komunikasi, Vol. 1(2). Komunikasi Interpersonal Siswa serta
Kurniawati, R. (2008). Kecemasan Komunikasi Implikasinya dalam Pelayanan
(Communication Apprehension) Fans Bimbingan dan Konseling. Konselor.
dalam Interaksi Langsung dengan Vol. 5(3).
Idola. Jurnal Ilmu Komunikasi Setyastuti, Y. (2012). Apresiasi Komunikasi
Morissan. (2013). Teori Komunikasi. Bogor: dalam Komunikasi Antarpribadi.
Ghalia Indonesia. Jurnal Komunikator. Vol. 4(2).
Muslimin, K. (2013). Faktor-Faktor yang Sofyan, M. A. (2015). Pengaruh Kecemasan
Memengaruhi Kecemasan Berkomunikasi terhadap Prestasi
Berkomunikasi di Depan Umum Akademik Mahasiswa Jurusan
(Kasus Mahasiswa Fakultas Dakwah Pendidikan Biologi Angkatan 2013
INISNU Jepara). Jurnal Interaksi, Vol. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
11(2). Alauddin Makasar. Jurnal Biotek. Vol.
Nova Ayu Widyanigrum Suhartono, I. H. 3(1).
(2017). Hubungan Antara Self-Esteem Subandi. (2011). Deskripsi Kualitatif sebagai
dengan Kecemasan Komunikasi Public Satu Metode dalam Penelitian
Speaking Mahasiswa Baru. Jurnal Pertunjukan. Harmonia. Vol. 11(2).
Psikologi Kepribadian dan Sosial. Vol. Sundary N. Rajagopal, P. M. (2017). What Are
6. The Causes of Communication
Nurzali Ismail., K. N. (2009). The Effects of Apprehension Among Esl Classroom
Classroom Communication on Students?
Students’ Academic Performance at Wahyuni, S. (2014). Hubungan antara
The Interpersonal Islamic University Kepercayaan Diri dengan Kecemasan
Malaysia (IIUM). Unitar E-Journal. Berbicara di Depan Umum pada
Vol. 5(1). Mahasiswa Psikologi. eJournal
Pontoh, W. P. (2013). Peranan Komunikasi Psikologi. Vol. 2(1).
Interpersonal Guru Dalam Winarno. (2017). Penerapan Mind Map dengan
Meningkatkan Pengetahuan Anak. Model Pembelajaran Peradilan Semu
Journal Acta Diurna. Vol. 1(1). untuk Meningkatkan Motivasi dan
Prasetyo, A. R. (2011). Cope Method: Teknik Hasil Belajar Siswa pada Mata
Mengurangi Kecemasan. Jurnal Pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Komunikasi Massa. Vol. 4(2). Kewarganegaraan (PPKN) .
Pratiwi, H. A. (2016). Komunikasi Integralistik, Vol 28(1).
Interpersonal Mahasiswa dengan Yeni Anggraini, A. S. (2017). Hubungan
Dosen (Tinjauan Communication Antara Berpikir Positif Dengan
Apprehension pada Mahasiswa Kecemasan Komunikasi pada
Universitas di Jakarta). Deiksis. Vol. mahasiswa. Jurnal Psikologi, Vol.
8(1). 1(1).
Primasari, W. (2014). Pengelolaan Kecemasan Yohana, C. (2014). Hubungan Antara Konsep
dan Ketidakpastian Diri dalam Diri Dengan Komunikasi Interpersonal
Berkomunikasi Studi Kasus pada Mahasiswa Pendidikan Tata
Niaga Fakultas Ekonomi Universitas

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 19


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 02, No. 01 (2019), pp. 9-20

Negeri Jakarta. Econosains. Vol.


12(1).
Z. Mutaqin, W. I. (2018). Perubahan Sosial
Budaya Masyarakat Kesepuhan Adat
Banten Kidul-Kabupaten Sukabumi.
Jurnal Studi Agama- Agama dan
Lintas Budaya. Vol. 2(2).

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 20

Anda mungkin juga menyukai