Anda di halaman 1dari 33

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

a. Perkembangan Psikologi

1) Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Jahja,

2012: 28). Menurut F.J. Monks dkk. (Desmita, 2009: 4), Perkembangan

adalah suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat

diulang kembali atau perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat

diputar kembali.

Adapun menurut Van den Daele (Harlock, tanpa tahun: 2)

perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada

tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang,

melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang

kompleks. Perkembangan (development) adalah serangkaian perubahan

yang bergerak maju dalam pola yang terukur sebagai hasil interaksi

antara faktor biologis dan lingkungan (Salkind, 2009: 4).

Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan,

yang berlanjut sepanjang rentang hidup dengan melibatkan

pertumbuhan dan penuaan (Santrock, tanpa tahun: 4).

10
11

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan

adalah proses perubahan seseorang baik dalam kemampuan atau fungsi

tubuh yang tidak dapat diputar kembali atau bersifat tetap dan

prosesnya berhubungan dengan lingkungan yang ada disekitarnya.

2) Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche yang artinya jiwa,

dan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi, secara etimologi psikologi

berarti ilmu yang mempealajari tentang jiwa, baik mengenai gejala,

proses maupun latar belakangnya (Syah, 2016: 7).

Psikologi diartikan sebagai kajian saintifik tentang tingkah laku

dan proses mental organisme. Tiga ide penting dalam definisi ini ialah

saintifik, tingkah laku, dan proses mental (Jahja, 2012: 7). Psikologi

berasal dari kata psyche dan logos yang berarti jiwa dan ilmu. Psikologi

adalah ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang perbuatan dan

tingkah laku manusia (Zulkifli, 2012: 4).

Menurut Gleitman (Syah, 2010: 8), psikologi adalah ilmu

pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan

cara melakukan sesuatu, dan juga memahami cara makhluk tersebut

berfikir dan berperasaan. Menurut Poerbakawatja dan Harahap dalam

Ensiklopedia Pendidikan (Syah, 2010: 9), psikologi adalah ilmu

pengetahuan yang mengadakan pendidikan atas gejala-gejala dan

kegiatan jiwa tersebut meliputi respons organisme dan hubungannya


12

dengan lingkungan. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah

laku manusia dan proses mental (Desmita, 2012: 2). Menurut

Feldelman (Desmita, 2012: 2), tingkah laku adalah segala sesuatu yang

dilakukan oleh suatu organisme yang dapat diamati dan direkam,

seperti berteriak, tersenyum, mengedipkan mata, berbicara, dan

bertanya.

Psikologi adalah tingkah laku manusia, yakni tingkah laku

mansuaia dengan lingkungan sekitarnya. (Djamarah : 2011). Dari

beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah

ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan

proses mental manusia yang bersifat jasmaniah dan rohani dengan

lingkungan sekitarnya baik di dalam maupun di luar lingkungan

sekitarnya.

b. Ciri-ciri Psikologis

Ciri psikologis yang digunakan oleh Oswald Kroch (Desmita, 2012: 24),

yang dipandang terdapat pada anak-anak umumnya adalah pengalaman

keguncangan jiwa dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz atau sifat

keras kepala, atas dasar ciri-ciri psikologis membagi fase perkembangan

menjadi tiga, yaitu :

1) Fase anak awal : 0-3 tahun. Pada akhir fase ini terjadi trotz pertama,

yang ditandai dengan anak serba membantah atau menentang orang

lain. Hal ini disebabkan mulai timbulnya mulai timbulnya kesadaran


13

akan kemampuannya untuk berkemauan, sehingga ia ingin menguji

kemauannya itu.

2) Fase keserasian sekolah : umur 3-13 tahun. Pada akhir masa ini timbul

sifat trotz kedua, dimana anak mulai serba membantah lagi, suka

menentang kepada orang lain, terutama terhadap orangtuannya. Gejjala

ini sebenarnya merupakan gejala yang biasa, sebagai akibat kesadaran

fisiknya, sifat berfikir yang dirasa lebih maju daripada orang lain,

keyakinan yang dianggapnya benar dan sebagainya., tetapi yang

dirasakan sebagai keguncangan.

3) Fase kematangan : umur 13-21 tahun, yaitu mulai setelah berakhirnya

gejala-gejala trotz kedua. Anak mulai menyadari kekurangan-

kekurangan dan kelebihan-kelebihannya, yang dihadapi dengan sikap

yang sewajarnya. Ia mulai dapat mengahrgai pendapat orang lain,

karena menyadari orang lain pun mempunyai hak yang sama. Masa

inilah yang merupakan masa bangkitnya atau terbentuknya kepribadian

menuju kematangan.

c. Aspek-Aspek Perkembangan Psikologis

1) Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai sequence dari

perubahan berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi

makhluk sosial (Jahja, 2012: 60). Perkembangan sosial siswa adalah

proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota

masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain (Syah, 2012: 36).


14

Perkembangan sosial juga merupakan proses belajar untuk

menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan

tradisi; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling

berkomunikasi dan bekerja sama (Yusuf, 2011: 122).

Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan

emosional mengambil peranan penting. Sikap sosial secara umum

adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, saling

kebergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan

masyarakat. Sedangkan interaksi di kalangan manusia, interaksi adalah

komunikasi dengan manusia lain, hubungan yang menimbulkan

perasaan sosial yaitu perasaan yang meningkat individu dengan sesama

manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti saling tolong

menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan antipati, rasa

setia kawan, dan sebagainya. Pada usia anak, bentuk-bentuk tingkah

laku sosial adalah kerjasama, kemandirian, suka berbagi dan menolong

(Yusuf, 2011: 124).

2) Perkembangan Emosional

Emosi merupakan suatu keadaan pada diri organisme ataupun

individu pada suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan adanya

gradasi afektif mulai dari tingkatan yang kuat (mendalam), seperti tidak

terlalu kecewa dan sangat kecewa. Berbagai emosi dapat muncul dalam

diri seperti sedih, gembira, benci, cinta, marah. Emosi pada umumnya

berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, sehingga emosi berbeda


15

dengan mood. Mood atau suasana hati umumnya berlangsung dalam

waktu yang relatif lebih lama daripada emosi, tetapi intensitasnya

kurang apabila dibandingkan dengan emosi. Apabila seseorang

mengalami marah (emosi), maka kemarahan ini tidak segera hilang

begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam jiwa seseorang (ini

yang dimaksud dengan mood) (Jahja, 2012: 60) .

Adapun emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap

keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna afektif ini adalah

perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi

(menghayati) suatu situasi tertentu. Contohnya ada perasaan gembira,

sedih, putus asa, terkejut, benci (tidak senang), dan sebagainya (Yusuf,

2011: 115).

Desmita, 2009: 170 menjelaskan bahwa kecerdasan emosional

merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan

perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan

kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungan dengan orang lain.

Faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan emosi anak-

anak menurut Hurlock (Jahja, 2012: 60) perkembangan emosi mereka

bergantung pada faktor kematangan dan belajar.

3) Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi-entah itu lisan, tertulis

atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol


16

(Santrock, tanpa tahun: 357). Bahasa merupakan kemampuan untuk

berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa sangat erat kaitannya dengan

perkembangan berfikir individu. Perkembangan fikiran individu

tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk

pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.

Perkembanga fikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat

menyusun kalimat dua atau tiga kata (Yusuf, 2011: 120).

Perkembangan bahasa selama masa akhir anak-anak,

perkembangan bahasa terus berlanjut. Pembendaharaan kosa kata anak

meningkat dan cara anak-anak menggunakan kata dan kalimat

bertambah kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang dewasa. Dari

berbagai pelajaran yang diberikan di sekolah, bacaan, pembicaraan

dengan ank-anak lain, serta melalui radio dan televisi, anak-anak

menambah pembendaharaan kosa kata yang ia pergunakan dalam

percakapan dan tulisan (Desmita, 2009: 178). Menurut Seifert dan

Hoffnung (Desmita, 2009: 179), ketika anak masuk kelas satu sekolah

dasar pembendaharaan kosa katanya sekitar 20.000 hingga 24.000 kata.

Pada anak duduk di kelas enam, pembendaharaan kosa katanya

meningkat menjadi sekitar 50.000 kata. Dalam berbahasa, anak dituntut

untuk menuntaskan atau menguasai emapt tugas pokok yang satu sama

lainnya saling berkaitan yaitu pemahaman ucapan, kosakata, dan tata

bahasa (Yusuf, 2011: 119).


17

Menurut Santrock (Desmita, 2009: 179), peningkatan

kemampuan anak sekolah dasar dalam menganalisis kata-kata,

menolong mereka memahami kata-kata yang tidak berkaitan langsung

dengan pengalamn-pengalaman pribadinya. Ini memungkinkan anak

menambah kosa kata yang lebih abstak ke dalam pembendaharaan kata

mereka. Misalnya, “batu-batuan berharga” dapat dipahami melalui

pemahaman tentang ciri-ciri umum “berlian” atau “zamrud”.

4) Perkembangan Intelektual

Istilah “intelektual” menunjukkan kata benda intelek yang

berarti “cendikiawan” atau “cerdik pandai”. Inteletual juga

menunjukkan suatu aktivitas berfikir. Menurut kamus Webster New

World Dictionary of The American Language istilah intelect berarti

kecakapan untuk berfikir, mengamati atau mengerti, kecakapan untuk

mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan

sebagainya. Kecakapan mental yang besar, dan pikiran atau inteligensi

(Baharuddin, 2010: 113).

Kecerdasan adalah kemampuan menyelesaikan masalah dan

beradaptasi serta belajar dari pengalaman (Santrock, tanpa tahun : 317).

Adapun menurut Woolfolk (Yusuf, 2011: 106), intelegensi merupakan

satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan

pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi

dengan lingkungan. Menurut Piaget (Yusuf, 2011: 165), perkembangan


18

kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan

dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis.

Operasi adalah kegiatan-kegiatan yang yang diselesaikan secara

mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangya

representasional atau symbolic fuction yaitu kemampuan menggunakan

sesuatu untuk merepsresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan

menggunakan simbol (kata-kata, gestur/bahasa gerak, dan benda). Atau

semiotic fuction kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol

(bahasa, gambar, tanda/isyarat, benda, gesture, atau peristiwa) untuk

melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata atau peristiwa.

Melalui kemampuan tersebut, anak mampu berimajinasi atau berfantasi

tentai berbagai hal. Adapun perkembangan intelektual memiliki aspek

seperti keterampilan membaca, keterampilan menulis, dan

keterampilan berhitung (Wiyani dan Barnawi, 2012: 193).

5) Perkembanagn Spritual

Perkembangan agama pada masa anak terjadi melalui

pengalaman hidupnya sejak kecil (keluarga, sekolah, dan masyarakat).

Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama atau unsur agama,

maka sikap, tindakan, kelakuan, dan caranya menghendaki hidup akan

sesuai ajaran agama perkembangan agama anak adalah dari hasil

lingkungan yang berkembang karena ditentukan oleh pendidikan dan

pengalaman latar belakang (Baharuddin, 2010: 152). Pada usia ini anak
19

diajarkan do’a sehari-hari dan bacaan surat-surat pendek (Yusuf, 2011:

177).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

1) Faktor yang berasal dari dalam individu

a) Bakat atau pembawaan

Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu.

Bakat ini dapat diumpamakan sebagai bibit kesanggupan atau bibit

kemungkinan yang terkandung dalam diri anak. Setiap individu

memiliki bermaca-macam bakat sebagai pembawaanya. Bakat juga

didukung oleh pendidikan dan lingkungan yang memadai, sebab

bakat berarti kemungkinan, bukan berarti keharusan. Bakat atau

pembawaan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan individu.

b) Dorongan dan instink

Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia

melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedangkan

instink adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh

atau membisikan kepada manusia bagaimana cara-cara

melaksanakan dorongan batin. Instink juga merupakan sifat yang

dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan

tanpa didahului dengan latihan. Kemampuan instink merupakan

pembawaan sejak lahir., yang dalam psikologis kemampuan instink

ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat sesuatu dengan

tanpa melalui belajar.


20

2) Faktor yang berasal dari luar diri individu

a) Makanan

Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembanagn individu. Makanan merupakan faktor yang sangat

penting bagi pertumbuhan yang normal dari setiap individu. Dalam

rangka perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi sehat dan

kuat, perlu memperhatikan makanan itu sendiri. Makanan yang

banyak hanya akan mengenyangkan perut, tetapi gizi yang cukup

akan dapat menjamin pertumbuhan yang sempurna. Ditinjau dari

perspektif agama (islam), makanan yang mengandung gizi saja

belum cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,

melainakan harus disempurnakan dengan tingkat kehalalan dan

kebersihan makanan itu sendiri.

b) Ekonomi

Latar belakang ekonomi juga berpengaruh terhadap

perkembangan anak. Orangtua yang ekonominya lemah, yang tidak

sanggup memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya dengan baik,

sering kurang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan

anaknya. Sehingga menghambat pertumbuhan jasmani dan

perkembangan jiwa anak-anaknya.

c) Kedudukan anak dalam keluaraga

Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga juga

mempengaruhi perkembangannya. Bila anak itu merupakan anak


21

tunggal, biasanya perhatian orangtua tercurah kepadanya, sehingga

ia cenderung memiliki sifat sifat seperti manja, kurang bisa bergaul

dengan teman-teman sebayanya, menarik perhatian dengan cara

kekanak-kanakan. Sebaliknya, seorang anak yang mempunyai

banyak saudara, jelas orangtua akan sibuk membagi perhatian

terhadap saudara-saudaranya itu. Oleh sebab itu anak kedua, ketiga,

keempat, dan seterusnya dalam suatu keluarga menunjukkan

perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan anak yang

pertama. Hal ini dimungkinkan karena anak-anak yang lebih muda

akan banyak meniru dan belajar dari kakak-kakaknya.

3) Faktor umum

a) Intelegensi

Intelegensi merupakan salah satu faktor umum yang

mempengaruhi perkembangan anak. Tingkat intelegensi yang tinggi

erat kaitannya dengan kecepatan prkembangan. Sedangkan tingkat

intelegensi yang rendah erat kaitannya dengan kelambanan

perkembangannya. Dalam hal berbicara misalnya, anak yang cerdas

sudah bisa berbicara pada usia 11 bulan, anak yang rata-rata

kecerdasannya pada usia 16 bulan, bagi kecerdasannya yang sangat

rendah pada usia 34 bulan, sedangkan bagi anak-anak idiot baru bisa

bicara pada usia 52 bulan.

b) Jenis kelamin
22

Jenis kelamin juga memegang peranan yang penting dalam

perkembangan fisik dan mental seorang anak. Dalam hal anak yang

baru lahir, misalnya anak laki-laki sedikit lebih besar daripada anak

perempuan, tetapi anak perempuan kemudian tumbuh lebih cepat

daripada anak laki-laki.

c) Kesehatan

Kesehatan juga merupakan salah satu faktor umum yang

mempengaruhi perkembangan individu. Mereka yang kesehatan

mental dan fisiknya baik dan sempurna akan mengalami

perkembangan dan pertumbuhan yang memadai. Sebaliknya mereka

yang mengalami gangguan pada kesehatan baik secara fisik maupun

mental, perkembangan dan pertumbuhannya juga akan mengalami

hambatan (Desmita, 2012: 27-33).

e. Pendidikan Prasekolah

1) Pengertian

Pendidikan anak usia dini adalah periode pendidikan yang

sangat menentukan perkembangan dan arah masa depan seorang anak

sebab pendidikan yang dimulai dari usia ini akan membekas dengan

baik jika masa perkembangannya dilalui dengan suasan baik, harmonis,

serasi, dan menyenangkan. Pendidikan anak usia dini merupakan dasar

dari pendidikan anak selanjutnya yang penuh dengan tantangan dan

berbagai permasalahan yang dihadapi anak (Yamin, 2010: 3). Sujiono

dalam khadijah (2016: 34) mengungkapkan bahwa anak usia dini


23

adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dini

merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter

dan kepribadian anak.

