Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Kriteria UMKM
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun
2008 BAB I pasal 1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah usaha
ekonomi produktif milik orang perseorangan dan/atau bahan usaha
perorangan yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha Menengah atau Usaha yang
memenuhi kriteria usaha kecil.
a) Kriteria usaha mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah)
b) Kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c) Kriteria Usaha Menengah adalah memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,-
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

5
6

d) dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar


rupiah).

Menurut Badan Pusat Statistik jumlah tenaga kerja UMKM kurang


dari 100 orang, dengan rincian kategori sebgai berikut : usaha rumah
tangga dan mikro terdiri dari 1-4 tenaga kerja, usaha kecil terdiri dari 5-
19 tenaga kerja, usaha menengah terdiri dari 20-99 tenaga kerja, dan
usaha besar memiliki tenaga kerja sebanyak 100 tenaga kerja atau lebih.

2. Pengertian, tujuan dan fungsi akuntansi


a. Pengertian akuntansi
“Menurut American Institute of Certified Public Acounting
(AICPA) mendefinisikan akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam
ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya
bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.”
“Menurut Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4
mendefinisikan akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah
memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang,
mengenai suatu badan ekonomi. ” Harahap (2011:5)

b. Tujuan akuntansi
Menyediakan suatu sistem informasi yang mengandung laporan
untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi perusahaan merupakan salah satu tujuan dari akuntansi
(Warren, 2015:3)
c. Fungsi Akuntansi
“Fungsi dasar akuntansi adalah menyediakan informasi dana
untuk suatu entitas atau unit organisasi.” (Warsono, 2013:1)
Akuntansi terdiri dari 3 fungsi utama berurutan, yaitu :
1) Fungsi penginputan: akuntansi menyiapkan input secara
memadai. Input akuntansi berupa transaksi (transaction) yaitu
peristiwa atau kejadian yang menyebabkan perubahan dana.
2) Fungsi pemrosesan: akuntansi mengolah setiap input dalam
rangka menghasilkan informasi yang berkualitas. Proses dasar
berupa pencatatan yang terdiri dari penjurnalan (journalizing) dan
pemindah-bukuan (posting).
7

3) Fungsi pengoutputan: akuntansi menyajikan informasi dana


sesuai kebutuhan pengguna agar dapat bermanfaat dalam
pengambilan keputusan. (Warsono, 2013:1)

3. Persamaan Akuntansi
Persamaan akuntansi merupakan dasar dari sistem akuntansi. Dalam
persamaan akuntansi bisa memberikan cerminan secara sederhana antara
hubungan aset, liabilitas dan ekuitas.
Persamaan akuntansi mempunyai rumus sebagai berikut :

Aset = Liabilitas + Ekuitas

Elemen-elemen dalam persamaan akuntansi dapat didefinisikan sebagai


berikut :
a. Aset merupakan jenis penggunaan dana berbentuk sumberdaya, yaitu
sesuatu yang masih mempunyai nilai manfaat di masa datang. Contoh
aset : uang tunai, kendaraan, gedung dan persediaan barang dagangan.
b. Liabilitas merupakan sumber pemerolehan dana yang berasal dari pihak
lain yang mana terdapat kewajiban untuk mengembalikan dana di masa
datang. Contoh : pinjaman dari koperasi dan pembelian secara kredit (
utang usaha)
c. Ekuitas merupakan sumber pemerolehan dana yang berasal dari lain-
lain (selain dari kewajiban dan penghasilan). Salah satu komponen
utama di ekuitas adalah modal, yaitu sumber perolehan dana dari
pemilik.
4. Sistem Pencatatan Berpasangan
Analisis fakta atas transaksi selalu menyebabkan terjadinya minimal
dua perubahan yang sifatnya berpasangan. Jika perubahan terjadi di sisi
yang sama (misalnya elemen aset dan beban) maka perubahan selalu
bersifat berlawanan (penambahan dengan pengurangan), sedangkan jika
perubahan di sisi yang berbeda (misalnya elemen aset dan liabilitas) maka
perubahan selalu bersifat sama (penambahan dengan penambahan atau
8

pengurangan dengan pengurangan). Hal ini dilakukan pada dasarnya untuk


menjaga keseimbangan persamaan akuntansi yang mencerminkan hukum
dana. Mekanisme pencatatan tersebut mencerminkan penerapan sistem
pencatatan berpasangan (double entry bookkeeping). (Warsono, 2013 : 10)
5. Mekanisme Debet Kredit
Mekanisme debet kredit (kiri kanan) merupakan konsekuensi dari
penerapan persamaan aljabar yang terdiri dari sisi kiri dan sisi kanan.
Akuntansi menyajikan informasi dana yang diukur menggunakan satuan
uang.
Makna debet kredit adalah kiri kanan, tidak lebih tidak kurang. Debet
tidak selalu berarti penambahan, dan kredit juga tidak selalu berarti
pengurangan. Akuntansi menerapkan mekanisme debet kredit agar
pencatatan transaksi dapat dilakukan sesuai dengan realitanya, yaitu tidak
terdapat nilai moneter yang bernilai negatif. (Warsono, 2013:11)
Aturan pendebitan dan pengkreditan serta saldo-saldo pada umumnya
(saldo normal) dari berbagai jenis akun dapat dilihat pada ikhtisar dibawah
ini :

Tabel 2.1 Aturan Debet, Kredit dan Saldo Normal

Jenis Akun Pertambahan Pengurangan Saldo Normal

Aset Debet Kredit Debet

Kewajiban Kredit Debet Kredit

Modal Kredit Debet Kredit

Pendapatan Kredit Debet Kredit

Beban Debet Kredit Debet

Sumber : Jusup (2012:81)


9

6. Metode Pencatatan Akuntansi


Akuntansi memiliki metode pencatatan yang sering digunakan, yaitu
metode pencatatan berbasis akrual dan metode pencatatan berbasis kas.
a. Berbasis Akrual yaitu apabila pencatatan suatu transaksi yang
mengakibatkan perusahaan mendapatkan beban atau penghasilan akan
dicatat oleh perusahaan saat terjadinya transaksi tersebut yang
menyebabkan akun beban dan penghasilan langsung muncul saat
transaksi tersebut tejadi.
b. Berbasis Kas yaitu apabila pencatatan suatu transaksi yang
mengakibatkan perusahaan mendapatkan beban atau penghasilan baru
diakui dan dicatat saat terjadinya transaksi penerimaan atau
pengeluaran kas untuk transaksi tersebut. Pencatatan berbasis akrual
dapat menggambarkan kinerja secara lebih baik dibandingkan
pencatatan berbasis kas. (Warsono, 2013:34)
7. Akun
a. Definisi Akun
“Akun berasal dari bahasa inggris “account”. Akun merupakan
wadah atau media untuk menampung semua perubahan yang terjadi di
sebuah bentuk penggunaan atau sumber pemerolehan dana. Sebagai
contoh aset terdiri dari akun kas, akun piutang usaha, akun persediaan,
akun mesin dan lain-lain.” (Warsono, 2013:25)
b. Klasifikasi Akun
Dalam sebuah laporan keuangan memuat akun-akun yang
beragam. Akun -akun tersebut pada dasarnya dapat diklasifikasi
menjadi beberapa kelompok. Salah satu pengklasifikasian yang umum
digunakan seperti akun-akun neraca yang biasa disebut akun riil dan
akun-akun laba rugi yang biasa disebut akun nominal.
1) Akun neraca yang biasa disebut juga akun riil yaitu akun-akun
yang pada akhir periode akan muncul dan dilaporkan di dalam
neraca. Contoh dari akun riil ialah akun-akun aset, akun-akun
liabilitas dan akun-akun modal.
10

2) Akun laba rugi yang biasa disebut juga akun nominal yaitu akun-
akun yang pada akhir periode akan muncul dan dilaporkan di
dalam laporan laba rugi. Contoh dari akun nominal ialah akun-
akun pendapatan dan akun-akun beban.
c. Bentuk Akun
Bentuk akun yang sering digunakan adalah bentuk akun T.
Terdapat 2 argumen penting yang mendasari penggunaan akun format
T. Pertama, akun format T mencerminkan keseimbangan sisi kiri
(debet) dan sisi kanan (kredit) persamaan aljabar. Kedua, akun format
T bentuknya sederhana dan mudah dibuat. (Warsono, 2013:26)

Tabel 2.2 Bentuk Akun T


Debet Kredit
Tanggal Deskripsi Jumlah Tanggal Deskripsi Jumlah

Sumber : Warsono (2013:26)

d. Kode Akun
“Kode akun (chart of account) adalah sekumpulan daftar akun
yang akan digunakan dalam proses pencatatan transaksi keuangan.”
(Sasongko, 2016:28)
a) Tujuan Kode
Dalam sistem pengolahan data akuntansi, kode memenuhi
berbagai tujuan berikut ini:
1) Mengidentifikasi data akuntansi secara unik
Data akuntansi perlu diberi identifikasi secara unik agar dapat
dilakukan pencatatan, klasifikasi, penyimpnan, dan pengambilan
data tersebut dengan benar.
2) Meringkas data
Kode menjadikan data akuntansi lebih ringkas sehingga
memerlukan lebih sedikit ruang dalam pencatatannya.
11

3) Mengklasifikasi akun atau transaksi


Dalam mengolah data akuntansi, kode digunakan untuk
menunjukan ke dalam klasifikasi apa suatu akun atau transaksi
dikelompokkan.
4) Menyampaikan makna tertentu
Dengan kode kita dapat menyampaikan informasi yang
bermakna tertentu. (Mulyadi, 2016:101)
b) Jenis-Jenis Kode Akun
“Ada beberapa kode akun yang dapat digunakan seperti kode
numerial, kode desimal, kode mnemonic serta kode kombinasi
huruf dan angka.” Susilowati (2016:18)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
nomor kode yaitu antara lain:
1) Kode akun dibuat secara sederhana dan mudah untuk
diingat.
2) Kode akun dalam penggunaanya harus konsisten.
3) Jika ada penambahan akun baru, usahakanlah jangan
sampai mengubah kode yang sudah ada. (Susilowati,
2016:19)
Pembuatan kode/akun perkiraan dapat diklasifikasikan
menjadi:
1) Kode Perkiraan Dengan Sistem Numeral
Kode perkiraan dengan menggunakan sistem numeral
ini merupakan cara untuk mencatatkan kode pada perkiraan
dengan menggunakan nomor (angka), penulisan nomor
pada tiap-tiap perkiraan dapat dilakukan dengan bebas dan
ditulis urut sehingga mudah dimengerti dan dibedakan
antara perkiraan satu dengan yang lain. (Susilowati,
2016:19)
2) Kode Angka atau Alfabet Urut
12

Tabel 2.3 Kode Nomor Berurutan

Kode Nama Perkiraan Kode Nama Perkiraan


Urut Urut
1 Kas 21 Aset Lain-lain
2 Investasi Jangka Pendek 22 Utang Dagang
3 Piutang 23 Utang Pajak
4 Cadangan Kerugian Piutang 24 Utang Gaji dan Upah
5 Persediaan Barang Jadi 25 Utang Biaya
6 Persediaan Barang Dalam 26 Pendapatan Diterima
Proses Dimuka
7 Persediaan Bahan Baku dan 27 Utang Lancar Lainnya
Bahan Penolong
8 Biaya dibayar dimuka 28 Utang Jangka Panjang
9 Aset Lancar lainnya 29 Modal Saham
Bank
10 Investasi Jangka Panjang 30 Saldo Laba
11 Tanah 31 Pendapatan Penjualan
12 Gedung 32 Beban Pokok Penjualan
13 Akum. Penyusutan Gedung 33 Biaya Bahan Baku
14 Mesin 34 Biaya Tenaga Kerja
15 Akum. Penyusutan Mesin 35 Biaya Overhead Pabrik
16 Mebel 36 Beban Adm. Dan Umum
17 Akum. Penyusutan Mebel 37 Beban Pemasaran
18 Aset Tetap Lainnya 38 Pendapatan Lain-lain
19 Akum. Penyusutan Aset 39 Beban Lain-lain
20 Beban Tangguhan 40 Laba Rugi
Tetap
Sumber : Susilowati (2016:20)

3) Kode blok
“Akun yang ada dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok, tiap kelompok dibagi menjadi
beberapa golongan dan tiap golongan menjadi jenis.
Masing-masing kelompok, golongan, dan jenis diberi satu
blok nomor kode yang berbeda.” Susilowati (2016:21)
Contoh kode Angka Blok:
13

Tabel 2.4 Kode Angka Blok

Nama Akun No Akun


Aset 100-199
Utang 200-299
Ekuitas 300-399
Pendapatan 400-499
Biaya 500-599
Pos-pos sementara 001-099

Tabel 2.5 Kode Blok Tiap Jenis

Kelompok Kode
Harta 100
Piutang 101
Peralatan 150
Kendaraan 151
Utang Usaha 201
Wesel Bayar 202
Utang Obligasi 250
Utang Hipotik 251
Modal 300
Prive 301

Sumber: Susilowati (2016:22)

Tabel 2.6 Kode Blok Tiap Golongan

Kelompok Kode
S Lancar
Harta 100-149
Harta Tetap 150-199
:
Utang Lancar 200-249
Utang Jangka Panjang 250-299

Sumber : Susilowati (2016:22)


14

4) Kode Kelompok

Tabel 2.7 Kode kelompok

Nomor Kode Arti


Angka Pertama Kelompok Akun
Angka Kedua Golongan Akun
Angka Ketiga Sub Golongan Akun
Angka Keempat Jenis Akun
Sumber: Susilowati (2016:20)

Tabel 2.8 Klasifikasi Akun Secara Lengkap

1. Harta (aset) 11 Harta Lancar 111 Kas


112 Bank
113 Piutang
12 Harta Tetap 121 Tanah
122 Gedung
123 Peralatan
2. Utang (Liabilitas) 21 Utang Lancar 211 Utang Usaha
212 Wesel Bayar
213 Sewa yg masih hrs
22 Utang Jangka Panjang 221 Utang Obligasi
dibayar
222 Utang Hipotik
223 KMKP
3. Modal 301 Modal Pemilik
4. Pendapatan 41 Pendapatan Operasional 411 Pendapatan Service
Lanjutan
412 Pendapatan ….
42 Pendapatan Non-Operasional 421 Bunga
422 Laba Penjualan Alat
5. Beban 51 Beban Operasional 511 Beban Gaji
512 Beban Iklan
52 Beban Non-Operasional 521 Beban Bunga
522 Rugi penjualan Alat
Sumber: Susilowati (2016:21)
15

8. Siklus Akuntansi
Periode dalam akuntansi dapat bervariasi baik dalam rentang
waktu minggu, bulan atau tahun. Mayoritas perusahaan menggunakan
periode waktu 1 tahun. Umumnya, awal periode dalam akuntansi
dimulai diawal tahun yaitu di bulan Januari dan tutup buku di bulan
Desember. Dalam satu siklus akuntansi dapat dibagi menjadi dua
kelompok waktu, yaitu :
a. Siklus akuntansi selama periode berjalan : terdiri dari urutan
aktivitas untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi selama
periode berjalan, dan
b. Siklus akuntansi pada akhir periode : terdiri dari urutan aktivitas
dalam rangka penyusunan laporan keuangan. (Warsono, 2013:2)
16

Selama Periode Berjalan Pada Akhir Periode

A. Penginputan dan Pemrosesan B. Pengoutputan (Penyusunan


Laporan Keuangan)
01. Pengidentifikasian 01. Pembuatan daftar saldo percobaan
Transaksi (neraca saldo)

02. Pencatatan Penyesuaian


02. Pengukuran Transaksi (termasuk pencatatan koreksi)

03. Pembuatan Daftar Saldo Setelah Penyesuian


(Neraca saldo setelah penyesuaian)
03. Pendokumentasian
Transaksi 04. Penyajian Laporan Laba rugi

05. Pencatatan penutupan


04. Menganalisis Transaksi (Jurnal Penutup)
(Penjurnalan)
06. Penyajian Perubahan Ekuitas, Laporan
Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas

05. Pengklasifikasian Transaksi


(posting ke buku besar) 07. Pencatatan pembalik
(Jurnal Pembalik) jika diperlukan

Bagan 2.1 Siklus Akuntansi


Sumber : Warsono (2013:2)
17

9. Bukti Transaksi
a. Pengertian Transaksi
Transaksi adalah input dalam akuntansi, transaksi adalah suatu
peristiwa atau kejadian yang menyebabakan terjadinya perubahan
dana. (Warsono, 2013:49)
b. Fungsi pencatatan transaksi
a) Fungsi pengidentifikasian yaitu mengindetifikasi apakah suatu
peristiwa memenuhi syarat sebagai transaksi.
b) Fungsi pengukuran yaitu mengukur suatu transaksi
menggunakan alat ukur tertentu.
c) Fungsi pendokumentasian yaitu merekam transaksi ke dalam
dokumen atau bukti. (Warsono, 2013:49)
c. Jenis-jenis bukti transaksi
“Jika ada transaksi pasti ada bukti yang digunakan untuk
membuktikan bahwa transaksi itu terjadi, bukti tersebut disebut
bukti transaksi.” Sujarweni (2016:15)
Bukti transaksi dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Bukti transaksi internal perusahaan
Adalah bukti transaksi yang dibuat dan beredar
dilingkungan dalam perusahaan. Yaitu bukti kas masuk, bukti
kas keluar, dan memo.
b) Bukti transaksi ekternal perusahaan
Bukti transaksi ekternal perusahaan adalah bukti transaksi
yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan, bukti
transaksi ekternal terdiri dari faktur, kuitansi, nota kontan, nota
debet, nota kredit, dan cek. (Sujarweni, 2016:16)
10. Jurnal
a. Pengertian jurnal
Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang
terjadi secara kronologis (berdasarkan urut waktu terjadinya)
18

dengan menunjukkan akun yang harus berada didebet dan kredit


sesuai dengan saldo masing-masing. (Jusup, 2012: 126)
b. Jenis-jenis jurnal
Terdapat dua macam jurnal dalam akuntansi, yaitu :
1) Jurnal Umum
Perusahaan skala kecil biasanya menggunakan jurnal
umum untuk mencatat transaksi yang terjadi di perusahaan
tersebut. Karena jurnal umum bisa memuat semua jenis
transaksi yang ada di perusahaan tersebut selama periode
tertentu.

Tabel 2.9 Format Jurnal Umum

Tanggal Nama Akun dan Debet Kredit

Deskripsi singkat (Rp) (Rp)

Sumber : Warsono (2013:66)

Keterangan:
a) Kolom Tanggal : Diisi tanggal terjadinya transaksi secara
kronologis (menurut urutan waktu)
b) Kolom nama akun dan deskripsi singkat : Diisi dengan
nama akun yang harus di debet dan akun yang harus di
kredit akibat terjadinya transaksi. Akun yang harus di
debet ditulis lebih dahulu, baru kemudian akun di kredit.
Serta dituliskan keterangan secara singkat akibat
munculnya akun yang harus di debet atau di kredit
19

c) Kolom Debet/Kredit : Diisi dengan sejumlah nilai /


angka yang di debet atau di kredit sesuai dengan
transaksi yang terjadi.
2) Jurnal Khusus
Perusahaan besar biasanya menggunakan jurnal khusus
yang terdiri dari beberapa macam. Setiap buku jurnal khusus
menampung jenis transaksi tertentu.
Pemanfaatan jurnal khusus menjadikan pencatatan dapat
dilakukan secara lebih efisien dengan menjaga efektivitas
atas transaksi yang dicatat. Jurnal khusus berfungsi untuk
meminimalkan resiko kesalahan karena format jurnal khusus
dirancang sedemikian rupa sehingga bisa meminimalisir
kesalahan. (Warsono, 2013:227)
Contoh jurnal khusus yaitu :
a) Jurnal Penjualan
Jurnal Penjualan digunakan untuk mencatat transaksi
penjualan barang dagangan secara kredit.

Tabel 2.10 Format Jurnal Penjualan

Debet Kredit
Tanggal No. Termin Deskripsi Tanda Piutang Penjualan
Faktur Cek Dagang

Sumber : (Warsono, 2013:228)

b) Jurnal Pembelian
Jurnal Pembelian digunakan untuk mencatat transaksi
pembelian secara kredit
20

Tabel 2.11 Format Jurnal Pembelian

Debet Kredit
Tanggal Nama Akun dan Tanda
Deskripsi Singkat Cek Pembelian Utang Dagang

Sumber : Warsono (2013:245)

c) Jurnal Penerimaan kas


Jurnal penerimaan kas menampung transaksi yang
menyebabkan perusahaan menerima kas, seperti
penerimaan pelunasan piutang dagang dan pendapatan lain-
lain.

Tabel 2.12 Format Jurnal Penerimaan kas

Debet Kredit
Tanggal Deskripsi Tanda
Cek Kas Akun Piutang Penjualan Akun
lain-lain Dagang lain-lain

Sumber : Warsono (2013:229)


21

d) Jurnal Pengeluaran kas


Jurnal pengeluaran kas menampung transaksi yang
menyebabkan perusahaan mengeluarkan kas, seperti
pembayaran hutang dagang dan pembelian barang dagang
secara tunai.

Tabel 2.13 Format Jurnal Pengeluaran kas

Debet Kredit
Tanggal Deskripsi Tanda
Cek
Pembelian Utang Akun Kas Akun
Dagang lain-lain lain-lain

Sumber : Warsono (2013:229)

e) Jurnal Umum
Jurnal umum digunakan untuk mencatat transaksi
yang tidak tertampung dijurnal khusus, seperti retur
penjualan dan retur pembelian.

Tabel 2.14 Format Jurnal Umum

Tanggal Nama Akun dan Deskripsi singkat Debet Kredit


(Rp) (Rp)

Sumber : (Warsono, 2013:66)


22

11. Buku Besar


Berbeda dengan jurnal, buku besar berisi akun-akun yang
berasal dari ringkasan transaksi dijurnal khusus atau jurnal umum.
Buku besar bisa mencerminkan perubahan saldo secara jelas dari tiap
akun yang berasal dari suatu transaksi yang terjadi. (Warsono,
2013:68)
Posting yang biasa disebut pemindah bukuan akun-akun yang
tercantum di jurnal khusus dan jurnal umum ke akun-akun yang
sama di buku besar. Posting dapat dilakukan secara periodik,
misalnya per akhir hari, minggu, atau bulan ataupun secara langsung
pada saat penjurnalan transaksi diselesaikan.
Terdapat dua jenis buku besar yaitu :
a) Buku besar utama (general ledger) yaitu berisi kumpulan akun-
akun yang diposting (pemidahan bukuan) dari jurnal umum dan
jurnal khusus ke buku besar sesuai tanggal transaksi dan saldo
dari akun dijurnal tersebut. (Warsono, 2016:68)

Tabel 2.15 Format Buku Besar Utama

Tanggal Deskripsi Debet Tanggal Deskripsi Kredit

Sumber : Warsono (2013:233)

b) Buku besar pembantu (subsidiary ledger) yaitu berisi kumpulan


akun yang merupakan rincian dari salah satu akun yang ada
dibuku besar utama. Contoh akun yang yang berhubungan
antara buku besar utama dan buku besar pembantu adalah akun
piutang dagang, utang dagang dan persediaan. Akun di buku
23

besar utama yang memiliki buku besar pembantu disebut akun


pengendali. Saldo akun pengendali harus sama dengan total
saldo akun-akun di buku besar pembantu. Buku besar pembantu
biasanya diakategorikan berdasarkan pemasok atau pelanggan.
(Warsono, 2013:68)

Tabel 2.16 Format Buku Besar Pembantu

Tanggal Deskripsi Debet Tanggal Deskripsi Kredit

Sumber : (Warsono, 2013:236)

12. Neraca Saldo sebelum penyesuaian


a. Pengertian neraca saldo sebelum penyesuaian
Penyusunan daftar saldo sebelum penyesuaian atau biasa
disebut daftar saldo percobaan (trial balances) merupakan tahap
pertama yang harus dilakukan dalam siklus akuntansi akhir
periode. Daftar neraca saldo sebelum penyesuaian berisikan
akun-akun yang terdapat di buku besar utama (general ledger).
(Warsono, 2013:90)
Akun-akun di akuntansi memiliki saldo normal tertentu,
sesuai dengan jenis elemennya dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Akun-akun yang merupakan elemen aset, beban dan prive
bersaldo normal debet.
2) Akun-akun yang merupakan elemen liabilitas, ekuitas dan
pendapatan bersaldo normal kredit. (Warsono, 2013:90)
24

b. Tujuan membuat neraca saldo sebelum penyesuaian


Tujuan utama membuat neraca saldo sebelum penyesuaian
adalah untuk mengetahui saldo masing-masing akun dan untuk
mengecek keseimbangan antara saldo kredit dan debit di neraca
saldo sebelum penyesuaian tersebut. (Warsono, 2013:90)
c. Langkah-langkah penyusunan neraca saldo sebelum
penyesuaian
1) Menghitung saldo selisih antara debet dan kredit di saldo
akun setiap akun di buku besar utama. Jika total debet lebih
besar dibanding total kredit maka akun bersaldo debet atau
sebaliknya.
2) Menuliskan nama-nama akun yang terdapat di buku besar
utama, kemudian diurutkan secara urut mulai dari aset,
liabilitas, ekuitas dan pendapatan, lalu mencantumkan saldo
masing-masing akun sesuai posisinya.
3) Menghitung total kolom debet dan total kolom kredit dan
meyakinkan bahwa total kolom debet dan kredit adalah
seimbang. (Warsono, 2013:91)
Contoh Neraca saldo sebelum penyesuaian:

Tabel 2.17 Format Neraca saldo sebelum penyesuaian

Nama Akun Debet Kredit

Jumlah
Sumber : Warsono (2013:91)

13. Jurnal Penyesuaian


25

Proses penyesuaian yaitu analisis dam pemutakhiran akun-


akun pada akhir periode sebelum laporan keuangan disiapkan.
Penyesuaian akan mempengaruhi akun pendapatan, beban serta akun
aset dan liabilitas. (Warren, 2015:109)
“Jurnal penyesuaian yaitu jurnal yang digunakan untuk
menyesuaikan saldo-saldo rekening yang ada di neraca saldo
menjadi saldo yang sebenarnya sampai dengan akhir periode
akuntansi, dengan tujuan akan mencerminkan keadaan aktiva,
utang, modal, pendapatan, dan biaya yang sebenarnya.” (Sujarweni,
2016:43)
Jurnal penyesuaian disusun berdasarkan data dari neraca
saldo. Yang perlu disesuaikan adalah :
a) Pendapatan yang masih harus diterima (piutang pendapatan)
Yaitu pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan
tetapi belum dicatat.
Jurnal penyesuaiannya adalah :
Piutang Rp xxxx
Pendapatan Rp xxxx
b) Biaya/ beban yang masih harus dibayar (utang biaya)
Yaitu biaya yang sudah menjadi kewajiban perusahaan
tetapi belum dicatat.
Jurnal penyesuaiannya adalah :
Beban Rp xxxx
Utang Rp xxxx
c) Pendapatan diterima dimuka
Yaitu pendapatan yang telah diterima namun belum
menjadi hak pada periode tersebut.
Dengan pendekatan utang
Jurnal penyesuaiannya adalah :
Pendapatan diterima dimuka Rp xxxx
Pendapatan Rp xxxx
(nilai= catat sejumlah yang terpakai)
Dengan pendekatan pendapatan
26

Jurnal penyesuaiannya adalah :


Pendapatan sewa Rp xxxx
Sewa diterima dimuka Rp xxxx
d) Beban dibayar dimuka
Yaitu beban yang sudah dikeluarkan lebih dahulu, namun
haknya belum diterima.
Dengan pendekatan asset
Jurnal penyesuaiannya adalah :
Beban aset (asuransi/iklan/sewa) Rp xxxx
Asset dibayar di muka Rp xxxx
Dengan pendekatan beban
Jurnal penyesuaiannya adalah :
Asset dibayar di muka Rp xxxx
Beban asset (asuransi/iklan/sewa) Rp xxx
e) Piutang Tak Tertagih
Penyesuaian ini digunakan untuk mencadangkan
perkiraan sejumlah piutang yang tidak dapat tertagih oleh
pelanggan.
Jurnal penyesuaiannya adalah :
Beban cadangan kerugiaan piutang Rp xxxx
Cadangan kerugiaan piutang tak tertagih Rp xxxx
f) Depresiasi aktiva tetap
Digunakan untuk mengalokasikan dana yangdikeluarkan
untuk pembelian aktiva tetap yang mengalami pengurangan harga
dari tahun ke tahun.
Jurnal penyesuaiannya adalah :
Beban penyusutan asset tetap Rp xxxx
Akumulasi penyusutan asset tetap Rp xxxx
g) Perlengkapan
Jurnal penyesuaiannya adalah :
Beban perlengkapan Rp xxxx
27

Perlengkapan Rp xxxx
(Sujarweni, 2016:44)
14. Neraca Saldo setelah Penyesuaian
Neraca saldo disesuaikan memuat saldo akun-akun yang
telah disesuaikan. Akun-akun di neraca saldo sebelum
penyesuaian diselisihkan dengan akun-akun di jurnal
penyesuaian apabila akun tersebut tercantum dalam jurnal
penyesuaian.
Saldo akun pada neraca saldo setelah penyesuaian akan
sama dengan saldo akun di neraca saldo sebelum penyesuaian
apabila akun tersebut tidak mengalami penyesuaian. (Warsono,
2013:99)
Neraca saldo setelah penyesuaian menunjukkan keadaan
yang benar-benar nyata. Berdasarkan neraca saldo setelah
penyesuaian maka selanjutnya siap untuk dibuat laporan
keuangan.
Contoh Neraca saldo setelah penyesuaian:

Tabel 2.18 Format Neraca saldo sebelum penyesuaian

Nama Akun Saldo


Debet Kredit

Sumber : Warsono (2013:91)


28

15. Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari
proses akuntansi. Laporan keuangan merupakan ringkasan atas
transaksi yang terjadi selama periode tertentu. (Warsono, 2013:205)
Menurut IAI (2016:3) tujuan laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja suatu entitas
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomik oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat
meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan
informasi tersebut.
Menurut IAI (2016:45) “Komponen laporan keuangan SAK
EMKM tidak meliputi laporan perubahan ekuitas maupun laporan
arus kas karena :
1) Pengguna laporan keuangan yang terbatas
2) Relevansi informasi yang dihasilkan oleh laporan keuangan, dan
3) Pertimbangan kemudahan dalam penerapan pengaturan
SAK EMKM.
Menurut IAI (2016:47) “Laporan keuangan entitas mikro, kecil,
dan menengah terdiri dari :
a) Laporan posisi keuangan
b) Laporan laba rugi
Dalam perusahaan manufaktur terdapat sebuah laporan yang
membedakan dengan perusahaan dagang, laporan tersebut
adalah laporan kos produksi.
16. Laporan Kos Produksi
Laporan kos produksi adalah laporan yang mencerminkan
kegiatan produksi suatu entitas pada periode tertentu. Laporan kos
produksi berfungsi untuk mengetahui suatu kos produksi suatu
produk secara rinci.
29

Tabel 2. 19 Laporan Kos Produksi

Persediaan produk dalam proses awal xxx


Kos bahan baku langsung
Persediaan bahan baku awal xxx
Pembelian bahan baku xxx
Kos bahan baku tersedia digunakan xxx
Persediaan bahan baku akhir (xxx)
Total kos bahan baku langsung xxx
Kos tenaga kerja langsung
Kos bagian bahan baku xxx
Kos bagian produksi xxx
Kos Overhead Pabrik
Kos bahan penolong xxx
Kos tenaga kerja tidak langsung xxx
Kos penyusutan mesin pabrik xxx
Kos utilitas pabrik xxx
Kos asuransi pabrik xxx
Total kos overhead pabrik xxx
Total kos produksi yang ditambahkan selama 1 periode xxx
Kos produksi 1 periode yang tersedia diakui sebagai produk jadi xxx
Persediaan produk dalam proses akhir (xxx)
Kos produksi produk jadi selama 1 periode xxx
Sumber : Warsono (2013:249)

Dalam laporan kos produksi akun-akunnya adalah sebagai berikut :


a) Persediaan bahan baku
Persediaan bahan baku adalah persediaan yang dibeli
atau diperoleh untuk diolah menjadi produk jadi, persediaan
bahan baku sering disebut dengan nama bahan mentah.
b) Persediaan produk dalam proses
Produk dalam proses adalah produk setengah jadi yang
memerlukan pengerjaan lebih lanjut lagi untuk menjadi
produk jadi atau produk yang siap untuk dijual.
c) Persediaan produk jadi
Persediaan produk jadi adalah persediaan yang sudah
meliputi seluruh tahapan dalam proses produksi. Biaya yang
30

melekat dalam persediaan barang jadi adalah biaya bahan


baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
d) Kos tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja
yang secara langsung menangani proses produksi.
e) Kos Overhead Pabrik
Kos overhead pabrik merupakan biaya yang tidak
termasuk dalam kos bahan baku langsung dan kos tenaga
kerja langsung. Kos tenaga kerja dapat berupas kos-kos
sebagai berikut :
1) Kos bahan pembantu (kos bahan penolong)
2) Kos penyusutan peralatan pabrik
3) Kos utilitas pabrik
4) Kos tenaga kerja tidak langsung
17. Laporan Laba Rugi
“Laporan Laba Rugi adalah sebuah laporan yang
meyajikan hasil operasi perusahaan yang dituangkan dalam nilai
pendapatan dan beban.” (Sasongko et.al, 2016:83)
31

Tabel 2.20 Laporan Laba Rugi

Penjualan xxx
Retur & keringanan penjualan (xxx)
Potongan Penjualan (xxx)
Penjualan bersih xxx
Persediaan produk jadi awal xxx
Kos produksi produk jadi (KPrPJ) 1 periode xxx
Kos produk jadi siap dijual xxx
Persediaan produk jadi akhir (xxx)
Kos produksi produk terjual (KPrPT) 1 periode (xxx)
Laba bruto (gross profit) xxx
Beban-beban Operasional :
Beban Pemasaran xxx
Beban administrasi & umum xxx
Total beban operasional (xxx)
Laba dari kegiatan operasional xxx
Beban non operasional : Beban tak terduga (xxx)
Laba sebelum pajak penghasilan xxx
Pajak penghasilan (xxx)
Laba bersih setelah pajak penghasilan xxx
Sumber : Warsono (2019:250)

Secara umum, urutan klasifikasi akun nominal dalam laporan


laba/rugi dapat dikelompokkan menjadi :
1) Pendapatan (income,revenue)
Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau
penurunan kewajiban perusahaan, yang berasal dari penjualan
barang atau jasa pada satu periode akuntansi.Pendapatan
dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a) Pendapatan usaha (operating income) yaitu pendapatan
yang diperoleh dari hasil usaha pokok atau utama
perusahaan. Contoh: pendapatan jasa/usaha, penjualan barang
dagangan atau hasil produksi
32

b) Pendapatan di luar usaha/pendapatan lain-lain (The other


income),yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil buka
usaha pokok atau utama perusahaan. Contoh : pendapatan
bunga, pendapatan sewa, penjualan aktiva tetap.
2) Beban usaha (Expense)
Beban adalah biaya yang dimanfaatkan untuk menghasilkan
pendapatan satu periode. Beban dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu:
a) Beban usaha/operasional (operating expense) adalah biaya
yang digunakan untuk mendapatkan pendapatan utama.
Contoh : beban gaji, beban listrik, beban penyusutan.
b) Beban di luar usaha (operating expense) biaya yang
digunakan untuk mendapatkan pendapatan selain utama.
Contoh: rugi penjualan aktiva tetap, beban bunga.

(Sujarweni, 2016:31)2
18. Laporan Posisi Keuangan
“Laporan posisi keuangan (neraca) menyajikan informasi
keuangan tentang ragam aset (mencerminkan penggunaan dana)
maupun ragam liabilitas dan ekuitas. Akun-akun yang terdapat di
laporan posisi keuangan, yaitu akun-akun aset, liabilitas dan ekuitas
yang biasa disebut akun riil atau akun permanen. Laporan posisi
keuangan menyajikan keseimbangan penggunaan dana dan
pemerolehan danayang harus selalu terjaga sebagai perwujudan dari
hukum dana.” Warsono (2013:117)
33

Tabel 2.21 Laporan Posisi Keuangan

ENTITAS
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 DESEMBER 20X8
ASET
Kas dan setara kas
Kas xxxx
Giro xxxx
Deposito xxxx
Jumlah kas dan setara kas xxxx
Piutang usaha xxxx
Persediaan xxxx
Beban dibayar dimuka xxxx
Aset tetap xxxx
Akumulasi penyusutan (xxxx)
JUMLAH ASET xxxx
LIABILITAS
Utang usaha xxxx
Utang Bank xxxx
JUMLAH LIABILITAS xxxx
EKUITAS
Modal xxxx
Saldo laba (debit) xxxx
JUMLAH EKUITAS xxxx

JUMLAH LIABILITAS & EKUITAS xxxx

Sumber : IAI (2016:50)


34

Unsur-unsur laporan posisi keuangan didefinisikan sebagai


berikut :
1) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan yang dari mana manfaat
ekonomik di masa depan diharapkan akan diperoleh oleh entitas.
2) Liabilitas adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu, yang penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomik.
3) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi
seluruh liabilitasnya.
19. Jurnal Penutup
Jurnal penutup adalah jurnal yang digunakan untuk menutup
akun-akun nominal atau yang biasa disebut akun sementara yang
dipindahkan ke elemen ekuitas. (Warsono, 2013:114)
Terdapat beberapa jurnal penutup yang harus dibuat pada akhir
periode yaitu :
a) Penutupan akun-akun penghasilan
Pendapatan Rp XXX
Ikhtisar L/R Rp XXX
b) Penutupan akun-akun beban
Ikhtisar L/R Rp XXX
Beban-beban Rp XXX
c) Penutupan akun ikhtisar laba rugi jika mengalami laba
Ikhtisar L/R Rp XXX
Modal/Saldo laba Rp XXX
d) Penutupan akun ikhtisar laba rugi jika mengalami laba
Modal/Saldo laba Rp XXX
Ikhtisar L/R Rp XXX
35

e) Penutupan akun prive


Modal/Saldo laba Rp XXX
Prive Rp XXX
Warsono (2013:115)
20. Neraca saldo setelah penutupan
Neraca saldo setelah penutupan adalah neraca saldo yang
dibuat setelah akun nominal atau akun sementara ditutup atau
saldonya di nol kan, dengan cara membuat jurnal penutup. Isi dari
neraca saldo setelah penutupan adalah akun-akun riil (aktiva, hutang,
modal) riil, yaitu akun yang saldonya terbawa dari periode ke
periode akuntansi berikutnya. Neraca saldo setelah penutupan
menjadi dasar untuk menyusun neraca awal periode berikutnya. Akun
nominal (pendapatan dan beban) tidak dimasukkan ke dalam neraca
saldo setelah karena sebelumnya saldonya sudah di nol kan di jurnal
penutup. (Sujarweni, 2016:65)
“Fungsi neraca saldo setelah penutupan adalah untuk
memastikan bahwa buku besar telah seimbang, sebelum melakukan
pencatatan untuk periode akuntansi selanjutnya. Tetapi harus
diperhatikan bahwa neraca saldo setelah penutupan hanya terdiri
perkiraan neraca saja.” Susilowati (2016:82)
Contoh neraca saldo setelah penutupan :

Tabel 2.22 Neraca saldo setelah penutupan

Kode Akun Nama akun Debet Kredit

Sumber : Sujarweni (2016:65)


36

21. Penyusutan
Seiring dengan berjalannya waktu aset tetap selain tanah, mulai
kekurangan kemampuannya untuk memberikan jasa. Akibatnya biaya-
biaya aset tetap tersebut perlu dipindahkan ke akun beban secara
sistematis selama masa manfaatnya. Pemindahan biaya ke beban
secara berkala ini disebut penyusutan.
“Tiga metode penyusutan yang seringkali digunakan adalah
Metode Garis Lurus, Metode Unit Produksi, dan Metode Saldo
Menurun.” (Sasongko et.al, 2016:258)
a) Metode garis lurus
Menghasilkan jumlah beban depresiasi yang sama setiap
tahunnya selama masa manfaat asset. Berikut ini adalah rumus
metode garis lurus :

Beban Depresiasi = Harga Perolehan – Nilai Sisa


Masa Manfaat

(Sasongko et.al, 2016:258)


Metode garis lurus mudah dan banyak digunakan, selain itu
juga memberikan alasan yang masuk akal untuk mentransfer
biaya perolehan asset ke beban depresiasi sesuai dengan periode
penggunaan asset dan perolehan pendapatan, serta menghasilkan
nilai beban depresiasi yang sama dari periode satu ke periode
lainnya. Sasongko et.al (2016:258)
Menurut IAI (2016:58) perhitungan beban penyusutan
metode garis lurus adalah sebagai berikut :
Tarif penyusutan tahun ke-1 : 100% / Tahun manfaat
Beban penyusutan pertahun : harga perolehan x tarif penyusutan]
Beban penyusutan perbulan : 1/12 x beban penyusutan pertahun
37

b) Metode unit produksi


Menghasilkan nilai beban depresiasi yang sama
untuk setiap unit yang di produksi atau setiap kapasitas yang
digunakan oleh asset tetap yang bersangkutan.
Berikut ini adalah rumus metode garis lurus :
B. Dep = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Jmlh unit yg akan diproduksi selama masa manfaat
(Sasongko et.al, 2016:259)
c) Metode saldo menurun
Menghasilkan penurunan terhadap beban depresiasi per
periodenya sepanjang masa manfaat asset tetap yang
berasangkutan. Dalam menggunakan metode ini, tarif tahunan
metode garis lurus dua kali. Misalkan tarif saldo menurun untuk
asset dengan masa manfaat 5 tahun adalah 40%, yaitu dua kali
dari tarif garis lurus 20% (100%/5).
(Sasongko et.al, 2016:259)
Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud,
metode, serta tarif penyusutannya berdasarkan pasal 11 Undang-
undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Tabel 2.23 Tarif Penyusutan Harta Berwujud

Tarif Tarif Penyusutan


Penyusutan Berdasarkan Metode
Kelompok Harta Masa Berdasarkan Saldo Menurun
Berwujud Manfaat Metode Garis
Lurus

1. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25 % 50 %
Kelompok 2 8 tahun 12,50 % 25 %
Kelompok 3 16 tahun 6,25 % 12,5 %
Kelompok 4 20 tahun 5% 10 %
2. Bangunan Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10 %
Sumber : Waluyo (2012:135)
38

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.24
Hasil Penelitian Terdahulu

Identitas Andi Ariyanto Puspa Ervilla Agnes Dyah Ayuningtyas


Peneliti 2016/2017 H24066037 D010316030
Sekolah Tinggi Ilmu Institut Pertanian Bogor Politeknik Negeri
Ekonomi Pancasetia 2009 Banjarmasin (2019)

Aspek
Judul Penerapan Sistem Analisa Perumusan dan Penerapan Akuntansi Pokok
Akuntansi Pokok Pada Penerapan Sistem Untuk Menyusun Laporan
Perusahaan Tahu Usaha Akuntansi Pada Usaha Keuangan Berdasarkan
Bakti Banjarbaru Kecil Menengah SAK EMKM Tahun 2018
Pada UMKM Annida
Berkah Utama

Objek Perusahaan Tahu Usaha UKM Waroeng Cokelat UMKM Annida Berkah
Penelitian Bakti Banjarbaru Bogor Utama

Permasalahan Bagaimana penerapan Bagaimana transaksi Bagaimana Penerapan


akuntansi pokok untuk usaha yang terjadi dan Akuntansi Pokok Untuk
menyusun laporan laporan keuangan yang Menyusun Laporan
keuangan pada disusun oleh UKM Keuangan untuk periode
Perusahaan Tahu Usaha
Waroeng Cokelat? Januari – Februari 2019
Bakti Banjarbaru?
berdasarkan SAK EMKM
Bagaimana sistem Tahun 2018 pada UMKM
akuntansi yang tepat Annida Berkah Utama ?
untuk UKM Waroeng
Cokelat?
39

Lanjutan

Tujuan Untuk menerapkan Untuk


Penelitian akuntansi pokok dalam mengidentifikasi Tujuan penelitian dalam
penyusunan laporan transaksi usaha tugas akhir ini adalah untuk
keuangan pada menerapkan akuntansi
yang terjadi dan
Perusahaan Tahu Usaha pokok dalam proses
laporan keuangan penyusunan laporan
Bakti Banjarbaru.
yang disusun oleh keuangan berdasarkan SAK
UKM Waroeng EMKM tahun 2018 pada
Coklat UMKM Annida Berkah
Utama.

Metode Wawancara, Observasi dan Wawancara dan Purposive Penelitian studi kasus
Penelitian Studi Pustaka Sampling

Hasil Penulis menyusun Penulis menyusunkan


Penelitian laporan keuangan pada transaksi keuangan untuk
periode Mei 2016 mengetahui laba periode
September 2008

Sumber : Andi Ariyanto (2017), Puspa Ervilla (2018)

Penelitian yang penulis lakukan memiliki kesamaan dengan penelitian-


penelitian terdahulu dalam beberapa hal yaitu:
1. Menerapkan akuntansi pokok untuk menghasilkan laporan keuangan pada
perusahaan manufaktur
2. Membedakan persediaan menjadi 3 jenis, yaitu persediaan bahan baku,
persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi.
Sementara itu penulis memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu
dalam hal pengerjaan laporan keuangan dan periode penelitiannya. Penulis
menerapkan akuntansi pokok untuk menghasilkan laporan keuangan mulai dari
pencatatan transaksi harian ke jurnal khusus hingga neraca saldo setelah
penutupan.

Anda mungkin juga menyukai