Anda di halaman 1dari 41

TINJAUAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENUMPANG

DI KMP PORA – PORA LINTAS PENYEBERANGAN


BALIGE – ONAN RUNGGU PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2021

PROPOSAL JUDUL
KERTAS KERJA WAJIB

Diajukan Oleh :
Novan Berkat Sozanolo Zendrato
NPT. 1804086

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


LALU LINTAS ANGKUTAN SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – PTDI STTD
2021
TINJAUAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENUMPANG
DI KMP PORA – PORA LINTAS PENYEBERANGAN
BALIGE – ONAN RUNGGU PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2021

KERTAS KERJA WAJIB

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli


Madya Pada Jurusan Diploma III Lalu Lintas Angkutan Sungai
Danau dan Penyeberangan

Diajukan Oleh :
Novan Berkat Sozanolo Zendrato
NPT. 1804086

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


LALU LINTAS ANGKUTAN SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – PTDI STTD
2021
FORMULIR PENGAJUAN PROPOSAL JUDUL KERTAS KERJA WAJIB
(KKW)

Saya Taruna Politeknik Transportasi Darat Indonesia-STTD dengan data sebagai


berikut:

Nama : NOVAN BERKAT SOZANOLO ZENDRATO


Nomor Taruna : 1804086
Jurusan : DIPLOMA III LLASDP

Mengajukan Judul Kertas Kerja Wajib (KKW) dengan data dibawah ini:

Judul Laporan Tugas Akhir : TINJAUAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL


PENUMPANG DI KMP. PORA – PORA LINTAS
PENYEBERANGAN BALIGE – ONAN RUNGGU
PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2021

Lokasi Penelitian : PELABUHAN BALIGE SUMATERA UTARA

Palembang, 27 Juli 2021


Yang mengajukan,

NOVAN BERKAT SOZANOLO ZENDRATO


NPT. 1804086
PENGAJUAN PROPOSAL JUDUL
TINJAUAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENUMPANG
DI KMP PORA – PORA LINTAS PENYEBERANGAN
BALIGE – ONAN RUNGGU PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2021
DI AJUKAN OLEH :
NAMA : NOVAN BERKAT SOZANOLO ZENDRATO
NPT: 1804086
TELAH DISEMINARKAN DI DEPAN DEWAN PENGUJI
PADA TANGGAL 27 JULI 2021 DAN DINYATAKAN MEMENUHI SYARAT
UNTUK PENGAJUAN PROPOSAL JUDUL KERTAS KERJA WAJIB (KKW)
SUSUNAN TIM PENGUJI :

NAMA DOSEN TANDA TANGAN

1. DR. A. Agus Tjahjono, MM., M.Mar.E


NIP. 197106201999031001 ..........................
2. Yohan Wibisono, M.Pd
NIP. 197505102006041001 ...........................
3. Elfita Agustini, MM
NIP. 197108171992032002 ..........................