Pendiidkan usia dini secara alamiah, perkembangan anak

berbeda-beda, baik intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kematangan

emosi, kepribadian, kemandirian, jasmani, dan soialnya. Perkembangan

otak menunjukkan bahwa jika anak dirangsang sejak dini, akan

ditemukan potensi-potensi yang unggul dalam dirinya. Setiap anak

unik, berbeda dan memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar yang

telah ada dalam dirinya untuk dapat berfikir kreatif dan produktif,

mandiri. Anak memerlukan pragram pendidikan yang mampu

membuka kapasitas tersembunyi tersebut melalui pembelajaran yang

bermakna sedini mungkin. Jika potensi pada diri anak tidak pernah

direalisasikan, berarti anak telah kehilangan kesempatan dan

momentum penting dalam hidupnya (Yamin, 2010: 2).

Taman kanak-kanak adalah pendidikan untuk anak usia

prasekolah, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan pendidikan,

pananaman nilai, sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 Taman kana-

kanak/Raudlatul Afhtal menyebutkan bahwa Taman kanak-kanak

adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal bagi anak usia empat smpai enam tahun.


24

Masa prasekolah merupakan masa untuk meletakkan dasar

pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognisi, bahasa,

sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan

nilai-nilai agama. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi dan stimulus yang

sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan

anak tercapai secara optimal Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-

Kanak adalah usaha atau kegiatan persiapan membaca dan menulis

permulaan serta berhitung. Usaha kegiatan tersebut dibatasi pada usaha

meletakkan dasr-dasar kesanggupan belajar membaca, berhitung dan

menulis. Sehingga diharapkan setelah mengikuti pembelajaran di

Taman Kanak-Kanak, ditingkat selanjutnya anak mempunyai

kesanggupan belajar membaca, menulis, dan berhitung tanpa banyak

mengalami kesulitan (Yulianti: 2010: 2-3).

Siswa TK memiliki karakteristis perkembangan, fisik, dan

perilaku yang serupa yang menandakan mereka adalah murid TK anak-

anak usia lima sampai enam tahun. Namun, pada saat yang sama,

mereka memiliki karakteristik yang menjadikan mereka individu-

individu yang unik. Perkembangan kognitif dan Bahasa pada siswa TK

memiliki kecerdasan dan perkembangan yang sangat pesat. Mereka

memiliki kapasitas besar untuk belajar kata-kata baru. TK yang dikenal

lima tahun yang lalu tidaklah sama dengan TK saat ini. TK sedang

dalam tahap perubahan dari program yang berfokus pada

perkembangan sosial dan emosi menjadi TK yang menekankan nilai


25

akademis, terutama kemampuan baca-tulis dini, matematika dan ilmu

pengetahuan dan menyiapkan anak untuk berfikir dan memecahkan

masalah.

Kurikulum TK tidak hanya mencakup aktivitas yang

mendukung anak secara emosi dan sosial dalam belajar menjadi orang

yang lebih berkompeten, tetapi juga mempelajari pengalaman

akademis, seperti dalam baca-tulis dan membaca., matematika ilmu

pengetahuan ilmu sosial, dan seni. Kemampuan baca tulus adalah

tujuan utama semua tingkatan kelas. Semua negara bagian dan sekolah

telah menggunakan agenda pendidikan dengan fokus utama pada

kemampuan baca-tulis dan telah menentukan target untuk membuat

anak dapat membaca di kelas tiga. Jadi target membaca untuk TK lebih

tinggi daripada sebelumnya dan akan terus tinggi (Morrison, 2012:

260).

f. Peserta Didik

Peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut

fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan

berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang

konsisten menuju kearah titi optimal kemampuan fitrahnya (Desmita,

2012: 39). Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses


26

pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Desmita,

2012: 39).

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) (Danim 2011: 2), peserta didik adalah sebagai setiap

manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun

pendidikan no-formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan

tertentu.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Rahmat

Tuhan Yang Maha Esa Menteri Pendidika Nasional.

Tabel. 2.1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 4 - ≤ 6

(Wiyani dan Barnawi, 2012: 193).

Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan

Perkembangan Usia 4 - < 5 tahun Usia 5 - ≤ 6 tahun

1. Nilai-nilai 1. Mengenal Tuhan melalui 1. Mengenal agama yang

agama dan agama yang dianutnya. dianutnya.

moral 2. Meniru gerakan beribadah. 2. Membiasakan diri

3. Mengucapkan do’a sebelum beribadah.

dan/atau sesudah 3. Menghafal surat-surat

melakukan sesuatu. pendek.


