LANDASAN TEORI
Sampai saat ini masih banyak suku atau daerah di Indonesia yang tetap
mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai-nilai budaya yang
mulai tergeser oleh budaya modernisasi. Rumah adat tertentu biasanya dijadikan
sebagai auala (tempat pertemuan), musium atau dibiarkan begitu saja sebagai objek
wisata. (Pramono, 2013)
AR pada dasarnya merupakan variasi lain dari realitas virtual. Teknologi realitas
virtual membenamkan user secara penuh dengan lingkungan sintetis, pada saat masuk
kedalam dunia buatan itu, user tidak dapat mengenali lingkungan nyata disekitarnya.
Namun AR tidak memisahkan yang nyata dengan virtual, namun menggabungkan
keduanya pada ruang yang sama. Selain menambahkan benda virtual dalam
lingkungan nyata, AR juga berpotensi menghilangkan benda-benda yang sudah ada.
Menambah sebuah lapisan gambar maya dimungkinkan untuk menghilangkan atau
menyembunyikan lingkungan nyata dari penglihatan user. Misalnya, untuk
menyembunyikan sebuah kursi dalam lingkungan nyata, perlu digambarkan lapisan
representasi tembok dan lantai kosong yang diletakkan diatas gambar kursi nyata,
sehingga menutupi kursi nyata dari pandangan user. (Milgram et al, 1994)
Pada Gambar 2.1, Milgram et al menjelaskan ada bagian celah yang menjadi
pemisah antara lingkungan nyata dan lingkungan virtual. Diantara kedua lingkungan
itu terdapat dua bagian yang menjadi jembatan yang memiliki bentuk yang berbeda.
Dua bagian itu adalah Augmented Reality dan Augmented Virtuality. Posisi kedua
bagian tersebut berbeda untuk Augmented Reality yang lebih dekat kepada lingkungan
nyata, sedangkan Augmented Virtuality yang lebih dekat kepada lingkungan virtual.
Bagian kiri adalah lingkungan nyata yang terdapat benda – benda nyata,
sedangkan pada bagian kanan adalah lingkungan virtual yang terdapat benda – benda
tidak nyata seperti lingkungan yang terdapat pada film animasi 3D maupun 2D. Pada
bagian Augmented Reality, lingkungan bersifat nyata dan benda bersifat virtual,
sedangkan pada bagian Augmented Virtuality benda bersifat nyata dan lingkungan
bersifat virtual. Pengelompokan Augmented Reality dan Augmented Virtuality sering
disebut sebagai Mixed Reality karena Augmented Reality dan Augmented Virtuality
merupakan gabungan dari lingkungan nyata dan lingkungan virtual. (Milgram et al,
1994)
Gambar 2.2. Pembentukan objek Virtual pada sistem display AR (Bimber &
Raskar, 2005)
2.3. Marker
Augmented Reality membutuhkan suatu marker untuk dikenali agar dapat menentukan
bagaimana dan dimana objek tambahan itu akan ditampilkan. Mengacu pada hal ini,
Augmented Reality dibagi kedalam 2 jenis yaitu Marker-based tracking dan Marker-
less tracking. (Johnson et al, 2010)
2.4. Vuforia
Qualcomm AR SDK Vuforia (QCAR SDK) memanggil perangkat kamera secara live
streaming. Kemudian akan menganalisa video dengan deteksi marker dan
memberikan informasi spasial 3D dari marker yang terdeteksi melalui API.
Programmer dapat menggunakan informasi tersebut untuk memanggil objek 3D
virtual yang tepat untuk dimunculkan di kamera. Hasilnya, benda virtual akan
dicampur ke dalam lingkungan nyata secara real-time. (Lyu, 2012)
Vuforia menawarkan menggunakan komponen yang melakukan peran augmented
reality saat berinteraksi bersama-sama secara lebih mudah. Misalnya, SDK
menawarkan komponen ARCamera. Komponen ARCamera otomatis akan memanggil
kamera dari perangkat dan menampilkannya untuk digunakan. Hal ini juga akan
mendeteksi objek trackable. ARCamera akan menanggapi user tanpa bantuan
langsung dari pengembang. Ini menyederhanakan proses menciptakan pengalaman
augmented reality. (Cushnan & El Habbak, 2013)
Beberapa kemampuan Vuforia yaitu (Ibanez & Figueras, 2013) :
1. Image Target
Image Target adalah gambar yang dapat dideteksi dan dilacak Vuforia SDK.
Gambar ini daerah warnanya tidak perlu hitam dan putih atau kode untuk
diketahui. Vuforia SDK menggunakan satu set algoritma untuk mendeteksi dan
melacak fitur yang dihadirkan menjadi gambar yang diketahui dengan
membandingkan fitur ini terhadap objek pada database. Setelah terdeteksi,
Vuforia akan melacak gambar selama dalam pandangan kamera. Image Target
ini yang akan menjadi marker.
2. Virtual Button
Virtual Button adalah daerah persegi panjang yang telah didefinisikan oleh
pengembang pada Image Target yang bila disentuh atau ditutup dalam
tampilan kamera, akan memicu suatu event. Virtual Button dapat digunakan
untuk melaksanakan event seperti tombol (button) atau untuk mendeteksi jika
suatu daerah tertentu ditutupi oleh suatu objek. Virtual Button hanya bisa aktif
jika area tombol pada di tampilan kamera. Pada Gambar 2.5 terlihat user
sedang menekan marker yang memiliki Virtual Button untuk memicu suatu
event.
2.6. Unity 3D
Unity merupakan game engine cross-platform yang dibuat oleh Unity Technologies.
Game engine nya dibangun IDE dan kemampuan untuk dibuat ke berbagai platform.
Lebih dari satu juta pengembang, sampai saat ini membuat game terkenal
menggunakan Unity. Hal ini dirancang untuk kemudahan user dan produktivitas yang
tinggi. Dan karena cara belajar yang relatif mudah dan menawarkan versi gratis,
mendorong beberapa sekolah untuk mengajarkan Unity sebagai pengantar untuk
pengembangan game. (Cushnan & El Habbak, 2013)
Kekuatan terbesar Unity adalah kemampuannya untuk dibuat pada sejumlah besar
platform dengan mudah. Unity dapat dibuat untuk membuat game pada Windows, OS
X, iOS, Android, Web Plugin, Flash, Xbox 360, PlayStation 3, dan Wii U. Membuka
banyak peluang ketika mengembangkan menggunakan Unity. Unity memungkinkan
user untuk memilih dari tiga bahasa untuk menulis bahasa pemrograman. Bahasa yang
tersedia adalah JavaScript, C #, atau Boo. Unity menggunakan MonoDevelop untuk
debugging. Dalam proyek game yang sama, kombinasi script menggunakan bahasa
yang berbeda diperbolehkan, meskipun dianjurkan untuk hanya menggunakan satu
bahasa di seluruh proyek untuk menghindari konflik dan menjadi lebih mudah untuk
dibaca dan dipahami. (Cushnan & El Habbak, 2013)
2.7. Android
Android adalah sistem operasi mobile dan platform yang didasari oleh Linux kernel
versi 2.6 dan tersedia secara bebas untuk penggunaan commercial ataupun non-
commercial dan bersifat open source.
Saat kita ingin membuat game menggunakan android, platform pada android
memiliki beberapa kemudahan (James, 2013), yaitu:
1. Android adalah open platform, yang artinya android tidak membatasi apa yang
kita bisa akses atau apa yang bisa kita lakukan.
2. Android adalah mobile platform yang paling cepat berkembang, yang artinya
lebih banyak orang yang akan mengunduh dan memainkan game kita.
pembuatan desain furnitur, konstruksi, maupun desain interior. 3Ds Max juga sering
digunakan dalam pembuatan animasi dan film kartun. (Pranowo, 2010)
3Ds Max dilengkapi bahasa MaxScript yang digunakan untuk membuat game 3
dimensi, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Dengan kemampuan
tersebut, banyak orang memanfaatkan 3Ds Max untuk membuat desain atau iklan
sebagai media publikasi produk ataupun karya sendiri kepada publik. 3Ds Max
memungkinkan user untuk membuat tampilan 3 dimensi yang menarik. (Pranowo,
2010)
mengenai rumah adat nya. Selain itu pada penelitian ini digunakan marker multi
warna dan tidak memakai marker hitam putih.
Chen et al (2009), melakukan penelitian dengan judul Applying Augmented
Reality To Visualize The History Of Traditional Architecture In Taiwan. Membuat
3D objek dari Yang Ancestral Hall di Jidung, Taiwan dengan 5 bentuk yang berbeda
dan dengan menggunakan fiducial marker. Memberikan informasi struktur bangunan
untuk memvisulisasikan bangunan tradisional bersejarah yang ada di Taiwan.
Perbedaan dalam penelitian ini adalah akan dibuat menggunakan adalah library
Vuforia yang mendeteksian marker menggunakan Markerless User-Defined Target.
Artinya, pengguna dapat memilih sendiri objek yang akan dijadikannya sebagai
marker, contohnya seperti majalah, buku, kertas bergambar, dan lainnya. Saat berhasil
menampilkan objek 3D, pengguna dapat memunculkan dan menghilangkan informasi
mengenai rumah adat tersebut. Rangkuman dari penelitian terdahulu mengenai
perancangan permainan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu