TUGAS MAKALAH
Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 2
2. Karni Safitri
JURUSAN S1 FARMASI
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr wb
Wassalamu’alaikum wr
wb
Mataram, Oktober
2022
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dan
segala isinya, Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat Allah SWT
hanya satu, tidak dua, tidak tiga, dan tidak pula lebih. Zat Allah SWT tidak
sama atau serupa dengan zat selainnya. Allah SWT Esa dalam sifat-Nya,
maksudnya sifat Allah SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki oleh
Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWT yang memiliki atau
menandingi sifat-sifat Allah SWT. Allah SWT Esa dalam perbuatan-Nya,
maksudnya perbuatan-perbuatan Allah SWT tidak terhingga banyaknya,
tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah
SWT yang dapat menandingi, apalagi melebihi perbuatan-Nya.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Iman kepada Allah SWT tercantum dalam rukun iman dimana posisi
iman kepada Allah SWT berada pada urutan pertama, karna pada dasarnya
tidak ada yang lebih agung dari pada Allah sang Pencipta alam semesta.
ﻢ ٱﻟَّﻠُﻪ
ُ ن َرَّﺑُﻜ
َّ ﻞ ِإ
َ ﺸﻰ ٱَّﻟْﻴ
ِ ش ُﻳْﻐ
ِ ﻋَﻠﻰ ٱْﻟَﻌْﺮ
َ ى
ٰ ﺳَﺘَﻮ
ْ ﻢٱ
َّ ﺳَّﺘِﺔ َأَّﻳﺎٍم ُﺛ
ِ ض ِﻓﻰ
َ ت َوٱْﻟَﺄْر
ِ ﺴَٰﻤَٰﻮ
َّ ﻖ ٱﻟ
َ ﺧَﻠ
َ ٱ ٱَّﻟِﺬى
كٱ
َ ۗ َﺗَﺒﺎَر ﻖ َوٱْﻟَﺄْﻣُﺮ
ُ ﺨْﻠ
َ ۗ َأَﻟﺎ َﻟُﻪ ٱْﻟ ت ِﺑَﺄْﻣِﺮِهٓۦ
ٍۭ ﺨَٰﺮ
َّ ﺴ
َ ﺠﻮَم ُﻣ
ُ ﺲ َوٱْﻟَﻘَﻤَﺮ َوٱﻟُّﻨ
َ ﺸْﻤ
َّ ﺣِﺜﻴًﺜﺎ َوٱﻟ
َ ﻄُﻠُﺒُﻪۥ
ْ ﻟَّﻨَﻬﺎَر َﻳ
َ ب ٱْﻟَٰﻌَﻠِﻤﻴ
ﻦ ُّ ﻟَّﻠُﻪ َر
َ ﺼُﻔﻮ
ن ِ ﻋَّﻤﺎ َﻳ
َ ش
ِ ب ٱْﻟَﻌْﺮ
ِّ ﻦ ٱﻟَّﻠِﻪ َر
َ ﺤ
َٰ ﺴْﺒ
ُ ۚ َﻓ ﺴَﺪَﺗﺎ
َ ن ِﻓﻴِﻬَﻤٓﺎ َءاِﻟَﻬٌﺔ ِإَّﻟﺎ ٱﻟَّﻠُﻪ َﻟَﻔ
َ َﻟْﻮ َﻛﺎ
ﺊ ٱْﻟَﻮاِد
ِ ﻄ
ِ ﺷ
َٰ ى ِﻣﻦ
َ ﻦ ِﻓﻰ ٱْﻟُﺒْﻘَﻌِﺔ َﻓَﻠَّﻤٓﺎ َأَﺗٰﯩَﻬﺎ ُﻧﻮِد
ِ ﻰ َأَﻧﺎ ٱﻟَّﻠُﻪ ٱْﻟَﺄْﻳَﻤ
ٓ ﻰ ِإِّﻧ
ٰٓ ﺳ
َ ﺠَﺮِة َأن َٰﻳُﻤﻮ
َ ﺸ
َّ ﻦ ٱﻟ
َ ٱْﻟُﻤَٰﺒَﺮَﻛِﺔ ِﻣ
َ ب ٱْﻟَٰﻌَﻠِﻤﻴ
ﻦ ُّ َر
Artinya: "Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia
dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang
diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya
aku adalah Allah, Rabb semesta alam. (Al Qur'an Surat Al-Qashash ayat
30).
B. Pengertian Tauhid
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata
wahhada yuwahhidu. Secara etimologi, tauhid berarti
keesaan.Maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah adalah Esa;
Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang
digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”;
mentauhidkan berarti “mengakui keesaan Allah; mengesakan
Allah.”3 Secara istilah syar‟i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam
hal mencipta, menguasai, mengatur dan memurnikan
(mengikhlaskan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan
penyembahan kepada selainNya serta menetapkan asma‟ul husna
dan sifat al-„ulya bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan
cacat. Asal makna “tauhid” ialah meyakinkan, bahwa Allahadalah
“satu”, tidak ada syarikat bagi-Nya. Oleh sebab itu, sebab dinamakan
“Ilmu Tauhid”, ialah karena bahagiannya yang terpenting,
menetapkan sifat “wahdah” (satu) bagi Allah dalam zat-Nya dan
dalam perbuatan-Nya menciptakan alam seluruhnya dan bahwa Ia
sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam ini dan penghabisan
segala tujuan.4 Misalnya Muhammad Abduh menjelaskan yang
artinya: “Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud
Allah, sifatsifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat sifat yang boleh
disifatkan kepada Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali
wajib dilenyapkan pada Nya. Juga membahas tentang rasulrasul
Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan
(dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang
menghubungkannya kepada diri mereka.”5 Tauhid dalam kajian
disebut sebagai ilmu tauhid, yang juga dinamakan sebagai ilmu
kalam, karena dalam pembahasannya mengenai eksistensi Tuhan
dan hal-hal yang berhubungan dengan-Nya digunakan
argumentasiargumentasi filosofis dengan menggunakan logika atau
mantik. Secara lebih rinciHasbi ashShiddieqi menyebutkan alasan
mengapa ilmu ini disebutkan ilmu kalam, yaitu:
Ilmu tauhid dinamakan ilmu kalam, dalam hal ini para ahli di
bidang ini disebut mutakallimin.Penamaan ilmu tauhid dengan ilmu
kalam sebenarnya dimaksudkan untuk membedakan atara
mutakallimin dan filosof Islam.Mutakallimin dan filosof Islam
mempertahankan atau memperkuat keyakinan mereka sama-sama
menggunakan metode filsafat, tetapi mereka berbeda landasan awal
berpijak.Mutakallimin lebih dahulu bertolak dari alQur‟an dan hadits,
sementara filosof berpijak pada logika.Meskipun demikian, tujuan
yang ingin mereka capai adalah satu, yaitu keesaan dan
kemahakuasaan Allah. Dengan kata lain, mereka berbeda jalan
untuk mencapai tujuan yang sama.Selanjutnya, ilmu tauhid juga
dinamakan ilmu ushuluddin karena obyek bahasan utamanya adalah
dasar-dasar agama yang merupakan masalah esensial dalam ajaran
Islam.6 Begitu pula ketika ilmu ini disebut sebagai kajian didasarkan
pada argument bahwa „aqaid jamak dari „aqidah. Aqidah berasal
dari kata „aqada yang artinya ikatan. Disebut ilmu tauhid dengan
sebutan ilmu ushuluddin adalah karena pokok pembicaraannya ialah
soal-soal pokok pokok kepercayaan agama yang menjadi dasar
agama Islam.
a. Hakikat Tauhid
1. Tauhid Rububiyah
Dan Artinya: Itulah Allah Tuhan Kamu, tidak ada tuhan selain
Dia, Pencipta segala sesuatu. (Q.S. Al-An’am,6:102).
2. Tauhid Uluhiyah
3. Tauhid Ubudiyah
b . Dalil Tauhid
c. Kedudukan Tauhid
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada
di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak
membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi
Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al Anbiya: 16-
17). “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun: 115)
Syahadat Laa Ilaaha Illalloh adalah dasar aqidah umat Islam. Apabila
seseorang mengikrarkannya, maka ia menjadi muslim. Dengan
syahadat ini pula jiwa, harta dan darah seseorang menjadi terlindungi
dari kebolehan mengambil dan menumpahkannya sebagaimana
disabdakan oleh Rosululloh :
َّ ُ َوَأ
ن َّ ﷲ َ ِاَﻟَﻪ ِاﻻ نﻻ
ْ ﺸَﻬُﺪْوا َا
ْ ﺣَّﺘﻰ َﻳُﻘْﻮُﻟْﻮا َأْو َﻳ
َ س
َ ﻞ اﻟَّﻨﺎ
َ ن ُأَﻗﺎِﺗ
ْ ت َا
ُ ُأِﻣْﺮ ((
)) ِ لﷲ
ُ ﺳْﻮ
ُ ﺤَّﻤًﺪا َر
َ ُﻣ
،ِ نﷲ
ِ ﻦ ُدْو
ْ َوَﻛَﻔَﺮ ِﺑَﻤﺎ ُﻳْﻌَﺒُﺪ ِﻣ،ُ َّ ﷲ َ ِإَﻟَﻪ ِإﻻ لﻻ
َ ﻦ َﻗا
ْ َﻣ ((
)) ﺣِّﺮَم َﻣاُﻟُﻪ َوَدُﻣُﻪ
ُ
Oleh karena itu, taatkala Wahab bin Munabih ditanya, “Bukankah laa
ilaaha ilalloh merupakan kunci surga?” Ia menjawab,”Ya. Akan tetapi
bukankah kunci itu harus memiliki gigi. Apabila engkau membawa kunci
yang bergigi, pasti engkau bisa membukanya dan apabila engkau
membawa kunci tanpa gigi, niscaya engkau tidak bisa membukanya.”
Dari lafadz laa ilaaha illallah, ilah berarti tidak ada sesembahan, dan
taalluh berarti ta’abbud (penyembahan). Adapun makna laa ilaaha
illallah adalah tidak ada sesembahan (yang haq) melainkan Allah.
Jadi, syahadat laa ilaaha illallah adalah seseorang mengakui lisan dan
hatinya bahwa tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah SWT,
sebab kalimat laa ilaah illallah mengandung unsur peniadaan dan
unsur penetapan. Unsur peniadaan adalah laa ilaaha, sedangkan unsur
penetapan adalah illallah. Dalam ilmu nahwu, lafadz Allah adalah
pengganti khabar laa yang dihapus, dan ma’na eksplisitnya adalah laa
ilaaha haq illallah. Adapun dalil syahadat adalah kalam Allah Ta’ala:
ﻣﺤﻤﺪ رﺳﻮل ﷲ
“Muhammad adalah utusan Allah,”
Dan masih banyak pula dampak dari Syahadatain, yang mana bisa kita
dapatkan di al-Quran ataupun as-Sunnah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SWT, dan menjauhi larangan Allah SWT, menyatakan diri baik lisan
maupun
perbuatan akan kebebasan dari perbuatan syirik.