Anda di halaman 1dari 7

Pengelolaan Hutan untuk Rakyat

P E L U A N G D A N TA N TA N G A N A D A N YA R E G U L A S I B A R U

Hariadi Kartodihardjo
21 April 2021
1 Manfaat dan Implikasi Regulasi Baru
• Administrasi pelaksanaan PS diatur dalam PP 23/2021 pada
Bab VI Pasal 203 hingga Pasal 247.
• Hutan dan Masyarakat Hukum Adat (Pasal 233 s/d Pasal 243).
Pengakuan MHA melalui Perda (penetapan, kengukuhan,
pengakuan, perlindungan).
• Kemitraan Kehutanan (Pasal 244), hanya dilakukan oleh
BUMN Kehutanan dan Pemegang Perizinan Perusaha.
• PS sebagai strategi penyelesaian konflik hutan/lahan (Pasal 23,
Pasal 26, Pasal 28, Pasal 29). Juga dikelola tersendiri dalam
pengelolaan khusus (Pasal 112).
• PS dapat dijadikan lokasi food estate (Pasal 115).
Index PS dan Faktor Penentunya
PERAN REGULASI, PASAR DAN KELEMBAGAAN

Peran
Regulasi Baru INCOME PEKERJAAN
UTAMA: 2 x income
dari rata-rata income
yang diperoleh
+ PENDAMPING
YANG SANGAT
PEMASARAN
MEMBANTU
LANGSUNG KE
Jaringan KONSUMEN
Pendamping

Ekonomi

Income
PERAN PENTING
HASIL HUTAN
HHBK SELAIN KAYU
KONFLIK
MENURUN,
PENTINGNYA
Hak Atas Tanah MEDIASI Sumber: Kata Data (2020)
2 Tantangan/Terobosan
• Hasil telaah KataData (2020), kebutuhan pengembangan PS:
pendamping, ekonomi/pasar, HHBK, hak atas tanah. Diperlukan strategi
komunikasi, trust building dan akuntabilitas bersama;
• Masalah penyelesaian hak atas hutan/tanah di dalam kawasan hutan
(PP 23, PP 43, UUP3H); Diperlukan pengembangan kapasitas
menyelesaikan konflik; tidak harus melalui penegakan hukum yang
belum tentu relevan;
• Orientasi pada income peserta PS berarti memahami konteks lapangan
yang khas—biasanya melampaui “pedoman” & prosedur administrasi
yang mengikat; “Administrasi mengikuti fakta, bukan fakta direkayasa
untuk memenuhi administrasi”.
• Bila dilaksanakan seperti itu, PS akan semakin membuka peluang
manfaat bagi kelompok usahanya (KUPS).
3 Resiko BUMN Kehutanan di P Jawa
• BUMN Kehutanan mengalami persoalan tatakelola yang cukup akut. Saat
ini (24/2/2021) terdapat kerjasama 27 BUMN (termasuk Perhutani) dengan
KPK terkait perlaksanaan “Wistle-Blowing System”
• Pelaksanaan pengelolaan khusus (Pasal 108, PP 23/2021), perlu
memperhatikan masalah tatakelola BUMN tersebut; termasuk dalam
penetapan Kawasan hutan (Pasal 112) serta kriteria dan standar yang
diperlukan (Pasal 113).
• Dalam pelatihan “Dasar-dasar korupsi PSDA dan mitigasinya” pada
jajaran Perhutani (31/3/2021) dan diskusi sesudahnya, nampak terjadi
demotivasi proses pembentukan pengelolaan khusus, yang perlu dimitigasi;
• Pelaksanaan pengelolaan khusus lebih ditentukan oleh keberhasilan
“konsolidasi kelembagaan” daripada hal-hal teknis pengelolaan hutan.
4 Catatan Akhir
• Secara umum regulasi satu faktor penentu terjadinya perbaikan dan
peluang keberhasilannya, tetapi terdapat faktor lain sebagai “syarat
cukup” pelaksanaan regulasi itu;
• Untuk pelaksanaan perhutanan sosial, faktor-faktor jaringan pendamping,
ekonomi, income peserta PS, HHBK dan penyelesaian hak atas tanah sama
sekali tidak dapat diabaikan;
• Penguasaan persoalan nyata di lapangan sangat penting sebagai input
regulasi dan pelaksanaannya, dan untuk PS ini ragam kondisi yang
memerlukan ragam program/kegiatan, sangat diperlukan;
• Pertimbangan masalah tatakelola perlu menjadi factor penentu dalam
penetapan dan pelaksanaan pengelolaan khusus di P Jawa.
Terimakasih
HARIADI KARTODIHARDJO

Anda mungkin juga menyukai