Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

ANALISIS KETERSEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN


NELAYAN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR
PELAYANAN MINIMAL (SPM) LINGKUNGAN DI DESA
TINDAKI KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN
PARIGI MOUTONG

Diajukan sebagai :
Proposal Tugas Akhir Program Studi S-1
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Di Susun Oleh :
OKSHA ARTHA ABRIANTO
Stb. F 231 15 056

Dibimbing Oleh :
Ir. H. Sarifuddin, M.T
NIP. 19651231 199203 1 033
Khairinrahmat, S.T, M.T
NIP. 19870321 201903 1 012

PROGRAM STUDI S1 PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
KOTA PALU
2022
REKOMENDASI
TUGAS AKHIR

ANALISIS KETERSEDIAAN PRASARANA NELAYAN DENGAN


MENGGUNAKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
LINGKUNGAN DI DESA TINDAKI KECAMATAN PARIGI SELATAN
KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Oleh :
OKSHA ARTHA ABRIANTO
Stambuk. F 231 15 056

Palu, …………… …..2022


Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Ir. H. Sarifuddin, M.T Khairinrahmat, S.T, M.T


NIP. 19651231 199203 1 033 NIP. 19870321 201903 1 012

Palu, …. …… ………2022
Menyetujui,
Koordinator Program Studi S1
TeknikPerencanaan Wilayah dan Kota

Ir. H. Sarifuddin, M.T


NIP. 19651231 199203 1 033
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat
dan Anugerah-Nya kepada kita di Alam semesta ini. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Alhamdulillahirabbal a’lamin atas izin-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal yang berjudul “Analisis Ketersediaan Prasarana
Permukiman Nelayan Dengan Menggunakan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Lingkungan Di Desa Tindaki Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi
Moutong”.

Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat yang mungkin dalam teknis
penyajiannya masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penyusun senantiasa
sangat mengharapkan sumbang saran, sumbang pemikiran untuk lebih
menyempurnakan isi dari proposal ini.

Palu,………April 2022

Oksha Artha Abrianto


F 231 15 056
DAFTAR ISI

PROPOSAL TUGAS AKHIR..................................................................................i


REKOMENDASI....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.4 Sasaran Penelitian......................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Pengertian Permukiman............................................................................4
2.2 Permukiman Nelayan................................................................................5
2.3 Prasarana dan Sarana Permukiman Nelayan.............................................5
2.3.1 Prasarana Permukiman Nelayan........................................................5
2.3.2 Sarana Permukiman Nelayan.............................................................7
2.4 Kriteria Prasarana dan Sarana Permukiman Nelayan................................8
2.4.1 Kriteria Prasarana Permukiman Nelayan...........................................8
2.4.2 Kriteria Sarana Permukiman Nelayan..............................................11
2.5 Standar Pelayanan Minimal Prasarana Lingkungan Permukiman..........14
2.6 Penelitian Sejenis....................................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................22
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................22
3.2 Lokasi Penelitian.....................................................................................22
3.3 Jenis dan Sumber Data............................................................................24
3.4 Variabel Penelitian..................................................................................24
3.5 Metode Pengumpulan Data.....................................................................25
3.6 Metode Analisis Data..............................................................................25
3.7 Teknik Analisis........................................................................................26
3.8 Diagram Alir Penelitian...........................................................................27
3.9 Jadwal Pelaksanaan.................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
DAFTAR TABEL
Tabel II 1 Standar Pelayanan Minimal Prasarana Lingkungan Permukiman........22
Tabel II 2 Penelitian Sejenis..................................................................................20
Tabel III 1 Jenis dan Kebutuhan data.....................................................................24
Tabel III 2 Variabel Penelitian...............................................................................24
Tabel III 3 Tingkat Indeks.....................................................................................26
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3 1 Lokasi Penelitian................................................................................23


Gambar 3 2 Diagram Alir Penelitian.....................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tantangan dalam perencanaan dan pengembangan wilayah di
Indonesia adalah masalah permukiman. Peningkatan konsentrasi lingkungan
permukiman sering tidak diikuti dengan peningkatan prasarana dan sarana
permukiman. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, maka bertambah
pula kebutuhan terhadap prasarana dan sarana lingkungan. Ketersediaan prasarana
dan sarana merupakan suatu kelengkapan fasilitas lingkungan yang dapat
menunjang setiap kegiatan yang terjadi di dalam lingkungan perumahan. Fasilitas
yang tersedia berupa prasarana lingkungan meliputi jaringan jalan, air bersih,
listrik, drainase, persampahan dan telepon serta sarana lingkungan berupa fasilitas
pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan, pemerintahan dan pelayanan
umum, serta olahraga dan rekreasi.

Permukiman nelayan merupakan lingkungan tempat tinggal dengan sarana


dan prasarana dasar yang sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat
yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan dengan kawasan perairan sebagai
tempat mereka mencari nafkah, meskipun demikian sebagian dari mereka masih
terkait dengan daratan. Kawasan permukiman nelayan haruslah memenuhi
prinsip-prinsip layak huni yaitu memenuhi persyaratan teknis, persyaratan
administrasi maupun persyaratan lingkungan. Dari berbagai parameter tentang
permukiman dan karakteristik nelayan dapat dirumuskan bahwa permukiman
nelayan merupakan suatu lingkungan masyarakat dengan prasarana dan sarana
yang harusnya mendukung serta mempunyai keterkaitan dengan sumber mata
pencaharian mereka sebagai nelayan.

Kelurahan Tindaki merupakan Kelurahan yang berada di Kecamatan Parigi


Selatan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah yang secara
geografis sebagian wilayahnya berada pada pesisir pantai. Aktivitas-aktivitas
penduduk sebagian besar berorientasi pada wilayah pesisir seperti mata
pencaharian sebagai nelayan, pola kehidupan masyarakat yang terbuka terhadap
masyarakat lainnya dan sikap gotong royong terhadap para penduduk. Hal ini
yang menyebabkan pemerintah mengadakan program infrastruktur perumahan
nelayan.

