2021
PROFIL SOSIAL
EKONOMI TEKNIK
DAN KELEMBAGAAN
(PSETK)
D.I. PAYA TEUNGEH
DISUSUN OLEH DELEGATION CONSULTANT
DAN KPIU BAPPEDA ACEH UTARA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya atas segala hidup dan kehidupan, salah satu unsur
penting dalam menopang hidup dan kehidupan adalah Air. Sumber daya air, termasuk
Irigasi menjadi sedemikian vital sehingga menjadi barang publik yang tidak hanya berpungsi
sosial, tetapi juga sebagai fungsi ekonomi, lingkungan, teknik, kelembagaan dan budaya.
Salah satu pemanfaatan sumber daya air pemerintah melalui Program Integrated
Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP) berupaya
mengoptimalkan peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya petani dengan cara
pengembangan dan pengelolaan system irigasi partisipatif yang berkelanjutan dengan
perencanaan yang melibatkan masyarakat dalam penyusunan profil sosial, ekonomi, teknik
dan kelembagaan (PSETK).
Pelaksanaan penyusunan dokumen profil sosial, ekonomi, teknik, dan kelembagaan (PSETK)
untuk Daerah Irigasi Paya Teungeh ini dapat di selesaikan meskipun dalam siatuasi pandemi
Covid 19. Dengan adanyanya dokumen PSETK ini kami harapkan dapat memberi gambaran
kondisi Daerah Irigasi Paya Teungeh berupa data atau informasi mengenai kondisi sosial,
ekonomi, teknik, dan kelembagaan yang dibutuhkan di daerah irigasi dimaksud menuju
peningkatan kinerja pengelolaan irigasi pertanian partisipatif dan berwawasan lingkungan.
Di akhir kata, kepada semua pihak terkait yang telah berkontribusi dalam penyusunan
Dokumen PSETK Paya Teungeh ini, kami ucapkan banyak terima kasih atas kerjasama dan
koordinasinya yang terjalin secara harmonis.
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Pelaksanaan PSETK .......................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ......................................................................................................... 2
1.3. Kegunaan ............................................................................................................................ 3
1.4. Keluaran Yang Diharapkan ........................................................................................... 4
BAB II. GAMBARAN UMUM DAERAH IRIGASI .............................................................5
2.1. Profil Umum Daerah Irigasi (DI.) ............................................................................... 5
2.1.1. Sejarah dan Perkembangan Daerah Irigasi .............................................................. 5
2.1.2. Lokasi Daerah Irigasi.................................................................................................... 6
2.1.3. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) .................................................................... 6
2.2. Profil Sumber, Ketersediaan Dan Alokasi Air Irigasi........................................... 7
2.2.1. Sumber Air ..................................................................................................................... 7
2.2.2. Ketersedian dan Alokasi Air Irigasi............................................................................. 7
2.3. Profil Teknik ....................................................................................................................... 8
2.3.1. Kondisi Fisik Jaringan Irigasi ....................................................................................... 8
2.3.2. Operasi Jaringan Irigasi ............................................................................................. 11
2.4. Profil Sosial Ekonomi .................................................................................................... 13
2.4.1. Status Petani (Mata Pencaharian dan Tingkat Pendidikan).................................. 13
2.4.2. Hubungan Kemasyarakatan ...................................................................................... 15
2.5. Profil Kelembagaan ....................................................................................................... 17
2.5.1. P3A atau Keujreun Muda dan Poktan/Gapoktan.................................................... 17
2.5.2. Pemberdayaan P3A atau Keujreun Muda dan Poktan/Gapoktan ....................... 19
2.6. Kondisi Usaha Tani ........................................................................................................ 21
2.7. Potensi Sumberdaya Lokal ......................................................................................... 23
2.8. Fasilitas Infrasturktur .................................................................................................. 24
2.9. Budaya Lokal .................................................................................................................... 25
2.10. Perempuan dan Pertanian .......................................................................................... 25
PROFIL SOSIAL EKONOMI TEKNIK DAN KELEMBAGAAN D.I. PAYA TEUNGEH iii
DAFTAR GAMBAR
Kebijakan pemerintah tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi (PPSI) telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
30/PRT/M/2015. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi bertujuan untuk
mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang pertanian yang diselenggarakan secara
partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan hidup, transparan, akuntabel dan berkeadilan
dengan mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat petani dan lembaga tani
seperti Keujruen Muda/Keujruen Chik/Koordinator Keujruen yang secara nasional disebut
P3A/GP3A/IP3A.
Pengelolaan irigasi pertanian partisipatif merupakan salah satu strategi dalam penguatan
kemampuan kelembagaan irigasi, petani pemakai air, dan penerima manfaat irigasi lainnya.
Mengingat keberagaman pihak terkait irigasi, diperlukan perencanaan yang tepat, terpadu
dan terintegrasi dalam program penguatan dan pengembangan tersebut. Salah satu
instrumen yang digunakan untuk mendukung proses perencanaan yang tepat, terpadu, dan
terintegrasi berbasis peran serta masyarakat adalah Profil Sosial, Ekonomi, Teknis,
Kelembagaan (PSETK). Secara konseptual, PSETK dapat didefinisikan sebagai gambaran
informasi atau data mengenai keadaan sosial, ekonomi, teknis, dan kelembagaan pada
suatu daerah irigasi yang membantu Kelembagaan Pengelola Irigasi (KPI) dalam
perencanaan program pemberdayaan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A untuk meningkatkan
kinerja pengelolaan irigasi pertanian partisipatif.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dokumen PSETK D.I Paya Teungeh dimaksudkan
untuk menyediakan data atau informasi mengenai kondisi sosial, ekonomi, teknis, dan
kelembagaan yang dibutuhkan di daerah irigasi yang bersangkutan dalam program
pemberdayaan kelembagaan petani Daerah Irigasi melalui P3A/GP3A/IP3A bersama
Poktan/Gapoktan menuju peningkatan kinerja pengelolaan irigasi pertanian partisipatif dan
berwawasan lingkungan.
Data indikator dalam penyusunan PSETK dapat dikelompokkan menjadi :
a. Aspek sosial, ekonomi, dan kelembagaan meliputi : mata pencaharian, status petani,
luas garapan, kegiatan usaha tani, kelembagaan tradisional yang ada, cara pengelolaan
irigasi, potensi sumber daya lokal, peluang usaha dan lain-lain. Data-data tersebut
Dokumen PSETK ini disusun dengan Metode Pemahaman Partisipatif Kondisi Daerah Irigasi
(PPKDI). Metode PPKDI merupakan salah satu metode yang dikembangkan dari metode
Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif. Metode
PPKDI dimaksudkan untuk mempelajari kondisi dan kehidupan masyarakat petani pemakai
air pada daerah irigasi Paya Teungeh dengan tetap berpedoman kepada protokoler
kesehatan sesuai mekanisme pencegahan penularan Covid 19, membuat rencana dan
melaksanakan kegiatan pengelolaan irigasipertanian partisipatif dan pemberdayaan
kelembagaan P3A/GP3A/IP3A berserta Poktan/Gapoktan di wilayah D.I Paya Teungeh
dengan baik.
Sementara tujuan yang ingin dicapai dengan penyusunan Dokumen PSETK ini adalah :
a. Tersedianya Dokumen PSETK yang mencakup data dan informasi aktual, akurat secara
tepat sebagai masukan bagi Kelembagaan Pengelola Irigasi (KPI) dalam merumuskan
perencanaan pengelolaan irigasi yang lebih efektif.
b. Terakomodasinya kebutuhan para pihak pengguna dan pemanfaat air irigasi, terutama
para petani yang tergabung dalam P3A/GP3A/IP3A maupun GAPOKTAN/POKTAN serta
Kelompok wanita tani.
Secara khusus PSETK berguna untuk peningkatan Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI) di
daerah, yaitu :
1. Organisasi masyarakat petani (P3A/GP3A/IP3A) :
- Data dasar dan informasi pokok dalam penyusunan dan pengembangan program
kerja bagi pelaku usaha (masyarakat petani) melalui kelembagaan perkumpulan
petani pemakai air (P3A/GP3A/IP3A) di Daerah Irigasi Paya Teungeh;
- Dasar untuk legalisasi badan hukum organisasi P3A/GP3A/IP3A maupun pengusulan
program pemberdayaan masyarakat petani;
- Dasar bagi P3A/GP3A/IP3A untuk penyusunan Angka Kebutuhan Nyata Pengelolaan
Irigasi (AKNPI/AKNOP) dan iuran pengelolaan irigasi;
- Dasar peningkatan pelayanan kebutuhan anggota organisasi P3A/GP3A/IP3A;
- Dasar penyusunan usulan Dana Pengelolaan Irigasi (DPI) dan Kerjasama
Pengelolaan Irigasi (KPI) bersama Perangkat Daerah.
2. Komisi Irigasi :
- Dasar untuk melaksanakan koordinasi pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi;
- Bahan masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi;
- Bahan masukan dalam merumuskan pola tanam, rencana tata tanam, dan rencana
tahunan penyediaan air irigasi;
- Bahan masukan dalam merumuskan rencana tahunan pembagian dan pemberian
air irigasi;
- Dasar pertimbangan memberikan rekomendasi prioritas alokasi Dana Pengelolaan
Irigasi (DPI) yang diusulkan oleh organisasi P3A/GP3A/IP3A;
- Dasar untuk memberikan pertimbangan alih fungsi lahan beririgasi;
- Dasar melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan irigasi
partisipatif dan pemberdayaan organisasi P3A/GP3A/IP3A.
Keluaran yang diharapkan dengan tersusunnya Dokumen PSETK D.I Paya Teungeh adalah :
a. Tersedianya data dasar PSETK yang akurat dan aktual di daerah irigasi;
b. Data PSETK menjadi bahan masukan (input) dan pedoman penyusunan program
perkuatan sumberdaya air dan irigasi partisipatif di Daerah Irigasi Paya Teungeh;
c. Data dan informasi PSETK menjadi acuan bagi organisasi kelompok petani
(P3A/GP3A/IP3A) dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan,
monitoring dan evaluasi kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
partisipatif.
Daerah Irigasi Paya Teungeh pada awalnya dibangun dengan dana Program PMD pada
tahun 1982. Pada tahun 1987 bendung D.I Paya Teungeh rusak parah akibat diterjang
banjir dan pada tahun 1992 bendung D.I Paya Teungeh kembali direhap dengan
menggunakan dana PPG (program pembangunan gampong). Pada tahun 2010 ada
dilakukan rehap jaringan irigasi menggunakan dana PNPM Perdesaan dan 2019 kembali
dilakukan rehap jaringan irigasi dengan menggunakan dana desa. DI.Paya Teungeh terletak
di Desa Paya Teungeh Kecamatan Simpang Keramat. Jaringan irigasi DI. Paya Teungeh ini
hanya melintasi satu desa yaitu Desa Paya Teungeh. Sumber air utama dari DI ini adalah
Sungai Krueng Inong yang mengalir dari Desa Paya Teungeh hingga ke bendung DI Paya
Teungeh. Sungai Krueng Inong ini mempunyai karakteristik debit sungai yang cukup besar
perbedaannya antara musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan debit air tinggi,
sedangkan di musim kemarau rendah. Dengan kondisi alam yang demikian sehingga
dibuatlah bendung yang dapat menampung potensi air yang berlebihan di musim hujan
untuk dapat digunakan pada musim kemarau.
Daerah Irigasi Paya Teungeh merupakan daerah irigasi kewenangan kabupaten dengan luas
baku 200 hektar sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Penataan Ruangan
Nomor 14/PRT/M/2015 Tahun 2015 tentang Kriteria Penetapan Status Daerah Irigasi.
Namun berdasarkan pemetaan ulang yang dilakukan Badan Informasi Geospasial, luas baku
D.I Paya Teungeh adalah 154,83 Ha.
Secara administratif Bendungan D.I Paya Teungeh berlokasi di Desa Paya Teungeh
Kecamatan Simpang Keramat Kabupaten Aceh Utara. D.I tersebut berada pada koordinat :
97˚7’12’,88”E 5˚6’5,13”N Berdasarkan letak Hidrologisnya D.I Paya Teungeh memiliki batas-
batas sepanjang sungai sebagai berikut : Di bagian Hulu adalah D.I Meunasah dayah,
sedangkan di bagian Hilir berbatasan dengan D.I Paya Leupah. Daerah Irigasi Paya Teungeh
merupakan daerah irigasi permukaan dengan luas baku mencapai 154,83 Ha dan luas
fungsional mencapai 154,83 Ha. Dengan mengacu pada data di atas maka Daerah Irigasi
Paya Teungeh dapat dikembangkan lagi.
Keujruen Muda/Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah himpunan bagi petani
pemakai air yang bersifat social-ekonomi, budaya dan berwawasan lingkungan. P3A
dibentuk dari, oleh dan untuk petani pemakai air secara demokratis yang pengurus dan
anggotanya terdiri dari unsur petani pemakai air. Artinya segala tanggung jawab
pengembangan dan pengelolaann sistem irigasi di tingkat tersier menjadi tanggung jawab
lembaga Perkumpulan Petani Pemakai Air. P3A dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Cara Pengaturan Air, Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Nomor 30/PRT/M/2015 Tahun 2015 tentang Pengembangan
dan Pengelolaan Sistem Irigasi dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
79/Permentan/OT.140/12/2012 tentang Pedoman Pembinaan dan Pemberdayaan
Perkumpulan Pemakai Air
Provinsi Aceh memiliki lembaga adat yang mengatur sistem pengairan. Lembaga adat
tersebut bernama Keujreun Blang. Keujreun Blang adalah lembaga adat pengelola kawasan
persawahan yang menjadi wadah petani dalam suatu daerah pelayanan irigasi dan tidak
beririgasi yang dibentuk oleh petani secara demokratis. Lembaga ini terdiri dari Keujreun
Muda yang mengelola persawahan tingkat Gampong/Desa atau P3A secara Nasional dan
Keujreun Chik yang mengelola kawasan Pemukiman atau GP3A secara Nasional. Keujreun
Blang (Lembaga Adat) memiliki dasar hukum tugas yang tercantum dalam Qanun Aceh
Sesuai dengan tujuan program PPSIP, pengembangan dan pengelolaan air irigasi
dilaksanakan dengan pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan
antara air hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu dengan mengutamakan
pendayagunaan air permukaan. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
dilaksanakan dengan prinsip satu sistme irigasi satu kesatuan pengembangan dan
pengelolaan, dengan memperhatikan kepentingan pemakai air irigasi dan pengguna
jaringan irigasi di bagian hulu, tengah dan hilir secara selaras
Saat ini, D.I Paya Teungeh sudah memiliki Keujreun Blang. Keujreun Blang tersebut
hanya terdiri dari satu orang yang bertugas mengatur pembagian air untuk masing-
masing desa yaitu Paya Teungeh dan Alue Ngom. Keujreun Blang memiliki tugas
menentukan dan mengatur tata cara turun ke sawah, pembagian air, khanduri atau
kebiasaan masyarakat hingga menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proses
pembagian air ke sawah. Kuejreun Muda wilayah D.I Paya Teungeh belum berbentuk
lembaga sesuai dengan Peraturan Gubernur No 45 Tahun 2015. Berdasarkan peraturan
tersebut, keujreun muda atau P3A haruslah berbentuk lembaga yang terdiri dari
beberapa orang yang memiliki fungsi dan peranan sendiri yang dipilih melalui
musyawarah desa. Selanjutnya P3A/Keujreun Muda akan diarahkan untuk memiliki
AD/ART dan Rencana Kerja serta berbadan hukum.
Sumber Air yang mensuplai Daerah Irigasi Paya Teungeh berasal dari sungai Krueng Inong.
Air yang mengalir masuk melalui pintu intake bendung Paya Teungeh yang berada di
sebelah kiri dan mengalir ke saluran induk. D.I Paya Teungeh memiliki saluran primer
dengan panjang 1.412 meter dan Saluran tersier 1.075 dengan luas areal layanan sebesar
154,83 ha.
Ketersediaan dan Alokasi Air di wilayah D.I Paya Teungeh pada musim hujan berlimpah.
Kondisi ini berbanding terbalik saat musim kemarau melanda namun ketersedian dan alokasi
Ketersediaan air pada petak sawah dipengaruhi oleh adanya kehilangan air di sumber
maupun di jaringan irigasi. Adanya kehilangan air disebabkan kondisi Bendungan yang mulai
Bocor di bagian Lantai Bendung. Kondisi ini juga terjadi di sepanjang saluran sekunder dan
tersier. Terdapat beberapa kerusakan pada lantai saluran, namun ketersediaan air baik di
hulu, tengah dan hilir di daerah irigasi masih seimbang. Di lihat dari segi kualitas lingkungan
daerah irigasi tersebut tergolong baik dan kualitas air yang tersedia juga baik, kualitas air di
D.I Paya Teungeh saat ini masih tergolong baik dan tidak tercemar oleh limbah.
Penggunaan air irigasi di D.I Paya Teungeh dialokasikan untuk kegiatan pertanian dan
domestik rumah tangga. Penggunaan air untuk sawah berbeda pada setiap masa tanam di
desa Paya Teungeh dan masyarakat dapat melakukan penanaman padi di sawah sebanyak 2
(dua) kali dalam setahun. Ketersedian air pada setiap masa tanam berbeda. Masyarakat
petani akan memulai turun ke sawah ketika memasuki musim hujan tiba karena jenis sawah
yang ada di desa adalah sawah tadah hujan. Ketika memasuki musim hujan, masyarakat
akan mulai melakukan penanaman.
Pola tanam yang digunakan adalah pola tanam yang telah ditetapkan oleh Surat Keputusan
Bupati Aceh Utara Tentang Penetapan Jadwal Musim Tanam Rendeng dan Gadu Tahun
2021. Pola tanam disusun melalui proses dan mekanisme usulan dari masyarakat petani
untuk selanjutnya dibahas dalam rapat Komisi Irigasi dan direkomendasikan untuk
ditetapkan oleh Bupati. Untuk desa Paya Teungeh, pola tanam yang digunakan adalah Padi
– Padi. Dari data lapangan (Form PSETK, 2021), realisasi tanam untuk usaha tani di D.I
Paya Teungeh pada MT-1 mencapai 100% komoditas padi dan pada MT-2, juga mencapai
100% komoditas padi dengan sistem Jejer Legowo.
Kondisi
No Jenis Bangunan Rusak Rusak Rusak Jumlah
Baik
Berat Sedang Ringan
1 Bendung - - 1 - 1 unit
2 Bangunan Pelimpah 1 - - - 1 unit
3 Bangunan Bagi 1 - - - 1 unit
4 Bangunan Sadap - - 2 - 2 unit
5 Bangunan Bagi Sadap - - - - 0 unit
7 Saluran Induk 429 111 472 400 1.412 m
8 Saluran Sekunder - - - - 0m
9 Saluran Tersier 350 400 175 150 1.075 m
10 Saluran Pembuang - - - - 0m
11 Pintu Air - - - - 2 unit
12 Gorong Gorong - - 2 1 3 Unit
Sumber : PJI PSETK, 2021
Saluran pembawa D.I Paya Teungeh memiliki panjang 1.412 meter meter serta terdapat
saluran tanah sepanjang 300 m. Kondisi fisik saluran pembawa disikripsikan dengan
keadaan dinding saluran yang pecah dan beberapa ruas bagian masih bangunan tanah.
Lantai saluran di penuhi oleh sedimentasi dengan ketinggian yang bervariasi sepanjang
ruasnya. Sepanjang saluran primer dan sekunder banyak ditumbuhi oleh rumput dan
tanaman air serta sampah-sampah yang terendam dalam saluran. Kondisi ini dipengaruhi
musim hujan dan kemarau serta sedimentasi yang dibiarkan dalam waktu yang lama.
Keseluruhan saluran masih berfungsi, tetapi terjadi beberapa kerusakan pada dinding dan
lantai saluran. Kerusakan yang terjadi mulai dari rusak ringan yaitu dinding yang retak
hingga rusak sedang dimana dinding saluran hilang dan lantai saluran yang tertutup
sendimentasi, saluran terbuat dari beton dan sebagian masih saluran tanah, beberapa
bagian yang rusak dibangun kembali dengan tanah.
Keberadaan saluran pembawa di petak tersier tersebut sangat penting untuk dapat
dilakukannya pola pembagian air yang efisien dan berkeadilan. Kondisi eksisting saat ini
adalah pengaliran air ke petak tersier sudah tidak dilakukan dari petak ke petak lainnya.
Pola ini membutuhkan waktu pengaliran yang lebih lama dan jumlah air yang semakin
banyak.
Penyusunan Rencana Tata Tanam (RTT) didasarkan pada kebijakan atau rekomendasi
pemerintah mengenai pangan dan dilakukan menjelang awal tahun tanam sekaligus
menentukan jenis tanaman dan waktu tanam di suatu daerah irigasi. Tata tanam disusun
oleh instansi teknis yang berwenang dengan prinsip partisipatif, artinya melibatkan peran
serta petani untuk mengusulkan tanaman yang akan ditanam pada tahun berikut. Prinsip
penyusunan rencana tata tanam adalah keseimbangan antara ketersedian air dengan
kebutuhan air irigasi. Ketersedian air diperkirakan dengan menghitung debit andalan dari
data debit tahun-tahun sebelumnya. Kebutuhan air dihitung dari kebutuhan air untuk pola
tanam yang diusulkan petani. Penyusunan pola tanam ini penting karena akan
mempengaruhi pembagian air satu tahun ke depan.
Dalam Rencana Tata Tanam (RTT) selain memuat data tanam juga menyajikan data
kebutuhan air pada bangunan pintu jaringan irigasi utama pada rencana air setiap setengah
bulan. RTT harus disahkan oleh Komisi Irigasi Kabupaten Aceh Utara, yaitu dua bulan
sebelum awal masa tanam penghujan (bulan November). Berdasarkan pola iklim dan grafik
curah hujan rata-rata D.I Paya Teungeh, musim hujan terjadi pada Oktober minggu kedua
sampai dengan Mei minggu pertama, dengan puncak hujan bulan November atau Maret,
sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei minggu kedua sampai dengan Oktober
minggu pertama dengan bulan paling kering adalah Juli – Agustus. Pola Tanam yang
dianjurkan di wilayah D.I Paya Teungeh adalah : Padi (100%) – Padi (100%).
Rencana Tata Tanam (RTT) dan Rencana Pembagian Air (RPA) di wilayah D.I Paya Teungeh
mengikuti Surat Keputusan Bupati Aceh Utara tentang Penetapan Jadwal Musim Tanam
Rendeng dan Gadu Tahun 2021. Penanaman dilakukan berdasarkan pengalaman petani.
Masa tanam hanya berlangsung 2 (dua) kali dalam 1 tahun dan dengan pola tanam padi --
padi. Rencana pembagian air yang dimiliki oleh desa Paya Teungeh merupakan rencana
sederhana pembagian air ketika musim tanam tiba. Rencana ini mengatur buka tutup pintu
air untuk mengairi air ke sawah dan sawah-sawah desa tetangga. Rencana sederhana ini
dibuat secara musyawarah dengan melibatkan petani baik dari desa Paya Teungeh maupun
dari desa tetangga dan diketahui perangkat desa.
Pelaksana teknis pembagian air dilakukan oleh masyarakat melalui Keujruen Blang dan
merupakan pekerjaan turun temurun. Pengaturan air dilakukan sesuai dengan kesepakatan
yang dibuat. Pada D.I Paya Teungeh, pembagian air berdasarkan pada jam
Keterlibatan pengurus P3A dalam jaringan irigasi masih bersifat sederhana. Adanya
pengurus yang bertugas mengatur air untuk setiap musim tanam. Sejauh ini hampir tidak
ada masalah atau konflik yang terjadi karena pembagian air. Pembagian air jelas untuk
setiap petak sawah dan waktu pembagian pun jelas sudah diatur dengan baik. Jika pun
konflik terjadi hanyalah pembagian air untuk petak sawah yang bisa diselesaikan dengan
bantuan pengurus P3A/ Keujruen Blang.
Pemeliharaan dilakukan secara berkala untuk mempertahankan kondisi dan fungsi jaringan.
Pemeliharaan jaringan irigasi dilaksanakan dengan cara swadaya dan gotong royong.
Kegiatan pemeliharaan jaringan di wilayah D.I Paya Teungeh adalah pembersihan jaringan
irigasi pada saluran tersier. Kegiatan ini dilakukan ketika musim tanam dimulai. Gotong
royong pembersihan jaringan irigasi ditentukan oleh Geuchik melalui musyawarah bersama
perangkat desa dan dikerjakan oleh masyarakat yang dikoordinir oleh Keujruen Blang. Selain
membersihkan jaringan irigasi, masyarakat juga melakukan penutupan dinding yang bocor
dan membuat pintu sadap sederhana untuk mengairi air ke sawah.
Keterlibatan P3A/Keujruen Blang bukan hanya saja dalam pemeliharaan jaringan irigasi dan
pembagian air tetapi juga harus diikutsertakan dalam kegiatan pembangunan jaringan
irigasi.Sebelum kegiatan pembangunan jaringan irigasi, perlu dilakukan sosialisasi tentang
perencanaan kegiatan ke pengurus P3A/Keujruen Blang.
Begitu juga dalam kegiatan konstruksi jaringan irigasi P3A/Keujruen Blang harus
mendapatkan sosialisasi atau penjelasan rencana kontruksi. Keterlibatan P3A/Keujruen
Blang dalam kegiatan konstruksi bisa sebagai tenaga kerja dan penyedia material untuk
pembanguan kontruksi.
Jika dilihat dari nilai pendapatan, kegiatan ini belum bisa memberikan hasil maksimal.
Kegiatan turun ke sawah hanya berlangsung selama 2 kali dalam setahun. Ditambah lagi
dalam pengelolaannya masih sangat sederhana dan belum menerapkan sistem atau
teknologi terbarukan. Untuk menyiasati kondisi tersebut, ketika masa turun ke sawah selesai
atau tidak berjalan, maka sebagian masyarakat beralih ke kebun atau bekerja di luar desa.
Dalam kegiatan usaha tani, petani di wilayah D.I Paya Teungeh dibagi dalam 4 (empat)
kelompok yaitu petani sebagai pemilik, petani sebagai penggarap lahan dan petani
sebagai penyewa lahan serta petani sebagai pemilik penggarap. Petani sebagai pemilik
dan penggarap memiliki persetase yang paling tinggi dari total keseluruhan yaitu 68%,
disusul petani sebagai penggarap (buruh tani) sebesar 24%, serta 8% adalah petani
dengan status sebagai penyewa lahan sawah.
Tingkat pendidikan petani di wilayah D.I Paya Teungeh terbagi dalam beberapa tingkatan.
Mayoritas petani memiliki pendidikan paling rendah setingkat SD yang mencapai 17% dari
total keseluruhan petani di D.I tersebut. Disusul tingkat pendidikan SMP sebesar 78%,
tingkat SMA sebesar 13%, dan tingkat sarjana hanya 2%. Informasi tersebut bisa digunakan
untuk penyesuaian dalam pelaksanaan bagi P3A/GP3A, baik dari segi Teknik atau metode
pelaksanaan maupun bahan/materi yang akan digunakan
Rendahnya pendidikan petani membuat produktivitas petani dan etos kerja petani
berkurang. Seperti umumnya petani di Indonesia, petani di D.I. Paya Teungeh juga lebih
Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System), suatu metode yang memadukan
pertanian, perikanan dan perternakan dalam satu kawasan. Sistem ini merupakan salah
satu bentuk upaya meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan kesejahteraan
petani. Selain itu, pertanian terpadu juga dapat memberikan dampak positif bagi
lingkungan dengan sistem tata kelola yang baik.
Modal sosial adalah sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam bentuk norma-norma
atau nilai-nilai yang memfasilitasi dan membangun kerja sama melalui jaringan interaksi
dan komunikasi yang harmonis dan kondusif. Modal sosial memberi kekuatan atau daya
dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat. Gotong royong merupakan salah
satu modal sosial yang dimiliki masyarakat. Kegiatan gotong royong masih terus hidup
ditengah masyarakat walau sekarang keberadaannya mulai tergeser dan berkurang
perannya.
Hubungan kemasyarakatan atau gotong royong juga terjadi dalam pertanian. Masyarakat
saling bahu membahu dalam berbagai kegiatan pertanian, mulai dari persiapan
musyawarah turun ke sawah, pelaksanaan adat istiadat sebelum turun ke sawah,
pembersihan saluran irigasi, penanaman hingga pemanenan. Semua dilakukan secara
Masyarakat di wilayah D.I Paya Teungeh masih terus mempertahankan gotong royong
sebagai modal sosial yang dimiliki masyarakat. Gotong royong terjadi dalam setiap kegiatan
bermasyarakat. Dalam kegiatan turun ke sawah, masyarakat bergotong royong, mulai dari
persiapan musyawarah, pembersihan dan pemeliharaan, penanaman hingga pemanenan
dilakukan secara gotong royong. Hubungan antara petani di sepanjang irigasi baik. Jika pun
terjadi konflik atau pertikaian masih bisa diselesaikan pada saat itu dengan melibatkan
perangkat desa.
Me’urop adalah tradisi gotong royong dalam kehidupan pertanian di Aceh. Me’urop dapat
diartikan sebagai bentuk bekerja dari satu sawah ke sawah atau dari kebun ke kebun.
Proses Me’urop dilakukan melalui proses musyawarah petani. Dalam musyawarah, diawali
dengan penentuan anggota petani yang masuk dalam kelompok tersebut. Biasanya
penentuan berdasarkan kedekatan tempat tinggal. Setelah penentuan anggota dilanjutkan
dengan penentuan sawah yang akan dikerjakan. Penentuan sawah berikutnya dilakukan
setelah sawah pertama selesai dilakukan Me’urop.
Salah satu kearifan lokal dalam masyarakat Aceh adalah Khanduri Tron u Blang atau tradisi
kenduri turun ke sawah. Khanduri Tron U Blang diartikan sebagai sebuah tradisi untuk
memohon berkah dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa agar seluruh proses kegiatan bertani
berjalan lancar. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan petunjuk dari Keujreun Blang dan
dilakukan secara gotong royong. Dalam kegiatan ini juga disampaikan waktu pelaksanaan
untuk turun ke sawah, dengan tujuan agar proses pengelolaan tanah, penanaman, hingga
proses pemanenan, dapat dilakukan secara serentak.
Secara umum, di Aceh, Khanduri Tron u Blang dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, mulai dari
persiapan hingga menjelang panen. Khanduri pertama dilakukan sebelum turun ke sawah,
Khanduri kedua dilakukan saat padi mulai menghijau (pade dara), dan Khanduri ketiga
dilakukan saat musim panen tiba. Sedangkan di masyarakat desa di wilayah D.I Paya
Teungeh, Khanduri yang dilakukan hanya satu kali, sebelum turun ke sawah.
Keujreun Blang adalah lembaga adat pengelola kawasan persawahan yang menjadi wadah
petani dalam suatu daerah pelayanan irigasi dan tidak beririgasi yang dibentuk oleh petani
secara demokratis. Lembaga adat ini hidup dan berkembang secara kultur, historis dan
sosiologis penuh tantangan global dan distorsi sebagai krisis sosial, budaya, ekonomi dan
politik.
Pembentukan P3A/GP3A merupakan penekanan kembali peran serta petani pemakai air
dalam pengembangan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi yang diatur oleh
Undang – Undang RI Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan dan Peraturan Pemerintah
RI Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi. Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 23
Tahun 1982, peran serta petani dimungkinkan dalam hal: pengurus (Pasal 22 ayat 2),
pembangunan air irigasi (Pasal 17 dan 18), perkumpulan petani pemakai air (Pasal 20),
pembangunan jaringan irigasi desa (tersier) (Pasal 26), eksploitasi dan pemeliharaan
(Pasal 28 ayat 2), pengamanan (Pasal 32), dan pembiayaan untuk pembangunan,
eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi (Pasal 33 ayat 3 dan Pasal 35 ayat 2)
Lembaga adat yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Aceh sejak dulu hingga
sekarang mempunyai fungsi dan peran dalam membina nilai-nilai budaya, norma-norma
adat, dan aturan untuk mewujudkan keamanan, keharmonisasian, ketertiban,
ketentraman, kerukunan dan kesejahteraan bagi masyarakat Aceh.
Dalam Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 tentang Lembaga Adat, Keujreun Blang sebagai
orang yang mempimpin dan mengatur kegiatan usaha di bidang persawahan. Kedudukan
Keujreun Blang sebagai salah satu lembaga adat gampong dibawah mukim yang ikut turut
membantu Geuchik dalam pengelolaan air sawah. Keujreun Blang merupakan lembaga
adat yang cukup strategis dan mempunya fungsi dan peran yang sangat besar, khususnya
dalam meningkatkan produksi pertanian
Adapun tugas-tugas Keujreun Blang menurut pasal 25 Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008
tentang Lembaga Adat yaitu :
a. Menentukan dan menkoordinasikan tata cara turun ke sawah
b. Mengatur pembagian air ke sawah petani
c. Membantu pemerintah dalam bidang pertanian
Berkaitan dengan Keujreun Blang lebih lanjut di atur dalam Peraturan Gubernur Aceh
Nomor 45 Tahun 2015 tentang peran Keujruen Blang Dalam Pengelolaan Irigasi, Keujreun
Blang terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Keujreun Chik dengan wilayah kerja di mukim atau
kecamatan dan Keujreun Muda dengan wilayah kerja di desa setelah kedua lembaga ini
terbentuk kemudian ada Koordinator Keujruen Blang.
Struktur kepengurusan P3A/Keujreun Muda Paya Teungeh Meugo Meulia adalah sebagai
berikut :
SEKRETARIS BENDAHARA
PEUTUA BLANG/
PELAKSANA TEKNIS
Sebagai lembaga adat, P3A atau Keujreun Muda harus memiliki, SK Kepala Desa, Rencana
Kerja, AD/ART disahkan Bupati dan Akta Notaris. Tujuannya agar P3A bisa menjadi
lembaga kuat yang memiliki ketetapan hukum dan bisa melakukan kerjasama dengan
pihak lain.
GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air) atau Keujreun Chik adalah kumpulan
dari beberapa P3A atau Keujreun Muda. Keujruen Chik ini memiliki wilayah tugas di
wilayah kemukiman. Saat ini, Di wilayah D.I Paya Teungeh belum ada Keujruen Chik yang
terbentuk berdasarkan kesepakatan dari Keujruen Muda. Untuk menindak lanjuti
pemebenrtukan kelembagaan Keujruen Blang ini di kecamatan Simpang Keramat, telah
Sistem irigasi bukan hanya fokus pada kegiatan fisik tapi juga fokus pada kegiatan
membangun manusianya. Sistem irigasi dibentuk untuk memberdayakan petani sehingga
produktivitas pertanian meningkat dan kesejateraan petani tercapai. Petani-petani
diberdayakan dalam satu kelompok dibawah binaan Dinas Pertanian. Petani yang
tergabung dalam kelompok disebut Poktan (Kelompok Tani). Kelompok ini berdiri
berdasarkan kesamaan usaha. Di dalam satu desa bisa terdapat beberapa poktan, sesuai
dengan kebutuhan. Gapoktan adalah gabungan beberapa kelompok tani.
D.I Paya Teungeh memiliki 7 (tujuh) kelompok tani (Poktan) dan 1 (satu) Gapoktan.
Ketujuh Poktan memiliki jenis usaha yang sama. Pembentukan Poktan juga memlalui
proses musyawarah. Sama seperti P3A, Poktan juga harus memiliki rencana kerja,
AD/ART, dan SK dari Desa dan BPP.
Pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan petani dalam
melaksanakan usaha tani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan
dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian,
konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan,
teknologi dan informasi serta penguatan kelembagaan petani.
Saat ini, di wilayah D.I Paya Teungeh, P3A/Keujruen Muda masih bersifat perorangan atau
bekerja sendiri. Kedudukan keujruen muda adalah sebuah posisi dalam masyarakat desa di
Aceh yang bertanggung jawab akan pertanian (sawah) dan bersifat turun temurun. Kondisi
ini membuat keujruen muda bersifat perorangan dan jika jangkauan sawah yang dipantau
terlalu besar, maka keujruen muda dibantu oleh beberapa orang. Hal ini juga tidak diperkuat
dengan administrasi yang menunjukkan posisi keujruen muda dalam organisasi.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2001 Tentang Pedoman
Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Pasal 26 ayat 1 dan 2, salah satu
sumber pendanaan P3A adalah iuran dari anggota. Anggota yang dimaksud adalah petani
pemakai/penggunaa air irigasi yang tercatat sebagai anggota P3a/keujreun muda Dalam
pelaksaannya, anggota P3A/Keujreun Blang Paya Teungeh membayar iuran sesuai dengan
Pembangunan jaringan irigasi diharapkan mampu meningkatkan intensitas tanam (IP) pada
lahan sawah. Hal ini bisa dilihat dari perubahan pola tanam yang dilakukan petani. Sebelum
dibangun jaringan irigasi, petani menanam padi dua kali dalam setahun yaitu pada MT-I
(musim hujan), dan pada MT-II (musim gadu) namun tingkat produksi masih sangat rendah
karena ketidak cukupan air dan sulitnya memasukkan air ke persawahan, Setelah jaringan
irigasi dibangun, petani mampu meningkatkan produksi, menanam padi dua kali dalam
setahun yaitu MT-I dan MT-II.
Peningkatan intensitas tanam pada lahan sawah akan berimplikasi pada peningkatan
ketersedian bahan pangan (khususnya beras) di daerah yang bersangkutan. Ketersedian air
irigasi juga memacu peningkatan penggunaan input produksi yang lain seperti benih, pupuk
dan pestisida. Dengan penggunaan input produksi yang lebih intensif, akan meningkatkan
produksi per satuan luas lahan.
Dalam satu tahun, petani di wilayah D.I Paya Teungeh dapat menanam dan memanen
sebanyak dua kali. Masyarakat hanya menanam padi sepanjang musim tanam dan belum
melakukan pergiliran tanaman setelah panen padi selesai. Kondisi ini menyebabkan
lemahnya produktivitas petani.
Seperti yang telah diketahui, pada umumnya petani masih mengalami kesulitan dalam usaha
meningkatkan taraf hidupnya. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh petani dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat berupa lemahnya modal, rendahnya tingkat
pendidikan dan ketrampilan serta posisi tawar yang dimiliki oleh petani itu sendiri. Petani
berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usaha tani dan keluarga sehingga tidak
mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan mempertimbangkan untung ruginya.
Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung kepada faktor eksternal
dan internal. Faktor interen itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekomomi petani. Faktor sosial
diantaranya: umur, tingkat pendidikan, frekuensi mengikuti penyuluhan dan lamanya
berusaha tani. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah : jumlah tanggungan
keluarga, luas lahan produksi dan produktivitas yang dimiliki dan ada tidaknya usaha tani
yang dimiliki oleh petani.
Tabel 2.13 Produktivitas dan Pendapatan Usaha Tani di D.I Paya Teungeh
Produktivitas hasil Usaha Tani (ton/ha) dan Pendapatan (Rp/satuan luas)
MT I MT II
Jenis
(Oktober – Maret) (April – September)
Usaha Tani
Produktivitas Pendapatan Produktivitas Pendapatan
(ton/Ha) (Rp) (ton/Ha) (Rp)
Padi 6,0 12.160.000,- 5 8.110.000,-
Sumber : FGD PSETK, 2021
Tabel 2.13, menunjukkan rata-rata produktivitas padi pada MT-I mencapai 6,0 ton/ha dan
untuk MT-II mencapai 5,0 ton/ha dengan komuditi padi. Tabel di atas menunjukkan
pendapatan bersih petani pada MT-I sebesar Rp. 12.160.000,- dan pada MT-II pendapatan
bersih petani menurun menjadi Rp. 8.110.000,- dengan harga jual Rp. 4.500,-.
Teknologi yang diterapkan dalam usaha tani padi adalah dengan menggunakan system SRI
dan Jajar Legowo. Sebanyak 70% lahan sawah di D.I Paya Teungeh menggunakan sistem
Jajar Legowo. Sistem ini dipilih oleh masyarakat karena dapat meningkatkan produktifitas
padi serta kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme penganggu
tanaman. Sisanya, sebanyak 30%, menggunakan system SRI (System of Rice
Intensification). Sistem ini dapat menghemat penggunaan input seperti benih, penggunaan
air, pupuk kimia dan pestisida kimia melalui pemberdayaan petani dan kearifan lokal.
Sumberdaya lokal adalah segala sesuatu yang ada di daerah setempat yang bisa digunakan
utnuk mencapai tujuan bersama. Di setiap daerah irigasi memiliki potensi sumber daya lokal
(local wisdom) yang membentuk pola hubungan dengan lingkungan dan hubungan sosial
masyarakatnya. Dalam model baru, pengembangan dan pengelolaan system irigasi
memberikan ruang kepada masyarakat untuk berpartisipasi dengan mempertimbangkan
potensi lokal yang dimiliki.
Potensi sumber daya lokal dapat berbentuk kearifan lokal (budaya) maupun sumber daya
alam yang dapat dikelola secara berkelanjutan. Masyarakat pedesaan secara umum telah
menjaga tradisi dalam bentuk menjamin hubungan antar individu dalam masyarakat,
terkelola dengan baik dalam lembaga adat dan sosial. Bentuk kelembagaan sosial yang ada
dan berkembangan dalam sistem irigasi di wilayah D.I Paya Teungeh antara lain adalah
majelis taklim, majelis zikir dan majelis yasinan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai
keimanan dan ukhuwah Islamiyah.
Dengan memperhatikan kondisi alam dan keberadaan para petani di D.I Paya Teungeh, ada
beberapa potensi yang masih dapat dikembangkan antara lain :
Budidaya tanaman perkebunan yaitu Kelapa sawit, karet. Usaha ini sudah berjalan di
wilayah D.I Paya Teungeh dan memberikan hasil yang positif. Tersedianya alat dan
bahan, pemasaran yang mudah serta permintaan yang tinggi membuat masyarakat
mudah untuk melakukan budidaya untuk tanaman tersebut.
Budidaya tanaman palawija bisa dilakukan pada saat menunggu musim tanam
selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas petani dan lahan.
Pemanfaatan lahan pekarangan rumah dengan budidaya tanaman sayuaran (tanaman
berumur pendek) dan tanaman obat-obatan.
Infrastruktur dari suatu irigasi bukan saja terletak pada bangunan utama tapi juga pada
bangunan pendukung dan sarana serta prasarana pendukung irigasi. Dalam jaringan irigasi
ada 4 (empat) unsur pokok dari bangunan irigasi yaitu : bangunan utama, jaringan
pembawa dan bangunannya, saluran pembuangan dan petak tersier. Bangunan utama
adalah suatu komplek bangunan yang direncanakan dibangun di sepanjang sungai atau
aliran air untuk membelokkan air ke saluran irigasi. Bangunan utama dapat mengatur debit
air dan mengurangi sendimen yang masuk ke saluran irigasi. Selain bangunan utama,
terdapat juga jaringan pembawa yang terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier,
saluran pembuangan dan petak tersier.
Selain bangunan utama, terdapat juga sarana dan prasarana dalam irigasi. Hal ini juga perlu
menjadi perhatian. Di wilayah D.I Paya Teungeh, sarana dan prasarana belumlah memadai.
Beberapa sarana belum tersedia bahkan ada yang rusak, seperti alat pengukur debit air
yang belum tersedia, pintu air yang rusak ringan hingga rusak berat, jalan menuju
bendungan tidak bisa diakses dengan kendaraan, serta kantor pengamat yang tidak ada.
Di wilayah D.I Paya Teungeh, hanya pengurus P3A yang mengatur dan mengurus air untuk
sawah. Petugas pintu air tidak tersedia di wilayah D.I Paya Teungeh, karena sistem irigasi di
D.I Paya Teungeh masih sederhana walau sudah termasuk dalam irigasi teknis. Juru Air ada
disetiap kecamatan dan hanya mengontrol kondisi air di desa pada periode tertentu.
Salah satu kearifan lokal dalam masyarakat Aceh adalah Khanduri Tron u Blang atau tradisi
sebelum turun ke sawah. Keunduri Blang diartikan sebagai sebuah tradisi untuk meminta
berkah dan rahmat Tuhan Yanga Maha Esa agar seluruh proses kegiatan bertani berjalan
lancar. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan petunjuk dari Keujreun Blang. Pelaksanaan
dilakukan secara gotong royong. Dalam kegiatan ini juga disampaikan waktu pelaksanaan
untuk turun ke sawah dengan tujuan agar proses pengelolaan tanah, penanaman hingga
proses pemanenan dapat dilakukan secara serentak.
Selain budaya Khanduri Tron u Blang, masyarakat di wilayah D.I Paya Teungeh juga
memiliki budaya gotong royong yang telah melekat sejak lama. Gotong royong dilakukan
mulai dari pembersihan lahan, penanaman hingga pemanenan. Dalam kegiatan irigasi,
gotong royong dilakukan pada aspek pemeliharaan jaringan seperti pembersihan dan
pengangkatan sedimen (lumpur), pembersihan sampah dan perbaikan talud/tanggul
saluran.
Dalam masyarakat di wilayah D.I Paya Teungeh, pembersihan saluran irigasi dilakukan
secara gotong royong. Pembersihan dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun ketika
memasuki masa tanam. Selain itu, gotong royong juga dilakukan saat proses penanaman
hingga pemanenan. Dari kegiatan ini, dapat memupuk rasa solidaritas antar sesama petani.
Keterlibatan peran perempuan dalam pertanian Indonesia ditunjukan dengan data sensus
Pertanian Tahun 2013 (ST 2013), menunjukkan sekitar 23% atau 7,4 juta petani di
Indonesia adalah perempuan, data ini akan terus bertambah seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Fakta bahwa keterlibatan perempuan dalam pertanian di Indonesia tidak dapat
dipandang sebelah mata. Perempuan sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab atas
pangan rumah tangga, gizi yang baik bagi keluarga dan keamanan pangan. Tanggung
jawab ini sepenuhnya milik perempuan, sehingga budaya konsumsi termasuk nilai-nilai
sosial dan asupan gizi keluarga ada di tangan perempuan (BPS, 2015).
Kontribusi dan peran serta perempuan dalam ketahanan pangan tidak diimbangi dengan
kondisi ekonomi terutama gap pendapatan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan
dalam hak pemberian upah pada perempuan didasarkan pada penilaian fisik dan jam kerja.
Tantangan lebih lanjut adalah, mensejajarkan peran petani perempuan dalam mengakses
Keterlibatan perempuan dalam pertanian selalu dilihat sebagai pelaku kedua dalam sistem
pertanian. Kepemilikan lahan oleh perempuan tidak serta merta menjadikannya sebagai
pengambil keputusan dalam sistem pertanian maupun kelembagaan pertanian yang ada di
desanya. Kepemilikan lahan oleh perempuan bisa didapat melalui warisan dari orang tua
ataupun peninggalan suami.
Dalam kegiatan pertanian di desa Paya Teungeh, pembagian kerja produktif dalam rumah
tangga petani dibagi menjadi tiga pilihan pelaku kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan
oleh suami (laki-laki), kegiatan yang dilakukan oleh istri (perempuan) dan kegiatan yang
dilakukan bersama (laki-laki dan perempuan).
Tabel 2. 14 Pembagian Kerja Rumah Tangga Petani Padi Sawah di D.I Paya Teungeh
Pelaku Kegiatan
No Aktivitas
L P L dan P
1 Pengolahan lahan √
2 Pemilihan varietas/bibit √
3 Penyemaian benih √
4 Penanaman √
5 Pemupukan √
6 Pemberantasan Hama dan Penyemprotan Pestisida √
7 Pemeliharaan √
8 Panen √
9 Pemasaran √
10 Manajemen Keuangan √
Sumber : FGD PSETK, 2021
Dari tabel diatas, pembagian kerja untuk laki-laki pada usaha tani lebih didominasi pada
pekerjaan berat seperti pengolahan lahan, pemupukan dan pemberantasan hama dan
penyemprotan pestisida. Sedangkan pembagian kerja untuk perempuan dilakukan pada
pekerjaan yang ringan dan membutuhkan tenaga sedikit seperti penyemaian dan
penanaman. Terdapat beberapa kegiatan usaha tani dilakukan bersama laki-laki dan
perempuan pada usaha tani yaitu kegiatan pemilihan bibit, pemeliharaan dan pemanenan.
Untuk manajemen keuangan, laki-laki lebih menyerahkan kepada perempuan untuk
mengelolah keuangan dengan baik.
Tabel 2. 15 Akses pada Faktor Produksi Usaha Tani Padi Sawah di D.I Paya Teungeh
Pelaku Kegiatan
No Faktor Produksi
L P LP
1 Lahan pertanian √
2 Irigasi √
3 Pengololaan Teknologi Pertanian √
Berdasarkan tabel diatas, laki-laki memiliki akses yang lebih besar dan mendominasi pada
faktor produksi usaha tani seperti pada lahan pertanian, irigasi, pengelolaan teknologi
pertanian, dan pemilihan alat-alat pertanian, serta tenaga kerja dalam usaha tani.
Kesempatan perempuan untuk memiliki akses dalam produksi usaha tani cenderung tidak
ada. Tanggung jawab utama usaha tani bukan diletakkan pada perempuan atau istri tetapi
perempuan atau istri hanya ikut membantu dalam kegiatan usaha tani. Kondisi ini tidak
jauh berbeda apabila kepala rumah tangga tersebut adalah perempuan atau perempuan
sebagai pemilik lahan. Untuk mendapatkan akses usaha tani tersebut laki-laki lebih
mendominasi.
Berdasarkan hasil FGD PSETK di wilayah D.I Paya Teungeh, P3A/Keujruen Muda belum
kelembagaan. Dan diharapkan, dalam pemilihan atau penentuan pengurus lembaga P3A
nantinya, sebaiknya melibatkan peran perempuan. Karena selama ini perempuan tidak
peran dan kegiatan. Untuk saat ini, perempuan dilingkungan D.I. Paya Teungeh hanya
beranggapan irigasi menjadi ranah tanggung jawab kaum laki-laki, dan waktu pertemuan
pengurus P3A/Keujruen Muda sering dilakukan pada malam hari, suatu kondisi yang tidak
mungkin bisa diikuti oleh kaum perempuan termasuk perempuan yang sudah menikah.
Kelompok Wanita Tani (KWT) dibentuk sebagai upaya melibatkan kaum perempuan secara
langsung dalam usaha peningkata hasil pertanian, seperti menjadi bagian dari motivator
dalam adopsi dan pengenalan teknologi tani.Peran ganda wanita tani sangat strategis
dalam peningkatan produktivitas usaha tani.
Secara umum wilayah D.I Paya Teungeh merupakan daerah pertanian khususnya tanaman
pangan yaitu padi dan tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit dan karet. Sektor pertanian
ini merupakan sumber utama mata pencaharian pada masyarakat daerah ini. Berdasarkan
Tabel 2.5, mata pencaharian masyarakat di wilayah D.I Paya Teungeh adalah petani. Petani
mendominasi dari total keseluruhan jumlah penduduk di desa. Selain sebagai petani,
masyarakat juga ada yang bekerja sebagai pedagang ataupun buruh (tukang).
Bertani merupakan pekerjaan yang digeluti secara turun temurun. Dengan total luas areal
pesawahan mencapai 154,83 ha, masyarakat menjadikan bertani sebagai sumber
pencahariannya. Sebanyak 68% masyarakat memiliki lahan sawah sekaligus mengarapnya.
24% petani yang tidak memiliki lahan dan bekerja sebagai pengarap atau buruh tani, dan
8% petani yang menyewa lahan.
Produktivitas petani dipengaruhi tingkat pendidikan petani. Dari keseluruhan jumlah petani
yang ada di desa, sebanyak 78% petani memiliki pendidikan sampai tingkat SMP. Tingkat
pendidikan dan pengalaman mempengaruhi pola pikir dan pola sikap dari petani itu sendiri
sehingga berimbas pada produktivitas pertanian. Penerapan inovasi dan teknologi pertanian
bisa mendongkrak produktivitas pertanian.
kendala atau kekurangan dalam pengurusan atau pembagian air irigasi di wilayah D.I. Paya
Teungeh. Selanjutnya, ditinjau dari aspek ekonomi belum bisa memberi peran atau
kekuatan yang berarti dalam menunjang perekonomian tim yang terlibat dalam pengurusan
air irigasi tersebut. Seperti diketahui, P3A/Keujruen Muda hadir sebagai lembaga yang
mengatur air irigasi sawah dan membantu menyelesaikan konflik yang terjadi di
masyarakat petani. Pentingnya program kerja membuat kinerja P3A/Keujruen Muda
Penggunaan tenaga kerja pada pertanian biaya penuh; penggunaan agro input, tenaga kerja
di luar rumah tangga, dan penggunaan input-input lainnya mengakibatkan besarnya biaya
produksi bagi rumah tangga petani. Penggunaan agro input dalam jumlah banyak hanya
Berdasarkan tabel 2.13, Hasil analisa usaha tani yang dihimpun pada pelaksanaan PSETK di
D.I Paya Teungeh, komoditas padi pada MT-I mencapai 6 ton/ha setelah dikurangi Zakat
10% maka hasil bersih produksi adalah 5,4 Ton/Ha dengan pendapatan Rp. 24.300,000,-.
Dengan harga jual pada saat Psetk Rp. 4.500,- / Kg, Untuk biaya produksi selama masa
tanam adalah Rp. 12.140.000,-. Keutungan bersih yang didapat oleh petani pada MT-1
adalah sebesar Rp. 12.160.000,- Adapun pada MT-II hanya 5 ton/Ha setelah dikurangi Zakat
10% maka hasil bersih produksi adalah 4,5 Ton/Ha dengan pendapatan Rp. 20.250.000,-.
Untuk biaya produksi selama masa tanam adalah Rp. 12.140.000,-. Keutungan bersih yang
didapat oleh petani per musim tanam adalah sebesar Rp. 8.110.000,-.
Dari uraian di atas, hasil produksi setiap musim berbeda, paling optimal pada MT I, begitu
juga keuntungan dan tingkat pendapatan petani per bulan pada musim tanam pertama
memberikan keuntungan yang lebih baik jika dibandingkan dengan musim kedua.
Peran alsintan (alat mesin pertanian) bukan sebatas pada tahapan budidaya dan pasca
panen, tapi juga upaya pengembangan proses hasil panen menjadi aneka produk pangan
tambahan. Adanya alsintan menjadi pemicu transformasi teknologi kepada petani menuju
pertanian yang lebih modern, efektif dan ramah lingkungan. Teknologi mekanisasi tersebut
harus mencukupi dari hulu sampai hilir sehingga tidak hanya meningkatkan produksi, akan
tetapi kesejahteraan petani. Peran alsintan juga mulai mengeser peran tenaga manusia.
Seperti pada proses memanen atau keumekoh, kehadiran mesin pemanen multifungsional
combine harvester atau Moto Koh Pade mulai menganti peran manusia. Pada tahapan ini
secara perlahan, para petani mulai menggunakan alsintan ini. Dari segi ekonomi, biaya yang
dikeluarkan dalam penggunaan tenaga manusia dan tenaga mesin jauh berbeda. Untuk
tenaga manusia, biaya (upah) yang diberikan untuk tenaga laki-laki mencapai Rp 100.000,-
/hari dan untuk perempuan Rp 80.000,-/hari. Sedangkan untuk penggunaan mesin
pemanen multifungsional combine harvester, biaya yang dikeluarkan berkisar Rp 400.000,-
/mah (1 mah = 4 rantai = 1.600 m2). Sangat besar perbedaan biaya yang dikeluarkan
dalam penggunaan tenaga pada tahapan pemanenan. Saat ini di kecamatan Simpang
Keramat, belum ada usaha yang menyewakan pemanen multifungsional combine harvester,
sehingga masyarakat harus mendatangkan dari luar kecamatan.
Tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh penggunaan input dan harga jual produk per unit
di tingkat petani. Penggunaan input dari usaha tani padi yaitu benih, pupuk, pestisida dan
Rendahnya pendapatan dari usaha tani menyebabkan petani akan melirik pekerjaan lain
untuk meningkatkan pendapatannya. Sektor pekerjaan lain yang dilirik seperti buruh swasta,
pertukangan, dan home industri. Buruh swasta dan pertukangan menjadi sumber
penghasilan utama menggeser usaha pertanian. Pekerjaan ini dapat memberikan
pendapatan nyata setiap harinya sebesar Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah)
sementara sektor pertanian harus menunggu selama 4 (empat) bulan.
Dalam struktur ekonomi masyarakat akhirnya sektor pertanian tidak menjadi skala prioritas.
Terkecuali bagi rumah tangga petani yang menanam komoditas umur pendek seperti sayur-
sayuran yang dapat dipanen dalam waktu 1 (satu) bulan. Seperti di semua perdesaan,
petani umumnya berpendidikan antara SD sampai dengan SMA sederajat. Tingkat
pendidikan petani di ditentukan berdasarkan kelompok umur. Petani yang berumur 60 tahun
ke atas umumnya berpendidikan SD dan SMP sederajat sedangkan petani berumur 50 tahun
ke bawah berpendidikan SMP sampai dengan SMA sederajat. Sangat sedikit sekali petani
yang berpendidikan sarjana (S-1). Penduduk yang berpendidikan S-1 lebih memilih
pekerjaan di bidang pendidikan dan usaha jasa. Rendahnya tingkat pendidikan petani dan
usia petani yang rata-rata didominasi oleh orang tua (diatas 40 tahun) juga sangat
D.I Paya Teungeh berada dalam posisi tengah di wilayah sungai. Daerah irigasi ini tidak
hanya mengaliri satu desa tapi mencapai beberapa desa. Lokasi daerah irigasi ini memilik
tiga titik bendung untuk mengaliri tiga petak tersier di desa Paya Teungeh. Pada musim
hujan, debit air meningkat dalam jumlah yang banyak dan mengaliri ketiga petak tersier
hingga sampai ke desa Paya Leupah dan Alue Lim. Kondisi ini berbanding terbalik ketika
musim kemarau tiba. Debit air berkurang dan cenderung tidak ada. Ketika kondisi debit air
tinggi, masyarakat di ketiga petak tersier dapat turun ke sawah (MT-I), sedangkan pada
musim kemarau dimana debit air berkurang masyarakat tetap menanam (MT-II) walau
terkadang hasil yang didapat berbeda pada MT-I.
Ketersediaan air di petak sawah dipengaruhi oleh adanya kehilangan air yang tinggi baik di
sumber maupun di jaringan irigasi. Tingginya kehilangan air disebabkan kondisi bak
penampung saat ini tidak dapat menampung air lebih banyak. Terjadinya sedimentasi dan
dinding bendung yang retak dan terkikis memudahkan air untuk hilang dan tidak
tertampung di bendung. Kondisi bak penampung yang dangkal akibat sedimen
menyebabkan masyarakat di daerah hulu berupaya untuk mencegah banyaknya air yang
mengalir ke bagian hilir sungai. Sistem koordinasi dalam satu sistem sungai atau saluran
pembawa belum terbentuk di tingkatan masyarakat petani. Lemahnya sistem koordinasi
mengakibatkan sistem kontrol tidak terkendali. Masyarakat pengguna di hulu sungai akan
lebih mendominasi penguasaan sumber air yang berada dalam sistem sungai.
Kerusakan pada dinding dan ketiadaan pintu air membuat air tidak maksimal untuk masuk
ke persawahan. Tabel dibawah ini akan menampilkan jenis kerusakan pada bangunan di D.I
Paya Teungeh.
Tabel 3. 1 Lokasi dan Jenis Kerusakan pada Saluran di D.I Paya Teungeh
Keterlibatan pengurus P3a/keujreun muda dalam jaringan irigasi di wilayah D.I Paya
Teungeh masih bersifat sederhana. P3a/keujreun muda hanya memiliki kewenangan untuk
mengatur pembagian air ke petak sawah dan menyelesaikan konflik jika terjadi di lapangan.
Penentuan musim tanam disesuikan dengan RTT dan RPA yang diterbitkan oleh pemerintah,
walau ada pergeseran waktu karena pengaruh cuaca dan iklim serta sebagian besar kondisi
sawah adalah tadah hujan.
Pemeliharaan jaringan di wilayah D.I Paya Teungeh adalah pembersihan jaringan irigasi
pada saluran tersier yang dilakukan oleh petani pemakai air ketika akan memasuki musim
tanam. Kegiatan ini dilakukan secara gotong royong sesuai intruksi P3A/Keujreun Blang.
Selain pembersihan jaringan, petani juga melakukan penutupan dinding saluran yang bocor
dan membuat pintu sadap sederhana untuk mengairi air ke sawah.
Kegiatan pemeliharaan jaringan bukan hanya menjadi tanggung jawab P3a/keujreun muda
atau petani tapi juga harus berkolaborasi antara Juru Pengairan setempat dengan
P3a/keujreun muda dan petani. Ada beberapa kegiatan pemeliharaan jaringan yang tidak
bisa dilakukan oleh P3a/keujreun muda dan petani karena keterbatasan dana dan
pengetahuan. Kegiatan ini menjadi tanggung jawab pemerintah melalui juru pengairan.
3.3. Kelembaagaan
P3A atau keujreun muda memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan dan mengelolah
sistem irigasi ditingkat tersier. Untuk mewujudkan sistem pengembangan dan pengelolaan
air irigasi yang baik dan berkelanjutan, diperlukan kelembagaan yang kuat, mandiri dan
berdaya yang pada akhirnya mampu meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian
dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan
nasional.
Untuk menjadikan P3a/keujreun muda sebagai lembaga yang kuat, mandiri dan berdaya
perlu meningkatkan kemampuan P3a/keujreun muda pada aspek kelembagaan, teknis,
ekonomis dan legalisasi berbadan hukum kelembagaan secara demokratis sehingga memiliki
kemampuan untuk berpartisipasi dalam PPSIP. Kemampuan lembaga dipengerahi oleh
jumlah anggota kelompok, tingkat partisipasi, kepercayaan, jaringan dan norma dalam
kelompok. Dukungan pemerintah, koordinasi dengan wilayah lain, komitmen dan
pemahaman pemerintah daerah, konsistensi dan kesinambungan anggaran pengelolaan
irigasi serta penguatan kelembagaan mempengaruhi kemampuan P3A.
Lemahnya kinerja Poktan/Gapoktan dari hasil survey dan FGD (Tabel 2.11) disebabkan oleh
:
1. Kurangnya fasilitas penunjang kegiatan ekonomi produktif sehingga petani
menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif.
2. Rendahnya tingkat swadaya di masyarakat karena tingkat pendapatan ekonomi
rumah tangga juga kecil.
3. Pengaturan budidaya tanaman yang belum dikelola secara optimal.
4. Penurunan kontribusi petani akibat penurunan kegiatan usaha tani.
5. Peluang usaha ekonomi produktif belum tergali secara maksimal.
Budidaya padi masih menjadi prioritas dalam kegiatan usaha pertanian di D.I Paya Teungeh.
Masyarakat dapat melakukan penanaman padi sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun.
Dengan luas areal persawahan mencapai 154 Ha dan hasil panen mencapai 6,0 ton/masa
panen, petani masih bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penerapan inovasi dan teknologi tepat guna seperti Sistem Pertanian Terpadu (Integrated
Farming System) yang disarankan pemerintah seperti pola tanam SRI dan Jajar Legowo
Super kurang berhasil diterapkan karena ketersedian air tidak bisa dikondisikan sesuai
kebutuhan. Penerapan inovasi dan teknologi tepat guna sulit diterapkan karena rendahnya
pendidikan dan pengalaman petani.
Di setiap daerah irigasi memiliki potensi sumber daya lokal (local wisdom) yang membentuk
pola hubungan dengan lingkungan dan hubungan sosial masyarakatnya. Potensi sumber
daya lokal dapat berbentuk kearifan lokal (budaya) maupun sumber daya alam yang dapat
dikelola secara berkelanjutan. Masyarakat pedesaan secara umum telah menjaga tradisi
dalam bentuk menjamin hubungan antar individu dalam masyarakat, terkelola dengan baik
dalam lembaga adat dan sosial.
Bentuk kelembagaan sosial yang ada dan berkembang dalam sistem irigasi di wilayah D.I
Paya Teungeh antara lain adalah majelis taklim, majelis zikir dan majelis yasinan yang
bertujuan untuk meningkatkan nilai keimanan dan ukhuwah Islamiyah.
Dengan memperhatikan kondisi alam dan keberadaan para petani di D.I Paya Teungeh, ada
beberapa potensi yang masih dapat dikembangkan antara lain :
Budidaya tanaman perkebunan yaitu Kelapa sawit, karet dan coklat. Usaha ini sudah
berjalan di wilayah D.I Paya Teungeh dan memberikan hasil yang positif.
Budidaya tanaman palawija bisa dilakukan pada saat menunggu musim tanam
selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas petani dan lahan
Pemanfaatan lahan pekarangan rumah dengan budidaya tanaman sayuran (tanaman
berumur pendek) dan tanaman obat-obatan
Sumber Daya Manusia di wilayah D.I Paya Teungeh masih tersedia. Usia produktif masih
banyak dan ditambah dengan tingkat pendidikan yang lebih baik berpeluang untuk
memajukan pertanian di wilayah tersebut
Budidaya perikanan dan perternakan bisa dilakukan di wilayah D.I Paya Teungeh.
Khusus untuk perikanan, perlu dikembangkan pola budidaya yang cocok untuk wilayah
tersebut serta pendampingan rutin untuk meningkatkan produktivitas petani
Gotong royong masih harus terus diterapkan dalam berbagai kegiatan masyarakat
Swadaya masyarakat baik tenaga dan materi masih terus ditingkatkan
Begitupun kondisi petani perempuan di wilayah D.I Paya Teungeh. Dari total petani yang
ada di desa Paya Teungeh sebanyak 294 orang petani (Tabel 2.5), hanya sekitar 60% atau
150 (seratus lima puluh) orang adalah petani perempuan. Dari data tersebut, 45% atau 90 (
Sembilan pukuh) orang petani perempuan adalah pemilik sekaligus penggarap lahan sawah.
Petani perempuan yang memiliki lahan sawah adalah hasil warisan dan juga ada sebagai
kepala rumah tangga. Walaupun dalam pelaksanaannya, keputusan untuk penggunaan dan
penggolahan lahan tetap dilakukan oleh laki-laki. Dalam kondisi ini, keputusan dibuat oleh
anak laki-laki atau saudara laki-laki/kerabat laki-laki dari pihak perempuan. Perempuan tetap
melakukan kegiatan turun ke sawah sama seperti laki-laki meskipun dia adalah pemilik lahan
sawah.
Pemberian upah tenaga kerja petani perempuan dan laki-laki juga berbeda. Untuk petani
perempuan, upah tenaga kerja yang diberikan sebesar Rp 80.000,-/HOK, sedangkan petani
laki-laki, upah tenaga kerja yang diberikan sebesar Rp. 100.000,-/HOK. Perbedaan ini
mengakibatkan terjadinya gap pendapatan antara laki-laki dan perempuan. Petani
perempuan diberikan upah dan jam kerja yang sedikit karena penilaian fisik sehingga
seberat apapun perempuan bekerja di pertanian tetap dianggap sebagai pembantu suami.
Upah kerja petani perempuan ditentukan berdasarkan pembagian pekerjaan dengan petani
laki-laki dalam usaha tani. Berdasarkan tabel 2.14, perempuan hanya mendapatkan porsi
kerja lebih sedikit dibandingkan petani laki-laki. Petani perempuan bekerja pada tahapan
penanaman dan panen. Berbeda dengan petani laki-laki yang mulai terlibat dari pengolahan
lahan, pemupukan, pemberian pestisida, sampai pemanenan. Tantangan upah yang layak
perlu di advokasi lebih lanjut, agar menjadi pemerataan yang sempurna terutama upah
petani perempuan yang bekerja pada subsitem pengelolahan maupun pada sektor industri.
Pada tabel 2.15, terlihat akses irigasi di dominasi oleh kaum laki-laki. Kelembagaan
pengelola air irigasi yaitu P3A pada umumnya masih menempatkan laki-laki sebagai
pemeran utama. Dominasi laki-laki dalam berbagai bidang kegiatan termasuk P3A tidak
terlepas dari persepsi masyarakat terhadap keberadaan perempuan dalam berbagai aspek
kehidupan. Persepsi yang mengesampingkan kehadiran perempuan tersebut terbentuk dan
terpola bukan saja bersumber dari laki-laki tetapi juga dari perempuan sendiri. Pola pikir
yang dilegalisasi oleh kebiasaan dan norma masyarakat tersebut mengakibatkan keterlibatan
perempuan dalam berbagai aspek kegiatan menjadi sangat terbatas, padahal apabila diberi
Berdasarkan hasil FGD PSETK di wilayah D.I Paya Teungeh, P3A/Keujruen Muda dalam
bentuk lembaga belum terbentuk. P3A/Keujruen Muda masih perorangan dengan tugas
mengatur jadwal turun ke sawah, dan pembagian air serta menyelesaikan permasalahan
yang terjadi akibat sengketa air. Posisi P3A/Keujruen Muda tetap didominasi oleh kaum
laki-laki.
Progam IPDMIP mendorong peran serta perempuan untuk lebih aktif, tidak saja sebagai
anggota tetapi dapat menyampaikan ide/pendapat, keterlibatan dalam pengambilan
keputusan, pelaksanaan dan pengawasan. Salah satu kegiatan IPDMIP yang melibatkan
perempuan di D.I Paya Teungeh adalah pada penyusunan PSETK. Kaum perempuan terlibat
mulai dari rapat persiapan hingga finalisasi laporan. Keterlibatan perempuan dalam
pelaksanaan PSETK mencapai 25%. Pada tabel 3.2, terlihat kegaiatan yang paling banyak
diikuti oleh perempuan yaitu kegiatan persiapan penelusuran, FGD dan kosolidasi data.
Salah satu pemberdayaan perempuan yang ada di desa adalah pemberdayaan perempuan
melalui Kelompok Tani Wanita (KWT). Pemberdayaan tersebut merupakan bagian dari usaha
yang dilakukan guna memberikan dan meningkatkan kemampuan perempuan dalam
perencanaan, pengolahan lahan hingga pemanenan. KWT merupakan kelompok swadaya
yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat serta bertujuan untuk meningkatkan
cadangan pangan dan memajukan peran kelembagaan. Dengan demikian, KWT tumbuh
atas inisiatif dan kemauan serta kesadaran masyarakat sendiri guna ikut berpasrtisipasi aktif
meningkatkan, mengembangkan dan memberdayakan SDA dan SDM yang dimiliki dalam
rangka menciptakan cadangan pangan.
Kegiatan lainnya yang dilakukan dalam penyusunan PSETK adalah melakukan penapisan
dampak lingkungan dan sosial yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan program IPDMIP
khususnya dengan rencana peningkatan jaringan irigasi di D.I Paya Teungeh. Hasil
penapisan adalah sebagai berikut :
B. Masalah lingkungan
B.1 Informasi lokasi Rencana Proyek
Rencana lokasi kegiatan rehabilitasi berada di wilayah Desa Paya Teungeh. Diwilayah
tersebut tidak terdapat bentang alam yang memiliki nilai sejarah, budaya dan
arkeologi serta diluar kawasan lindung/taman nasional atau kawasan lainnya yang
dilindungi undang-undang.
B.2 Kajian Karakteristik Proyek
Rencana kegiatan rehabibilitasi jaringan irigasi diperkirakan tidak akan mengubah
bentuk lahan atau bentang alam, tidak menguras sumber daya alam terbaharui
maupun tidak terbaharui, tidak menimbulkan pemborosan, pencemaran lingkungan
dan kerusakan sumber daya alam. Demikian juga tidak akan memasukan hewan,
tumbuhan dari luar kecuali masuknya jasad renik berbentuk mikroskopis tidak bisa
diprediksi. Rencana kegiatan rehabilitasi maka tidak memerlukan teknologi yang
mempengaruhi lingkungan hidup dan pertahanan negara.
B.3 Kajian Potensi Dampak Iklim dan Bencana
Rencana proyek diperkirakan tidak rentan terhadap bencana longsor, banjir dan
perubahan iklim. Demikian juga area tidak rentan terhadap perubahan suhu dan
curah hujan, kecuali curah hujan yang ekstrim dan terus menerus bila terjadi pada
saat pelaksanaan proyek diperkirakan akan mengganggu kelancaran pelaksanaan,
kualitas dan umur poyek. Proyek juga tidak akan menyebabkan timbulnya
marginalisasi penduduk, perpindahan penduduk dari desa ke kota, meingkatnya
pemukiman liar serta tidak akan berdampak negatif kepada perempuan dan anak –
anak.
Analisa SWOT pada dasarnya merupakan teknik pendukung pengambilan keputusan dengan
menganalisa potensi yang dimiliki, kelemahan dan kekurangan yang terjadi dan akan terjadi,
kesempatan yang dapat muncul serta tantangan yang akan muncul pada pelaksanaan
kegiatan.Secara matrik, hasil Analisa PSETK di D.I Paya Teungeh adalah sebagai berikut :
Dari matriks Analisa SWOT, pada tabel 3.2 terdapat 4 (empat) pendekatan yang disusun
sesuai rencana tindak lanjut untuk dapat dikembangkan oleh pengelola irigasi (KPI) dan
TPM/KTPM. Berikut adalah rencana kerja program yang dapat dilakukan di wilayah D.I Paya
Teungeh berdasarkan kebutuhan masyarakat petani pemakai air :
4.1. Permasalahan
Rekapitulasi permasalahan pada aspek sosial ekonomi yang berhasil dihimpun melalui
pelaksanaan FGD bersama P3a/keujreun muda D.I Paya Teungeh dan Poktan/Gapoktan di
D.I Paya Teungeh adalah sebagai berikut :
a. Pendapatan masyarakat petani rendah karena produksi tidak maksimal
b. Tidak seimbangnya biaya produksi usaha tani dan harga jual
c. Kurangnya sumber ekonomi alternatif yang dapat dilakukan oleh masyarakat petani
d. Kurangnya pengetahuan petani mengenai teknik budidaya padi yang baik dan benar
sebagai upaya peningkatan produksi
e. Perkebunan kelapa sawit belum memberikan manfaat langsung bagi masyarakat
desa Paya Teungeh
4.1.2. Teknik
Rekapitulasi permasalahan pada aspek Teknik yang berhasil dihimpun melalui pelaksanaan
FGD bersama P3a/keujreun muda D.I Paya Teungeh dan Poktan/Gapoktan di D.I Paya
Teungeh adalah sebagai berikut :
a. Pendangkalan Bendung akibat sedimentasi. Sebagian besar dinding Bendung sudah
ada yang roboh atau patah dan Lantai bendung sudah bocor.
b. Pintu Pelimpah Bedung Macet.
c. Bangunan sadap rusak sehingga air keluar dari jalur dan pintu air yang rusak
d. Saluran Tersier sudah rusak dan masih ada yang saluran tanah
e. Perlunnya penambahan pintu sadap
f. Lantai saluran Skunder sudah rusak
g. Tidak ada anggaran untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi
h. Tidak ada petugas penjaga pintu air di lokasi dan koordinasi antar P3a/keujreun
muda kurang baik
i. Belum ada pembekalan bagi pengurus P3a/keujreun muda P3A untuk kegiatan
operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi.
Rekapitulasi permasalahan pada aspek Usaha Tani yang berhasil dihimpun melalui
pelaksanaan FGD bersama P3A Keujreun Blang D.I Paya Teungeh adalah sebagai berikut:
a. Ketersedian air yang tidak pasti dan pengetahuan serta pengalaman yang tidak
dimiliki petani
b. Petani belum tahu memanfaatkan pergiliran tanaman
c. Tingkat pendidikan dan pengalaman petani membuat sistem pertanian terpadu tidak
bisa berjalan dan penggunaan lahan hanya untuk bertani dan berkebun
d. Petani belum menggunakan Sistem Pertanian Terpadu secara maksimal dalam
meningkatkan kesejahteraannya
Rekapitulasi permasalahan pada aspek Sumber Daya Lokal yang berhasil dihimpun melalui
pelaksanaan FGD bersama P3A Keujreun Blang D.I Paya Teungeh adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya pembinaan petani dalam pengelolaan hasil pertanian dan perkebunan
b. Kurangnya ketrampilan yang dimiliki oleh petani untuk meningkatkan kesejahteraan
c. Potensi pasar masih kurang.
d. Kurangnya diversifikasi panga.
2. Usulan tindak lanjut bagi Komisi Irigasi sekurang-kurangnya adalah sebagai dasar
pertimbangan dalam :
a. Penyusunan dan pelaksanaan koordinasi perencanaan pengelolaan irigasi partisipatif dan
responsive gender dalam menunjang kinerja pembangunan daerah
b. Membuat rumusan kebijakan yang sensitive gender untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi dan fungsi jaringan irigasi
c. Membuat rumusan pola dan rencana tata tanam pada daerah irigasi, serta rencana
tahunan penyediaan air irigasi
d. Membuat rumusan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi bagi pertanian
dan keperluan lainnya
e. Menyusun prioritas alokasi Dana Pengelolaan Irigasi (DPI) yang diusulkan oleh
kelembagaan P3A/Keujreun Blangpada satu daerah irigasi
f. Memberikan masukan dan pertimbagan atas ijin alih fungsi lahan beririgasi
3. Usulan tindak lanjut bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terkait dengan irigasi
sekurang-kurangnya mencakup :
a. Penyusunan rencana strategis pengeloaan irigasi partisipatif dan pemberdayaan
kelembagaan P3A/Keujreun Blangdan Poktan/Gapoktan yang responsif gender
b. Menentukan fasilitasi kegiatan pembinaan dan pengembangan kelembagaan
P3A/Keujreun Blang, Poktan/Gapoktan pada suatu daerah irigasi melalui KPL dan atau
pendamping masyarakat yang diselenggarakan oleh daerah
c. Menyusun program kerja pengelolaan irigasi partisipatif di tingkat sistem utama (primer
dan sekunder)
d. Menjaga dan meningkatkan kondisi fisik dan tingkat kefungsian jaringan irigasi
e. Menyusun pola dan rencana tata tanam pada daerah irigasi, serta rencana tahunan
penyediaan air irigasi
f. Bahan dalam menetapkan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi bagi
pertanian dan keperluan lainnya
g. Dana Pengeloaan Irigasi (DPI) yang diusulkan oleh kelembagaan P3A/Keujreun
Blangpada suatu daerah irigasi
h. Kebutuhan pelatihan untuk kelembagaan P3A/Keujreun Blang, Poktan/Gapoktan baik
aspek teknis, kelembagaan dan usaha ekonomi produktif berbasis potensi lokal
i. Penyusunan Angka Kebutuhan Nyata Pengelolaan Irigasi (AKNPI/AKNOP) pada tingkat
sistem utama (jaringan primer dan sekunder)
j. Peningkatan pelayanan kebutuhan air irigasi bagi kelembagaan P3A/Keujreun Blang,
Poktan/Gapoktan
k. Pertimbangan dalam Kerjasama Pengelolaan Irigasi (KSP) bersama Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) terkait irigasi
l. Pertimbangan izin alih funsi lahan pertanian beririgasi
m. Penyusunan dan pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan
irigasi partisipatif dan pemberdayaan kelembagaan petani P3A/Keujreun Blangdan
Poktan/Gapoktan.
5.1. Kesimpulan
Penyusunan PSETK merupakan kegiatan yang bertujuann untuk meningkatkan kinerja irigasi
pertanian dalam menunjang ketahanan pangan melalui perbaikan sektor kelembagaan, sistem
operasional, infrastruktur pendukung, dan teknologi pertanian dengan mengoptimalkan budaya
pertanian setempat. Kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sistem irigasi pertanian telah
ditetapkan dalam 2 (dua) landasan hukum yaitu Undang – Undang RI Nomor 11 Taun 1974
tentang Pengairan dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi. Pada
kedua landasan hukum tersebut ditekankan bahwa pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi tersier menjadi tanggung jawab Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Diperlukan
kelembagaan P3a/keujreun muda yang kuat, mandiri dan berdaya sehingga pengembangan
dan pengeloaan sistem irigasi dapat terlaksana dengan baik dan berkelanjutan.
Kelembagaan P3a/keujreun muda yang sudah terbentuk masih belum mampu berperan aktif
dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pertanian. Dampak nyata terlihat pada
penurunan kinerja sistem irigasi Paya Teungeh. Secara fisik saluran dan bangunan distribusi di
Daerah Irigasi Paya Teungeh umumnya mengalami kerusakan struktur namun masih dapat
berfungsi. Kategori kerusakan yang terdapat pada bangunan adalah rusak sedang, artinya
bahwa secara struktur bangunan tersebut rusak namun tetap dapat berfungsi sebagai saluran
dan bangunan distribusi, dengan kata lain mampu membawa air irigasi ke petak sawah.
Penyelenggaraan kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi Paya
Teungeh juga masih lemah. Distribusi air hulu ke hilir masih belum merata. Komunikasi antara
pengelola dan pengurus, petani hulu dan hilir juga masih belum baik.
Keadaan eksisting saluran dan bangunan distribusi, sendimentasi juga tinggi terakumulasi oleh
lemahnya kesadaran masyarakat petani untuk menjaga dan bergotong royong membersihkan
saluran distribusi. Lemahnya kinerja kelembagaan dan kerusakan struktur jaringan irigasi
memberikan pengaruh nyata pada penurunan produktivitas.
Usulan program prioritas yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat petani pemakai air, Komisi
Irigasi, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan pemangku kepentingan lainnya adalah sebagai
berikut :
Tabel 5. 1 Matriks Usulan Program Prioritas di Daerah Irigasi Paya Teungeh
Leading Sektor
Dinas
Dinas PUPR
No Program Prioritas Bappeda Pertanian Prioritas
Kab. Aceh
Aceh Utara Kab. Aceh
Utara
Utara
Pembentukan/penyegaran
(revitalisasi/restrukturisasi/rekelembagaan)
1 √ √ I
dan pengembangan kelembagaan
P3A/GP3A.
Pendampingan Penyusunan program kerja
pengelolaan irigasi pertanian– partisipatif
dalam wilayah kerja bersama Tenaga
2 Pendamping √ √ √ II
Masyarakat/KoordinatorTenaga
Pendamping Masyarakat (TPM/KTPM) dan
Kelompok Pembina Lapangan(KPL).
Penyelenggaraan kegiatan pelatihan baik
aspek teknis, kelembagaan,usahatani, dan
3 √ √ III
usaha ekonomi produktif bagi P3A/GP3A
dan Poktan/Gapoktan.
Penyusunan SID-Partisipatif dilanjutkan
4 √ IV
oleh kegiatan rehabilitasi partisipatif
Penguatan Kelompok Wanita Tani (KWT)
5 dan atau pembentukan Kelompok Usaha √ V
Ekonomi Produktif berbasis gender
Review praktek pelaksaan eksploitasi dan
6 √ VI
pemeliharaan Jaringan irigasi;
Penguatan usaha berbasis sumber daya
7 lahan beririgasi (agro-ekonomi) melalui √ VII
insentif Dana Investasi Agribisnis (DIA),
Koordinasi dan monitoring- evaluasi
8 √ VIII
pelaksanaan PPSI di tingkat daerah irigasi;
Usulan prioritas pada table diatas selanjutnya dapat dimasukkan dalam perencanaan yang lebih
jauh pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Komisi Irigasi Kabupaten Aceh Utara dan
Provinsi Aceh untuk penguatan penyelenggaraan PPSI di tingkat Kabupaten dan Provinsi.
b Kehilangan Air
80%-60% 40%-60% 30%-40% 10%-30%
c Produktifitas Air
0,5 kg GKG/m3 air 0,6-0,7 kg GKG/m3 air 0,8-0,10 kg GKG/m3 air
5. Indek Pertanaman
Padi 100% Jagung : ……….. Kedele: ……….
c. Rata-rata pendapatan rumah tangga masyarakat petani pemakai air dalam sebulan
Pertanian : Rp 0 /bln Non Pertanian : Rp0/bln
4. Hubungan kemasyarakatan
a. Gotong royong : x Baik Cukup Kurang
Pihak yang menyusun RTT dan RPA pada DI setempat (jika ada)
x P3A/GP3A/IP3A bersama Poktan/Gap. KCD/KPL/Dinas P3A/GP3A/IP3A dan KCD/KPL/Dinas
- Kesesuaian realisasi RTT dan RPA dengan rencana yang ditetapkan
RTT Sesuai x Belum sesuai Tidak sesuai
RPA Sesuai Belum sesuai x Tidak sesuai
Menutup dan membuka pintu air di jaringan Tidak Mampu Mampu Kurang mampu
- Jenis konflik yang terjadi dan berapa kali intensitasnya dalam setahun (jika ada)
Jenis konflik : Intensitas konflik:
Perencanaan Tata Tanam (RTT) x
x Perencanaan Pembagian Air (RPA) 2x
Pengaturan/giliran/pembagian air antar petani x
Pengaturan/giliran/pembagian air antara petani dengan industri x
Pengaturan/giliran/pembagian air antara petani dengan PDAM x
Pengaturan/giliran/pembagian air antara petani dengan rumah tangga x
Pengaturan/giliran/pembagian air antara petani dengan Pemerintah x
- Kesesuaian pelaksanaan DOPP di lapangan dengan materi yang tertuang dalam dokumen DOPP
Seluruhnya Sebagian x Tidak
b GP3A
- Nama GP3A. 1 :
- Panjang Saluran : M
- Nama Saluran :
- Luas Areal : Ha
Jumlah Pengurus :…….org L : ……….org P : ……….org Jumlah anggota : ………..P3A
- Nama-Nama P3A anggota GP3A tersebut:
1. P3A …………………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
2. P3A …………………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
3. P3A …………………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
4. P3A …………………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
5. P3A …………………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
Dst
- Nama GP3A. 2 :
- Panjang Saluran : M
- Nama Saluran :
- Luas Areal : Ha
Jumlah Pengurus :…….org L : ……….org P : ……….org Jumlah anggota : ………..P3A
- Nama-Nama P3A anggota GP3A tersebut:
1. P3A …………………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
2. P3A …………………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
3. P3A …………………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
4. P3A …………………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
5. P3A …………………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
Dst
c IP3A
- Nama IP3A. 1 :
- Panjang Saluran : M
- Nama Saluran :
- Luas Areal : Ha
Jumlah Pengurus :…….org L : ……….org P : ……….org Jumlah anggota : ………..GP3A
- Nama-Nama GP3A anggota IP3A tersebut:
1. GP3A .....……………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
2. GP3A .....……………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
3. GP3A .....……………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
dst..
- Nama IP3A. 2 :
- Panjang Saluran : M
- Nama Saluran :
- Luas Areal : Ha
Jumlah Pengurus :…….org L : ……….org P : ……….org Jumlah anggota : ………..GP3A
- Nama-Nama GP3A anggota IP3A tersebut:
1. GP3A .....……………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
2. GP3A .....……………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
3. GP3A .....……………. Luas: ….. Ha Desa : ……………. Kecamatan : …………….
dst..
2. Kelembagaan Poktan/Gapoktan (apabila data terlalu banyak, dapat dibuat list tersendiri, sebagai lampiran)
a. Poktan
1 Poktan Teungoh Mandiri Anggota: 15 Orang Jenis Usaha : Pertanian Luas : 13 Ha
2 Poktan Jempa Anggota: 16 Orang Jenis Usaha : Pertanian Luas : 9,5 Ha
3 Poktan Meugah Hasan Anggota: 16 Orang Jenis Usaha : Pertanian Luas : 9,5 Ha
4 Poktan Hidup Mandiri Anggota: 15 Orang Jenis Usaha : Pertanian Luas : 11,5 Ha
5 Poktan Maju Bersama Anggota: 25 Orang Jenis Usaha : Pertanian Luas : 25 Ha
6 Poktan Tiga Dara Anggota: 15 Orang Jenis Usaha : Pertanian Luas : 15 Ha
7 Poktan Gajah Puteh Anggota: 22 Orang Jenis Usaha : Pertanian Luas : 5,5 Ha
8 Poktan …………………. Anggota: ….. Orang Jenis Usaha :…………………….... Luas : ……………. Ha
9 Poktan …………………. Anggota: ….. Orang Jenis Usaha :…………………….... Luas : ……………. Ha
10 Poktan …………………. Anggota: ….. Orang Jenis Usaha :…………………….... Luas : ……………. Ha
dst
b Gapoktan
1 Gapoktan Saban Saban Anggota: 124 Orang Jenis Usaha : Pertanian Luas : 89 Ha
2 Gapoktan ………………… Anggota: Jenis Usaha :…………………….... Luas : ……………. Ha
3 Gapoktan ………………… Anggota: Jenis Usaha :…………………….... Luas : ……………. Ha
4 Gapoktan ………………… Anggota: Jenis Usaha :…………………….... Luas : ……………. Ha
5 Gapoktan ………………… Anggota: Jenis Usaha :…………………….... Luas : ……………. Ha
6 dst….
- Gapoktan < 25% sesuai 25% - 50% 51% - 75% 76% - 100%
- GP3A :
- IP3A :
- Poktan
- Gapoktan
Apabila di daerah irigasi tersebut belum ada atau belum cukup , upaya yang akan dilaksanakan adalah
a Kebutuhan Pembentukan P3A/GP3A/IP3A
- Kebutuhan Pembentukan P3A : 1 unit P3A
- Kebutuhan Pembentukan GP3A : ……… GP3A
- Kebutuhan Pembentukan IP3A : ……… IP3A
b Kebutuhan Reorganisasi P3A/GP3A/IP3A
- Kebutuhan Reorganisasi P3A : ……… P3A
- Kebutuhan Reorganisasi GP3A : ……… GP3A
- Kebutuhan Reorganisasi IP3A : ……… IP3A
c. Kebutuhan Pembentukan Poktan/Gapoktan
- Kebutuhan Pembentukan Poktan : ……… P3A
- Kebutuhan Pembentukan Gapoktan : ……… GP3A
d Kebutuhan Reorganisasi Poktan/Gapoktan
- Kebutuhan Reorganisasi Poktan : ……… P3A
- Kebutuhan Reorganisasi Gapoktan : ……… GP3A
2. Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A
a. Fasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam kegiatan pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A
Sudah x Belum Tidak
4. Aspek Pendanaan
a. Status iuran pengelolaan irigasi pada DI setempat
- P3A Ada x Tidak ada (Intensitas: …………. x/tahun)
- GP3A Ada Tidak ada (Intensitas: …………. x/tahun)
- IP3A Ada Tidak ada (Intensitas: …………. x/tahun)
c. Persentase tingkat pengumpulan iuran pengelolaan irigasi dari target harapan pada DI setempat
- P3A unit x < 25% 25% - 50% 51% - 75% 76% - 100%
- GP3A < 25% 25% - 50% 51% - 75% 76% - 100%
- IP3A < 25% 25% - 50% 51% - 75% 76% - 100%
d. Jumlah iuran yang terkumpul memenuhi kebutuhan kelembagaan dan kinerja pengelolaan irigasi
- P3A unit Berlebih Cukup x Kurang
- GP3A Berlebih Cukup Kurang
- IP3A Berlebih Cukup Kurang
e. Upaya untuk menambah jumlah pendanaan kelembagaan dan kinerja pengelolaan irigasi sesuai kebutuhan
- P3A unit x Ada Tidak ada
- GP3A Ada Tidak ada
- IP3A Ada Tidak ada
f. Cara mengatasi kekurangan anggran jika tidak ada upaya penambahan pendanaan kelembagaan dan pengelolaan irigasi
- P3A unit Seluruh kegiatan dilaksanakan dengan dana seadanya x Sebagian kegiatan dikurangi/tidak dilaksanakan
- GP3A Seluruh kegiatan dilaksanakan dengan dana seadanya Sebagian kegiatan dikurangi/tidak dilaksanakan
- IP3A Seluruh kegiatan dilaksanakan dengan dana seadanya Sebagian kegiatan dikurangi/tidak dilaksanakan
Jika ada penambahan dana, upaya yang dilakukan dengan cara
- P3A unit Usaha sendiri Bantuan Pemerintah Bantuan pihak lain
- GP3A Usaha sendiri Bantuan Pemerintah Bantuan pihak lain
- IP3A Usaha sendiri Bantuan Pemerintah Bantuan pihak lain
V. KONDISI USAHATANI
a. luas areal tanam dan panen pada DI setempat setahun terakhir
Luas Areal (ha)
Jenis Usahatani Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Tanam Panen Tanam Panen Tanam Panen
- Padi 154 924 154 770
- Palawija
- Sayuran
- Ikan
- Lainnya:
b. produktivitas usaha tani aktual setiap musim tanam pada DI setempat
Produktivitas hasil usahatani (ton/ha GKP)
Jenis Usahatani
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
- Padi 6 ton/ha 5 ton/ha
- Palawija
- Sayuran
- Ikan
- Lainnya:
1 Hasil FGD:
- Kebutuhan Teknis
- Kebutuhan Kelembagaan
- Pembentukan/reorganisasi P3A/Poktan ?
- Kebutuhan Pelatihan
- Kebutuhan Pendampingan
dll
3 Catatan/keterangan untuk penjelasan data kualitatif seperti pada Potensi Sumberdaya Lokal ],
dan lainnya terutama yang jawabannya "Ada" " Tidak Ada"
SKEMA JARINGAN DAERAH IRIGASI PAYA TEUNGEH
LUAS AREAL LAYANAN 154,83 Ha
PTKi 1 Ki
47,19 Ha 61,347 l/det
RPTKi 1
BPTKi 1
A = 47,19 Ha
Q = 61,347 l/det
L = 13 m
RPTD 1
BPTD 1
A = 62,68 Ha
BPTD Q = 81,484 l/det
L = 132 m
PTKa 1 Ki
44,96 Ha 58,448 l/det
PTD 1 Ka
62,68 Ha 81,484 l/det
BPT
RPTKa 1
BPTKa 1
A = 44,96 Ha
Q = 58,448 l/det
L = 652 m
KEMETERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYA T Provinsi : Aceh
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN
Proyek Irigasi : Jasa Konsultan
SATUAN KERJA DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN
Jl. Pattimura No . 2 0 G edu ng SDA La nta i 5 Ke bayora n B aru , Jaka rta Se latan, 12 110 Te lp : (021 ) 7 395 500 - Fax (021) 7246312 Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem
Irigasi (PAKSI) Irigasi 1
XXXXX Skema Jaringan Kabupaten Lokasi : Aceh Utara
DI Paya Teungeh (11110095) No. Lembar : 1/1
XXXXX Ha XXXXX l/det Ketua Tim Ir. Antonius Tjahjono, Sp1 No. Register :
no. tgl. yang direvisi digambar diperiksa disetujui Direktur Ir. Dwi Andra Moedjiantoro Tanggal No. Kontrak :
HK.02.03/442/PAKET-06/
Di Periksa
SDBOP/IX/2019
Di Setujui
note : Gambar ini berlaku apabila ada stempel legalisir Mengetahui
SKEMA BANGUNAN DAERAH IRIGASI PAYA TEUNGEH
LUAS AREAL LAYANAN 154,83 Ha
BPTKi 1a
RPTKi 1
BPTKi 1
BPTD 2a
RPTD 1
BPTD 1
BPTD
BPTKa 1b
BPT BPTKa 1a
RPTKa 1
BPTKa 1
KEMETERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYA T Provinsi : Aceh
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN
Proyek Irigasi : Jasa Konsultan
SATUAN KERJA DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN
Jl. Pattimura No . 2 0 G edu ng SDA La nta i 5 Ke bayora n B aru , Jaka rta Se latan, 12 110 Te lp : (021 ) 7 395 500 - Fax (021) 7246312 Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem
Irigasi (PAKSI) Irigasi 1
Skema Bangunan Kabupaten Lokasi : Aceh Utara
DI Paya Teungeh (11110095) No. Lembar : 1/1
Ketua Tim Ir. Antonius Tjahjono, Sp1 No. Register :
no. tgl. yang direvisi digambar diperiksa disetujui Direktur Ir. Dwi Andra Moedjiantoro Tanggal No. Kontrak :
HK.02.03/442/PAKET-06/
Di Periksa
SDBOP/IX/2019
Di Setujui
note : Gambar ini berlaku apabila ada stempel legalisir Mengetahui
97°6'48"E 97°6'52"E 97°6'56"E 97°7'0"E 97°7'4"E 97°7'8"E 97°7'12"E 97°7'16"E
5°6'24"N
5°6'24"N
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN
PENATAAN RUANG
KABUPATEN ACEH UTARA
5°6'20"N
5°6'20"N
PETA JARINGAN D.I PAYA TEUNGOH
4
5°6'16"N
5°6'16"N
.BPTKn.2a
! 50 25 0 50 100 150 200
Meter
.BPTKr.2
! .BPTKr.2a
!
1:5.000
Legend
5°6'12"N
5°6'12"N
.
! Bangunan
Primer
.BPNKn.1Kn
! Sekunder
.BPTKr.1
!
Tersier
Pembuang
.BPTKn.1
5°6'8"N
5°6'8"N
!
BPNKr.1Kr
Jalan Desa
.
!
Sungai
Sawah
Lokasi Kec. Simpang Keuramat
.BPTKn.0
Koordinat 97° 7' 12.88" E 5° 6' 5.13" N
!
!BPTKr.0
.
Fungsional 16,2 Ha
Potensial 16,2 Ha
5°6'4"N
5°6'4"N
Primer 575 M
Sekunder 636 M
Tersier 158 M
Sumber Air Sungai
5°6'0"N
5°10'0"N
5°10'0"N
6
Kec. Simpang Keuramat
5°0'0"N
5°0'0"N
5°5'56"N
5°5'56"N
4°50'0"N
4°50'0"N
96°50'0"E 97°0'0"E 97°10'0"E 97°20'0"E 97°30'0"E
MT - I 158 158 6
MT - II 154 154 5
MT - III
= Tanaman Palawija/Sayuran
1. Debit air tidak cukup sumber air tidak cukup Dibukanya sumber air yang itu dihulu di sungai
5. Kurang teraturnya pembagian Air ke sawah Pengaturan Air yang kurang efektif dan tebang pilih adanya petugas dari P3A yang harus diikutkan dalam hal tersebut ditambahnya petugas penjaga pintu air
Analisa Usahatani
Teknis Irigasi
• Belum ada pengurus dari desa yang ditunjuk untuk
menjalankan operasional pengairan
• Pemliharaan yang dilakukan adalah pemeliharaan skala
a. operasional • Tidak tersedia anggaran • Pemeliharaan dilakukan oleh P3A
3 kecil, seperti membersihkan saluran, tapi ada beberapa
b. pemeliharaan • Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bersama petani ketika memasuki musim a. bantuan alat dan dana dari pemerintah
pemliharaan yang membutuhkan bantuan dari pihak lain
c. rehabilitasi tidak ada tanam'-
seperti rehab jaringan
• tidak dianggarkan oleh pemerintah • Pembagian air tidak merata
Lain-lain
perempuan masih dianggap sebagai orang yang fokus pada
7 Pembinaan pendampingan partispasi partisipasi perempuan dalam irigasi pertanian belum a. membentuk dan mengkatifkan KWT yang a. melibatkan perempuan dalam kegiatan
kegiatan domestik. Padahal kondisi di lapangan, perempuan
perempuan dalam irigasi pertanian terlihat ada di desa irigasi pertanian
banyak terlibat dalam budidaya
Lampiran 8. Form Pertanyaan Pentapisan Sosial dan Lingkungan
PERTANYAAN PENTAPISAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
Nama Pekerjaan /Kegiatan : Pelaksanaan Konstruksi Partisipatif
D.I PAYA TEUNGOH (154 Ha)
A. Masalah Sosial
Apakah ada kemungkinan menggunakan Jika Ya, harus dibuat Surat Pernyataan Sumbangan
tanah milik masyarakat yang √
Tanah (lihat contoh)
disumbangkan secara sukarela?
Apakah ada pengadaan tanah yang Jika Ya, berapa KK dan Jelaskan secara singkat
berskala besar (>10 aset terkena dan √
kunci langkah-langkah mitigasi
berpengaruh pada >200 oang)
- Bahasa asli? √
Apakah ada potensi konflik Jika Ya, Jelaskan sumber konflik dan kunci langkah-
√
sosial lainnya? langkah mitigasi
Tidak
Tidak
Ragu
Ragu
Ya
Ya
1. Apakah mengubah tata guna lahan yang ada? √
1
Kegiatan mencakup rehabilitasi saluran irigasi dan tanggul, serta rehabilitasi bangunan irigasi
5. Akan mempengaruhi pelestarian kawasan √
konservasi sumber daya alam dan/atau
perlindungan cagar budaya?
6. Akan memasukkan jenis tumbuh-tumbuhan, √
jenis hewan, dan jasad renik dari luar?
7. Akan membuat dan menggunakan bahan hayati √
dan non-hayati?
8. Akan menerapkan teknologi yang diperkirakan √
mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan hidup?
9. Akan mempunyai risiko tinggi, dan/atau √
mempengaruhi pertahanan negara?
B.3 Kajian Potensi Dampak Iklim dan Bencana
Nama : M. Rizal, ST
Instansi/Organisasi : Kasie Irigasi Rawa dan Pantai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Aceh Utara
Sehubungan dengan adanya rencana kegiatan penyusunan dokumen Profil Sosial Ekonomi Teknik
dan Kelembagaan (PSETK) Tahun Anggran 2021 pada D.I. Paya Teungoh, maka pada hari ini :
telah diselenggarakan pertemuan Sosialisasi kegiatan penyusunan Dokumen Profil, Sosial, Ekonomi,
Tehnik dan Kelembagaan (PSETK) di tingkat Daerah Irigasi Paya Teungoh, yang dihadiri oleh Unsur
Pemerintah (Kepala Ranting/PPA dan PPL Dinas Pertanian) dan Unsur Non Pemerintah
(TPM/KTPM, KPL, P3A/GP3A/IP3A, Poktan/Gapoktan, Pengguna Jasa Air Irigasi) sebagaimana
tercantum dalam daftar hadir peserta yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.
Materi atau topik yang dibahas dalam Sosialisasi ini serta yang bertindak selaku unsur pimpinan rapat
dan narasumber adalah:
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik di atas, paserta dapat
memahami maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan PSETK, selanjutnya seluruh peserta memutuskan
dan menyepakati beberapa hal yaitu :
1. Menyepakati Pelaksanaan Kegiatan Penelusuran Jaringan (PJI) dengan diwakili oleh beberapa
orang saja yang memahami kondisi Derah Irigasi.
2. Kegiatan Fokus Group Discusion (FGD) dilakukan setelah Penelusuran Jaringan Selesai.
3. Masing-masing peserta menyiapkan isu-isu permasalahan yang terjadi untuk disampaikan pada
kegiatan FGD.
4. Dipahaminya cara pengisian format PSETK dan pemahaman teknik pengumpulan data
dilapangan
5. Penelusuran dilakukan secara bersama tidak ada pembagian tim dan kebutuhan data seperti
Format Pengisan PSETK, Sekema Jaringan, Sekema Bangunan dan Peta Lokasi Daerah Irigasi
sudah terpenuhi.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan penuh tanggung jawab agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
(Hasballah)
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
BERITA ACARA
PENELUSURAN JARINGAN IRIGASI (PJI) KEGIATAN PENYUSUNAN PSETK
DAERAH IRIGASI PAYA TEUNGOH
KEWENANGAN KABUPATEN ACEH UTARA
Sehubungan dengan adanya rencana kegiatan penyusunan dokumen Profil Sosial Ekonomi
Teknik dan Kelembagaan (PSETK) Tahun Anggran 2021, maka telah dilaksanakan kegiatan
Penulusuran Jaringan Irigasi (PJI) pada Daerah Irigasi Paya Teungoh yang mereupakan
Kewenangan Kabupaten Aceh Utara, guna untuk mendapatkan Gambaran kondisi terkini
Jaringan irigasi, serta observasi Sosial, Ekonomi, Teknik dan Kelembagaan, kegiatan
Penelusuran Jaringan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 10 Agustus 2021.
Setelah dilakukan penelusuran Jaringan Irigasi dan juga Obsevasi Lapangan tentang kondisi,
Sosial, Ekonomi, Teknik dan Kelembagaan, menghasilkan beberapa Output dan saran
sebagai berikut :
1. Sumber air utama Daerah Irigasi Paya Teungoh adalah dari Krueng Inoeng / Krueng
Buloh yang mengalir ke dalam bendungan yang telah dibangun, Debit air yang tergolong
Kecil mengakibatkan kurang Maksimal dalam pembagian Air ke Sawah Masyarakat.
2. Kondisi Bangunan Utama yang sudah mulai Bocor dan tergolang Rusak Sedang,
Bangunan bagi dan Pintu Air yang tidak bekerja secara optimal menyebkan kegiatan
pengaturan air tidak berjalan.
3. Kegiatan Pemebersihan Saluran dilakukan ketika musim tanam Tiba, sehingga perawatan
jaringan irigasi kurang.
4. Poktan/Gapoktan bekerja disaat ada bantuan.
5. Kegiatan Usaha Tana dalam 1 (satu) tahun dapat dilakukan dua kali yaitu MT-I dan
MT.II dan masih Padi-Padi dan belum dilakukan Perguliran Tanaman.
6. Jenis Kerusakan Pada Saluran baik Primer, skunder maupun tersie berpariasi dan akan
dibahas dalam dokumen PSET|K yang akan disusun nantinnya.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan penuh tanggung jawab agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
BERITA ACARA
FOKUS GROUP DISCUSION (FGD) KEGIATAN PENYUSUNAN PSETK
DAERAH IRIGASI PAYA TEUNGOH
KEWENANGAN KABUPATEN ACEH UTARA
Setelah dilaksanakan kegiatan Penulusuran Jaringan Irigasi (PJI) pada Daerah Irigasi Paya
Teungoh, Maka pada hari Selasa tanggal 10 Agustus 2021, bertempat di Lokasi Daerah
Irigasi Paya Teungoh telah dilaksanakan kegiatan FGD, untuk mendapatkan Masukan dan
Data dari peserta yang hadir yang akan digunakan dalam kegiatan Penyusunan Dokumen
Profil Sosial, Ekonomi, Teknik dan Kelembagaan (PSETK) Daerah Irigasi Paya Teungoh.
Dalam kegiatan Fokus Group Discusion (FGD) melibatkan Unsur Pemerintah (Kepala
Ranting/PPA dan PPL Dinas Pertanian) dan Unsur darin Pemerintah Gampong,
TPM/KTP,Keujruen Blang, Poktan/Gapoktan, sebagaimana tercantum dalam daftar hadir
peserta yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.
Dalam Kegiatan Fokus Group Discusion (FGD) ini menghasilkan beberapa Masukan dan
Saran dan saran sebagai berikut :
1. Perlunya mencari sumber air alternative untuk mencukupi Debit air sebagai suplesi ke
Krueng Inoeng / Krueng Buloh.
2. Perlunya Normalisasi Sungai dan Rehabilitasi Bangunan Utama, Rehabilitasi Pintu
Sadap dan Pintu Air, di liat dari permasalahan yang terjadi dilapangan pada saat PJI.
3. Perlunya peningkatan Kesadaran Masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan irigasi.
4. Poktan/Gapoktan bekerja disaat ada bantuan, dalam hal ini BPP harus berperan Aktif
dalam memberika sosialisasi dan Pemahaman kepada Poktan dan Gapoktan.
5. Kegiatan Usaha Tanam dalam 1 (satu) tahun dapat dilakukan dua kali yaitu MT-I dan
MT.II dan masih Padi-Padi dan belum dilakukan Perguliran Tanaman, Perlu adanya
Pelatihan Usaha Tani kepada Masyarakat Tani.
6. Untuk selanjutanya semua Permasalahan dan pemecahan masalah akan disusun secara
lengkap dalam dokumen PSETK yang akan menjadi bahan pengambil kebijakan bagi
pemangku kepentingan.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan penuh tanggung jawab agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Peserta Kegiatan Fokus Group Discusion (FGD) Daerah Irigasi Paya Teungoh
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
Foto Dokumentasi Kegiatan Rapat - Rapat Penyusnan PSETK
Daerah Irigasi Kewenangan Kabupaten Aceh Utara
Provinsi Aceh
Subject: Foto Pertemuan Awal dan Persiapan Subject: Foto Pertemuan Awal dan Persiapan
Penyusunan PSETK Daerah Irigasi Penyusunan PSETK Daerah Irigasi
Kewenangan Aceh Utara Kewenangan Aceh Utara
Subject: Foto Raapat Penyusunan Dokumen Subject: Foto Raapat Penyusunan Dokumen
PSETK PSETK
Subject: Foto Rapat Finalisasi Penyusunan Subject: Foto Rapat Finalisasi Penyusunan
Laporan PSETK Laporan PSETK
Foto Dokumentasi Kegiatan Penyusnan PSETK Daerah Irigasi Paya Teungeh
Daerah Irigasa Kewenangan Kabupaten Aceh Utara
Provinsi Aceh
Subject: Pertemuan Sosialisasi dan Persiapan Subject: Pertemuan Sosialisasi dan Persiapan
Penyusunan PSETK Daerah Irigasi Paya Penyusunan PSETK Daerah Irigasi Paya
Teungeh Teungeh
Subject: Foto Hasil Penelusuran Jaringan D.I Subject: Foto Hasil Penelusuran Jaringan D.I
Paya Teungeh Paya Teungeh
Subject: Foto Hasil Penelusuran Jaringan D.I Subject: Foto Hasil Penelusuran Jaringan D.I
Paya Teungeh Paya Teungeh
Foto Dokumentasi Kegiatan Penyusnan PSETK Daerah Irigasi Paya Teungeh
Daerah Irigasa Kewenangan Kabupaten Aceh Utara
Provinsi Aceh
Subject: Foto Hasil Penelusuran Jaringan D.I Subject: Foto Hasil Penelusuran Jaringan D.I
Paya Teungeh Paya Teungeh
Subject: Foto Hasil Penelusuran Jaringan D.I Subject: Foto Hasil Penelusuran Jaringan D.I
Paya Teungeh Paya Teungeh
Subject: Foto Kegiatan FGD Hasil Penelusuran Subject: Foto Kegiatan FGD Hasil Penelusuran
Jaringan Daerah Irigasi Paya Teungeh Jaringan Daerah Irigasi Paya Teungeh