Palembang, 27 JULI 2021


A.N. DIREKTUR PTDI – STTD
KETUA PROGRAM STUDI
DIPLOMA III LLASDP
BAMBANG SETIAWAN, S.T., M.T
NIP. 19730921 199703 1 002
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman sampul…………………………………………………………………….. i
Halaman Judul………………………………………………………………………. ii
Formulir Pengujian………………………………………………………………….. iii
Halaman Pengesahan………………………………………………………………... iv
Daftar Isi…………………………………………………………………………….. v
Daftar Gambar……………………………………………………………………….. vi
Daftar Tabel………………………………………………………………………….. ix
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai jembatan
bergerak yang menghubungkan suatu wilayah yang terpisahkan oleh adanya perairan.
Kebutuhan transportasi pada suatu daerah disebabkan oleh adanya interaksi antara
aktivitas sosial dan ekonomi di daerah tersebut, serta keinginan manusia untuk terus
melakukan suatu perjalanan dan juga banyaknya kegiatan pengangkutan untuk
memindahkan suatu barang dari suatu tempat ketempat lainnya.
Kabupaten Toba merupakan salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) di Sumatera Utara memiliki potensi keindahan alam yang cukup baik untuk
dikembangkan, salah satunya yaitu danau toba. Kabupaten Toba juga merupakan satu
dari tujuh kabupaten yang mengelilingi Danau Toba, yaitu danau terluas di Indonesia.
Ibu kota dari Kabupaten Toba adalah Balige, Kecamatan Balige memiliki luas
wilayah 91.05 km² atau 4,50% dari total luas Kabupaten Toba. Kecamatan Balige
berada pada 2°15’- 2°21’ Lintang Utara dan 99°00’ - 99°11’ Bujur Timur.
Pelabuhan Balige dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Toba dan dalam
pengawasan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat BPTD Wilayah II Provinsi
Sumatera Utara. Aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Balige hanya melayani satu
lintasan, yaitu lintasan Balige – Onan Runggu. Pada penyeberangan lintasan Balige –
Onan Runggu merupakan lintasan perintis hal ini diperkuat dengan data PT.ASDP
Indonesia Ferry (persero) cabang sibolga tentang peta lintasan, dengan panjang
lintasan sejauh 9,89 mil dengan jarak tempuh pelayaran selama 1 jam. Dipelabuhan
balige terdapat 1 unit kapal motor penyeberangan yaitu KMP Pora-Pora di bawah
pengawasan kementrian perhubungan dan di kelolah oleh PT. ASDP Indonesia Ferry.
KMP Pora-Pora sudah mulai beroperasi sejak tahun 2020 sampai sekarang dan di
harapkan mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan
minimal angkutan penyeberangan kepada pengguna jasa dengan menyediakan
fasilitas di atas kapal yang berpengaruh terhadap keselamatan, kemanan,
kenyamanan, kemudahan serta kesetaraan bagi pengguna jasa di atas kapal.
Untuk melayani dan menampung semua kebutuhan jasa angkutan di bidang
penyeberangan, maka dioperasikan KMP. Pora-Pora dan tentunya dengan hal tersebut
harus memenuhi standar pelayanan minimal angkutan penyeberangan yang
dicantumkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM.
62 Tahun 2019 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan.
Peraturan tersebut merupakan acuan bagi penyedia jasa dan wajib diterapkan untuk
memberikan pelayanan minimal bagi penumpang dan kendaraan di atas kapal dengan
sebaik-baiknya kepada pengguna jasa. Standar pelayanan minimal di dalam kapal
angkutan penyeberangan meliputi keselamatan, keamanan, kenyamanan,
kemudahan/keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan. Penyedia jasa yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam PM. 62 Tahun 2019 dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan berupa pembekuan dan pencabutan izin.
Hasil observasi di lapangan dan meninjau pelayanan penumpang diatas KMP.
PORA – PORA lintas penyeberangan Balige - Onan Runggu belum memenuhi
standar pelayanan minimal terhadap penumpang dari aspek keamanan, kenyamanan
kemudahan/keterjangkauan, dan kesetaraan di atas kapal, seperti kurangnya fasilitas
kesehatan di atas kapal yang berupa ruang medis, kurangnya petugas keamanan di
atas kapal, tidak adanya ruang ibu menyusui, tidak adanya fasilitas berkebutuhan
khusus dan juga tidak tersedia tempat ibadah berupa musholla.
Berdasarkan uraian diatas, maka dianggap perlu meninjau kembali standar
pelayanan minimal penumpang di KMP Pora – Pora pada lintasan Balige – Onan
Runggu berdasarkan peraturan Mentri Nomor 62 Tahun 2019. Oleh karena itu dalam
penulisan Kertas Kerja Wajib ini, penulis mengambil judul : “TINJAUAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENUMPANG DI KMP. PORA-PORA
PADA LINTAS PENYEBERANGAN BALIGE- ONAN RUNGGU PROVINSI
SUMATERA UTARA TAHUN 2021”

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, agar sasaran tidak
menyimpang dari permasalahan, maka dibuat suatu perumusan masalah,Yaitu :
1. Apakah pelayanan terhadap penumpang di KMP Pora-Pora sudah sesuai
dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan pada Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 62 Tahun 2019?
2. Fasilitas apa sajakah yang perlu ditambah di KMP. Pora-Pora untuk
meningkatkan kualitas pelayanan bagi penumpang ?
3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan pelayanan angkutan penyeberangan
terhadap pengguna jasa di kapal penyeberangan KMP. Pora-Pora sehingga
sesuai dengan peraturan Menteri Perhubungan Nomor 62 Tahun 2019
tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah pelayanan penumpang di KMP. Pora-Pora


sudah sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 62 Tahun 2019
2. Untuk mengetahui fasilitas apa sajakah yang perlu ditambah di KMP.
Pora-Pora untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi penumpang
3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang harus dilakukan untuk
meningkatkan pelayanan angkutan penyeberangan terhadap pengguna
jasa di kapal penyeberangan KMP. Pora-Pora sehingga sesuai dengan
peraturan Menteri Perhubungan Nomor 62 Tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan?

1.3.2 Manfaat
Penelitian dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan diharapkan
dapat memberi manfaat antara lain :
1.3.2.1 Manfaat Bagi Taruna
1. Mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama menjalani pendidikan di
Politeknik Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan Program
Diploma III Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
(LLASDP) Palembang dengan kondisi yang sesungguhnya terjadi
dilapangan.
2. Untuk mengetahui gambaran sebenarnya yang ada di lapangan, apakah
sesuai dengan kondisi ideal yang diharapkan oleh undang – undang dan
peraturan yang berlaku.

