Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/265671175

PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO SEBAGAI


PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KAWASAN TIMUR INDONESIA

Article · April 1999

CITATIONS READS

0 1,068

1 author:

Agus Sugiyono
National Research and Innovation Agency (BRIN)
126 PUBLICATIONS   388 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perencanaan energi nasional dan daerah View project

Energy System Optimization View project

All content following this page was uploaded by Agus Sugiyono on 29 February 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO SEBAGAI PUSAT
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KAWASAN TIMUR INDONESIA

Oleh : Agus Sugiyono*)

ABSTRAK
Sejak awal tahun 1990 perhatian pemerintah Indonesia untuk membangun wilayah KTI
semakin besar. Saat ini beberapa potensi di wilayah KTI terus diteliti prospek pengembangannya.
BPPT turut serta berpartisipasi dalam penelitian untuk pengembangan industri padat energi di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo yang menggunakan PLTA sebagai sumber energi. Ada 2
lokasi yang berpotensi untuk dibangun PLTA, yaitu Mamberamo 1 (kapasitas 5.694,9 MW) dan
Mamberamo 2 (kapasitas 933,0 MW). Dengan konsep pengembangan yang terpadu dan dengan
motor penggerak industri padat energi diharapkan kawasan Mamberamo akan menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi di wilayah KTI.

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-
rata mencapai 6.8 % per tahun selama 25 tahun terakhir ini. Seiring dengan itu jumlah
penduduk miskin terus menurun. Namun disadari masih banyak tantangan dan kendala yang
dihadapi untuk mencapai pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Salah
satu kendala tersebut adalah ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah antara Kawasan
Timur Indonesia (KTI) dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Wilayah KTI masih tertinggal
dalam berbagai bidang bila dibandingkan dengan wilayah KBI.
Sejak awal tahun 1990 perhatian pemerintah Indonesia untuk membangun wilayah KTI
semakin besar. Keseriusan ini tercermin dengan dikeluarkan Kepress No. 120 tahun 1993
untuk membentuk Dewan Pembina Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) yang bertugas untuk
mempercepat terwujudkan pengembangan di wilayah KTI. Dengan diperluasnya otonomi
daerah nantinya, pengembangan wilayah KTI diharapkan juga akan tumbuh semakin cepat
di masa mendatang.

B. Tujuan Penelitian
Saat ini beberapa potensi di wilayah KTI terus diteliti prospek pengembangannya.
BPPT sebagai salah satu lembaga pengkajian juga turut serta berpartisipasi dalam penelitian
untuk pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo, yang merupakan salah satu
wilayah KTI. Tujuan penelitian adalah untuk :
- mengidentifikasi potensi sumber daya alam di DAS Mamberamo
- membuat strategi pengembangan industri padat energi yang terpadu dengan
memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di DAS Mamberamo
- memberi masukan kepada pemerintah untuk mempersiapan rencana induk untuk
membuat kawasan pertumbuhan ekonomi di DAS Mamberamo.

C. Metodologi
Penelitian ini merupakan studi pustaka yang dilakukan dengan dana dari Pemerintah
Indonesia dan dilaksanakan mulai tahun 1997 sampai tahun 1999. Untuk keperluan
penelitian diperlukan data sekunder dari Departemen Pekerjaan Umum, PT PLN Persero,
BPS, dan institusi lain yang telah melaksanakan studi sebelumnya. Disamping itu juga
dilakukan survei ke pusat industri yang sudah ada di Indonesia saat ini dan diperkirakan
dapat dibangun sebagai penyerap beban PLTA yang akan dikembangkan.
*)
Peneliti pada Direktorat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, BPPT
**) Prosiding Teknologi, Ekonomi, dan Otonomi Daerah, Deputi Bidang Pengkajian Teknologi, BPPT
ISBN 979-9344-01-8 2-89
2. KAWASAN TIMUR INDONESIA
Wilayah Indonesia dibagi menjadi 27 propinsi. 14 propinsi berada di wilayah KBI dan 13
propinsi di wilayah KTI. Pengelompokan KTI dan KBI secara lengkap ditunjukkan pada Tabel
1 dan dari lokasinya ditunjukkan pada Gambar 1.