27

4. Mengenal perilaku 4. Memahami perilaku

baik/sopan dan buruk. mulia (jujur, penolong,

5. Membiasakan diri sopan, hormat, dsb)

berperilaku baik. 5. Membedakan perilaku

6. Mengucapkan salam dan baik dan buruk.

membalas salam. 6. Mengenal ritual dan

hari besar agama.

7. Menghormati agama

orang lain.

2. Fisik 1. Menirukan gerakan 1. Melakukan gerakan

(Motorik binatang, pohon tertiup tubuh secara

Kasar) angin, pesawat terbang, dsb. terkoordinasi untuk

2. Melakukan gerakan melatih kelenturan,

bergantung 9bergelayut). keseimbangan, dan

3. Melakukan gerakan kelincahan.

melompat, meloncat, dan 2. Melakukan koordinasi

berlari secara terkoordinasi. gerakan kaaki-tangan-

4. Melempar sesuatu secara kepala dalam

terarah. menirukan tarian atau

5. Menangkap sesuatu secara senam.

cepat. 3. Melakukan permainan

6. Melakukan gerakan fisik dengan aturan.

antisipasi
28

7. Menendang sesuatu secara 4. Terampil menggunakan

terarah. tangan kanan dan kiri.

8. Memanfaatkan alat 5. Melakukan kegiatan

permainan di luar kelas. kebersihan.

Motorik halus 1. Membuat garis vertikal, 1. Menggambar sesuai

horizontal, lengkung gagasannya.

kiri/kanan, miring 2. 2,menirukan bentuk.

kiri/kanan, dan lingkaran. 3. Melakukan eksplorasi

2. Menjiplak bentuk. dengan berbagai media

3. Mengoordinasikan mata dan kegiatan.

dan tangan untuk 4. Menggunakan alat tulis

melakukan gerakan yang dengan benar.

rumit. 5. Menggunting sesuai

4. Melakukan gerakan dengan pola.

manipulatif untuk 6. Menempel gambar

menghasilkan suatu bentuk dengan tepat.

dengan menggunakan 7. Mengekspresikan diri

berbagai media. melalui gerakan

5. Mengekspresikan diri menggambar secara

dengan berkarya seni detail.

menggunakan berbagai

media.
29

3. Kognitif 1. Mengenal benda 1. Mengkalsifikasikan

(Pengetahuan berdasarkan fungsi (pisau benda berdasarkan

umum dan untuk memotong, pensil fungsi

sains) untuk menulis). 2. Menunjukkan aktivitas

2. Menggunakan benda-benda yang bersifat

sebgai permainan simbolik eksploratif dan

(kursi sebgai mobil). menyelidiki (seperti :

3. Mengenal gejala sebab apa yang terjadi ketika

akibat yang terkait dengan air ditumbpahkan)

dirinya. 3. Menyusun perencanaan

4. Mengenal komsep kegiatan yang akan

sederhana dalam kehidupan dilakukan

sehari-hari (gerimis, hhujan, 4. Mengenal sebab akibat

gelap, terang, temaram, tentang lingkungannya

dsb) (angin bertiup

5. Mengkreasikan sesuatu menyebabkan daun

sesuai dengan idenya bergerak, air dapat

sendiri menyebabkan sesuatu

menjadi basah)

5. Menunjukkan inisiatif

dalam memilih tema

permainan (seperti :
30

ayo kita bermain pura-

pura seperti burung)

6. Memecahkan maslah

sederhana dalam

kehidupan sehari-hari.

Konsep bentuk, 1. Mengklasifikasikan benda 1. Mengenal perbedaan

warna, ukuran, berdasarkan bentuk atau berdasarkan ukuran

dan pola. warna atau ukuran lebih dari, kurang dari,

2. Mengklasifikasikan benda dan paling ter

ke dalam kelompok yang 2. Mengklasifikasikan

sama atau kelompok yang benda berdasarkan

sejenis atau kelompok yang warna, bentuk, dan

berpasangan dengan 2 ukuran (3 variasi)

variasi 3. Mengklasifikasikan

3. Mengenal pola AB-AB dan benda yang lebih

ABC-ABC banyak ke dalam

4. Mengurutkan benda kelompok yang sama

berdasarkan 5 sesuai ukuran atau kelompok yang

atau warna sejenis, atau kelompok

yang berpasangan yang

lebih dari 2 variasi.

4. Mengenal pola ABCD-

ABCD. Mengurutkan
31

benda berdasarkan

ukuran dari yang paling

kecil ke paling besar

atau sebaliknya.

Konsep 1. Mengetahui konsep banyak 1. Menyebutkan lambang

bilangan, dan sedikit bilangan 1-10

lambang 2. Membilang banyak benda 2. Mencocokan bilangan

bilangan, dan satu sampai sepuluh dengan lambang

huruf 3. Meneganl konsep bilangan bilangan

4. Mengenal lambang 3. Mengenal berbagai

bilangan macam lambang huruf

5. Mengenal lambang huruf vocal dan konsonan

4. Bahasa 1. Menyimak perkataan orang 1. Mengerti beberapa

(Menerima lain ( bahasa ibu atau perintah secara

bahasa) lainnya) bersamaan

2. Mengerti dua perintah yang 2. Mengulang kalimat

diberikan bersamaan yang lebih kompleks

3. Memahami cerita yang 3. Memahami aturan

dibacakan dalam suatu permainan

4. Mengenal pembendaharaan

kata mengenai kata sifat

(nakal, pelit, baik hati,

berani, baik, jelek, dsb)


32

Mengungkapkan 1. Mengulang kalimat 1. menjawab pertanyaan

bahasa sederhana yang lebih kompleks

2. Menjawab pertanyaan 2. menyebutkan

sederhana kelompok gambar yang

3. Mengungkapkan perasaan memiliki bunyi yang

dengan kata sifat (baik, sama

senang, nakal, pelit, bak 3. berkomunikasi secara

hati, berani, baik, jelek, lisan, memiliki

dsb) perbendaharaan kata,

4. Menyebutkan kata-kata serta mengenal simbol-

yang dikenal simbol untuk persiapan

5. Mengutarakan pendapat membaca, menulis dan

kepada orang lain berhitung.

6. Menyatakan alasan 4. Menyusun kalimat

terhadap sesuatu yang sederhana dalam

diinginkan atau struktur yang lengkap

ketidaksetujuan. (pokok kalimat-

Menceritakan kembali predikat-keterangan)

cerita/dongeng yang pernah 5. Memiliki lebih banyak

didengar. kata-kata untuk

mengekspresukan ide

pada irang lain.


33

6. Melanjutkan sebagian

cerita/dongeng yang

telah diperdengarkan.

Keaksaraan 1. Mengenal simbol-simbol 1. Menyebutkan simbol-

2. Mengenal suara-suara simbol huruf yang

hewan/benda yang ada dikenal

disekitarnya 2. Mengenal suara huruf

3. Membuat coretan yang awal dari nama benda-

bermakna benda yang ada

4. Meniru huruf disekitarnya.

3. Menyebutkan

kelompok gambar yang

memiliki bunyi atau

huruf awal yang sama.

4. Memahami hubungan

antara bunyi dan

bentuk huruf

5. Membaca nama sendiri

6. Menulliskan nama

sendiri

5. Sosial 1. Menunjukkan sikap mandiri 1. Bersikap komparatif

emosional dalam memilih kegiatan dengan teman


34

2. Mau berbagi, menolong, 2. Menunjukkan sikap

dan membantu teman toleran

3. Menunjukkan antusiasme 3. Mengekspresikan

dalam melakukan emosi yang sesuai

permainan kompetitif dengan kondisi yang

secara positif ada (senang, sedih,

4. Mengendalikan perasaan antusiaas, dsb)

5. Menaati aturan yang 4. Mengenal tata krama

berlaku dalam suatu dan sopan santun sesuai

permainan dengan nilai sosial

6. Menunjukkan rasa percaya budaya setempat

diri 5. Memahami peraturan

7. Menjaga diri sendiri dari dan disiplin

lingkungannya 6. Menunjukkan rasa

8. Menhargai orang lain empati

7. Memiliki sikap gigih

(tidak mudah

menyerah). Bangga

terhadap karya sendiri

8. Menghargai

keunggulan orang lain.


35

B. Kajian Pustaka

Pertama, skripsi (2016) oleh Arif Eko Prasetyo mahasiswa

Universitas Peradaban Bumiayu yang berjudul, Perkembangan Psikologi

Anak Buruh Migran Usia Sekolah Dasar Di Dusun Palumbungan Desa

Gumelar Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Penelitian Arif Eko

Prasetyo menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan fokus

masalah yang diteliti bagaimana perkembangan psikologi anak buruh migran

usia sekolah dasar di dusun palumbungan desa gumelar kabupaten Banyumas

dengan subjek penelitian terdapat 16 anak usia Sekolah dasar dari keluarga

buruh migran. Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa perkembangan

psikologi anak buruh migran usia sekolah dasar di dusun Palumbungan desa

Gumelar kecamatan Gumelar kabupaten Banyumas terdaapat faktor-faktor

yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu faktor internal sperti bakat

yang ada pada diri individu, faktor eksternal berupa lingkungan, dan faktor

umum seperti intelegensi dan jenis kelamin menjadi pengaruh perkembangan

psikologi anak buruh migran di dusun Palumbungsn desa Gumelar.

Perbedaan dalam penelitian ini yaitu subjek penelitian, subjek

penelitiannya yaitu siswa yang menempuh jenjang TK dengan siswa yang

tidak menempuh jenjang TK, sedangkan penelitian punya Arif Eko Prasetyo

yaitu anak buruh migran usia sekolah dasar. Kemudian tempat pelaksaan

penelitian sebelumnya yaitu di dusun Palumbungan desa Gumelar

Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas, sedangkan penelitian ini tempat

pelaksanaannya di SDN Pagojengan 03 Kecamatan Paguyangan Kabupaten


36

Brebes. Persamaan penelitian sebelumnya yaitu mengungkap masalah

psikologi (sosial, emosi, jiwa, dan mental) sedangkan penelitian ini

mengungkap tentang perkembangan psikologi (sosial, emosional, bahasa,

intelektual, spritual) masalahnya yaitu kurangnya interraksi sosial anak

terhadap lingkungan (pendiam), motivasi belajar yang rendah, dan cenderung

pasif dalam hal mengatasi masalah yang muncul baik kelaurga atau

lingkungan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

wawancara, observasi, dan dokumentasi (Prasetyo, 2016: 39).

Kedua, skripsi (2011) oleh Euis Kurniati, mahasiswa Universitas

Muhammdiyah Surakarta, dengan judul Program Bimbingan Untuk

Mengembangkan Ketrampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Kemudian teknik

pengumpulan datanya menggunakan observasi, studi dokumentasi, dan

interview. Penelitian ini mengfokuskan pada rumusan masalah bagaimana

program bimbingan untuk mengembangkan ketrampilan sosial melalui

permainan tradisional bagi siswa kelas I, 2, 3 di SDN Bukanagara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional mampu

memberikan peranan positif terhadap pengembangan ketrampilan sosial

anak. Dengan melalui permainan tradisional anak mampu mengembangkan

kerjasama, mampu menyesuaikan diri, saling berinteraksi secara positif,

mampu mengintrol dirimampu mengembangkan sikapempati terhadap teman,

memiliki keampuan dalam menaati aturan, serta mampu menghargai orang

lain.
37

Persamaan dalam penelitian ini sama-sama menggunakan jenis

penelitian kulaitatif, subjek penelitian ini yaitu siswa kelas I (satu) sedangkan

penelitan Euis Kurniati subjek penelitiannya siswa kelas rendah yaitu kelas 1

2 3, dan teknik pengumpulan data dalam penelitan ini sama-sama

menggunakan observersi, wawancara, dan dokumentasi. Perbedaan dalam

penelitian ini mengungkapkan aspek perkembangan psikologis yaitu sosial,

emosional, bahasa, intelegnsi, dan spritual. Sedangkan penelitan Euis

Kurniati mengungkapkan masalah tentang ketrampilan sosial (Kurniati,

2011: 13).

Ketiga, skripsi oleh Putri Novitasari Nugraheni mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Surakarta, dengan judul Perkembangan

Psikologi Anak Usia Dini Korban Broken Home Di POS PAUD Ananda

Bowan Delanggu Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam

penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

studi kasus terhadap perkembangan psikologi anak usia dini korban broken

home. Subjek penelitiannya adalah seorang anak pada POS PAUD Ananda

Bowan yang merupakan anak korban broken home. Teknik pengumpulan

data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa anak di sekolah Pos PAUD

Ananda yang bernama anisa 4 tahun yang merupakan anak korban broken

home perkembangan sosial emosionalnya sudah berkembang sesuai anak

seusianya. Anak tersebut tetap memiliki rasa aman, mendapatkan


38

perlindungan tidak minder, suka berempati, berbagi dengan yang lain serta

anak suka menjadi lebih mencari perhatian dengan orang lain.

Persamaan dalam penelitian ini menggunakan jenis peneltian

kualitatif hanya saja penelitian Putri Novitasari Nugraheni menggunakan

pendekatan studi kasus, teknik pengumpulan data menggunakan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Perbedaan yang terdapat pada kajian pustaka

kali ini terdapat pada subjek penelitian yaitu anak dari keluarga broken home

sedangkan peneliti subjek yang diambil adalah siswa kelas I SDN Pagojengan

03. Penelitian Putri Novita Nugraheni mengkaji tentang perkembangan sosial

emosional yang sesuai dengan anak seusianya, sedangkan penelitian ini

mengkaji tentang perkembangan psikologis anak (sosial, emosional,

intelektual, bahasa, spiritual) (Nugraheni, 2014: 55).

Keempat, skripsi oleh Febryana Kartikasari mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Surakarta, dengan judul Pengaruh Metode Bermain Peran

Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Kelompok B di TK Bakti I

Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini menggunakan

metode penelitian kuantitatif eksperimen jenis one group pretest-postest.

Subjek penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B TK Bakti I

Karanganyar yang berjumlah 10 anak. Teknik pengumpulan data

menggunakan observasi dengan instrumen penelitian berbenbentuk rating

scale. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis

inferensial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan sosial

emosional anak setelah diberikan eksperimen menggunakan metode bermain


39

peran lebih baik daripada perkembangan sosial emosional anak sebelum

diberikan eksperimen menggunakan metode bermain peran. Dalam

melakukan kegiatan bermain peran anak dapat mengekspresikan berbagai

macam emosinya serta bersosialisasi dengan temannya saat bermain pera,

tanpa takut, malu atau ditolak oleh lingkungannya.

Persamaan penelitian sekarang dengan sebelumnya yaitu sama-sama

meneliti tentang perkembangan psikologi anak hanya saja penelitian

sebelumnya yaitu pada perkembangan emosional dan sosialnya saja,

sedangkan penelitian sekarang yaitu meneliti pada perkembangan psikologi

anak yang terdapat lima aspek yaitu sosial, emosional, intelektual, bahasa,

dan spritual. Perbedaan dalam penelitian sekarang dengan penelitian

sebelumnya yaitu metode penelitan Febryana Kartikasari menggunakan

metode penelitian kuantitaitf jenis eksperimen, sedangkan metode penelitian

sekarang menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek penelitian

sekarang dengan sebelumnya juga berbeda, subjek penelitian sekarang yaitu

siswa siswi kelas I (satu), sedangkan penelitian yang sebelumnya subjek

penelitiannya yaitu anak kelompok B TK Bakti I Karanganyar (Kartikasari,

2014: 46).

Kelima, jurnal Keperawatan Soedirman (2010) oleh Ika Fadhilah

Achmad, Lutfatul Latifah, Dewi Natalia Husadayanti mahasiswa

Keperawatan Universitas Jendral Soedirman, yang berjudul Hubungan Tipe

Pola Asuh Orang Tua dengan Emotional Quotient (EQ) Pada Anak Usia

Prasekolah (3-5 tahun) di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara.


40

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi

dengan menggunakan pendekatan cross sectional, subjek penelitiannya yaitu

semua anak (siswa) TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara yang

berjumlah 126 anak dan seluruh orang tua dari anak yang ada di TK Islam

Al-Fattaah Sumampir yang berjumlah 126 orang tua, teknik pengumpulan

datanya menggunakan lembar observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,9 % anak mempunyai EQ

yang tinggi, 29,4 % anak mempunyai EQ yang sedang, dan 17,6 % anak

mempunyai EQ yang rendah. Orang tua yang menerapkan tipe pola asuh

demokratis lebih dari 50 % anak memiliki tingkat EQ yang tinggi, yang dapat

dilihat dari aspek EQ yaitu kemampuan anak memahami emosi diri sendiri,

kemampuan anak mengatur emosi diri sendiri, kemampuan anak memahami

perasaan orang lain, dan ketrampilan sosial anak terhadap lingkungannya.

Sehingga terdapat hubungan antara tipe pola asuh demokratis dan otoriter

dengan EQ pada anak usia prasekolah.

Persamaan dalam penelitian sekarang dengan sebelumnya yaitu sama-

sama meneliti tentang perkembangan psikologis hanya saja penelitian

meneliti lima aspek yaitu sosial, emosional, intelektual, bahasa, dan spritual

sedangkan penelitian sebelumnya membahas tentang emosionalnya saja.

Perbedaan dalam penelitian sekarang dengan sebelumnya yaitu pada metode

penelitian, subjek penelitian dan tempat penelitian (Achmad, Latifah dan

Husadayanti, 2010: 49).


41

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam dunia pendidikan pengajaran dan

pelatihan seorang pendidik sudah ditentukan sejak dahulu, dimana seorang

pendidik sangat dibutuhkan oleh peserta didik yang memerlukannya.

Sebaliknya seorang guru juga harus memahami perkembangan psikologis

anak didiknya agar dapat mencapai keberhasilan dalam pendidikan.

Perkembangan psikologi merupakan perubahan tingkah laku manusia

baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungan.

Perkembangan psikologis dalam penelitian ini terdapat lima aspek

perkembangan yaitu perkembangan sosial, emosional, intelektual, bahasa dan

spritual. Sehingga dalam penelitian ini akan dilihat dari lima aspek

perkembangan psikologis pada siswa kelas I (satu) yaitu yang terdiri dari

siswa yang menempuh jenjang TK dan siswa yang tidak menenmpuh jenjang

TK. Untuk mendapatkan hasil dari lima aspek perkembangan psikologis

tersebut yang terdapat pada siswa-siswi kelas I satu yaitu dengan

menggunakan kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi, sehingga

mendapatkan perbedaan antara siswa yang menempuh jenjang TK dengan

siswa yang tidak menempuh jenjang TK dari segi perkembangan psikologis

anak.

Siswa yang ada di sekolah tersebut ada siswa yang menempuh

jenjang TK dan ada siswa yang tidak menempuh jenjang TK. Siswa yang
42

menempuh jenjang TK perkembangan sosialnya sudah matang, seperti siswa

tersebut bisa menyesuaikan diri ketika dalam proses pembelajaran, dan

interaksi dengan teman sebaya atau gurunya juga baik karena siswa tersebut

sudah terbiasa dengan lingkungan sekolah. Berbeda dengan siswa yang tidak

menempuh jenjang TK, dari segi sosialnya siswa tersebut kurang dalam

berinteraksi dengan teman sebaya ataupun guru. Tetapi dalam menyesuaikan

diri ketika dalam proses pembelajaran siswa tersebut mampu menyesuaikan

dengan baik. Perkembangan seorang anak menentukan keberhasilannya

dalam menempuh pendidikan, seperti perkembangan psikologis (sosial,

emosional, bahasa, intlektual, dan spiritual) dapat menghasilkan perbedaan

siswa yang menempuh jenjang TK dengan siswa yang tidak menempuh

jenjang TK dari aspek perkembangan psikologi.

Gambar. 2. 1. kerangka berpikir

Siswa yang
Aspek menempuh
Perkembangan jenjang
psikologis sekolah TK Perbedaan siswa yang
(sosial, TK dengan yang tidak
emosional, TK dari aspek
bahasa, perkembagan
intelegensi, psikologis anak
spritual) siswa Siswa yang
sekolah dasar tidak
kelas I menempuh
jenjang
sekolah TK

Anda mungkin juga menyukai