1.3.2.2 Manfaat bagi pengguna jasa


1. Memberikan pelayan yang baik bagi pengguna jasa agar pengguna jasa
merasa nyaman selama berada di atas kapal.
2. Memberikan pelayanan yang baik bagi pengguna jasa saat pemuatan
kendaraan

1.3.2.3 Manfaat bagi Lembaga Pendidikan


1. Menciptakan SDM yang handal dan berkualitas di bidang ASDP.
2. Meningkatkan kinerja operasional yang berpotensi di bidang ASDP.
1.4 Ruang Lingkup
Agar pokok permasalahan yang dibahas dalam Kertas Kerja Wajib (KKW) tidak
menyimpang dan meluas dari fokus penelitian, maka diperlukan adanya pembatasan :
1. Penelitian ini dilakukan di atas kapal KMP. Pora - Pora yang beroperasi pada
lintasan Balige - Onan Runggu
2. Lokasi penelitian di Pelabuhan Balige kabupaten Toba Provinsi Sumatera
Utara.
3. Masalah yang dibahas mengenai Standar Pelayanan Minimal Angkutan
Penyeberangan berdasarkan PM No. 62 Tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan melalui checklist kondisi
eksisting fasilitas pelayanan di atas kapal KMP. BRR yang meliputi pelayanan
penumpang, pemuatan kendaraan, dan operasional kapal.

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk Untuk mempermudah dalam memahami isi penulisan Proposal penelitian
ini, diperlukan adanya suatu sistem penulisan yang lebih teratur dan mencerminkan
cara-cara penyelesaian yang baik, penyusunan Proposal penelitian ini berdasarkan
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, bagan alir penelitian, dan
sistematika penelitian.
BAB II: LANDASAN TEORI
Menguraikan tentang teori-teori yang mendasari pembahasan secara detail berupa
definisi-definisi atau penjelasan materi judul yang langsung berkaitan dengan ilmu
atau masalah yang diteliti termasuk landasan hukumnya.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang tindak lanjut dari metode penelitian yang dipakai
termasuk cara memperoleh data primer dan data sekunder yang dihubungkan dengan
teknik pengolahan data dengan meggunakan kajian teori analisis dan pada akhirnya
dapat diambil sebuah kesimpulan.
BAB IV: OBJEK PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang ruang lingkup objek penelitian yang di dalamnya
terdapat gambaran wilayah umum lokasi penelitian dan materi apa yang diteliti
selama peneliti terjun ke lapangan.
BAB V: ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Pada bab ini membahas tentang capaian hasil yang digunakan sebagau analisis
data sehingga dapat menghasilkan sebuah kesimpulan yang bermanfaat.
BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang bisa
disampaikan kepada pihak terkait.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Hukum


Adapun landasan hukum yang diambil sebagai landasan teori yang langsung
berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :
2.1.1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
1. Pasal 1 ayat (3) : Angkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau
memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal.
2. Pasal 1 ayat (16) : Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan
tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi.
3. Pasal 1 ayat (36) : Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis
tertentu,yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi
lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis,kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah.
4. Pasal 22 ayat (1) : Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan
jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang
2.1.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010
tentang Angkutan di Perairan.
1. Pasal 1 ayat (1): Angkutan di Perairan, Angkutan Laut Khusus, Angkutan
Laut Pelayaran-Rakyat, Pelayaran-Perintis, Kapal, Kapal Asing, Trayek,
Agen Umum, Usaha Jasa Terkait, Pelabuhan, Pelabuhan Utama,
Pelabuhan Pengumpul, Pelabuhan Pengumpan, Terminal Khusus, Badan
Usaha, dan Setiap Orang adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nom or 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849).
2. Pasal 61 ayat (1): Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau
jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
3. Pasal 61 ayat (2): Kegiatan angkutan penyeberangan dilakukan oleh badan
usaha dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi
persyaratan kelaiklautan kapal serta diawaki oleh awak kapal
berkewarganegaraan Indonesia.
4. Pasal 61 ayat (2): Setiap kapal yang melayani angkutan penyeberangan
wajib:
1) Memenuhi persyaratan teknis kelaiklautan dan persyaratan
pelayanan minimal angkutan penyeberangan;
2) Memiliki spesifikasi teknis sesuai dengan fasilitas pelabuhan yang
digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan atau terminal
penyeberangan pada lintas yang dilayani;
3) Memiliki dan/atau mempekerjakan awak kapal yang memenuhi
persyaratan kualifikasi yang diperlukan untuk kapal penyeberangan;
4) Memiliki fasilitas bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang
dan kendaraan beserta muatannya;
5) Mencantumkan identitas perusahaan dan nama kapal yang
ditempatkan pada bagian samping kiri dan kanan kapal; dan
6) Mencantumkan informasi atau petunjuk yang diperlukan dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
2.1.3 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Tata Cara
penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
Persyaratan kesehatan Ruang ASI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (2) paling sedikit meliputi:
a. Tersedianya ruangan khusus dengan ukuran minimal 3x4 m2 dan/atau
disesuaikan dengan jumlah pekerja perempuan yang sedang menyusui
b. Ada pintu yang dapat dikunci, yang mudah dibuka/ditutup
c. Lantai keramik/semen/karpet
d. Memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup
e. Bebas potensi bahaya di tempat kerja termasuk bebas polusi lingkungan
cukup tenang jauh dari kebisingan
f. Penerangan dalam ruangan cukup dan tidak menyilaukan
g. Kelembapan berkisar antara 30-50%, maksimum 60%
h.Tersedia wastafel dengan air mengalir untuk cuci tanagn dan mencuci
peralatan

2.1.4 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2019 tentang


Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 104 tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan, dalam pasal 32 telah
diatur ketentuan mengenai persetujuan pengoperasian kapal angkutan
penyeberangan memuat:
a. Surat izin usaha angkutan penyeberangan;
b. Persetujuan pendahuluan pengadaan kapal sesuai dengan daerah operasi
bagi badan usaha yang belum memiliki kapal
c. Surat dan dokumen persyaratan kelaiklautan kapal yang permanen atau
sementara;
d. Lintas yang dilayani;
e. Spesifikasi teknis kapal yang akan dioperasikan dan pemenuhan standar
pelayanan minimal angkutan penyeberangan;
f. Bukti kepemilikan kapal (Grosse Akta).

2.1.5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 62 Tahun 2019 tentang Standar


Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan
1. Pasal 1 Ayat (1) : Standar Pelayanan Minimal Angkutan Penyeeberangan
yang selanjutnya disebut SPM Angkutan Penyeberangan adalah
persyaratan minimal yang harus dienuhi oleh perusahaan angkutan
penyeberangan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa.
2. Pasal 1 Ayat (2) : Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan / atau
jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
3. Pasal 1 Ayat (3) : Kapal Angkutan Penyeberangan adalah kapal motor
penyeberangan yang merupakan kendaraan air yang digerakkan tenaga
mekanik, berfungsi sebagai jembatan bergerak untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya yang masuk dan keluar
melalu pintu rampa yang berbeda, memiliki konstruksi lambung dasar
ganda serta memiliki paling sedikit 2 (dua) mesin induk.
4. Pasal 1 ayat (5) : Petugas Pemeriksa SPM Angkutan Penyeberangan
adalah aparatur sipil negara di lingkungan Direktorat Jenderal yang
mempunyai kualifikasi dan keahlian di bidang Angkutan Sungai, Danau,
Dan Penyeberangan.
5. Pasal 2 ayat (1) : Badan Usaha Angkutan Penyeberangan yang
megoperasikan Kapal Angkutan Penyeberangan harus memenuhi SPM
Angkutan Penyeberangan.
6. Pasal 2 ayat (2) : SPM Angkutan Penyeberangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas :
a. SPM Angkutan Penyeberangan untuk pelayanan penumpang ;
b. SPM Angkutan Penyeberangan untuk pemuatan kendaraan; dan
c. SPM Angkutan Peyeberangan untuk pengoperasian kapal.
7. Pasal 3 ayat (1) : SPM Angkutan Penyeberangan untuk pelayanan
penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a meliputi
aspek :
a. Keselamatan;
b. Keamanan;
c. Kenyamanan;
d. Kemudahan; dan
e. Kesetaraan.
8. Pasal 3 ayat (2) : SPM Angkutan Penyeberangan untuk pemuatan
kendaraan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf b meliputi
aspek :
a. Keselamatan;
b. Keamanan; dan
c. Kemudahan.
9. Pasal 3 ayat (3) : SPM Angkutan Penyeberangan untuk pengoperasian
kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf c meliputi
aspek :
a. Keamanan;
b. Kenyamanan; dan
c. Keteraturan

2.2 Landasan Teori


Agar penelitian tidak terjadi kekeliruan dalam membahas masalah maka
perlu adanya teori-teori yang berhubungan dengan objek penelitian. Adapun teori-
teori yang dibahas sebagai berikut:
2.2.1 Angkutan Penyeberangan
Menurut Abu Bakar (2013), pada awalnya angkutan penyeberangan
adalah pelayanan yang menggunakan rakit untuk menyeberangi sungai
karena belum ada jembatan atau karena jembatan putus. Rakit digerakkan
oleh tenaga manusia melalui tongkat pendorong atau memakai pendayung,
dan pada periode berikutnya menggunakan motor sebagai alat penggerak.
2.2.2 Definisi Transportasi
Menurut Fidel Miro (2004), Transportasi dapat diartikan sebagai suatu
usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu
objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain ini objek
tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu.

2.2.3 Standar Pelayanan


Menurut Abu Bakar (2013), Standar Pelayanan Minimal (SPM)
ditujukan kepada pengusaha angkutan penyeberangan yang telah memiliki
persetujuan pengoperasian angkutan penyeberangan. Penetapan Standar
Pelayanan Minimal berfungsi untuk menjamin kepastian dalam memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat pengguna jasa angkutan
penyeberangan yang aman, nyaman, tertib dan lancar serta sesuai dengan
daya jangkau masyarakat.
Perusahaan angkutan penyeberangan yang melayani lintas sesuai
dengan persetujuan angkutan penyeberangan yang telah diberikan, harus
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengoperasikan kapal secara tepat waktu sesuai dengan jadwal sejak
saat pemberangkatan sampai di tempat pelabuhan penyeberangan
tujuan.
b. Memelihara kebersihan dan kenyamanan kapal yang dioperasikan.
c. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pengguna jasa.
d. Mempekerjakan awak kapal yang dilengkapi dengan pakaian seragam
dan menggunakan tanda pengenal perusahaan.