Berdasarkan kondisi eksisting, permukiman nelayan di Desa Tindaki


Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong, yang telah terbangun
belum maksimal. Hal ini terjadi karena sarana permukiman yang ada belum
memadai dan belum sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Sama
halnya dengan sarana, prasarana lingkungan seperti jaringan jalan dan drainase
yang tidak memenuhi standar pelayanan serta tempat pembuangan sampah tidak
tersedia, menyebabkan masyarakat membuang sampah disembarang tempat
sampai ke laut sehingga air laut menjadi tercemar. Oleh sebab itu penelitian ini
berjudul “Analisis Ketersediaan Prasarana dan Sarana Permukiman Nelayan Desa
Tindaki Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong”

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas adalah bagaimana kondisi ketersediaan prasarana
permukiman nelayan di Desa Tindaki berdasarkan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) 534/KPTS/M/2001 dan Parsitipatif masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui ketersediaan permukiman nelayan di Desa Tindaki
berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Parsitipatif masyarakat

1.4 Sasaran Penelitian


Adapun sasaran dari penelitian ini yaitu untuk menilai ketersediaan
prasarana dan sarana permukiman nelayan di Desa Tindaki berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dan Parsitipatif masyarakat:
1. Mengidentifikasi ketersediaan prasarana dan sarana permukiman
nelayan di desa Tindaki Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi
Moutong
2. Menganalisis ketersediaan prasarana dan sarana permukiman nelayan
desa Tindaki Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong
3. Merumuskan ketersediaan prasarana dan sarana permukiman nelayan
desa Tindaki Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari penulisan ini sebagai
berikut:
1. Manfaat Bagi Pemerintah
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan sumbangan
informasi bagi pemerintah dalam analisis dan identifikasi terhadap
prasarana dan sarana permukiman nelayan di Desa Tindaki Kecamatan
Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong
2. Manfaat Bagi Masyarakat
Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat Desa Tindaki untuk
mengetahui bagaimana ketersediaan prasarana dan sarana di permukiman
nelayan di Desa Tindaki
3. Manfaat Bagi Akademis
Hasil Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dalam hal menambah wawasan tentang prasarana dan
sarana permukiman nelayan yang sesuai dengan Standar Pelayanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Permukiman


Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan (UU No 1 tahun 2011 tentang perumahan dan permukiman), sedangkan
dalam (Undang-Undang No. 4 1992) Permukiman adalah sebagai bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan
maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Menurut Daxiadis dalam Muta’ali (2013) bahwa permukiman adalah
penataan kawasan yang dibuat oleh manusia dan tujuannya adalah untuk berusaha
hidup secara lebih mudah dan lebih baik (terutama pada masa kanak- kanak)
memberi rasa bahagia dan rasa aman (seperti diisyaratkan oleh Aristoteles)
dengan mengandung kesimpulan untuk membangun manusia seutuhnya,
sementara Batubara merumuskan bahwa permukiman adalah suatu kawasan
perumahan yang ditata secara fungsional, ekonomi dan fisik tata ruang yang
dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana umum dan Sarana sosial sebagai
satu kesatuan yang utuh dengan membudidayakan sumber daya dan dana,
mengelolah lingkungan yang ada untuk mendukung kelangsungan perikatan mutu
kehidupan manusia, memberikan rasa aman, tentram dan nikmat, nyaman dan
sejahtera dalam keserasian dan keseimbangan agar berfungsi sebagai wadah yang
dapat melayani kehidupan, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman
berasal dari kata housing dalam bahasa inggris yang artinya adalah perumahan
dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan
kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana
lingkungannya. Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu
houses dan land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang
pemukiman atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam
lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan
bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). Dengan demikian
perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan
sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi.
Dari beberapa pengertian mengenai permukiman tersebut di atas, maka
permukiman pada dasarnya dapat terbagi ke dalam lima unsur, yaitu: alam (tanah,
air, udara, hewan dan tetumbuhan), lindungan (shells), jejaring (networks),
manusia dan masyarakat. Alam merupakan unsur dasar. Di dalam itulah
diciptakan lindungan (rumah dan gedung lainnya) sebagai tempat manusia tinggal
serta berbagai kegiatan lain dan jejaring (jalan, jaringan utilitas) yang memSaranai
hubungan antar sesama maupun antar unsur yang satu dengan yang lainnya.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa permukiman adalah
paduan antar unsur manusia dengan masyarakatnya, alam dan unsur buatan.

2.2 Permukiman Nelayan


Menurut ST. Khadija dalam Tato (2013) arti kata nelayan terbagi dalam dua
pengertian nelayan yaitu :
a. Nelayan Sebagai Subyek/Orang; merupakan sekelompok masyarakat
manusia yang memiliki kemampuan serta sumber kehidupan disekitar
pesisir pantai.
b. Nelayan sebagai predikat/pekerjaan; suatu sumber penghasilan
masyarakat yang berkaitan erat dengan sektor perikanan dan perairan (laut
dan sungai).
Permukiman nelayan adalah merupakan lingkungan tempat tinggal dengan
sarana dan prasarana dasar yang sebagian besar penduduknya merupakan
masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan memiliki akses dan
keterikatan erat antara penduduk permukiman nelayan dengan kawasan perairan
sebagai tempat mereka mencari nafkah, meskipun demikian sebagian dari mereka
masih terikat dengan daratan.

2.3 Prasarana dan Sarana Permukiman Nelayan


2.3.1 Prasarana Permukiman Nelayan
a. Dermaga
Dalam lingkup kegiatan perikanan tingkat desa, dermaga merupakan
tempat menyandarkan perahu saat istirahat dan tempat para nelayan
mendaratkan ikan hasil tangkapannya untuk dijual atau dilelang. Prasarana
ini biasanya dibuat dari konstruksi beton atau kayu.
b. Tambatan perahu
Tambatan perahu adalah tempat perahu–perahu nelayan
bersandar/parkir sebelum dan sesudah bongkar muat ikan.
c. Jaringan Listrik
d. Jaringan Jalan
1) Jalan lingkungan, yaitu jalan yang menghubungkan suatu kelompok
rumah ke kelompok rumah yang lain, atau dari kelompok rumah ke
fasilitas lingkungan atau menuju tempat sarana bekerja.
2) Jalan setapak, yaitu jalan yang menghubungkan antar rumah didalam
kelompok perumahan nelayan secara konstruktif. Jalan ini tidak dapat
dilalui oleh kendaraan beroda empat, hanya dapat dilalui oleh
kendaraan bermotor dan becak.
e. Jaringan air bersih
Jaringan air bersih merupakan salah satu jenis sumber daya berbasis
air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk
diantaranya adalah sanitasi
f. Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di
bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh
manusia, yang berfungsi menyalurkan kelebihan air dari suatu kawasan ke
badan air penerima.
g. Persampahan
Prasarana Persampahan yang selanjutnya disebut prasarana adalah
fasilitas dasar yang dapat menunjang terlaksananya kegiatan penanganan
sampah.
2.3.2 Sarana Permukiman Nelayan
a. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan, meliputi rumah sakit, rumah sakit
bersalin, Puskesmas dengan rawat inap, Puskesmas tanpa rawat inap,
Puskesmas pembantu, Poliklinik/balai pengobatan, Tempat praktek dokter,
Rumah bersalin, Tempat praktek bidan, Poskesdes (pos kesehatan desa),
Polindes (pondok bersalin desa), Apotek, Toko khusus obat/jamu. Selain
itu juga ditanyakan terkait Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
b. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
lansung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja-kursi, alat-alat
dan media pembelajaran.
c. Sarana Perdagangan
Sarana Perdagangan adalah sarana berupa Pasar Rakyat, Gudang Non
Sistem Resi Gudang, dan Pusat Distribusi untuk mendukung kelancaran
Distribusi arus barang.
d. Sarana Sosial
1) Tempat peribadatan, yaitu tempat penganut suatu agama malaksanakan
aktivitas ritual beragamanya sehari-hari.
2) Balai Desa, adalah bangunan milik desa tempat warga desa berkumpul
pada waktu mengadakan musyawarah atau pertemuan. Balai
desa berasal dari kata dasar balai.
e. Tempat penjemuran ikan
Tempat penjemuran ikan berfungsi untuk mengeringkan ikan sebagai
proses pengawetan.
f. Tempat pelelangan ikan
Tempat pengawetan ikan adalah tempat jual beli ikan dengan sistem
lelang. Kegiatan yang terjadi di tempat ini berupa menimbang ikan,
menempatkan ikan pada keranjang-keranjang sesuai dengan jenis-jenisnya
atau digelar di lantai siap untuk dilelang, pelelangan, lalu pengepakan
dengan es untuk keranjang/peti ikan yang sudah laku.

2.4 Kriteria Prasarana dan Sarana Permukiman Nelayan


2.4.1 Kriteria Prasarana Permukiman Nelayan
Prasarana permukiman nelayan dikutip dari Patandianan dan Tuban dalam
Darmiwati (2011), meliputi:
a. Dermaga
1) Syarat Umum
a) Dalam keadaan pasang atau surut tempat pendaratan ikan harus
dapat dilayari perahu, artinya bongkar muat tidak terganggu.
b) Pantai/sungai tempat pendaratan ikan tidak cepat terjadi
pendangkalan dan sekecil mungkin terkena erosi.
c) Lalu lintas sekitar dermaga bebas dari gangguan badai dan
banjir.
d) Tempat pendaratan di sungai, perahu ukuran besar dapat
memutar 180 derajat dan dapat bersandar dengan baik.
2) Syarat Perletakan
a) Sedapat mungkin dekat dengan tempat pelelangan ikan ( TPI )
b) Sedapat mungkin dekat dengan perumahan nelayan
c) Sedapat mungkin dekat dengan jalan raya
d) Sedapat mungkin dekat dengan tempat kebutuhan nelayan
3) Syarat Teknis
a) Konstruksi harus kuat menahan beban kegiatan dan beban
tambahan perahu.
b) Bila terjadi banjir konstruksinya tidak berubah
c) Mudah dikerjakan dan mudah pelaksanaannya
d) Dapat dibuat dari konstruksi beton bertulang dan kayu atau
kayu tahan air/cuaca
b. Tambatan perahu
Fungsi tambatan perahu sebagai tempat untuk mengikat perahu saat
berlabuh dan tempat penghubung antara dua tempat yang dipisahkan
oleh laut, sungai maupun danau. Terdapat dua tipe tambatan perahu
terdiri dari:
1) Syarat Umum
a) Sedapat mungkin berdekatan dengan dermaga
b) Perahu dapat parkir dengan aman, ditinjau dari segi kelancaran
antara lain yaitu tidak terganggu oleh lalu lintas perahu,
kedalaman sungai/pantai cukup sehingga dalam keadaan
pasang surut perahu tidak kandas, sirkulasi keluar masuk
perahu harus baik dan disediakannya patok penambatan yang
kuat sehingga perahu aman.
2) Syarat perletakan
a) Sedapat mungkin berdekatan dengan tempat pendaratan,
sehingga siap untuk bongkar muat di tempat pendaratan.
b) Dekat dengan tempat pelelangan ikan dan pasar kebutuhan
nelayan untuk melaut.
c) Sungai/pantai harus cukup dalam, sehingga kalau terjadi pasang
surut perahu tidak kandas.
3) . Syarat teknis
a) Pada jarak tertentu dibuat patok terbuat dari baja atau beton
bertulang untuk menambatkan perahu, jumlahnya disesuaikan
jumlah perahu nelayan yang akan parkir setiap harinya.
b) Agar tempat penambatan perahu tidak rusak tertubruk oleh
perahu-perahu, sebaiknya dibuat konstruksi penahan tebing
yang dibuat dari kayu ( turap ) atau kode beton.
c) Kalau pantainya landai, bisa dibuat dermaga penambatan dari
beton bertulang atau kayu.
d) Konstruksi pokok penambatan perahu harus kokoh dan aman.
c. Jaringan listrik
Jaringan Listrik harus dapat menjangkau seluruh areal permukiman
d. Jaringan jalan
1) Jalan lingkungan
a) Ukuran jalan kendaraan :
Satu arah: ROW = 4 - 5 Meter
Pengerasan = 3 Meter
Dua arah: ROW = 6 - 8 meter
Pengerasan =4-6m
Catatan : ROW : Right of way ( Daerah manfaat jalan )
b) Standar Pelayanan
Untuk jalan 4 m setidak-tidaknya dapat melayani kurang lebih
70% bangunan rumah dan berjarak 3 meter ; pada umumnya
jalan kendaraan dibatasi pada kedua sisinya dengan selebar 2
meter masing-masing ( termasuk saluran dan berm ) sehingga
lebar ROW-nya adalah 8 m. Untuk jalan 3 m setidak-tidaknya
dapat melayani kurang lebih 95 % bangunan rumah dan
berjarak 5,5 m ; pada umumnya jalan kendaraan dibatasi pada
kedua sisinya dengan daerah selebar 1 meter masing-masing
(termasuk saluran dan berm) sehingga lebar ROW-nya adalah 5
m. Dalam beberapa kasus, jalan setapak 1,2 m bisa diganti jalan
1,8 m dengan lebar tambahan 0,6 m dikedua sisinya, sehingga
menjadi 3 m.
2) Jalan setapak
a) Ukuran jalan setapak
 1,5 m – 1,2 m jika mungkin ditambah jalur kerikil 0,5 m ( ±
20 % dari seluruh jalan setapak ).
 Untuk saluran air dapat digunakan saluran terbuka tetapi
harus diperhatikan kemiringannya.
 Bahu jalan yang tidak dikeraskan bisa dimanfaatkan untuk
tanaman peneduh atau taman.
b) Untuk jalan setapak 1,5 m – 1,2 m setidak-tidaknya dapat
melayani 95 % bangunan rumah dan harus berjarak 50 m dari
jalan setapak
e. Jaringan air bersih
Bisa memanfaatkan sumber air baku yang tersedia baik air tanah atau
air permukaan melalui pembuatan sumur gali, sumur pompa tangan (SPT),
saringan pipa resapan (SPR), penampungan air hujan (PAH), saringan
pasir lambat (SPL), instalasi pengolahan air (IPA), hidran umum (HU),
terminal air (TA) dan sistem perpipaan / jaringan.
f. Drainase
Untuk menyalurkan air hujan serta dari setiap rumah yang berupa air
limbah agar lingkungan perumahan bebas dari genangan air. Ukuran
saluran drainase ditentukan berdasarkan kapasitas volume air yang akan
ditampung dan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan serta daya resap
tanah. Saluran drainase di bangun pada kiri kanan jaringan jalan, namun
kadang-kadang untuk menghemat biaya kadang-kadang saluran terdapat
hanya di satu sisi.
g. Persampahan
Bak sampah harus dapat menampung jumlah sampah yang dihasilkan.
Bak sampah dibuat dari bahan yang menjamin kebersihannya dan
mempunyai penutup, sampah basah terpisah dengan sampah kering,
pengangkutan dan pemusnahan sampah harus lancar dan tidak tinggal
membusuk. Tempat pembuangan akhir dari sampah tersebut harus jauh
dari lingkungan perumahan.
2.4.2 Kriteria Sarana Permukiman Nelayan
Lingkungan permukiman yang sehat adalah lingkungan yang terdiri dari
atas kumpulan rumah sehat yang teratur tata letaknya dan mempunyai prasarana
dan sarana lingkungan yang memadai, seperti jaringan jalan, saluran air limbah,
MCK, sumber air bersih, pusat lingkungan, yaitu sekolah, kantor, puskesmas dan
tempat peribadatan (Patandianan dan Zenaide, 2011). Berikut pemaparan yang
termasuk dalam sarana permukiman nelayan dikutip dari berbagai sumber. Sarana
permukiman nelayan dikutip dari Patandianan dan Toban meliputi:
a. Sarana Kesehatan
Lingkungan permukiman yang mempunyai penduduk 6.000 jiwa,
perlu disediakan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, poliklinik,
posyandu, fasilitas diletakkan pada lokasi yang mudah terjangkau. (luas
lahan puskesmas pembantu 0,12 Ha/unit dan luas lahan posyandu 0,05
Ha/unit).
b. Sarana Pendidikan
1) Taman kanak-kanak diperuntukkan bagi anak-anak usia 5–6 tahun
minimal penduduk pendukungnya 1.000 jiwa. Lokasi sebaiknya berada
ditengah-tengah kelompok masyarakat/keluarga dan digabung dengan
tempat/taman bermain di RW atau RT. Radius pencapaian tidaklah
lebih dari 500 meter (luas lahan 0,12 Ha/unit).
2) Sekolah Dasar untuk anak usia 6-12 tahun min. penduduknya 1.600
jiwa. lokasi sebaiknya tidak menyeberang jalan lingkungan dan masih
di tengah kelompok keluarga, radius pencapaian maksimum 1.500 m.
(luas lahan 0,27 Ha/unit)
3) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama adalah untuk melayani anak-anak
lulusan SD, dimana 3 unit sekolah dasar dilayani oleh 1 unit SLTP
yang dapat dipakai pagi/sore minimum penduduk pendukungnya
4.500 jiwa, lokasinya dapat digabung dengan lapangan olahraga atau
sarana pendidikan yang lain (luas lahan 0,27 Ha/unit).
4) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas adalah lanjutan dari SLTP, di mana 1
unit SLTP, dilayani oleh 1 unit SLTA. Minimum penduduk
pendukungnya adalah 4.800 unit. (luas lahan 0,27 Ha/unit).
c. Sarana perdagangan
Toko/warung untuk lingkungan permukiman yang mempunyai
penduduk 250 orang perlu disesuaikan fasilitas perbelanjaan terkecil.
Selain sarana perdagangan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, dibutuhkan
sarana perdagangan berupa toko yang berhubungan dengan kegiatan
melaut.
d. Sarana Kesehatan
Tempat pelayanan kesehatan untuk suatu lingkungan permukiman
yang mempunyai penduduk 6.000 jiwa, maka lingkungan tersebut perlu
disediakan Sarana kesehatan seperti puskesmas, poliklinik, posyandu,
Sarana diletakkan pada lokasi yang mudah terjangkau, (luas lahan
puskesmas pembantu 0,12 Ha/ unit dan luas lahan posyandu 0,05 Ha/unit).
e. Sarana Sosial
1) Untuk > 15-40 jiwa diperlukan sebuah fasilitas peribadatan berupa
mesjid, gereja dan sebagainya sedangkan untuk < 15 orang cukup
dilakukan dirumah.
2) Balai Karya/Balai Desa, yaitu tempat yang disediakan untuk
menampung berbagai kegiatan seperti rapat, pertemuan, pelayanan
kesehatan masyarakat, dan PKK.
f. Tempat penjemuran ikan
Tempat penjemuran ikan berfungsi untuk mengeringkan ikan sebagai
proses pengawetan. Adapun syarat-syarat tempat penjemuran ikan sebagai
berikut:
1) Tempat penjemuran ikan sebaiknya berupa lapangan terbuka atau
terkena sinar matahari.
2) Wadah penjemuran ikan sebaiknya berlubang agar air dapat turun
supaya cepat kering dan tidak berkarat.
3) Tempat penjemuran ikan diusahakan bersih dengan membuat saluran
pembuangan.
4) Sebaiknya ada jaringan drainase supaya tidak ada air yang tergenang
sehingga tidak menimbulkan bau.
5) Lokasi penjemuran ikan sebaiknya mudah di awasi.
g. Tempat pelelangan ikan.
1) Syarat Umum
a) Tempat pelelangan ikan sebaiknya beratap agar kegiatan
didalamnya teduh. Kegiatan ini membutuhkan pengudaraan yang
baik, selain itu kegiatan harus mudah dilihat, untuk menarik
pelanggan itu sendiri, karena itu tidak diperlukan dinding.
b) Tempat kegiatan pelelangan sebaiknya dapat dilakukan secara
leluasa tanpa ada yang menghalangi.
c) Kegiatan ini banyak menggunakan air, oleh karena itu sebaiknya
dekat dengan air bersih.
d) Karena kegiatannya banyak menggunakan air, drainase pada
tempat pelelangan ikan harus baik, agar air tidak menggenang
sehingga menimbulkan bau yang menyengat.
e) Untuk membantu proses pengawetan penyuplaian ikan, maka
diperlukan Depot Es.
f) Tempat ini diusahakan bersih, karena tempat ini cenderung
mendatangkan lalat, oleh karena itu diperlukan tempat sampah.
2) Syarat Pelelangan
a) Sebaiknya lokasi pelelangan ikan dekat dengan dermaga sehingga
memudahkan pengangkutannya dari kapal-kapal.
b) Agar pencapaiannya mudah, letaknya dipusat lingkungan. Selain
itu dekat pula dengan kantor KUD agar administrasinya mudah.
c) Sebaiknya dekat dengan jalan lingkungan atau jalan desa untuk
memudahkan mobil pengangkut ikan dan lokasi TPI
memungkinkan untuk parkirnya mobi-mobil pengangkut ikan.
3) Syarat Teknis
a) Kemiringan lantai sebaiknya agar air mengalir, misalnya 2 O , jika
lantainya luas bisa dibantu dengan Nut (alat pendorong air) untuk
mengalirkan air.
b) Tiang-tiang bangunan TPI sebaiknya tidak berhubungan langsung
dengan lantai, karena lantainya cenderung basah.
c) Sebaiknya lantai TPI, lebih tinggi dari tanah sekitarnya, dan
disekeliling pantai TPI diberi saluran, sehingga air bekas kegiatan
pelelangan dapat langsung masuk ke saluran, dengan demikian
tidak mengalir dan menggenang di halaman TPI.
4) Syarat Bahan Bangunan
a) Seluruh konstruksi bangunan TPI sebaiknya terbuat dari bahan
yang anti karat, kuat, tahan lama, mengingat TPI merupakan
bangunan umum.
b) Bahan lantai sebaiknya yang tahan lama terhadap air, mudah
perawatannya dan bertekstur agar tidak licin.

2.5 Standar Pelayanan Minimal Prasarana Lingkungan Permukiman


Standar pelayanan minimal prasarana lingkungan permukiman dapat
dilihat berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 Tentang Pedoman Penentuan Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
Berdasarkan keputusan menteri tersebut untuk jaringan jalan dibagi
menjadi tiga yaitu jalan lingkungan dan jalan setapak. Indikator untuk jaringan
jalan yaitu kondisi jalan dan biaya perawatan. Secara kuantitas cakupan untuk
jaringan jalan yaitu panjang 40-60m/Ha dengan lebar 2-5 meter. Adapun tingkat
pelayanan jaringan jalan yaitu dapat dilalui dengan kecepatan rata-rata 5 s.d 10
km/jam. Secara kualitas jaringan jalan harus dapat diakses dengan mudah dan
dilalui oleh mobil pemadam kebakaran.
Indikator sistem pengolahan air limbah yaitu presentase penduduk yang
terlayani. Secara kuantitas cakupan pengolahan air limbah yaitu 50 s.d 70%
penduduk dan 80 s.d 90% penduduk untuk daerah dengan kepadatan >300
jiwa/Ha dengan tingkat pelayanan yaitu tangki septik dan MCK disesuaikan oleh
masyarakat, Mobil tinja 4 m3 digunakan untuk pelayanan maks 120.000 jiwa,
IPLT Sistem kolam dengan debit50 m3/hari, Pengosongan lumpur tinja 5 tahun
sekali, dan Mobil tinja melayani 2 tangki septic setiap hari. Secara kualitas yang
dicapai yaitu BOD< 30 mg/l.
Pada system persampahan indikator yang digunakan yaitu presentase
produk sampah tertangan. Untuk kuantitas mencakup 60% s.d 80% produk
sampah (80%- 90% komersial dan 50%-80% permukiman, 100% untuk
permukiman dengan kepadatan 100 jiwa/ha) terlayani dengan asumsi timbunan
sampah 2,5 –3,5 lt/org 75% sampah domestik, 5% sampah non domestic dengan
tingkat pelayanan antara lain pewadahan: kantong plastic bekas untuk setiap
sumber sampah, pengumpulan; gerobak sampah 1m3/1000 penduduk terlayani,
dump truck 6m3/10.000 tranfers depo dengan 100-250 m2 untuk 30.000
penduduk, pengangkutan: dump truck 6 m3 untuk 10.000 pendudukan,
pemindahan: transfer depo dengan 100-150 m2 untuk 30.000 terlayani dengan
radius 400-600 m, dan tempat pembuangan akhir (TPA) menggunakan sistem
”contolled landfill” pada lokasi yang tidak produktif bagi pertanian, muka air
tanah cukup dalam dan jenis tanah kedap air.
Indikator pada standar pelayanan minimal prasarana peneranangan jalan
umum yaitu lingkungan permukiman terlayani dengan cakupan yaitu Satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk <30.000 orang. Kualitas penerangan jalan
yang ingin dicapai yaitu kuat penyinaran <500 lux dengan tinggi >5m dari muka
tanah.
Untuk jaringan air bersih indikator yang digunakan antara lain penduduk
terlayani, tingkat debit pelayanan/orang, dan tingkat kualitas air minum dengan
cakupan 55-75% penduduk terlayani. Tingkat pelayanan yang dicapai antara lain
60-220 lt/org/hari, untuk permukiman perkotaan, 30-50 lt/org/hari/untuk
lingkungan perumahan dan memenuhi standar air bersih. Standar kualitas jaringan
air bersih dilihat dari warna, bau dan rasa.
Untuk lebih jelas, standar pelayanan minimal prasarana lingkungan dapat
dilihat pada Tabel II.1
Tabel II 1 Standar Pelayanan Minimal Prasarana Lingkungan Permukiman
Standar Pelayanan
Bidang
No Indikator Kuantitas Keterangan
Pelayanan Kualitas
Cakupan Tingkat Pelayanan
Jaringan Jalan
1. Jalan Kondisi jalan dan Panjang 40-60 m/Ha Kecepatan rata-rata 5 Akses ke semua bagian 1. Pedoman Teknis
lingkungan perawatan bia dengan lebar 2-5 m s.d 10 km/jam kota dengan mudah dan 2. Prasarana Jalan
2. Jalan ya dapat diakses mobil 3. Perumahan 1998
setapak pemadam kebakaran
Air Limbah Presentase pe 1. 50 s.d 70% 1. tangki septik dan 1. BOD<30 mg/l SK SNI T-07-1989-F
terlayani nd penduduk MCK disesuaikan 2. SS < 30 mg/l Kep. Dirjen CK No.
ud 2. 80 s.d 90% oleh masyarakat 07/KPTS/1999
uk penduduk untuk 2. Mobil tinja 4 m3 a. Dgn asumsi
daerah dengan digunakan untuk produksi lumpur tinja
kepadatan >300 pelayanan maks 50 1/org/hr
jiwa/Ha 120.000 jiwa b. Produksi air limbah
3. IPLT Sistem 85-1751/org/hr
kolam dengan
debit50 m3/hari
4. Pengosongan lumpur
tinja 5 tahun sekali
5. Mobil tinja
melayani 2 tangki
septic setiap hari

Drainase Dan 1. Prosentase dae 50 s.d 80% Daerah 1. Pemeliharaan 1. Tinggi genangan SK SNII T-07-1990-F
rah
produktif bagi
pertanian, muka air
tanah cukup dalam
dan jenis
tanah kedap air
Penerangan Lingkungan permukiman Satuan lingkungan 1. kuat penyinaran Neufer Architect Data
Jalan Umum terlayani dengan jumlah 2. kuat penyinaran <500
penduduk <30.000 lux dengan tinggi
orang >5m dari muka tanah

Air Bersih a. penduduk terlayani 55 s.d 75% penduduk a. 60-220 Warna, bau dan rasa Sesuai SK Men Kes No.
b. tingkat debit terlayani lt/org/hari, untuk 416/MEN/KES/Per/IX
pelayanan/orang permukiman /1990
c. tingkat kualitas air perkotaan
minum b. 30-50
lt/org/hari/untuk
lingkungan
perumahan
memenuhi
standar air bersih

Sumber: Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 Tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan
Minimal (SPM).
2.6 Penelitian Sejenis
Tabel II 2 Penelitian Sejenis

Nama/Tahun Judul Lokasi Hasil


Muhamad Himan, Analisis Ketersediaan Kelurahan Hasil penelitan dapat di
Muh. Syarif, Manat Prasarana dan Sarana Lakologou jelaskan bahwa faktor
Rahim Permukiman Nelayan Kecamatan penentu dalam kriteria
(2018) di Lakologou Kokalukuna ketersediaan pelayanan
Kecamatan Kota Baubau fasilitas permukiman nelayan
Kokalukuna Kota sangat berpegaruh terhadap
Baubau kondisi prasarana dan sarana
yang meliputi :
1. Analisis Kondisi
Eksisting Jaringan
Jalan
2. Analisis Kondisi
Eksisting Prasarana
Drainase
3. Analisis Kondisi
Eksisting Prasarana
Air Bersih
4. Analisis Kondisi
Eksisting Prasarana
Mandi Cuci Kakus
(MCK)
5. Analisis Kondisi
Eksisting Prasarana
Persampahan
6. Analisis Kondisi
Eksisting Prasarana
Jaringan Listrik
7. Analisis
Ketersediaan Sarana
Perkantoran dan
Pemerintahan
8. Analisis
Ketersediaan Sarana
Pendidikan
9. Analisis
Ketersediaan Sarana
Kesehatan
10. Analisis
Ketersediaan Sarana
Peribadatan
11. Analisis
Ketersediaan Sarana
Perdagangan dan
Jasa
Hilman Setiawan Studi Ketersediaan dan Kelurahan Membahas tentang gambaran
(2016) Kebutuhan Sarana dan Untia umum Kota Makassar,
Prasarana Dasar Kecamatan gambaran Kelurahan Untia,
Permukiman Nelayan Biringkanaya gambaran permukiman
Nama/Tahun Judul Lokasi Hasil
di Kelurahan Untia Kota nelayan Kelurahan Untia
Kecamatan Makassar yang meliputi ketersediaan
Biringkanaya Kota dan tingkat kebutuhan sarana
Makassar dan prasarana Kelurahan
Untia.
Sumber : Penulis Tahun 2022
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Adapun Metode Penelitian yang di gunakan penelitian deskriptif kuantitatif
Metode ini merupakan salah satu jenis penelitian yang digunakan untuk menjawab
hipotesa dan mendeskipsikan dari kajian yang ada (Surakhmad, 1982, hlm. 131).
pendekatan Analisis menggunakan tahap - tahap yaitu :
1. Mengidentifikasi kondisi eksisting prasarana dan sarana dengan objek yang sesuai
dengan interpretasi penilaian berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 Tentang Pedoman Penentuan Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
2. Spasial dengan bantuan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis) yang kemudian di
gunakan untuk mengetahui Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang diolah dan
menghasilkan output peta Standar SPM Permukiman Nelayan desa Tindaki.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Desa Tindaki, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten
Parigi Moutong, Provinsi Selawesi Tengah. Secara administrasi Desa Tindaki
memiliki luas wilayah sebesar 78,76 km2 yang berbatasan dengan Desa Nambaru di
sebelah utara, Teluk Tomini di sebelah timur, Desa Tanalanto di sebelah selatan dan
Hutan Kabupaten Sigi.
Jumlah penduduk yang berada di Desa Tindaki pada Tahun 2019 yaitu 2998 jiwa
yang terdiri 1812 jiwa penduduk laki-laki dan 1815 jiwa penduduk perempuan.
Untuk melihat peta orientasi wilayah dan peta lokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar 3.1
Gambar 3 1 Lokasi Penelitian
Sumber : Peneliti Tahun 2022
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu Data Primer dan Data
Sekunder adapun data yang di butuhkan sebagai berikut :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
pada objek penelitian dilapangan, atau observasi
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui instansi-instansi terkait
baik dalam bentuk tabulasi maupun deskriptif
Pada penelitian ini mengkaji tentang Analisis Ketersedian Prasarana dan
Sarana Permukiman Nelayan di Desa Tindaki Kecamatan Parigi Selatan
Kabupaten Parigi Moutong.
Untuk kebutuhan datanya leih jelas dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel III 1 Jenis dan Kebutuhan data
NO ASPEK DATA JENIS DATA SUMBER
KEBUTUHAN DATA
1 FISIK Citra Satelit Data Sekunder Software
download
SasPlanet
Pengunaan Lahan Data Primer dan Data Dinas PUPR
Sekunder Parigi Moutong
2 FISIK Kondisi Sarana dan Data Primer dan Data Dinas
BINAAN Prasarana Sekunder Permukiman dan
Observasi
Lapangan
3 SOSIAL Kependudukan dan Data Primer dan Data Kecamatan
Pendapatan Sekunder Dalam Angka
dan Kantor Desa
Tindaki
Sumber : Penulis 2022

3.4 Variabel Penelitian


Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian.
Berdasarkan tinjauan pustaka di dapatkan variable yang berpengaruh dalam proses
analisis ialah sebagai berikut:
Tabel III 2 Variabel Penelitian

NO SASARAN VARIABEL KETERANGAN SUMBER


1 Analisis Melakukan sebuah Keputusan Menteri
Scoring penilaian berdasarkan Permukiman dan
Standar Pelayanan Prasarana Wilayah No.
Minimal (SPM) 534/KPTS/M/2001
2 Partisipatif Prasarana Melakukan Observasi PERATURAN
Masyarakat lapangan dengan MENTERI NEGARA
melakukan wawancara PERUMAHAN
terhadap masyarakat RAKYAT REPUBLIK
permukiman nelayan INDONESIA NOMOR
15/PERMEN/M/2006

Sumber : Penulis 2022

3.5 Metode Pengumpulan Data


Data yang diperoleh kaitannya dengan penelitian ini bersumber dari
beberapa instansi terkait seperti Badan Perencanaan Daerah, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Permukiman dan Permukiman,
Badan Pusat Statistik, Kantor Kecamatan dengan jenis sebagai berikut:
a. Survey Primer / Observasi Lapangan (Pengamatan Langsung) Teknik
observasi ini merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara
pengamatan secara langsung dengan menggunakan alat indera penglihatan
dan pendengaran terhadap gejala-gejala yang terjadi. Ini berarti data
diperoleh dengan cara memandang, melihat dan mengamati obyek
sehingga peneliti memperoleh data. Observasi dilakukan untuk
mendapatkan data terkait Kondisi Fisik Dasar.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui instansi-instansi terkait
baik dalam bentuk tabulasi maupun deskriptif. Jenis data tersebut antara
lain:
1. Jumlah Penduduk
2. Penggunaan Lahan
3. Data Pendukung yaitu Literatur (Tinjauan Pustaka)
3.6 Metode Analisis Data
Tahapan analisis yang digunakan dalam penelitian, untuk menjawab
pertanyaan dan mencapai tujuan penelitian sesuai dengan sasaran
penelitian yang akan dicapai yaitu ketersediaan prasarana dan sarana
permukiman nelayan berdasarkan analisis scoring dan pemetaan
partisipatif

3.7 Teknik Analisis


Setelah data-data terstrukturkan maka dilakukan tahap analisa yaitu
pengolahan data dengan menggunakan metode-metode tertentu guna
mencapai tujuan penelitian. Terdapat beberapa tahapan analisa yang
dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Analisis Scoring
Analisis Scoring digunakan untuk memberikan nilai terhadap variabel
yang telah ditentukan. Metode ini digunakan dalam analisis penilaian
penghuni Perumnas Bukit Beringin Lestari terhadap ketersediaan kuantitas
dan kualitas sarana prasarananya. Adapun langkah dalam analisis ini yaitu:
 Mengumpulkan data yang diperoleh dari kuesioner pada responden,
data penunjang dari hasil survey sekunder, dan data hasil observasi.
 Memberikan bobot pada masing-masing kriteria penilaian untuk
variabel penelitian terpilih.
 Melakukan total skor hasil kuesioner dan data observasi. Hal ini
dilakukan pada setiap variabel yang sebelumnya telah terjabarkan
menjadi beberapa pertanyaan.
 Melakukan pengelompokan kelas berdasarkan total bobot pada tiap
variabel yang telah dihitung sebelumnya dan berdasarkan perhitungan
panjang kelas (interval kelas)
 Menghitung nilai indeks:
Total Nilai Parameter
Jumlah Parameter
Tabel III 3 Tingkat Indeks

JUMLAH SKOR TINGKAT


2,1 – 3 Baik
1,1 – 2 Cukup
0–1 Buruk

Sumber : Moh. Nazir, 1988

b. Partisipatif masyarakat
Menurut ( Asngari 2001) menjelaskan bahwa partisipatif dilandasi
adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karna
diantara orang orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya
dan adanya keterlibatan dari stekholder dan masyarakat.
Adapun Partisipatif dilakukan di penelitaian ini untuk melihat antara
keterlibatan masyarakat menentukan tingkat penilaian criteria radius
pelayanan jangkauan kondisi eksisting ketersediaan sarana permukiman
nelayan melalui wawancara terhadap masyarakat

3.8 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3 2 Diagram Alir Penelitian


Sumber : Peneliti Tahun 2022
3.9 Jadwal Pelaksanaan

BULAN
TAHAPAN APRIL MEI
I II III IV I II III IV
Bimbingan
Proposal
Seminar
Proposal
Survey Data
Pengolahan
Data dan
Analisis
Hasil dan
Pembahasan

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, Rokhmindkk. 2008. PengelolaanSumberdaya Wilayah Pesisir dan


LautanSecaraTerpadu. Edisi IV. PT Pradnya Paramita: Jakarta
Darmiwati, Ratna. 2011. PerencanaanPermukimanNelayan di Pantai Timur
Surabaya. JurnalArsitektur. Universitas Merdeka Surabaya
DepartemenPekerjaanUmum. 2006. KonsepPedomanIdentifikasi Kawasan
PermukimanKumuhPenyangga Kota Metropolitan. Jakarta
Imron, Masyuri. 2003. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Media Pressindo:
Yogyakarta.
Anwar, Andi Baharuddin. Evaluasi Sarana Dan PrasaranaPermukimanNelayan
di KelurahanBulurokeng. Universitas “45”. Makassar
Arikunto, Suharsimi. 1997. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek. Jakarta:
RinekaCipta.
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 15 Tahun 2006
TentangPetunjukPelaksanaanPenyelenggaraanPengembangan Kawasan
Nelayan
SPM PU No. 534 Tahun 2001 TentangPedomanStandarPelayanan Minimal
PedomanPenentuanStandarPelayanan Minimal BidangPenataan Ruang,
Perumahan Dan Permukiman Dan PekerjaanUmum
Tato, Syahriar. 2013. AnalisisKetersediaan Sarana Permukiman di Kawasan
Tanjung Bunga (https://syahriartato.wordpress.com/2013/08/15/analisis-
ketersediaan-sarana-permukiman-di-kawasan-tanjung-bunga-makassar-2/)
media online diakses pada Juli 2015
Tato, Syahriar. 2014. ProblematikaPermukimanKumuhPerkotaandalam link
(http://linajuntak.blogspot.com/2014/04/masalah-permukiman-kumuh-
perkotaan. html) media online diakses pada Agustus 2015
Daud, Sardjan. 2005. PenataaPrasaranaLingkunganPermukiman Pantai Di Kota
Ternate. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fauzi, Yulian, dkk. 2009. AnalisisKesesuaianLahan Wilayah Pesisir Kota
Bengkulu MelaluiPerancangan Model Spasial dan
SistemInformasiGeospasial (SIG). Universitas Bengkulu. Bengkulu
Ismarlandi, Rozy, dkk. 2010. KonsepPengembangan Kampung Nelayan Pasar
Bengkulu sebagai Kawasan Wisata. FTSP ITS Surabaya.
Iswandi, R. Marzuki. 2015. Perencanaan dan Pengembangan Kota
PesisirBerwawasanLingkungan.Unhalu Press. Kendari
Shanto 21. 2019ProfilDesaTindakiKabupaten Parigi Moutong
(https://youtu.be/igvvsVcMh4g)

Anda mungkin juga menyukai