Tabel 1. Pembagian Wilayah KTI dan KBI


Wilayah KBI Wilayah KTI
1 Aceh 1 Nusa Tenggara Barat
2 Sumatera Utara 2 Nusa Tenggara Timur
3 Sumatera Barat 3 Timor Timur
4 Riau 4 Kalimantan Barat
5 Jambi 5 Kalimantan Tengah
6 Sumatera Selatan 6 Kalimantan Selatan
7 Bengkulu 7 Kalimantan Timur
8 Lampung 8 Sulawesi Utara
9 Jakarta 9 Sulawesi Tengah
10 Jawa Barat 10 Sulawesi Selatan
11 Jawa Tengah 11 Sulawesi Tenggara
12 Yogyakarta 12 Maluku
13 Jawa Timur 13 Irian Jaya
14 Bali -

Bandar Seri PHILIPPINES


MALAYSIA Begawan

Kuala Lumpur

Singapore
MALAYSIA

Kalimantan
Sumatera Jayapura
Sulawesi DAS
Mamberamo
Jakarta Kawasan Timur Indonesia
Irian Jaya
Kawasan Barat Indonesia (KTI)
(KBI) Jawa

Keterangan : Batas Negara


Batas KTI dan KBI

AUSTRALIA

Gambar 1. Lokasi Wilayah KTI dan KBI

Secara umum, tingkat kesejahteraan sosial wilayah KTI lebih rendah jika dibandingkan
dengan wilayah KBI maupun rata-rata nasional. Kondisi tahun 1995 dapat dirinci bahwa
dengan luas areal yang mencapai 68 % dari total wilayah Indonesia, hanya mempunyai
pendapatan regional sebesar 17 % dari total pendapatan Indonesia. Dengan mengambil data
nilai tukar 1 US$ sama dengan Rp 2300 maka pada tahun 1995 wilayah KTI mempunyai
pendapatan/kapita sebesar 898 US$/kapita. Indikator yang lain di wilayah KTI juga
menunjukkan masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan wilayah KBI. Kapasitas
terpasang pembangkit listrik dari PLN hanya sebesar 9 %, jumlah rumah sakit sebesar 26 %
dan jumlah universitas sebesar 21 % dari total Indonesia (Lihat Tabel 2). Meskipun demikian,
dari cakupan wilayah, KTI memiliki potensi sumber daya yang besar. Menurut perkiraan,
paling tidak separoh kandungan sumber daya alam ada di wilayah KTI. Oleh karena itu perlu
diupayakan untuk mempercepat pembangunan dengan memanfaatkan potensi yang ada.

ISBN 979-9344-01-8 2-90


Tabel 2. Indikator Sosial Ekonomi Wilayah KTI dan KBI Tahun 1995[1]
Satuan KBI KTI Indonesia
2
Luas Wilayah 1000 km 615 1322 1937
6
Jumlah Penduduk 10 159 36 195
Kapasitas Terpasang PT PLN GW 13.6 1.4 15.0
12
Produk Domestik Regional Bruto 10 Rupiah (current price) 363 75 438
Jumlah Rumah Sakit Unit 785 277 1062
Jumlah Perguruan Tinggi Unit 1024 281 1305

3. POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI DAS MAMBERAMO


Potensi tenaga air di Indonesia diperkirakan sebesar 74,9 GW yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Energi yang dapat dibangkitkan adalah sekitar 401.646 GWh per tahun
yang setara dengan 2,5 juta barel Bahan Bakar Minyak (BBM) per hari yang dibangkitkan
dengan pembangkit tenaga termal. Hampir sepertiga dari potensi tenaga air tersebut (22,3
GW) terdapat di Irian Jaya. Dari jumlah tersebut, potensi di DAS Mamberamo mencapai
12.284 MW yang tersebat di 34 lokasi. Beberapa potensi di lokasi yang dipilih ditunjukkan
pada Tabel 3. Sedangkan peta dari 34 lokasi ditampilkan pada Gambar 2.

Tabel 3. Potensi PLTA DAS Mamberamo di Lokasi yang Dipilih [5]

Lokasi Kapasitas Produksi Energi


Terpasang GWh/tahun
MW
Ranffaer 1 300 2.370
Ranffaer 2 103 905
Ranffaer 3 264 2.086
Vanderwal 8 205 1.118
Sobger 3 86 679
Sobger 6 269 1.465
Idenberg 1.119 5.506
Mamberamo 1 5.695 27.021
Mamberamo 2 933 5.102

