985 2212 1 SM
985 2212 1 SM
Abtrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya communication apprehension
di kalangan mahasiswa Fakultas Hukum pada peradilan semu di Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Teori yang digunakan adalah Comunication Apprehension. Metodenya
adalah deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta angkatan 2016 yang mengambil Mata Kuliah Penanganan Perkara
Konstitusi. Mahasiswa dipilih menggunakan teknik snowball.. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara wawancara dan observasi. Hasil penelitian menujukkan, jenis communication apprehension yang
muncul adalah trait apprehension, context, audience, situational. Communication apprehension terjadi
karena dua factor, yaitu faktor internal yang mencakup kurangnya kepercayaan diri mahasiswa, dan
faktor eksternal yang meliputi mahasiswa merasa sedang dievaluasi, tekanan dan waktu.
Kata Kunci: Communication Apprehension , Peradilan Semu, Komunikasi Antarpribadi
Ketakutan itu berasal dari pengalaman Monica Pembicaraan yang tidak dapat dikontrol
pernah salah berbicara di saat peradilan semu batasannya akan menimbulkan ketakutan dan
sedang berjalan. Hal itu membuat Monica muncul rasa kurang percaya diri.
merasa kurang percaya diri sehingga blank saat
di peradilan semu. “Takut melebar dari apa yang
Hasil penelitian di atas selaras dengan sebenarnya diomongin. Itu sering
temuan penelitian Muslimin (2013) yaitu banget, ya memang karena aku
bagaimana apresiasi mahasiswa dalam menilai orangnnya disenggol dikit langsung
atau membandingkan dirinya dalam melebar kemana-mana, jadi takutnnya
memberikan bagian atau peran yang positif itu sih, sering gak fokus “.
terhadap perasaan takut berkomunikasi didepan
umum pada mahasiswa fakultas hukum. Dua dari empat informan
Sebagian informan merasakan takut mengungkapkan tekanan dan waktu
jika lawan bicara memiliki kemampuan mempengaruhi mereka dalam berkomunikasi.
berkomunikasi yang lebih baik dari dirinya dan Tekanan dan waktu merupakan faktor yang
pengetahuan lebih jauh. Dalam hal ini informan berkaitan dengan aturan peradilan semu.
merasa tidak percaya dengan kemampuan
dirinya sendiri. “Kalau peradilan semu itu timing nya
Hasil temuan dari penelitian harus pas dan pressure dari luar “
menunjukkan bahwa tidak percaya diri menjadi (Santi).
salah satu faktor munculnya ketakutan yang
dialami oleh mahasiswa Fakultas Hukum Menurut santi waktu dan tekanan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. sangat penting karena dalam peradilan semu
terdapat sistem pembelajaran yang sudah
“Saya takut karena saya kurang pede ditentukan oleh dosen terkait ketepatan waktu.
dan saya blank saat di sidang semu “ Hasil observasi pada peradilan semu,
(Nandhita). menunjukkan dosen memiliki otoritas waktu.
Saat waktu habis, dosen menghentikan sidang
Menurut Nandhita timbulnya rasa dengan cara menghentikan aktifitas peradilan
kurang percara diri karena kurangnya tingkat semu.
kemampuan berkomunikasi dan perasaan Hal yang sama juga dirasakan oleh
gugup, membuat dirinya semakin sulit Nandhita. Da mengatakan bahwa ia takut
mengontrol ketakutan yang timbul sebelum merasa tidak tepat dalam hal waktu. Nandhita
peradilan semu. Dari hasil observasi Nandhita menggungkapkan, ketepatan waktu sangat
terlihat gelisah. penting dalam peradilan semu untuk
Hal yang sama juga dirasakan oleh menjelaskan poin-poin yang akan disampaikan.
informan Mutia. Dia mengatakan bisa saja Jika waktu yang di butuhkan tidak cukup maka
materi yang ia sampaikan tidak jelas. ia harus menyaring poin-poin pembahasan
yang akan disampaikan.
“Kalo mau menggungkapkan misal Penelitian ini membahas jenis-jenis
ada materi yang benar-benar buat saya ketakutan berkomunikasi berdasarkan teori
sendiri tuh kurang atau kurang jelas, McCroskey, dan faktor-faktor penyebab
nah ketika mau tanya dosen atau mau mahasiswa merasakan ketakutan. McCroskey
tanya mahasiswa lain yang benar- mengatakan ketakutan berkomunikasi adalah
benar bisa jawab itu tuh emang ada tingkat ketakutan yang dialami oleh seseorang
rasa takut sih awalnya, soalnya saat berkomunikasi dengan orang lain.
takutnya nanti kalo penjelasannya Biasanya muncul perasaan gelisah, karena
kurang dari saya atau kata-kata dihadapkan pada situasi yang memaksannya
kurang pas, sering terjadi kayak gitu untuk berkomunikasi (Kai-Tang Fan, 2017).
waktu perkuliahan “ (Mutia). Ketakutan berkomunikasi dapat terjadi
di berbagai situasi, salah satunya adalah
Berbeda halnya dengan Santi, meski ketakutan berkomunikasi yang dirasakan oleh
sama-sama tidak percaya diri, dia mahasiswa terjadi dalam melakukan peradilan
mengungkapkan bahwa ketidakpercayaan diri semu. McCroskey membagi jenis ketakutan
muncul karena ketidakfokusannya. berkomunikasi menjadi empat jenis.
Pertama, Trait merupakan ketakutan konteks waktu. Misalnya seseorang akan lebih
komunikasi serupa dengan sifat yang sering mengalami ketakutan berkomunikasi
dipandang sebagai adaptasi tipe jenis pada saat dirinya melakukan komunikasi public
kepribadian yang relatif stabil memiliki jangka speaking, berbeda dengan seseorang yang
waktu yang lebih lama atau tidak mudah melakukan komunikasi dalam lingkup
berubah diberbagai situasi seperti saat kelompok. Situasi tersebut dapat merubah
melakukan komunikasi di depan umum, tingkat komunikasi yang dirasakan oleh
berkomunikasi antarkelompok, dan saat seseorang tergantung dengan situasi yang
perkuliahan (Sundary N. Rajagopal, 2017). sedang mereka alami saat itu (Muslimin, 2013).
Berdasarkan hasil temuan penelitian, Seseorang yang melakukan public speaking
trait hanya terjadi pada beberapa orang. harus menghadapi pendengar dengan jumlah
Mahasiswa sudah paham mengenai sistem yang relatif lebih banyak dari jumlah kelompok
peradilan semu karena sudah mengambil dengan topik yang berkelanjutan (Nova Ayu
matakuliah penanganan perkara dan mahasiswa Widyanigrum Suhartono, 2017).
sudah melakukan peradilan semu di matakuliah Temuan penelitian menunjukkan
sebelumnya seperti dimata kuliah Hukum sebagian informan mengatakan, pengalaman
Acara, sehingga mahasiswa sudah memiliki organisasi adalah hal yang penting bagi
pengalaman, seperti sudah mengetahui mahasiswa untuk mengasah minat dan bakat.
sistematika, teori-teori hukum, pondasi hukum Ada beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa yang
dalam peradilan semu dan apa saja yang harus berfungsi untuk menampung minat para
mereka lakukan sesuai dengan peran masing- mahasiswa dan melatih mahasiswa untuk
masing. bersosialisasi dengan orang lain melalui
Namun, masih ada beberapa berbagai kegiatan organisasi. Iinforman yang
mahasiswa tetap mengalami ketakutan karena mengikuti organisasi, Santi dan Nandhita tidak
pada dasarnya beberapa mahasiswa memiliki mengalami masalah dalam berkomunikasi.
sifat penakut yang susah untuk dihilangkan Santi mengikuti organisasi Badan Eksekutif
walaupun mereka juga sudah melakukan Mahasiswa selama dua tahun, dan Nandhita
peradilan semu di mata kuliah sebelumnya mengituti sebuah organisasi selama satu tahun.
seperti mahasiswa lainnya. Organisasi menjadi salah satu wadah
Mahasiswa merupakan lingkaran anak mahasiswa untuk melatih cara berkomunikasi
muda, berumur 19-28 tahun. Dalam usia dengan orang lain. Organisasi menjadikan
tersebut mahasiswa mengalami pergantian dari seseorang memiliki kemampuan penyelesaian
remaja menuju tahap dewasa sehingga pencapaian yang terkait dengan tujuan pribadi
mahasiswa tidak lagi mengalami ketakutan mahasiswa, seperti mengurangi tingkat
berkomunikasi, karena mahasiswa adalah ketakutan berkomunikasi yang sering dialami
manusia dewasa dan mahasiswa dituntut mahasiswa saat melakukan public speaking.
memiliki kemampuan berkomunikasi yang Hal tersebut akan sulit dilakukan jika tidak ada
baik karena ked epannya mahasiswa akan keterlibatan organisasi di dalamnya, sebab
selalu berhubungan dengan individu lain dalam sebuah upaya memenuhi proses tersebut
maupun dengan masyarakat dalam lingkup tidak dapat dilakukan seorang diri. Diperlukan
pekerjaan (Yeni Anggraini, 2017). peran orang lain untuk mendukung proses
Dapat diartikan, mahasiswa merupakan berlatih komunikasi atau mewujudkan tujuan
individu yang memasuki masa belajar di pribadi melalui sebuah organisasi di fakultas
perguruan tinggi sebelum masuk ke dalam atau di luar fakultas (Bukhori, 2016).
dunia pekerjaan yang menetap. Sistem Ketiga, Audience. Beberapa orang
pembelajaran pendidikan di perguruan tinggi mengalami ketakutan berkomunikasi ketika
menuntut mahasiswa untuk berperan aktif bertemu dengan lawan bicara dengan tipe-tipe
dalam pembelajaran, tujuannya untuk melatih tertentu, tanpa memperhatikan waktu dan
mahasiswa agar memiliki kemampuan lingkungan. Orang-orang tertentu yang
berkomunikasi yang lebih baik sehingga memiliki sifat tertentu akan memicu timbulnya
mahasiswa siap untuk menghadapi dunia ketakutan. Berdasarkan hasil temuan
pekerjaan yang nyata sebagai penegak hukum penelitian, perbedaan usia menjadi akar
(Yeni Anggraini, 2017) . munculnya ketakutan. Hal ini berkaitan dengan
Kedua, Context yaitu jenis ketakutan informan yang cenderung menghormati
seseorang yang cenderung stabil terhadap seseorang dengan usia yang lebih tua dan lebih
berpengaruh dalam sebuah komunikasi yaitu Mahasiswa yang berperan sebagai komunikator
dosen. Selain itu perbedaan status antara dosen dalam ruang peradilan semu, sebagian
dan mahasiswa juga dapat memicu timbulnya informan yang mengalami ketakutan
ketakutan. Seseorang yang merasa rendah diri berkomunikasi dapat menyebabkan sebuah
mengalami kesulitan untuk menyampaikan diskusi kurang efektif karena tidak dapat
gagasan atau ide yang ada dalam pikirannya memberikan informasi dengan benar dan
(Wahyuni, 2014). kurang lengkap, sehingga menyebabkan respon
Faktor usia dan status tentunya negatif dari khalayak seperti respon yang
dipengaruhi oleh pola budaya yang ada di suatu diberikan oleh dosen yang bersangkutan
daerah yang dipercaya oleh masyarakat dan itu (Aryadillah, 2017).
menjadi sebuah kebiasaan atau tradisi yang Peran dosen dalam ruang peradilan
harus dilakukan oleh masyarakat. Budaya semu sangat penting. Dosen sangat
merupakan konsep pengetahuan, nilai, sikap, berpengaruh terhadap nilai yang akan diberikan
peranan yang dipercayai atau dikembangkan untuk mahasiswa serta memberikan saran yang
dari satu generasi ke generasi lainnya melalui positif untuk mahasiswa agar mahasiswa lebih
pembelajaran nilai dan norma budaya yang memahami materi atau pembahasan yang
dipercayai oleh sekelompok besar masyarakat didiskusikan sesuai dengan peran masing-
dengan kepercayaan adat dan istiadat budaya di masing.
suatu daerah (Khoiruddin Muchtar, 2016). Berdasarkan hasil temuan penelitian,
Budaya jawa identik dengan orang- informan cenderung menerima respon negatif
orang yang halus tutur katanya dalam maupun positif yang diberikan oleh audience.
berkomunikasi, berperilaku sopan santun Misalnya, mahasiswa menerima masukkan dari
dengan individu yang lebih tua. Sehingga dosen dan mencari solusi dari sebuah
dalam situasi perkuliahan mahasiswa lebih permasalahan yang terjadi dalam kasus yang
menghormati seseorang orang lebih tua atau didiskusikan oleh mahasiswa sesuai dengan
orang-orang yang memiliki status lebih tinggi peran masing-masing mahasiswa yang mereka
darinya. Ciri khas ini menjadi salah satu perankan dalam peradilan semu sebagai
identitas yang membedakan budaya jawa penegak hukum.
dengan budaya lainnya (Ronald, 2014). Berdasarkan temuan penelitian, ada
Bagi mahasiswa yang berasal dari dua factor penyebab munculnya ketakutan
daerah yang berbeda mereka membentuk berkomunikasi yaitu faktor internal dan
budaya sebagai adaptasi untuk mengatasi eksternal. Pertama, faktor internal, berasal dari
tekanan lingkugan atau bertahan dalam sebuah individu yang tidak percaya diri, disebabkan
kelompok, mahasiswa berperilaku sesuai kurang pengetahuan dan kemampuan
dengan adat dan pengetahuan menyesuaikan berkomunikasi. Seseorang cenderung kurang
dengan dimana mereka tinggal. percaya diri dan memunculkan ketakutan
Suatu budaya memberikan peraturan karena menghadapi orang lain yang memiliki
dalam berperilaku seperti saat berkomunikasi pengetahuan lebih daripada dirinya (Muslimin,
dengan orang lain dilihat dari status yang 2013).
berbeda. Budaya menentukan perilaku Mahasiswa yang memiliki
mahasiswa dengan dosen saat berkomunikasi kepercayaan diri kurang memadai, membuat
dalam proses pembelajaran. Mahasiswa tidak ketakutan itu terjadi pada diri mereka saat
terlepas dari budaya tempat mereka tinggal. berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
Menjaga kesopanan dalam bersikap seperti peradilan semu, mahasiswa yang kurang
pada saat mahasiswa menyampaikan pendapat percaya diri akan menganggap lawan bicaranya
di forum diskusi, mahasiswa harus sesama mahasiswa jauh lebih pintar dari pada
memperhatikan bagaimana seharusnya dirinya sehingga mahasiswa dengan tingkat
mahasiswa bersikap, kesopanan dalam kepercayaan diri rendah lebih memilih diam
berbicara atau bertutur kata, tata krama kepada atau bicara secukupnya dalam forum diskusi
orang yang lebih berpengaruh atau orang yang yang berlangsung dalam peradilan semu.
lebih tua dari dirinya (Khoiruddin Muchtar, Faktor ketakutan berkomunikasi yang
2016). disebabkan adanya tingkat kepercayaan diri
Keempat, Situational. Ketakutan yang rendah tentunya akan mempengaruhi
yang timbul ketika seseorang mendapat proses pembelajaran dalam peradilan semu
perhatian atau respon dari orang lain. sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif