Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Yoga Wahyu Muliawan

NIM : 41119010002

TUGAS 3 ASPEK HUKUM


DALAM PEMBANGUNAN

Kasus Korupsi Pengadaan Proyek di Bakamla

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan empat orang tersangka


dalam kasus dugaan penyalahgunaan wewenang dalam pengadaan Perangkat Transportasi
Informasi Terintegrasi (Backbone Coastal Surveillence System/BCST) pada Badan
Keamanan Laut RI Tahun 2016. Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menjelaskan, kasus
itu bermula ketika terdapat usulan anggaran untuk pengadaan BCSS yang terintegrasi dengan
Bakamla Integrated Information System (BIIS) senilai Rp 400 miliar pada tahun anggaran
2016. "Pada awalnya anggaran untuk pengadaan BCSS yang terintegrasi dengan BIIS belum
dapat digunakan walaupun demikian Bakamla RI tetap memulai proses lelang tanpa
menunggu persetujuan anggaran dari Kementerian Keuangan," kata Alexander, Rabu
(31/7/2019).
Pada 16 Agustus 2016, Unit Layanan Pengadaan Bakamla mengumumkan lelang
pengadaan proyek tersebut dengan pagu anggaran sebesar Rp 400 miliar dan nilai total harga
perkiraan sendiri (HPS) sebesar Rp 399,8 miliar. Sebulan berselang, ULP Bakamla
menetapkan PT CMI Teknologi sebagai pemenang tender. Namun, pada awal Oktober 2016,
Kemenkeu memotong anggaran proyek tersebut. "Meskipun anggaran yang ditetapkan
Kementerian Keuangan untuk pengadaan ini kurang dari HPS pengadaan, ULP Bakamla
tidak melakukan lelang ulang," ujar Alexander.

Alexander menuturkan, ULP Bakamla justru bernegosiasi dalam bentuk Design


Review Meeting antara pihak Bakamla dan PT CMIT terkait dengan pemotongan anggaran.
Pada November 2016, Bambang Udoyo selaku pejabat pembuat komitmen dan Direktur
Utama PT CMIT Rahardjo Pratjihno menandatangani kontrak kerja sama senilai Rp 170,57
miliar.
"Ada kerugian negara diperkirakan Rp 54 miliar. Ini kalau diliat dari besaran kerugian
negaranya, modusnya mungkin mark up, meninggikan harga," ujar Alexander. Bambang dan
Rahardjo telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini, sedangkan dua tersangka
lainnya adalah Leni Marlena dan Juli Amar Ma'ruf sebagai Ketua ULP Bakamla dan Anggota
ULP Bakamla. Adapun kasus ini diungkap KPK setelah melakukan pengembangan dari kasus
pengadaan satelit monitoring di lingkungan Bakamla.

Penulis : Ardito Ramadhan


Editor : Krisiandi
Penyimpangan dan peraturan yang dilanggar:

Pelanggaran terkait Keppres Nomor 80 Tahun 2003.

Penetapan pemenang lelang yang tidak sesuai dengan ketentuan mengenai pelelangan
Keppres Nomor 80 Tahun 2003. Dimana penyalahgunaan wewenang dalam pengadaan
Perangkat Transportasi Informasi Terintegrasi (Backbone Coastal Surveillence
System/BCST) pada Badan Keamanan Laut RI Tahun 2016. Unit Layanan Pengadaan
Bakamla mengumumkan lelang pengadaan proyek tersebut dengan pagu anggaran sebesar Rp
400 miliar dan nilai total harga perkiraan sendiri (HPS) sebesar Rp 399,8 miliar. Sebulan
berselang, ULP Bakamla menetapkan PT CMI Teknologi sebagai pemenang tender. Namun,
pada awal Oktober 2016, Kemenkeu memotong anggaran proyek tersebut.

ULP Bakamla justru bernegosiasi dalam bentuk Design Review Meeting antara pihak
Bakamla dan PT CMIT terkait dengan pemotongan anggaran. Pada November 2016,
Bambang Udoyo selaku pejabat pembuat komitmen dan Direktur Utama PT CMIT Rahardjo
Pratjihno menandatangani kontrak kerja sama senilai Rp 170,57 miliar.
"Ada kerugian negara diperkirakan Rp 54 miliar. Ini kalau diliat dari besaran kerugian
negaranya, modusnya mungkin mark up, meninggikan harga," ujar Alexander.

Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80 Tahun 2003 pasal 32 Ayat 3
bahwa Penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama
dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain. Juga pasal 32 Ayat 4 bahwa Penyedia
barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama dengan
mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan cara dan alasan apapun, kecuali
disubkontrakkan kepada penyedia barang/jasa spesialis.

Anda mungkin juga menyukai