2.2.4 Peningkatan Pelayanan


Peningkatan Pelayanan menurut Dr. H. Bahrul Kirom (2010),
merupakan salah satu upaya perusahaan untuk memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada konsumen. Program peningkatan pelayanan
tersebut menjadi sangat penting, mengingat sebagai perusahaan yang
melayani kebutuhan masyarakat luas (public service), maka tuntutan
pelayanan yang diberikan secara baik dan sebagaimana mestinya menjadi
suatu keharusan. Masalah yang timbul adalah bahwa pada perusahaan
yang melayani kebutuhan masyarakat luas menjadi suatu hal yang langka
bagi para pelaksana perusahaan, apalagi perusahaan tersebut merupakan
perusahaan dengan status badan usaha milik negara, dan merupakan
perusahaan dengan jasa produk monopoli dan dibutuhkan masyarakat luas.
Program peningkatan pelayanan ini menjadi sesuatu program yang
mungkin dianggap aneh bagi para staf pelaksana perusahaan yang bersifat
monopoli itupun masih dibutuhkan masyarakat luas.
Dalam hal perhitungan persentase kesesuaian standar Pelayanan,
penulis menggunakan rumus sebagai berikut :
∑ pelayanan yang sesuai
Persentase kesesesuaian = 𝑥 100 %
∑ total jenis pelayanan

Dengan perhitungan ini, dapat diketahui berapa persen tingkat


kesesuaian standar pelayanan penumpang diatas kapal dengan kondisi
eksisting yang ada di Pelabuhan Penyeberangan Balige. Hasil ini sangat
mempengaruhi atas pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alur Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian diperlukan suatu rancangan mulai dari
awal sampai proses itu selesai. Rancangan tersebut dapat ditunjukkan pada
gambar bagan alur penelitian. Bagan alur penelitian ini dapat dilihat pada gambar
3.1 di bawah ini.

Pengamatan Identifikasi Masalah


Mulai

Pengumpulan Data

DATA PRIMER DATA SEKUNDER


 Produktifitas penumpang dan kendaraan  Karakteristik Kapal
selama 15 hari  Produktifitas kapal
 Survey pelayanan di atas kapal dengan
menggunakan form survey standar
pelayanan penumpang berdasarkan PM
No. 62 Tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan
Penyeberangan.

Analisis Data

Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian


3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini mengunakan beberapa metode untuk mendapatkan data
sebagai bahan acuan dan perbandingan. Data yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
3.2.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat dari apa yang terjadi di lapangan. Dalam pengumpulan data
primer ini penulis melakukan pengamatan secara langsung di KMP. Pora - Pora.
Adapun survey yang dilakukan yaitu Survey Pelayanan Penumpang di atas kapal
dengan menggunakan form survey dengan jenis pelayanan, uraian, indikator, dan
tolak ukur yang ada di Lampiran I PM 62 tahun 2019 tentang standar pelayanan
minimal angkutan penyeberangan, dan juga melakukan survey produktifitas
penumpang.
3.2.2 Data Sekunder (Data Olahan)
Data sekunder adalah data yang didapat berdasarkan pengamatan pihak lain
dan berupa laporan secara tertulis, dalam memperoleh data sekunder penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Metode Institusional
Data-data yang dikumpulkan dari berbagai instansi yang terkait.
Berikut instansi yang terkait :
a. Satpel Balige
b. Dinas perhubungan kabupaten Toba
c. BPTD Wilayah II PROV. Sumatera Utara

2. Metode Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari teori – teori dan buku – buku serta
modul yang ada sebagai bahan referensi dalam menganalisa dan
pembahasan masalah. Penulis juga membuat bagan alir penelitian,
dimana dalam penulisan laporan ini dapat diidentifiksikan semua data
yang telah dikumpulkan.
3.2.3 Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud dan tujuan, terutama dalam kegiatan pelayanan terhadap
pengguna jasa. Berikut ini adalah data karakteristik pada KMP. Pora – pora

Tabel 3.1
Karakteristik KMP PORA – PORA
Nama kapal KMP. PORA – PORA
(1) (2)
Milik PT. ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO)
Tahun pembuatan 2018
Lintasan Balige – Onan Runggu
Kapasitas angkut penumpang 180 orang
Kapasitas Kendaraan 12 unit
Jumlah ABK 10 orang

Tipe kapal RO-RO


1. Panjang seluruh (LOA) 39,38 m
2. Panjang (LBP) 35,01 m
3. Lebar (B) 11 m
4. Dalam (D) 3,30 m
5. Sarat air (d) 2,475 m
6. GRT 462 GT
7. Merk MITSUBISHI
8. Type DMT 260 HL
9. Jumlah mesin 2 (dua) unit
10 .Kecepatan rata-rata 10 knot
11. RPM 2100 RPM
Sumber PT.ASDP INDONESIA FERRY
Sumber: Dokumentasi Tim PKL sumut 2021
Gambar 3.2 KMP. Pora – Pora di Pelabuhan Balige

3.3 Metode Analisa

Analisa untuk mengetahui kondisi pelayanan dan kriteria pelayanan yang


belum terpenuhi terhadap penumpang di atas kapal dengan cara membandingkan
tolok ukur layanan yang terdapat pada PM Perhubungan nomor 62 tahun 2019
dengan kondisi pelayanan eksisting di atas KMP. Pora – Pora.
3.3.1 klasifikasi atau Indikator Standar Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan.

1. Keselamatan
Tabel 3.2
SPM Penumpang Dari Aspek Keselamatan
Jenis
No Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan
Pelayanan
1 Keselamatan
a. Informasi dan Informasi fasilitas keselamatan paling Ketersediaan Harus tersedia
sedikit meliputi: informasi
fasilitas
1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) fasilitas
keselamatan 2) Sprinkler dan Alarm Pendeteksi Asap keselamatan Informasi fasilitas
3) Life Jacket dan kesehatan keselamatan dan
4) Life Buoy yang mudah kesehatan paling
5) Life Raft dilihat dan sedikit berupa:
6) Sekoci dibaca oleh a. Sticker
7) Petunjuk jalur evakuasi penumpang b. Video
8) Titik kumpul evakuasi c. Audio
9) Informasi fasilitas kesehatan mudah d. Papan petunjuk
dilihat dan dibaca, paling sedikit:
a) Ruang medis (tersedia tempat informasi
tidur, tandu, kursi roda, obat-
obatan, tabung oksigen);
b) perlengkapan P3K (Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan)
b. Fasilitas Ketersediaan peralatan penyelamatan a. Kondisi Ketersediaan
darurat dalam bahaya (kebakaran, b. Ketersediaan a. Life Jacket tersedia
Keselamatan alat
kecelakaan atau bencana alam c. Fungsi sebanyak 110% dari
keselamatan jumlah kapasitas
penumpang
yang mudah
terlihat dan b. Jumlah ratio
penggunaan life raft,
terjangkau
life buoy, sekoci
antara lain: c. lemari/kotak tempat
jaket keselamatan (life
a. Alat
jacket) Kapasitas 1
Pemadam (satu) lemari
maksimal memuat 100
Kebakaran
jaket keselamatan (life
b. Sprinkler dan jacket) dan tidak
terkunci serta sesuai
Alarm dengan kapasitas
Pendeteksi Asap penumpang yang
tertera pada SKKP
c. Life Jacket (Sertifikat
d. Life Buoy Keselamatan Kapal
Penumpang)
e. Life Raft d. jumlah
f. Sekoci ketersediaan life
jacket anak 10
g. Petunjuk jalur (sepuluh) persen.
evakuasi
h. Titik kumpul
evakuasi
c. Fasilitas Ketersediaan fasilitas kesehatan untuk Ketersediaan Fasilitas kesehatan
penanganan darurat
Kesehatan antara lain:
a. Ruang medis
(tersedia tempat tidur,
tandu, kursi roda, Dilengkapi Pendingin
ruangan (kipas angin
obat-obatan, tabung dan/atau AC
oksigen)
b. perlengkapan P3K
(Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan)
2. Keamanan

Tabel 3.3
SPM Penumpang Dari Aspek Keamanan

no Jenis
Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan
Pelayanan
2 Keamanan

a. Tersedia CCTV meliputi: CCTV dapat berfungsi dan


a. Fasilitas Peralatan pencegah tindak Ketersediaan 1) Ruang Penumpang; dan rekaman dapat dimanfaatka
keamanan criminal 2) Fasilitas vital lainnya

b. Petugas Berupa petugas keamanan yang Ketersediaan Harus tersedia Paling sedikit 1 (satu) orang
keamanan memiliki sertifikasi per hari

c. Informasi Berupa stiker dengan nomor Ketersediaan


gangguan telepon dan/atau SMS layanan Harus tersedia dan mudah
keamanan pengaduan diakses
3. Kenyamanan

Tabel 3.4
SPM Penumpang Dari Aspek Kenyamanan
Jenis
No Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan
Pelayanan
3 Kenyamanan
a. Tinggi ruangan paling rencang 1.90 m
b. Tempat duduk penumpang dengan Area bersih 100% dan tidak berbau
ukuran paling sedikit lebar 50 cm dan yang berasal dari dalam kapal
a. Ruang Ruangan / tempat yang panjang 50 cm
Penumpang disediakan untuk penumpang a. Kondisi baik c. Ruang Lesehan / Tatami (Untuk kelas
Ekonomi (ruang tertutup dan/atau dan bersih ekonomi dengan lama berlayar> 8 jam)
Reguler ruangan terbuka) b. Ketersediaan d. Kipas Angin/AC
e. TV/Video/Audio
f. Tempat sampah
g. Area bersih 100%
h. Pengeras suara
i. Terdapat ventilas
a. Tinggi ruangan paling rendah 1.90 m
b. Tempat duduk dengan sandaran tangan
untuk masing-masing penumpang dan setiap
kursi dilapisi bantalan dan sandaran jok, serta
ditempatkan pada ruangan penumpang geladak
Ruangan / tempat yang tertutup ukuran tiap kursi paling sedikit lebar 50
b. Ruang disediakan untuk penumpang a. Kondisi cm dan panjang 50 cm
Penumpang (ruangan tertutup dan/atau b. Ketersediaan c. Kursi Reklining / Reclining Seat (Luas Area bersih 100% dan tidak berbau yang
Non Ekonomi ruangan terbuka ukuran kursi paling sedikit lebar 50 cm dan berasal dari dalam kapal
Reguler panjang 60 cm tiapkursi)
d. Kursi Sofa (kursi panjang yang memiliki
lengan dan sandaran, berlapis busa dan
upholsteiy (kain pelapis) Ukuran sofa per
orang paling sedikit dengan lebar 50 cm dan
panjang 60 cm) e. AC
f. TV/Video/Audio
g. Tempatsampah
h. Area bersih 100%
i. Pengeras suara
Terdapat ventilasi.
a. Tersedia 1 (satu) toilet untuk 50
c. Toilet Tersedianya Toilet a. Jumlah penumpang dan / atau minimal terdapat a. Ratio : 1 toilet untuk 50 orang b.
Reguler b. Kondisi toilet terpisah untuk setiap gender; Disediakan air tawar
b. Area bersih dan tidak berbau yang
berasal dari dalam toilet.

a. Tersedia tempat wudhu, alat sholat dan a. Disediakan tempat duduk bagi
d. Musholla Fasilitas untuk melakukan a. Ketersediaan karpet penyandang disabilitas untuk
Ibadah b. Kondisi b. Tersedia kipas angin/AC melakukan ibadah
c. Area bersih dan tidak berbau yang b. Disediakan air tawar
berasal dari dalam Musholla

e. Ruang a. Tersedia Kursi/Sofa dengan sandaran


a. Ketersediaan
Menyusui Fasilitas untuk ibu dan anak Tangan
b. Kondisi b. Tersedia AC/ Kipas Angin/Fentilasi Udara.
Reguler
Berfungsi sebagai sumber
cahaya di fasilitas penumpang
f. Lampu dan vital lainnya untuk Intensitas cahaya 200 – 300 lux
Penerangan memberikan rasa nyaman bagi
pengguna jasa
a. tidak boleh ditempatkan pada geladak
dapur / kantin / kafetaria
g. Dapur/ yang dipergunakan untuk kendaraan
ditempatkan di ruang a. Tempat b. harus menggunakan kompor listrik
Kantin/ penumpang atau ruang b. Ketersediaan
Kafetaria c. mempunyai sistem lubang angin/ ventilasi
santai penumpang
udara dan pembuangan air kotor yang terpisah
dengan ruang akomodasi
4. Kemudahan/ Keterjangkauan

Tabel 3.5
SPM Penumpang Dari Aspek Kemudahan/ Keterjangkauan
Jenis
No Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan
Pelayanan
4 Kemudahan/Keterjangkauan
Infromasi yang a. Informasi dalam bentuk visual diletakkan ditempat yang
disampaikan di dalam terinformasikan dan mudah dilihat
kapal kepada pengguna jasa
a.Informasi yang terbaca dan a. Tempat b. b. Informasi dalam bentuk audio harus jelas terdengar dengan
Pelayanan Ketersediaan intensitas suara 20 dB lebih besar dari kebisingan yang ada

Fasilitas yang disediakan


b. Fasilitas untuk memberikan informasi Disediakan petugas
layanan perjalanan kapal dan layanan Ketersediaan Mempunyai ruang atau tempat dan memiliki 1 (satu) meja kerja informasi dan/atau
penumpang menerima pengaduan Pramugari
Reguler

Memberikan kemudahan Tersedia tempat yang aman dalam penempatan barang bawaan
bagi penumpang untuk
d. Fasilitas Barang bawaan
membawa dan menempatkan Ketersediaan
Bagasi penumpang yang dijinjing
Penumpang barang bawaan
a. Disediakan tempat
Memberikan kemudahan a. Sampai dengan 100 penumpang, jarak paling sedikit 800 mm duduk bagi penyandang
e. Gang/ Jalan akses keluar/masuk bagi a. Luas b. di atas 100 penumpang, jarak paling sedikit 100 cm disabilitas untuk
penumpang b. Kondisi c. di atas 1.000 penumpang, jarak paling sedikit 120 cm melakukan ibadah
b. Disediakan air tawar

a. Lebar tangga paling sedikit 100 cm


Memberikan kemudahan b. Sudut kemiringan tangga penumpang yang menghubungkan antar
f. Tangga akses naik/turun bagi a. Luas geladak tidak boleh melebihi 45°derajat
penumpang b. Kondisi c. tidak licin
d. kondisi bersih
.

5. Kesetaraan

Tabel 3.6
SPM Penumpang Dari Aspek Kesetaraan
No Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan
5 Kesetaraan
Fasilitas bagi a. Terdapat mobile ramp dengan kemiringan maksimum 20o
Fasilitas bagi penumpang untuk menyambung dari platform ke kapal
penumpang penyandang b. Tersedianya kursi roda
berkebutuhan disabilitas, manusia kemudahan
c. Akses prioritas
khusus lanjut, anak-anak d. Kemudahan akses untuk ke toilet
maupun ibu hamil e. Tersedia ruang khusus ibu menyusui

3.3.3 Kesesuaian Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Penyeberangan di KMP. PORA – PORA

Tabel 3.7
Kesesuaian Standar Pelayanan Penumpang di Atas KMP. PORA – PORA
NO Jenis Pelayanan Sesuai Tidak Sesuai Keterangan Dokumentasi
1 Keselamatan
a. Informasi Keselamatan dan Kesehatan √ Dapat terlihat dengan jelas

b. Fasilitas Keselamatan √ Tersedia dan mudah di jangkau -


c. Fasilitas kesehatan √ Tidak tersedia ruang medis (tidak ada
tempat tidur, tidak tersedia kursi
roda, obat – obatan dan tabung
oksigen) yg tersdeia hanyalah kamar
ABK.

2 Keamanan
a. Fasilitas keamanan √ Tersedia CCTV yang berfungsi
dengan baik

b. Petugas Keamanan √ Tidak terdapat petugas keamanan di -


atas kapal
c. Informasi gangguan keamanana √ Tidak terdapat informasi ganguan -
keamanan berupa stiker telepon
atau sms layanan pengaduan
3 Kenyamanan
a. Ruang Penumpang Ekonomi Reguler √ Sesuai

b. Ruang ekonomi Non ekonomi √ Sesuai


Reguler

c. Toilet √ Bersih dan tidak berbau

d. Musholla √ Tidak Tersedia tempat ibadah -


berupa Musholla
e. Ruang menyusui √ Tidak Tersedia Ruangan Khusus -
untuk ibu menyusui
f. Lampu penerangan √ Sesuai

g. Dapur/ Kantin/ Kafetaria √ Tersedia Dapur/Kantin/Kafetaria


yang dilengkapai kompor listrik
dan mempunyai ventilasi udara

4 Kemudahan / Keterjangkauan
a. Informasi Pelayanan √ Sesuai, dimana intensitas suara
lebih besar dari kebisingan yg ada

b. Fasilitas Layanan Penumpang √ Tidak terdapat meja untuk layanan -


Reguler penumpang
c. Fasilitas Bagasi Penumpang √ Tidak tersedia bagasi penumpang

d. Gang / Jalan √ Sesuai

e. Tangga √ Sesuai
Kondisi tangga bersih dan tidak
licin

5 Kesetaraan
Fasilitas bagi penumpang berkebutuhan √ Tidak terdapat akses untuk
khusus penumpang berkebutuhan khusus
seperti kursi roda

TABEL 3.8
JADWAL PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DAN MAGANG
MAGANG PKL
MARE
NO KEGIATAN APRIL MEI JUNI JULI
T
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
LAPORAN KEDATANGAN TARUNA KE BPTD WIL.II PROVINSI
1.
SUMATERA UTARA
2. PENGENALAN WILAYAH MAGANG DAN PKL
3. OBSERVASI WILAYAH KERJA PELABUHAN
PEMBAGIAN TUGAS DAN KEWAJIBAN SELAMA DI LOKASI
4.
MAGANG DAN PKL
5. SURVEY DATA SEKUNDER
6. SURVEY FASILITAS DARAT PELABUHAN
7. SURVEY SARANA ANGKUTAN
8. SURVEY STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI KMP PORA – PORA
SURVEY WAKTU MANUFER KAPAL ( KEBERANGKATAN DAN
9.
KEDATANGAN )
10. SURVEY PRODUKTIVITAS PELABUHAN
11. BIMBINGAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
12. REKAPITULASI HASIL SURVEY
13. PENYUSUNAN LAPORAN PKL
14. PENYUSUNAN LAPORAN MAGANG
15. LAPORAN KEGIATAN MAGANG DAN PKL KEPADA PIHAK BPTD
Sumber: Hasil Analisa Tim PKL, 2021
: Penyusunan Laporan, Posko Angkutan Lebaran, dan Laporan kegiatan
: Pengenalan wilayah, Observasi, dan Bimbingan PKL
: Pelaksanaan Surey
DAFTAR PUSTAKA

1. ______________, 2008, Undang – Undang Nomor 17 Tentang Pelayaran.


2. ______________, 2010, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20
Tentang Angkutan di Perairan.
3. _______________, 2013, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tentang
Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu
Ibu.
4. ________________, 2019, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tentang
Penyelengaraan Angkutan Penyeberangan.
5. ________________, 2019, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 62 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan.
6. Bakar, Abu, 2013, Angkutan Penyeberangan, Lipo, Jakarta
7. Miro, Fidel, 2004, Transportasi, Lipo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai