TEORI
KOMUNIKASI
3 SKS
Prinsip dasar Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi ini dinilai paling efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
Komunikasi antar pribadi bersifat dialogis, artinya arus balik terjadi langsung. Komunikator
dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti
apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak.
Trenholm dan Jansen ( 2014 : 34) mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai
komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka. Nama lain dari
komunikasi ini adalah diadik ( dyadic ). Komunikasi diadik biasanya bersifat spontan dan
informal. Patisipan satu dengan yang lain saling menerima umpan balik secara maksimal.
Partisipan berperan secara fleksibel sebagai pengirim dan penerima
4. Rasa positif (Positiveness), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya,
mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi
kondusif untuk interaksi yang efektif.
Judy C. Pearson (2013) menyebutkan enam karakteristik komunikasi antar pribadi adalah
sebagai berikut :
2.Komunikasi antar pribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi
Komunikasi antar pribadi dimaksudkan tidak hanya berkaitan dengan isi pesan yang
menjadi media tukar, tetapi juga melibatkan siapa yang menjadi komunikan serta
bagaimana hubungan kita dengan komunikan tersebut.
3. Komunikasi antar pribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang
berkomunikasi
Transaksional yang menjadi sifat komunikasi antar pribadi mengacu pada tindakan dari
pihak-pihak yang berkomunikasi. Mereka secara serempak menyampaikan dan menerima
pesan.
5.Komunikasi antar pribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan
lainnya.
Perlu adanya timbal balik yang berkaitan mengenai topik yang dibicarakan. Apalagi topik
berbeda, akan terjadi kesenjangan dalam berkomunikasi dan menimbulkan keheningan
serta salah pemahaman antara komunikator dan komunikan. Oleh karena itu, peran
pesan menjadi sangat penting.
7.Proses penyampaian pesan yang terjadi saat komunikasi antar pribadi berlangsung tidak
dapat diubah atau diulang kembali.
5. Komunikasi interpersonal merujuk pada isi dan hubungan diantara para partisipan.
6.Komunikasi interpersonal adalah dapat diberi tanda atau ditandai karenanya setiap orang
memisahkan bagian-bagian komunikasi ke dalam stimuli atau rangsangan dan respon
terhadap perspektif dasar yang dimiliki oleh masing-masing partisipan.
7.Komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari, tidak dapat diulang, dan tidak dapat diubah.
Ketika berada dalam sebuah situasi interpersonal, kita tidak dapat tidak
berkomunikasi, dan kita tidak dapat mengulang secara tepat sebuah pesan secara
spesifik.
Komunikasi Antar Pribadi yang terjadi antar individu memiliki beberapa tujuan, antara lain :
Menurut Joseph A. DeVito (2013 : 8-16), dalam komunikasi interpersonal terdapat beberapa
unsur atau elemen penting, yaitu :
Sumber-Penerima
Pesan (Message)
Pesan merupakan sinyal yang dipandang sebagai stimuli atau rangsangan bagi penerima
pesan dan diterima oleh salah satu indera manusia atau kombinasi dari beberapa indera
manusia. Pesan dapat berbentuk verbal maupun non verbal.
Encoding-Decoding
Yang dimaksud dengan encoding adalah tindakan memproduksi pesan seperti menulis dan
berbicara. Sementara itu, yang dimaksud dengan decoding adalah tindakan memahami
pesan seperti mendengar atau membaca.
Media ( Channel )
Yang dimaksud dengan channel adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
yang menghubungkan sumber dan penerima.
Gangguan ( Noise)
Gangguan atau noise adalah segala sesuatu yang mendistorsi sebuah pesan. Atau hal-hal
yang mencegah penerima menerima sebuah pesan. Gangguan atau noise dalam suatu
komunikasi dapat juga disebut sebagai hambatan-hambatan komunikasi. Terdapat
beberapa jenis gangguan, yaitu gangguan semantik, gangguan fisiologis, gangguan
psikologis, gangguan intelektual, dan gangguan lingkungan.
Konteks (Context)
Etika (Ethics)
Dalam berkomunikasi harus memiliki etika yang baik, seperti menggunakan kata-kata
sopan, berbicara dengan nada yang tepat, menghargai pendapat orang lain serta
mendengarkan saat orang lain berbicara.
KONSEP DIRI
Konsep diri adalah jawaban-jawaban seseorang atas pertanyaan "siapa?". Aspek yang
paling penting dari kita adalah diri kita sendiri, dimana kita mengetahui siapa kita, apa jenis
kelamin kita, apa yang kita rasakan dan memori apa yang telah kita alami, dan sebagainya.
Seorang ilmuwan neurosains menyatakan bahwa ada sebuah bagian syaraf yang terietak di
celah antara kedua hemisfer otak kita tepat dibelakang mata, yang nampaknya membantu kita
untuk tetap memiliki kesadaran akan diri kita sendiri. Bagian ini disebut sebagai "korteks
Konsep diri individu yang didefinisikan sebagai emosi, nilai serta pikiran yang diyakini
individu ada di dalam dirinya. Konsep diri (self concept) merupakan seperangkat perspektif
yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Peranan, talenta, keadaan emosi, nilai,
keterampilan dan keterbatasan sosial, intelektualitas, dan seterusnya yang membentuk
konsep diri (West dan Turner,2011). Hughes, Galbraith dan White juga mengatakan bahwa
konsep diri merupakan deskripsi mengenai diri sendiri yang juga mengandung evaluasi
terhadap diri. Hal tersebut berkaitan pula dengan self esteem (harga diri) dari individu.
Baron, Byrne dan Branscombe (dikutip dari Sarwono dan Meinarno, 2010) mendefinisikan
self esteem merupakan proses evaluasi yang dilakukan terhadap diri sendiri yang
menunjukkan seluruh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri. Kemudian, untuk mengetahui
konsep diri yang ada di dalam diri individu, individu melakukan proses self awareness
(kesadaran diri). Dayakisni dan Hudaniah mendefinisikan self awareness merupakan proses di
mana individu mengarahkan perhatian kepada dirinya untuk mengetahui konsep diri yang ada
di dalam dirinya. Ditambahkan pula oleh Steven, Susan dan Ivy (2010) mengenai komponen
dari konsep diri, yaitu attitude, beliefs dan values.
Attitudes didefinisikan sebagai respon individu pada hal yang disukai dan tidak disukai,
misalnya sikap seseorang yang tenang ketika menghadapi masalah di dalam pekerjaan.
Kemudian, beliefs didefinisikan merupakan penerimaan akan sesuatu yang dianggap benar
oleh seseorang atau persetujuan terhadap ide/pernyataan tertentu. Sarwono dan Meinarno
(2010) mendefinisikan values sebagai pedoman yang menunjukkan yang baik dan tidak baik
sehingga mengarahkan individu dalam bertindak, misalnya keadilan dan kejujuran.
Berdasarkan asumsi pada teori interaksionisme simbolik, konsep diri berkembang melalui
interaksi dengan orang lain. Lebih lanjut, Steven, Susan dan Ivy (2010) menjelaskan mengenai
hal-hal yang merupakan bagian dari interaksi yang membentuk konsep diri, yaitu komunikasi,
association with groups dan peran individu. Hal yang pertama adalah komunikasi, yaitu proses
interaksi sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan.
Teori Konsep Diri Rogers (2013) menggunakan pendekatan yang berpusat pada diri dan
menekankan pada adanya keunikan serta kebebasan dalam bertingkahlaku, sebagaimana
2. Persepsi yang dimaksud diatas lebih bersifat “phenomenological” dari pada real atau
nyata.
3. Konsep diri merupakan suatu persepsi dan suatu konsep yang meliputi nilai-nilai yang
ditanamkan dari pola kebudayaan.
5. Konsep diri relatif konsisten sepanjang waktu dan situasi, dan menghasilkan pola
tingkah laku yang relative konsisten pula.
Diri sekalipun tidak secara langsung mempengaruhi tingkah laku juga berfungsi sebagai
objek dari sikap serta perasaan-perasaan, sekalipun ini berfungsi sebagai proses yang
mengarahkan dan membangun tingkah laku. Rogers memandang sifat dasar manusia pada
pokoknya adalah positif, pada dasarnya adalah bergerak kearah kedewasaan, sosialisasi dan
aktualisasi diri. Pandangan positif tentang manusia ini menolak Freud dengan mengemukakan
pendapatnya bahwa “…kadang-kadang orang akan bersifat irrasional dalam batinnya, namun
pada saat-saat seperti itu dia sedang neurotic…(Rogers:2013).
Pada keadaannya seperti ini manusia sedikit sekali berfungsi sebagai makhluk yang
sepenuhnya manusiawi. Ketika manusia berfungsi dengan bebasnya, ia terbuka terhadap
pengalaman, dan bebas bertindak didalam cara positif, dapat dipercaya dan konstruktif.
2019 Teori Komunikasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Cindya Yunita.P, M.I.Kom 0855 1485 359 http://www.undira.ac.id
Rogers tidak menganggap dorongan-dorongan destruktif sudah menjadi sifat tetapi
menetapkan suatu pertumbuhan yang alamiah menuju suatu kepribadian yang sehat,
mengaktualisasi diri, dan menyadari dirinya.
Perubahan merupakan hasil dari pendewasaan dan belajar dan arah perubahan
merupakan gerakan menuju “diri yang sebenarnya”. Diri yang sebenarnya ini bukanlah
merupakan keberadaan tanpa tegangan yang statis karena perubahan-perubahan dan
pertumbuhan seperti itu menyingkap kemungkinan lebih lanjut tentang akan menjadi apa
seseorang sesungguhnya.
Rogers juga menekankan akan adanya prinsip konsistensi dan kesesuaian antara diri dan
pengalaman. Individu akan berusaha untuk berada dalam kondisi yang sesuai antara diri dan
pengalaman serta diri idealnya. Konsep diri merupakan predisposisi untuk bertingkah laku.
Sikap yang dihasilkan melalui proses persepsi terhadap diri akan memberi pengaruh pada
seseorang dalam memandang dan menilai dunia sekelilingnya, dan berdasarkan penilaian
inilah seseorang akan bertingkah laku.
Rogers membedakan konsep diri menjadi dua kutub yang berlainan satu dengan lainnya,
yaitu konsep diri positif dan konsep diri negative. Konsep Diri Positif Individu yang memiliki
konsep diri positif artinya ia memandang dirinya secara positif. Ia merasa bahwa dirinya
berharga, disukai dan diterima. Ia akan menjadi lebih percaya diri dan ini akan membantunya
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar dirinya. Inti dari konsep diri yang
positif ini adalah bahwa ia menerima keberadaan dirinya. Dan penerimaan ini lebih mungkin
mengarah pada kerendahan hati dan kedermawanan diri pada keangkuhan dan keegoisan.
Orang dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang
bermacam-macam tentang dirinya sendiri.
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang yang memiliki konsep diri yang
positif, yaitu:
Konsep Diri Negatif Individu yang memiliki konsep diri negatif artinya ia memandang
dirinya secara rendah, ditolak, dan ia sendiri juga menjadi kurang bisa menerima dirinya.
Dalam hubungannya dengan lingkungan sosial di luar diri, individu dengan konsep diri yang
negatif akan lebih tergantung dan mempengaruhi oleh lingkungan di luar dirinya. Konsistensi
tingkah lakunya juga akan menjadi lebih rendah dan sangat bergantung kepada harapan
diluar lingkungan di luar dirinya.
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang yang memiliki konsep diri yang
negative, yaitu:
1. Menjadi sangat sensitive terhadap kritik, karena kritik menjadi penguat bagi perasaan
inferiornya .
2. Sikap terlalu mengkritik orang lain sebagai usaha untuk menutupi gambaran diri yang
sebenarnya karena dengan demikian berusaha mengarahkan perhatian pada orang
lain dan bukan pada dirinya.
3. Kegagalan yang dialaminya akan diproyeksikan pada orang lain sehingga kekurangan
diri dapat dihindari.
5. Kurang memiliki minat dalam berkompetisi, dan cenderung menjaga jarak dalam
lingkungan sosialnya.
Konsep diri dapat juga berkaitan dengan anxiety atau kecemasan. Individu dengan
konsep diri yang negatif cenderung akan lebih mudah mengalami kecemasan melalui cara:
3. Adanya kebutuhan yang berlebihan akan pengakuan dari luar diri, membuat seseorang
cenderung tampil berpura-pura, tampil berdasarkan harapan lingkungan bukan sebagai
dirinya. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan yang pada akhirnya membuat cemas.
4. Perasaan tidak berharga, menghasilkan adanya isolasi, baik secara fisik maupun
emosional dengan orang lain. Ia akan menjadi kesepian, senantiasa terancam dan
terisolisir.
Littlejohn, Stephen W & Karen A Foss. 2011. Theories Of Human Communication Nineth
Edition. Belmont: Thompson Wadsworth Publishing Company
West, Richard & Lynn H.Turner. 2010.Pengantar Teori Komunikasi analisis dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Humanika