Aliran Sungai Mamberamo mencakup empat kabupaten yaitu Kabupaten Jayapura,


Jayawijaya, Yapen Waropen, dan Paniai. Sungai Mamberamo merupakan gabungan dua
sungai besar yaitu Sungai Taritatu yang mengalir dari arah Timur dan Sungai Tariku yang
mengalir dari arah Barat. Kedua aliran sungai ini bertemu di Papasena dekat Dabra dan
menjadi Sungai Mamberamo dengan panjang mencapai 650 km yang mengalir dari arah
Barat Laut melalui Pegunungan Foja dan akhirnya bermuara di Samudera Pasifik. Sepanjang
aliran sungai terdapat dua danau yaitu Danau Rombebai dan Danau Bira. Daerah hulu
adalah daerah pegunungan yang terjal. Daerah hilir merupakan dataran yang yang berawa-
rawa. Di bagian tengah merupakan cekungan dataran tinggi yang luas.
Luas total DAS Mamberamo adalah 79.440 km2 yang hampir seluas pulau Jawa.
Sebagian besar DAS Mamberamo berupa pegunungan dan perbukitan sehingga banyak
sekali ditemukan jeram. DAS Mamberamo terletak di sebelah utara Pegunungan Jaya Wijaya
dengan curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun. DAS Mamberamo mempunyai
curah hujan yang cukup tinggi yang mencapai sekitar 1.800 - 5.600 mm/tahun. Debit sungai
diperkirakan sebesar 4.500 m3/detik. Kedalaman sungai berkisar antara 8 sampai 33 meter.

ISBN 979-9344-01-8 2-91


Gambar 2. DAS Mamberamo dan Potensi PLTA

Ada 2 lokasi PLTA yang berpotensi untuk dikembangkan lebih dahulu, yaitu
Mamberamo 1 (5.694,9 MW) dan Mamberamo 2 (933,0 MW). Mamberamo 1 dapat dibangun
bendungan untuk pembangkit listrik. Sedangkan Mamberamo 2 dapat dibangun sebagai
bendungan serbaguna, yaitu :
- untuk irigasi, industri dan keperluan rumah tangga dengan kapasitas sekitar 3.179
m3/detik sampai 6.358 m3/detik.
- untuk pembangkit listrik.
Berdasarkan perkiraan yang dilakukan PLN pada tahun 1983 dengan discount rate 10 % dan
usia proyek selama 50 tahun, biaya pembangkitan dari kedua bendungan tersebut adalah
sebesar 1,91 sen US$/kWh untuk Mamberamo 1 dan 3,94 sen US$/kWh untuk Mamberamo
2. Dengan adanya sumber energi yang melimpah dan murah ini memungkinkan Irian Jaya,
khususnya DAS Mamberamo, untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah KTI
dengan mengembangkan industri padat energi.

4. SKENARIO PENGEMBANGAN DAS MAMBERAMO


Hambatan utama yang dihadapi untuk memanfaatkan tenaga air di Irian Jaya adalah
kebutuhan tenaga listrik yang masih sangat kecil dan pusat bebannya terpisah-pisah. Bila
mengikuti skenario pertumbuhan busines-as-usual maka dalam waktu dekat potensi PLTA
yang besar di DAS Mamberamo tidak akan termanfaatkan. Sehingga untuk jangka panjang
kesenjangan antara wilayah KTI dan KBI akan tetap besar. Oleh karena itu perlu skenario
baru untuk mengembangkan industri padat energi di daerah ini.

A. Studi Tahap Pertama


Studi tahap pertama yang dimulai tahun 1997 memfokuskan 12 kegiatan yang
diidentifikasi dapat sebagai sarana untuk mengembangkan DAS Mamberamo sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi (Gambar 3). Dalam mengembangkan DAS Mamberamo perlu dibuat
konsep yang terpadu dengan memperhatikan berbagai aspek, diantaranya adalah :
- Memanfaatkan sumber daya alam dengan menjaga kelestariannya.
- Memanfaatkan sumber daya air semaksimal mungkin untuk mendukung pengembangan
industri padat energi.
ISBN 979-9344-01-8 2-92
- Menciptakan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan value added dari produk industri
di kawasan tersebut.
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia antara lain melalui pendidikan/pelatihan
ketrampilan teknologi yang inovatif.

Ministries
Local Related Gov. R&D
Government Institution

DAM
State-own Construction Harnessing Non Gov. R&D
Environmental Institution
Companies Impact 2 on Hydroelectric
1 3
Agro- Electrolysis
Industry
4
12
Fund
ENERGY INTENSIVE Universities
Cooper Concen- Fuel Cell for
trate Industry Transportation
11 5
INDUSTRIES
Nickel Electric Trans-
NGO Industry portation System
10 Human
6
Resources
Transportation H2 Reduction
of Natuna CO2 Utilization of Steel Industry
9 Natuna CO2 7
Public
8
Technology
Foreign
Private Sector
Investors Investors

Gambar 3. Kegiatan dan Institusi untuk Mendukung Pengembangan Industri

Setelah dilakukan analisis secara rinci, dari 12 kegiatan tersebut ada beberapa kegiatan
yang tidak layak untuk dikembangkan, seperti transportasi CO2 dari Natuna. Analisis tentang
transportasi CO2 dari Natuna ini BPPT mendapat bantuan teknis dari NEDO-IAE Jepang.
Kegiatan elektrolisis juga merupakan kegiatan yang masih terlalu dini untuk dikembangkan
karena di negara yang sudah maju, elektrolisis untuk menghasilkan H2 sebagai bahan bakar
juga sedang dikembangkan. Disamping itu untuk menjalankan 12 kegiatan tersebut secara
bersamaan perlu dana yang sangat besar dan saat ini tidak mungkin terealisasi. Untuk
menjembatani keterbatasan ini perlu adanya skenario baru untuk menggerakkan kegiatan di
DAS Mamberamo.

B. Studi Tahap Kedua


Dalam studi tahap kedua yang dimulai pada akhir tahun 1997, dibuat skenario untuk
pengembangan industri padat energi sebagai penggerak mula kegiatan di DAS Mamberamo.
Industri pemula yang dapat dikembangkan sebagai pemacu pertumbuhan di DAS
Mamberamo adalah beberapa jenis industri mineral seperti industri aluminium, besi/baja,
tembaga dan nikel. Industri aluminium meliputi pemrosesan bouxite menjadi alumina dan
pemrosesan alumina menjadi aluminium. Proses reduksi alumina menjadi aluminium
memerlukan energi yang besar yaitu sekitar 80 % dari total kebutuhan energi di industri
aluminium.
Pada industri besi/baja, proses reduksi besi, peleburan dan pencetakan besi/baja
memerlukan energi yang besar. Biasanya listrik digunakan di tungku listrik yang
memungkinkan dibuat alloy yang memerlukan suhu yang tinggi. Sedangkan di industri
pengolahan tembaga, energi digunakan untuk pembuatan konsentrat tembaga dan
pengambilan logam tembaga dari konsentrat. Pada industri nikel, proses pengolahan nikel
dapat dibagai menjadi dua proses. Proses hidrometalurgi untuk pengambilan logam dengan
proses pelarutan dengan penambahan bahan kimia. Sedangkan proses pirometalurgi untuk
pengambilan logam dengan cara pemanasan.

ISBN 979-9344-01-8 2-93


Sebagain besar dari energi untuk keperluan operasional industri tersebut dapat
menggunakan tenaga listrik. Dengan tersedianya tenaga listrik yang murah dengan
menggunakan PLTA maka produk yang dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi. Hal
ini dapat dipahami karena dengan adanya listrik akan dapat menghemat biaya modal
maupun biaya operasional.

- Pengembangan Industri Aluminium


Permintaan aluminium diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan permintaan
komponen automobile dan kaleng soft drink. Berdasarkan studi AME Mineral Economics,
permintaan aluminium akan meningkat sebesar 4,0 % per tahun. Dengan tingkat produksi
sebesar 2,16 juta ton per tahun, diperkirakan pada tahun 2003 dibutuhkan sekitar 2,85 juta
ton per tahun. Australia yang merupakan produsen bouxite dan alumina dan Jepang sebagai
konsumer dari produk aluminum, dapat memanfaatkan wilayah Mamberamo sebagai tempat
untuk mengolah bouxite menjadi alumina maupun alumina menjadi aluminium.

- Pengembangan Industri Besi/Baja


Permintaan baja di Indonesia diperkiraan mencapai lebih dari 11 juta ton pada tahun
2010. Kebutuhan sebesar ini tidak mungkin dicukupi oleh produsen terbesar baja di
Indonesia yaitu PT Krakatau Steel yang hanya mempunyai kapasitas produksi sebesar 2,5
juta ton per tahun. Dengan demikian di DAS Mamberamo ada potensi untuk
mengembangkan industri baja dengan menggunakan iron ore, ingot atau pellet dari Australia.

- Pengembangan Industri Tembaga


PT Freeport Indonesia yang saat ini memproduksi konsentrat tembaga sebesar 600 ribu
ton per tahun akan meningkatkan produksinya menjadi 2,6 juta ton per tahun pada tahun
2000. Sementara itu, pengembangan smelter di Gresik hanya mempunyai kapasitas 700 ribu
ton. Sehingga masih ada potensi untuk membuat smelter di wilayah Mamberamo.

- Pengembangan Industri Nikel


Di Irian Jaya terdapat potensi bijih nikel. Indonesia sudah mempunyai pengalaman di
bidang pertambangan dan pemrosesan nikel yaitu PT Aneka Tambang dan PT Inco yang
beroperasi di Sulawesi. Dengan adanya PLTA yang murah dan bijih nikel di dekat
Mamberamo merupakan keuntungan untuk membuat smelter, yang dapat memproses bijih
nikel menjadi nickel-matte maupun ferro-nickel.

C. Peluang dan Kendala


Industri yang akan dikembangkan tersebut dapat berupa pabrik baru maupun relokasi
dari pabrik yang sudah ada. Dalam era globalisasi saat ini, pola relokasi pabrik adalah suatu
hal yang umum dilakukan dalam upaya meminimumkan biaya produksi. Industri yang akan
dikembangkan ini pada prinsipnya untuk meningkatkan value added dan mengurangi biaya
pengangkutan dari produsen ke konsumen. Dengan adanya industri tersebut diharapkan
akan berkembang juga berbagai industri turunannya sehingga terjadi multiplier effect dalam
perekonomian dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan kemampuan sumber daya alam dan kondisi pasar, kapasitas dari industri
yang akan dikembangkan dapat diambil sebagai berikut :
- Industri aluminium sebesar kapasitas PT Asahan yaitu 225 ribu ton per tahun.
- Industri baja sebesar setengah dari permintaan baja di Indonesia pada tahun 2010, yaitu
sebesar 5,5 juta ton per tahun.
- Industri tembaga sebesar kapasitas produksi PT Freeport Indonesia pada tahun 2000,
yaitu sebesar 2,6 juta ton per tahun.
- Industri nikel sebesar kapasitas PT Inco saat ini, yaitu sebesar 45 ribu ton per tahun.

ISBN 979-9344-01-8 2-94


Dengan membuat asumsi teknologi yang digunakan untuk penambangan dan pemrosesan
serta kualitas produk sama seperti saat ini maka keuntungan tahunan dapat diperkirakan
sebesar 5.682 juta US $ (Lihat Tabel 4)

Tabel 4. Estimasi Pendapatan Tahunan [4]


No. Industri Juta US $
1 Aluminium 338
2 Baja 1.870
3 Tembaga : - Tembaga 2.271
- Emas 653
- Perak 28
4 Nikel 450
5 Total 5.610

Untuk pendanaan, selain sarana dan prasarana yang dibangun pemerintah, PLTA
dapat dibangun oleh pihak penanaman modal dan pemerintah melalui suatu kemitraan
modal. Sedangkan industri padat energi dibangun oleh penanam modal (investor). Dengan
menggunakan cara ini diharapkan pendanaan tidak memberatkan anggaran pemerintah.
Adapun dana yang ditanam pada sarana dan prasarana dapat kembali melalui sistem
perpajakan atau penyewaan. Perkiraan jumlah investasi ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Estimasi Investasi [4]

Keterangan Dibiayai oleh Estimasi Biaya


(juta US $)
I. DAM & PLTA
*)
PLTA, 5 GW BOT 5.000 – 7.500

II. Industri Pemula


Industri Aluminum Investor 1.000 – 1.500
Industri Baja Investor 2.500 – 5.000
Peleburan Tembaga Investor 2.500 – 5.000
Industri Petrokimia Investor 1.000 – 2.000
Industri Pulp & Kertas Investor 1.000 – 2.000
Pelabuhan Investor 1.000 – 2.000

III. Sarana dan Prasarana Pemerintah 400 – 600

IV. Kawasan Industri Developer 200 – 300


*)
BOT = Build Operate Transfer Total 14.600 – 25.900

Beberapa kendala dalam mempercepat pembangunan di wilayah KTI adalah masih


terbatasnya jumlah populasi, tingkat pendidikan rata-rata yang masih rendah dan prasarana
kegiatan ekonomi yang masih kurang. Dua hal yang pertama dapat diatasi dengan pola
transmigrasi dan pendidikan yang lebih baik bagi masyarakat. Sedangkan yang terakhir
harus ada inisiatif dari pemerintah untuk meningkatkan pembangunan di wilayah KTI dengan
jalan memberi insentif bagi investor yang akan menamamkan modalnya. Untuk keperluan
tersebut telah dilakukan pendekatan dengan calon investor dari Jepang dan Jerman. Selama
penelitian juga telah dihimpun institusi swasta maupun pemerintah baik dari dalam maupun
luar negeri yang mempunyai minat terhadap pengembangan DAS Mamberamo.
Karena krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 yang berdampak
pada ketidakstabilan sosial dan keamanan di Indonesia, maka untuk sementara
pengembangan DAS Mamberamo seperti skenario di atas masih belum dapat terealisasi.
Diharapkan segera setelah krisis ekonomi teratasi maka konsep pengembangan tersebut
dapat dilaksanakan dan ada investor yang tertarik untuk melakukan investasi.

ISBN 979-9344-01-8 2-95


5. PEMBAHASAN
Dalam perencanaan pembangunan PLTA salah satu faktor utama adalah adanya
kebutuhan energi listrik. Dengan menerapkan skenario baru yaitu mengembangkan industri
padat energi maka dapat diciptakan kebutuhan energi listrik sehingga memungkinkan
dilakukan pembangunan PLTA di DAS Mamberamo. Pembangunan PLTA dan industri padat
energi tersebut mempunyai skala yang besar sehingga harus dilakukan secara terpadu.
Keterpaduan pembangunan dapat dipersiapkan dalam format rencana induk
pengembangan DAS Mamberamo yang harus dipersiapkan oleh pemerintah. Rencana induk
ini masih dalam proses pembuatan dan diharapkan memuat beberapa item penting
diantaranya adalah :
- Jadual rencana pembangunan secara terinci mulai dari studi kelayakan, detail design, dan
kontruksi.
- Tata ruang yang membuat zoning penggunaan tanah baik untuk industri, perumahan,
pelabuhan, jalan raya, pertanian, dan lain-lainnya.
- Struktur proyek yang mengatur hubungan antara pemerintah, pemilik tanah, pengelola,
investor, kontraktor, dan pembeli.
Disamping rencana induk, diharapkan ada keputusan presiden yang merupakan komitmen
pemerintah untuk mengembangkan DAS Mamberamo. Keputusan presiden ini dapat berupa
pembentukan Otorita Mamberamo dengan konsep seperti yang sudah ada yaitu Otorita
Batam. Keputusan presiden dapat merupakan jaminan bagi investor untuk melakukan
investasi dengan aman.

6. KESIMPULAN
Pemerintah Indonesia menyadari adanya ketidakseimbangan antara wilayah KTI dan
KBI. Untuk itu pemerintah terus melakukan terobosan untuk dapat mengembangan potensi di
wilayah KTI. Salah satu wilayah yang dikembangkan adalah DAS Mamberamo yang
mempunyai potensi PLTA yang sangat besar dan murah. Dengan adanya potensi PLTA ini
memungkinkan dikembangkannya kawasan industri padat energi di DAS Mamberamo.
Dengan konsep pengembangan yang terpadu dan dengan motor penggerak industri padat
energi diharapkan kawasan Mamberamo akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di
wilayah KTI.

DAFTAR PUSTAKA
1. BPS, 1998, Statistik Indonesia 1997.
2. Departemen Pekerjaan Umum, 1997, Vol. 1 : Laporan Utama Studi Potensi dan
Pengembangan Sumber Daya Air Sungai Mamberamo Tahap II.
3. Departemen Pertambangan dan Energi, Penjabaran Rencana Umum Ketenagalistrikan
Nasional (RUKN), 1996.
4. Moechtar, M., 1997, The Search of the Betting Horse, Mamberamo Now, Vol. 1, No. 3,
MIC, October 1997.
5. Sihombing, P., 1997, Pengembangan Potensi Hydro Skala Besar di Irian Jaya,
Dipresentasikan pada Seminar and Workshop on Mamberamo River Catchment Area
Development : As a Growth Area in Eastern Part of Indonesia, Balai Sidang Jakarta,
Jakarta 7-8 April.
6. Suharyono, H., 1999, Strategi Pemanfaatan Potensi Listrik Tenaga Air di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Mamberamo, Irian Jaya, Proseding Seminar Energi Nasional V - 1997,
KNI-WEC, Jakarta.

ISBN 979-9344-01-8 2-96


Paper/Publication
Available at www.geocities.com/Athens/Academy/1943/paper.htm

Published Paper

1. Agus Sugiyono, Renewable Energy Development Strategy in Indonesia: CDM Funding


Alternative, Proceeding of the 5th Inaga Annual Scientific Conference and
Exibition, p. 64-69, ISBN 979-8918-28-2, Yogyakarta, 7-10 March 2001.
2. Agus Sugiyono, Indikator Pembangunan Sektor Tenaga Listrik yang Berkelanjutan,
dalam Aryono, N.A. dkk., Editor, Pengelolaan dan Pemanfaatan Energi dalam
Mendukung Pembangunan Nasional Berkelanjutan, hal. 150-155, ISBN 979-95499-1-
1, BPPT, Jakarta, 2000.
3. M. Sidik Boedoyo dan Agus Sugiyono, Optimasi Suplai Energi dalam Memenuhi
Kebutuhan Tenaga Listrik Jangka Panjang di Indonesia, dalam Wahid, L.O.M.A.
dan E. Siregar, Editor, Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Strategi Penyediaan
Energi Nasional Jangka Panjang, hal. 19-23, ISBN 979-95999-0-3, BPPT, Jakarta,
2000.
4. Agus Sugiyono, Prospek Penggunaan Teknologi Bersih untuk Pembangkit Listrik
dengan Bahan Bakar Batubara di Indonesia, Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1,
No.1, hal. 90-95, ISSN 141-318X, BPPT, Jakarta, Januari 2000
5. Agus Sugiyono, Pengembangan Industri Padat Energi di DAS Mamberamo sebagai
Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia, Prosiding Teknologi,
Ekonomi dan Otonomi Daerah, hal. 2-89 - 2-96, ISBN 979-9344-01-8, BPPT,
Jakarta, 1999.
6. Agus Sugiyono, Energy Supply Optimization with Considering the Economic Crisis
in Indonesia, Proceeding of the 8th Scientific Meeting, p. 65-68, ISSN 0918-
7685, Indonesia Student Association in Japan, Osaka, September 1999.
7. Agus Sugiyono, Permintaan dan Penyediaan Energi Berdasarkan Kondisi
Perekonomian di Indonesia dengan Menggunakan Model Nonlinear Programming,
Majalah Ilmiah Analisis Sistem, No. 12, Tahun VI, ISSN 0854-9117, BPPT,
Jakarta, 1999.
8. Agus Sugiyono, Kendali Sistem Energi untuk Pertanian Rumah Kaca, Prosiding
Seminar Nasional Penerapan Teknologi Kendali dan Instrumentasi pada Pertanian,
hal. S5-5.1 - S5-5.4, ISBN 979-8263-19-7, MASDALI - BPPT, Oktober 1998.
9. Agus Sugiyono, Social, Economic, and Culture Aspects for Mamberamo RCA
Development, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.2, No.3, ISSN 1410-5578,
October 1998, MIC.
10. Agus Sugiyono, Assessment of Environmental Impact in Upstream Mamberamo,
Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.2, No.2, ISSN 1410-5578, July 1998,
MIC.
11. Agus Sugiyono, Strategi Penggunaan Energi di Sektor Transportasi, Majalah BPP
Teknologi, No. LXXXV, hal 34-40, ISSN 0216-6569, Mei 1998, Penerbit BPPT.
12. Agus Sugiyono, Overview of Nickel Industry in Indonesia, Mamberamo Now
Quarterly Newsletter, Vol.2, No.1, ISSN 1410-5578, April 1998, MIC.
13. Agus Sugiyono, Teknologi Turbin Gas/Gasifier Biomasa Terintegrasi untuk
Industri Gula, Prosiding Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi, DJLPE dan
BPPT, hal. 28 - 41, ISBN 979-95441-0-6, Januari 1998.
14. Agus Sugiyono, Hydroelectric Potentials in Mamberamo 1, Mamberamo 2, and Edi
Valen, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.1, No.3, October 1997, MIC.
15. Agus Sugiyono, Mamberamo Related Information on the WEB, Mamberamo Now
Quarterly Newsletter, Vol.1, No.2, July 1997, MIC.
16. Agus Sugiyono, Teknologi Daur Kombinasi Gasifikasi Batubara Terpadu, Prosiding
Hasil-hasil Lokakarya Energi 1996, KNI WEC, Oktober 1996.
17. Agus Sugiyono, Proses Hydrocarb untuk Biomas dan Bahan Bakar Fosil, INNERTAP-
Indonesia, DJLPE, September 1995.
18. Agus Sugiyono and Shunsuke Mori, Energy-Economy Model to Evaluate the Future
Energy Demand-Supply in Indonesia, The Institute of Energy and Resource,
Japan, Januari 1995. (+GAMS Source Program)
19. Agus Sugiyono and Shunsuke Mori, Integrated Energy System to Improve
Environmental Quality in Indonesia, The Institute of Instrumentation and
Control System, Japan, Oktober 1994.
20. Agus Sugiyono, Prospek Pembangkit Listrik Daur Kombinasi Gas untuk Mendukung
Diversifikasi Energi, Komite Nasional Indonesia, World Energy Council, Juli
1991.
21. Setiadi Indra D.N. dan Agus Sugiyono, Pola Pemakaian dan Distribusi Gas Bumi
di Indonesia pada Perioda Pembangunan Tahap Kedua, Komite Nasional Indonesia,
World Energy Council, Juni 1990.
22. Agus Sugiyono, Proyeksi Pemanfaatan Gas Alam untuk Pembangkit Tenaga Listrik,
BPP Teknologi, Januari 1990.
23. Agus Sugiyono, Model Komputer Pertumbuhan Ekonomi Makro dengan Menggunakan
Bahasa Pascal, Biro Hukum dan Humas, Deputi Bidang Administrasi, BPP
Teknologi, Januari 1990.

Technical Note

1. Agus Sugiyono, Pembuatan, Pemasangan dan Pengoperasian Tungku Perlakuan Panas


untuk Pande Besi, Laporan Teknis, Maret 2000.
2. Agus Sugiyono, Studi Pendahuluan untuk Analisis Energi-Exergi Kota Jakarta,
Laporan Teknis, Maret 2000.
3. Agus Sugiyono, Sistem Informasi Pengembangan PLTA Mamberamo di Internet,
Laporan Teknis, Desember 1999.
4. M Sidik Boedoyo, Endang Suarna, and Agus Sugiyono, Case Studies on Comparing
Sustainable Energy Mixes for Electricity Generation in Indonesia, Presented at
Co-ordination Research Project Meeting on Case Study to Assess and Compare
Different Sources in Sustainable Energy and Electricity Supply Strategies,
Zurich, Switzerland, 14-16 December 1999.
5. Agus Sugiyono dan M. Sidik Boedoyo, Perubahan Pola Penggunaan Energi dan
Perencanaan Penyediaan Energi, submitted, KNI-WEC, 1999.
6. Agus Sugiyono, Aspek-Aspek dalam Desain PLTA Mamberamo, Laporan Teknik,
Pebruari 1999.
7. Agus Sugiyono, Prospek Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Skala
Besar Mamberamo I, Mamberamo II, dan Edi Vallen di Irian Jaya, Laporan Teknik,
Pebruari 1999.
8. Agus Sugiyono, La Ode M.A. Wahid, Irawan Rahardjo, and Farid S. Kresna,
Electricity Planning in Indonesia using DECADES Tools, Presented at IAEA
Regional Training Course on Comparative Assessment of Nuclear Power & Other
Energy Sources in Support of Sustainable Energy Developments, 8 June - 3 July
1998, Taejon, Korea.
9. Agus Sugiyono and Dadang Hilman, Mitigation of GHGs from Energy and Forestry
Sector in Indonesia, Presented at Climate Change Mitigation in Asia and
Financing Mechanism Conference, UNEP-GEF-World Bank, Goa, India, 4-6 May 1998.
10. Agus Sugiyono, Perencanaan Energi Nasional dengan Model MARKAL, Laporan
Teknis, Desember 1997.
11. Abubakar Lubis and Agus Sugiyono, DECADES Tool to Make Comparative Assessment
of Electricity Generation in Indonesia, Presented at Review of Experience in
Using the Agency's Databases and Software Packages for Assessment of Nuclear
and Other Energy Systems, Argonne National Laboratory, USA, 2-13 December
1996.
12. Abubakar Lubis and Agus Sugiyono, Overview of Energy Planning in Indonesia,
Presented at Technical Committe Meeting to Assess and Compare the Potential
Rule of Nuclear Power and Other Options in Allevating Health and Environmental
Impacts from Electricity Generation, IAEA, Vienna 14 - 16 October 1996.
13. Agus Sugiyono, Buku Panduan Jaringan Komputer di Direktorat Teknologi Energi,
BPP Teknologi, Laporan Teknis, DTE BPPT, April 1996.
14. Agus Sugiyono and Agus Cahyono Adi, Comparative Assessment of Electricity
Supply Strategies in Indonesia, Presented at Coordination Meeting on Case
Studies to Assess and Compare the Potential Role of Nuclear Power and other
Options in Reducing the Emissions and Residuals from Electricity Generation,
27 to 29 March 1996, Bucharest, Rumania.
15. Agus Sugiyono, Model Energi Global, Laporan Teknis, Direktorat Teknologi
Energi, BPPT, Desember 1995.
16. Agus Sugiyono, Strategi Penyediaan Energi yang Berkesinambungan, Laporan
Teknis, Direktorat Teknologi Energi, BPPT, Desember 1995.
17. Agus Sugiyono, Metodologi Studi Markal, Disampaikan pada Workshop on
Environmental Analysis Using Energy and Power Evaluation Programme (ENPEP),
BATAN, September 1995.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai