Anda di halaman 1dari 23

HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH SWT

TUGAS MAKALAH

Dosen Pengampu :

Mardiyah Hayati M.pd.I

Oleh :

Kelompok 2

1. I Ketut Wisnu Arya W

2. Karni Safitri

3. Ike Khaerani Putri

JURUSAN S1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MATARAM

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah yang Maha


Kuasa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan Makalah Keimanan Kepada Allah SWT ini tepat
pada waktunya tanpa halangan suatu apapun.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam


rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum wr
wb

Mataram, Oktober
2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dan
segala isinya, Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat Allah SWT
hanya satu, tidak dua, tidak tiga, dan tidak pula lebih. Zat Allah SWT tidak
sama atau serupa dengan zat selainnya. Allah SWT Esa dalam sifat-Nya,
maksudnya sifat Allah SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki oleh
Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWT yang memiliki atau
menandingi sifat-sifat Allah SWT. Allah SWT Esa dalam perbuatan-Nya,
maksudnya perbuatan-perbuatan Allah SWT tidak terhingga banyaknya,
tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah
SWT yang dapat menandingi, apalagi melebihi perbuatan-Nya.

B. Rumusan Masalah

1. Hakikat Iman Kepada Allah SWT

2. Mentauhidkan Allah SWT

3. Makna Laa Ilaaha Ilallah

4. Hakikat dan Dampak Dua Kalimat Syahadat


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Iman Kepada Allah SWT

Iman kepada Allah SWT tercantum dalam rukun iman dimana posisi
iman kepada Allah SWT berada pada urutan pertama, karna pada dasarnya
tidak ada yang lebih agung dari pada Allah sang Pencipta alam semesta.

Di dalam Kitab Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri


menjelaskan arti Iman kepada Allah SWT sebagai sikap muslim yang
meyakini wujud atau adanya Allah Yang Maha Suci. Orang yang memiliki
Iman kepada Allah, meyakini bahwa Allah yang menciptakan langit dan
bumi, mengetahui yang ghaib dan yang tampak.

Bahwasanya sebagai umat Islam yang beriman kita harus meyakini


sepenuh hati bahwa Allah itu benar ada dan selalu memantau tingkah laku
umatnya, maka dari itu tidak ada satu detikan yang membuat kita lupa
atau tidak beriman kepada Allah SWT.

Sebagai umat manusia yang diciptakan secara sempurna, dimana


kita diciptakan dengan diberi anugerah akal dan pikiran oleh Allah SWT.
Pikiran yang kita emban ini senantiasa mendorong kita untuk terus berpikir,
dimana kita sebagai makhluk Allah yang paling sempurna harus
mempunyai pikiran bahwa alam semesta ini tidak secara mendadak ada
tanpa diciptakan, siapa lagi kalau bukan Allah SWT yang menciptakan
seluruh keajaiban di alam semesta 2Hadis mengenai iman kepada Allah
SWT.
a. Al Quran Surat Al A’raf ayat 54

‫ﻢ ٱﻟَّﻠُﻪ‬
ُ ‫ن َرَّﺑُﻜ‬
َّ ‫ﻞ ِإ‬
َ ‫ﺸﻰ ٱَّﻟْﻴ‬
ِ ‫ش ُﻳْﻐ‬
ِ ‫ﻋَﻠﻰ ٱْﻟَﻌْﺮ‬
َ ‫ى‬
ٰ ‫ﺳَﺘَﻮ‬
ْ ‫ﻢٱ‬
َّ ‫ﺳَّﺘِﺔ َأَّﻳﺎٍم ُﺛ‬
ِ ‫ض ِﻓﻰ‬
َ ‫ت َوٱْﻟَﺄْر‬
ِ ‫ﺴَٰﻤَٰﻮ‬
َّ ‫ﻖ ٱﻟ‬
َ ‫ﺧَﻠ‬
َ ‫ٱ ٱَّﻟِﺬى‬
‫كٱ‬
َ ‫ۗ َﺗَﺒﺎَر‬ ‫ﻖ َوٱْﻟَﺄْﻣُﺮ‬
ُ ‫ﺨْﻠ‬
َ ‫ۗ َأَﻟﺎ َﻟُﻪ ٱْﻟ‬ ‫ت ِﺑَﺄْﻣِﺮِهٓۦ‬
ٍۭ ‫ﺨَٰﺮ‬
َّ ‫ﺴ‬
َ ‫ﺠﻮَم ُﻣ‬
ُ ‫ﺲ َوٱْﻟَﻘَﻤَﺮ َوٱﻟُّﻨ‬
َ ‫ﺸْﻤ‬
َّ ‫ﺣِﺜﻴًﺜﺎ َوٱﻟ‬
َ ‫ﻄُﻠُﺒُﻪۥ‬
ْ ‫ﻟَّﻨَﻬﺎَر َﻳ‬
َ ‫ب ٱْﻟَٰﻌَﻠِﻤﻴ‬
‫ﻦ‬ ُّ ‫ﻟَّﻠُﻪ َر‬

Artinya, "Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah yang telah menciptakan


langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-
masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha penuh berkah Allah, Rabb
semesta alam."

b. Al Qur’an Surat Al-Anbiya’ ayat 22

َ ‫ﺼُﻔﻮ‬
‫ن‬ ِ ‫ﻋَّﻤﺎ َﻳ‬
َ ‫ش‬
ِ ‫ب ٱْﻟَﻌْﺮ‬
ِّ ‫ﻦ ٱﻟَّﻠِﻪ َر‬
َ ‫ﺤ‬
َٰ ‫ﺴْﺒ‬
ُ ‫ۚ َﻓ‬ ‫ﺴَﺪَﺗﺎ‬
َ ‫ن ِﻓﻴِﻬَﻤٓﺎ َءاِﻟَﻬٌﺔ ِإَّﻟﺎ ٱﻟَّﻠُﻪ َﻟَﻔ‬
َ ‫َﻟْﻮ َﻛﺎ‬

Artinya: "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah,


niscaya hancurlah keduanya. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai
'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan."

c. Al Qur’an Surat Al-Qashash ayat 30

‫ﺊ ٱْﻟَﻮاِد‬
ِ ‫ﻄ‬
ِ ‫ﺷ‬
َٰ ‫ى ِﻣﻦ‬
َ ‫ﻦ ِﻓﻰ ٱْﻟُﺒْﻘَﻌِﺔ َﻓَﻠَّﻤٓﺎ َأَﺗٰﯩَﻬﺎ ُﻧﻮِد‬
ِ ‫ﻰ َأَﻧﺎ ٱﻟَّﻠُﻪ ٱْﻟَﺄْﻳَﻤ‬
ٓ ‫ﻰ ِإِّﻧ‬
ٰٓ ‫ﺳ‬
َ ‫ﺠَﺮِة َأن َٰﻳُﻤﻮ‬
َ ‫ﺸ‬
َّ ‫ﻦ ٱﻟ‬
َ ‫ٱْﻟُﻤَٰﺒَﺮَﻛِﺔ ِﻣ‬
َ ‫ب ٱْﻟَٰﻌَﻠِﻤﻴ‬
‫ﻦ‬ ُّ ‫َر‬

Artinya: "Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia
dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang
diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya
aku adalah Allah, Rabb semesta alam. (Al Qur'an Surat Al-Qashash ayat
30).

B. Pengertian Tauhid
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata
wahhada yuwahhidu. Secara etimologi, tauhid berarti
keesaan.Maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah adalah Esa;
Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang
digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”;
mentauhidkan berarti “mengakui keesaan Allah; mengesakan
Allah.”3 Secara istilah syar‟i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam
hal mencipta, menguasai, mengatur dan memurnikan
(mengikhlaskan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan
penyembahan kepada selainNya serta menetapkan asma‟ul husna
dan sifat al-„ulya bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan
cacat. Asal makna “tauhid” ialah meyakinkan, bahwa Allahadalah
“satu”, tidak ada syarikat bagi-Nya. Oleh sebab itu, sebab dinamakan
“Ilmu Tauhid”, ialah karena bahagiannya yang terpenting,
menetapkan sifat “wahdah” (satu) bagi Allah dalam zat-Nya dan
dalam perbuatan-Nya menciptakan alam seluruhnya dan bahwa Ia
sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam ini dan penghabisan
segala tujuan.4 Misalnya Muhammad Abduh menjelaskan yang
artinya: “Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud
Allah, sifatsifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat sifat yang boleh
disifatkan kepada Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali
wajib dilenyapkan pada Nya. Juga membahas tentang rasulrasul
Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan
(dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang
menghubungkannya kepada diri mereka.”5 Tauhid dalam kajian
disebut sebagai ilmu tauhid, yang juga dinamakan sebagai ilmu
kalam, karena dalam pembahasannya mengenai eksistensi Tuhan
dan hal-hal yang berhubungan dengan-Nya digunakan
argumentasiargumentasi filosofis dengan menggunakan logika atau
mantik. Secara lebih rinciHasbi ashShiddieqi menyebutkan alasan
mengapa ilmu ini disebutkan ilmu kalam, yaitu:

1. Problema yang diperselisihkan para ulama dalam ilmu ini yang


menyebabkan umat Islam terpecahkan dalam beberapa golongan
adalah masalahKalam Allah atau al-Qur‟an; apakah ia diciptakan
(makhluk) atau tidak (qadim).

2. Materi-materi ilmu ini adalah teori-teori (kalam); tidak ada


diantaranya yang diwujudkan ke dalam kenyataan atau diamalkan
dengan anggota.

3. Ilmu ini di dalam menerangkan cara atau jalan menetapkan dalil


pokokpokok akidah serupa dengan ilmu mantik.

4. Ulama-ulama mutaakhirin membicarakan di dalam ilmu ini hal-hal


yang tidak dibicarakan oleh ulama salaf, seperti pentakwilan ayat-
ayat mutasyabihat, pembahasan tentang pengertian qadha‟, kalam,
dan lainlain.

Ilmu tauhid dinamakan ilmu kalam, dalam hal ini para ahli di
bidang ini disebut mutakallimin.Penamaan ilmu tauhid dengan ilmu
kalam sebenarnya dimaksudkan untuk membedakan atara
mutakallimin dan filosof Islam.Mutakallimin dan filosof Islam
mempertahankan atau memperkuat keyakinan mereka sama-sama
menggunakan metode filsafat, tetapi mereka berbeda landasan awal
berpijak.Mutakallimin lebih dahulu bertolak dari alQur‟an dan hadits,
sementara filosof berpijak pada logika.Meskipun demikian, tujuan
yang ingin mereka capai adalah satu, yaitu keesaan dan
kemahakuasaan Allah. Dengan kata lain, mereka berbeda jalan
untuk mencapai tujuan yang sama.Selanjutnya, ilmu tauhid juga
dinamakan ilmu ushuluddin karena obyek bahasan utamanya adalah
dasar-dasar agama yang merupakan masalah esensial dalam ajaran
Islam.6 Begitu pula ketika ilmu ini disebut sebagai kajian didasarkan
pada argument bahwa „aqaid jamak dari „aqidah. Aqidah berasal
dari kata „aqada yang artinya ikatan. Disebut ilmu tauhid dengan
sebutan ilmu ushuluddin adalah karena pokok pembicaraannya ialah
soal-soal pokok pokok kepercayaan agama yang menjadi dasar
agama Islam.
a. Hakikat Tauhid

Berdasarkan pokok bahasan dalam kajian tauhid di atas tersebut,


maka tauhid diklasifikasikan kepada tauhid Rububiyah, tauhid
Uluhiyah, dan tauhid Ubudiyah.

1. Tauhid Rububiyah

Tauhid rububiyah, rububiyah adalah kata yang dinisbatkan


kepada salah satu nama Allah, yaitu Rabb‟. Nama ini
mempunyai beberapa arti, antara lain: AlMurabbi (pemelihara),al
-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), alMushlih (yang
memperbaiki), al-Sayyid (tuan). Dalam terminologi syari‟at Islam,
istilah tauhid rububiyyah berarti percaya bahwa hanya Allah satu
-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan
takdirnya-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta
mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya”.Dalam
pengertian ini istilah tauhid rububiyah belum terlepas dari akar
makna bahasanya.Sebab Allah adalah pemelihara makhluk, para
rasul dan wali-wali-Nyadengan segala spesifikasi yang telah
diberikannya kepada mereka.

Tauhid rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan


berikut ini: Pertama, beriman kepada perbuatan perbuatan Allah
yang bersifat umum. Misalnya, menciptakan, memberi rizki,
menghidupkan, mematikan, menguasai.Kedua, beriman kepada
takdir Allah. Ketiga, beriman kepada zat Allah. Landasan tauhid
rububiyah adalah dalil-dalil berikut:

Artinya: “Segala uji Bagi Allah Rabb Semesta Alam.”(QS.Al-


Fatihah: 2).
Makna Rabb pada ayat diatas adalah bahwa Allah adalah
Pencipta mereka, Yang menguasai,Yang memperbaiki dan Yang
memelihara dengan segala nikmat dan anugerah-Nya.

Dan Artinya: Itulah Allah Tuhan Kamu, tidak ada tuhan selain
Dia, Pencipta segala sesuatu. (Q.S. Al-An’am,6:102).

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah Percaya sepenuhnya bahwa Allah-lah


yang berhak menerima semua peribadatan makhluk, dan hanya
Allah sajalah yang sebenarnya yang harus disembah.Manusia
bersujud kepada Allah, Allah tempat meminta, Allah tempat
mengadukan nasibnya, manusia wajib menaati perinta dan
menjauhi larangan-Nya. Semua yang berupa kebatilan langsung
kepada Allah, tanpa perantara(wasilah).Allah melarang kita
menyembah selain-Nya seperti menyembah batu, menyembah
matahari, maupun menyembah manusia. Semua itu adalah
perbuatan syirin yang sangat besar dosanya dan dibenci oleh
Allah, bahkan Allah tidak akan mengampuni dosa syirik itu.

3. Tauhid Ubudiyah

Kata ubud berasal dari kata kerja „Abada yang berarti


mengabdikan diri(Ibadah). Beribadah kepada allah dengan
menyembah kepada-Nya.

Penyembahan disini bukan bermaksud Allah berhajat


disembah hambanya karena Allah tidak ingin disembahakan
tetapipenyembahan disini merupakan
ketaatan,kepatuhan,ketumbuhan antara hamba dengan
Tuhannya.Antara makhluk dengan khaliknya tidak ubahnya kita
atau kepatuhan ketundukannya seorang anak terhadap orang
tua. Seorang karyawan kepada pimpinannya yang semua
kewajiban dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab, hanya
saja didalam ketaatan menjalankan kewajiban tidak terdapat
unsur benci sedikitpun kepadanya. Dengan selalu menjalankan
perintah-perintahNya dan menjauhi segala laranganlaranganNya.

b . Dalil Tauhid

Ilmu tauhid menetapkan aqidah-aqidah di dalam agama Islam


melalui dalil atau aturan yang jelas. Terdapat sejumlah ayat di
dalam Alquran yang membahas mengenai keutamaan
tauhid.Tentang diberikan rasa aman dan mendapat petunjuk yang
sempurna dari Allah SWT, sebagaimana firman Allah:

ْ ‫ٍم ُاول‬ ٰٓ َ ‫َك‬


‫ل‬ ِ ‫ﻫﻢ ا‬
‫ئ‬ ُ ُ َ ْ
‫ل‬ ‫ُّْﻣﻬَﺘُﺪ‬ ‫ْم‬ ‫ُه‬ ‫َو‬ ‫ُن‬ ‫ْم‬ ‫َن‬ ‫ْو‬
ٰ ُ ‫َﻣ‬
‫ﻦ‬ ‫ْوا‬ َ ‫َو‬
‫ل‬ ‫ْم َﻳﻞ‬ ْ ‫ﺳْۤﻮ ب‬
ْ ُ ِ ‫ْي‬ ‫ن ا ِا‬
َ ‫َﻣﺎ‬ ‫ﻫﻢ ب‬
ْ ُ ِ ‫ُﻇﻞ‬
‫َّ َال‬ ‫َن ا‬ ‫ِْذي‬

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman


mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat
rasa aman dan mereka mendapat petunjuk." (QS. Al-An'am 6: Ayat
82).

Keutamaan lainnya dari tauhid adalah dihilangkan kesulitan dan


kesedihannya, baik di dunia dan di akhirat. Hal ini sesuai dengan
firman Allah pada surat Ath Thalaq berikut ini: “… Barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka…”
(QS Ath Thalaq:2-3).
Selain itu dengan kita mengesakan Allah dan menerapkan ilmu
Tauhid, niscaya akan diberikan kehidupan yang lebih baik di dunia
dan akhirat. Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam surat An
Nahl sebagai berikut: “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl:97)

Masih dari surat An Nahl, terdapat ayat yang menjelaskan seruan


untuk hanya beribadah kepada Allah.

‫َّر‬ ‫ٍَّﻣﺔ‬ ‫ْﻋُﺒُﺪوا اﻟﻞ‬ ‫ِن ا‬ ّٰ ‫ْﺟَﺘِﻨُﺒﻮا ال َه‬ ‫َوا‬ ‫ﻏﻮت‬


ْ ُ ‫َّﻃﺎ‬
َ ‫َو‬
‫ل‬ ‫ْ ـَﻗْﺪ َﺑَﻌﺚ‬ ِ ‫ل ُا َﻧﺎ‬
‫ف‬ ِ ‫ُك‬ ‫ْي‬ ‫ﺳﻮْال َا‬
ْ ُ

"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap


umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut.

c. Kedudukan Tauhid

1. Tauhid Adalah Tujuan Penciptaan Manusia

Alloh berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia


melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat:
56) maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan
Alloh dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah
dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu, seorang sahabat
dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan
penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah
kepada Alloh saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk
menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan
bersenangsenang belaka. Sebagaimana firman Allah

“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada
di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak
membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi
Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al Anbiya: 16-
17). “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun: 115)

2. Tauhid Adalah Tujuan Diutusnya Para Rosul

Alloh berfirman, “Dan sungguh Kami telah mengutus rosul


pada tiaptiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh, dan
jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36). Makna dari ayat ini adalah
bahwa para Rosul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi
kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam diutus oleh Alloh
untuk mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Alloh
semata dan tidak memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun.
Maka pertanyaan bagi kita sekarang adalah “Sudahkah kita
memenuhi seruan Rosul kita Muhammad shollallohu alaihi wa
sallam untuk beribadah hanya kepada Alloh semata? ataukah kita
bersikap acuh tak acuh terhadap seruan Rosululloh ini?”
Tanyakanlah hal ini pada masing-masing kita dan jujurlah…

3. Tauhid Merupakan Perintah Alloh yang Paling Utama dan


Pertama

Alloh berfirman, “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu


mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa: 36). Dalam ayat ini
Alloh menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal
pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya
dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada
berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada
umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat
baik terhadap sesama manusia, namun dia banyak
menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya
kepada Alloh semata.

C. Pengertian Laa Ilaaha Illallah

Syahadat Laa Ilaaha Illalloh adalah dasar aqidah umat Islam. Apabila
seseorang mengikrarkannya, maka ia menjadi muslim. Dengan
syahadat ini pula jiwa, harta dan darah seseorang menjadi terlindungi
dari kebolehan mengambil dan menumpahkannya sebagaimana
disabdakan oleh Rosululloh :

َّ ‫ُ َوَأ‬
‫ن‬ ‫َّ ﷲ‬ ‫َ ِاَﻟَﻪ ِاﻻ‬ ‫نﻻ‬
ْ ‫ﺸَﻬُﺪْوا َا‬
ْ ‫ﺣَّﺘﻰ َﻳُﻘْﻮُﻟْﻮا َأْو َﻳ‬
َ ‫س‬
َ ‫ﻞ اﻟَّﻨﺎ‬
َ ‫ن ُأَﻗﺎِﺗ‬
ْ ‫ت َا‬
ُ ‫ُأِﻣْﺮ‬ ((
)) ِ ‫لﷲ‬
ُ ‫ﺳْﻮ‬
ُ ‫ﺤَّﻤًﺪا َر‬
َ ‫ُﻣ‬

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, hingga mereka


mengucapkan atau bersyahadat bahwa tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan
Alloh.” (HR. Bukhori dan Muslim)

،ِ ‫نﷲ‬
ِ ‫ﻦ ُدْو‬
ْ ‫ َوَﻛَﻔَﺮ ِﺑَﻤﺎ ُﻳْﻌَﺒُﺪ ِﻣ‬،ُ ‫َّ ﷲ‬ ‫َ ِإَﻟَﻪ ِإﻻ‬ ‫لﻻ‬
َ ‫ﻦ َﻗا‬
ْ ‫َﻣ‬ ((
)) ‫ﺣِّﺮَم َﻣاُﻟُﻪ َوَدُﻣُﻪ‬
ُ

“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tiada Ilah selain Alloh dan


mengingkari terhadap apa yang disembah selain Alloh maka harta dan
darahnya menjadi haram.” (HR. Muslim) Makna Dan Kandungan Laa
Ilaaha Illalloh Berdasarkan ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits
Rosululloh , maka para ulama menyimpulkan makna kalimat Laa Ilaaha
Illalloh adalah tidak ada yang berhak disembah kecuali Alloh semata.
Kalimat tauhid (Laa Ilaaha Illalloh ) yang agung dan mulia ini
mengandung penegasan bahwa satu-satunya yang berhak disembah
adalah Alloh semata. Sedangkan sesembahan lainnya adalah
sesembahan yang batil.

Oleh karena itu, terdapat banyak ayat al-Qur'an yang memerintah


beribadah hanya kepada Alloh dan menolak segala macam
sesembahan selain-Nya. Sebab beribadah kepada Alloh itu tidak sah
bila masih disertai dengan noda syirik. Dari sini jelaslah bahwa ucapan-
ucapan hamba Laa Ilaaha Illalloh  merupakan pengakuan, bahwa ia
tidak memiliki sesembahan selain Alloh. Sedangkan makna  al-ilaah
adalah dzat yang ditaati disertai dengan rasa takut, memuliakan,
mencintai, mengharap, tawakkal, meminta, dan berdoa kepada-Nya. Ini
semuanya tidak pantas dipersembahkan kecuali hanya untuk Alloh.
Oleh karena itu, tatkala Nabi   berkata kepada orang kafir Quraisy:
“Katakanlah Laa Ilaaha Illalloh!” Mereka menjawab:  “Apakah
Muhammad hendak menjadikan beberapa sesembahan menjadi satu
sesembahan, sesungguhnya ini adalah perkara yang meng-herankan.”
(QS. Shad [38]: 5).

Mereka memahami bahwa kalimat ini memiliki maksud


membatalkan dan menghapus seluruh bentuk peribadatan kepada
berhala dan mengharuskan hanya beribadah kepada Alloh. Oleh sebab
itu, mereka tidak mau mengucapkannya.  Dengan demikian, bila
seseorang hamba telah me-ngucapkan Laa Ilaaha Illalloh , dengan
sendirinya  ia telah mengumandangkan wajibnya beribadah hanya
kepada Alloh dan meninggalkan beribadah kepada selain-Nya, seperti
meminta pertolongan dan per-lindungan kepada jin, memohon
 kebutuhan hidupnya kepada kuburan para wali dan orang-orang shalih,
menjadikan dukun dan tukang ramal sebagai tempat mengadu nasibnya,
menyembelih untuk Nyai Roro Kidul, memohon kesembuhan kepada
batu keramat dan ajaib, membuat sesaji bagi makhluk halus, dan lain-
lain.
 

- Syarat-syarat Laa Ilaaha Illallah

Terdapat banyak dalil dari al-Qur'an dan as-Sunnah yang


menyatakan keagungan dan keutamaan kalimat laa ilaaha ilalloh. Di
antaranya adalah orang yang mengucapkan kalimat ini dihukumi
sebagai seorang muslim, ia terjaga darah, harta, dan kehor-matannya, ia
kelak masuk ke dalam surga, ia tidak kekal dalam api neraka jahannam
dan lain-lain.

Akan tetapi, hal demikian diperoleh apabila terpenuhi semua syarat


dan tidak adanya pembatal laa ilaaha ilalloh. Sebagaimana sholat
seorang hamba tidak akan diterima kecuali terpenuhi beberapa syarat
sholat, seperti wudlu, menghadap arah kiblat, dan lain-lain. Begitupula
tidak adanya pembatal-pembatal sholat, seperti berbicara, tertawa,
makan, minum dan lain-lain.

Oleh karena itu, taatkala Wahab bin Munabih    ditanya, “Bukankah laa
ilaaha ilalloh merupakan kunci surga?”  Ia menjawab,”Ya. Akan tetapi
bukankah kunci itu harus memiliki gigi. Apabila engkau membawa kunci
yang bergigi, pasti engkau bisa membukanya dan apabila engkau
membawa kunci tanpa gigi, niscaya engkau tidak bisa membukanya.”

D. Hakikat dan Dampak Dua Kali Syahadat

a. Pengertian dua kali syahadat

Kalimat syahadat yang pastinya sudah kita kenal sebelumnya


adalah Asyhadu an laa ilaaha illaAllah wa asyhadu anna Muhammad
Rasulullah, yang berarti Aku bersaksi bahwa tiada Sesembahan selain
Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah.

Kalimat “Asyhadu” dalam tatanan bahasa Arab adalah bentuk fi’il


mudhori’ (kata kerja sekarang atau yang akan dilakukan) dari fi’il
madhi (kata kerja lampau) syahida yang berarti persaksian, pernyataan,
janji dan sumpah. Maka pernyataan, janji dan sumpah seseorang yang
telah bersyahadat tidak hanya berlaku pada saat diucapkan saja, tetapi
juga untuk waktu seterusnya. Ia berlaku mengikat sepanjang hayat
yang setiap detiknya menuntut pembuktian dari syahadat tersebut.

Dari lafadz laa ilaaha illallah, ilah berarti tidak ada sesembahan, dan
taalluh berarti ta’abbud (penyembahan). Adapun makna laa ilaaha
illallah adalah tidak ada sesembahan (yang haq) melainkan Allah.
Jadi, syahadat laa ilaaha illallah adalah seseorang mengakui lisan dan
hatinya bahwa tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah SWT,
sebab kalimat laa ilaah illallah mengandung unsur peniadaan dan
unsur penetapan. Unsur peniadaan adalah laa ilaaha, sedangkan unsur
penetapan adalah illallah. Dalam ilmu nahwu, lafadz Allah adalah
pengganti khabar laa yang dihapus, dan ma’na eksplisitnya adalah laa
ilaaha haq illallah. Adapun dalil syahadat adalah kalam Allah Ta’ala:

..‫ﺷﻬﺪ ﷲ أﻧﻪ ﻻ إﻟﻪ إﻻ ﻫﻮ‬

“Allah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq melainkan


Dia… .”

Kalam Allah Ta’ala (‫)ﺷﻬﺪ‬, maksudnya adalah menetapkan,


memutuskan, memberitahukan, dan mengharuskan. Syahadat dari
Allah berkisar pada keempat makna ini: penetapan, pemutusan,
pemberitahuan, dan pengharusan. Jadi, makna ( ‫ )ﺷﻬﺪ‬adalah Allah
Ta’ala memutuskan, memberitahukan, dan mengharuskan hamba-
hamba-Nya dengan hal demikian, yaitu ((‫ﻻ إﻟﻪ إﻻ ﻫﻮ‬. Dalam ilmu nahwu,
kalimat ((‫ﻻ إﻟﻪ‬, laa disini adalah laa nafiyah (laa yang berfungsi
peniadaan) yang meniadakan semua sesembahan selain Allah,
sedangkan (‫ )إﻻ ﻫﻮ‬menetapkan peribadatan hanya untuk Allah. Jadi,
makna ((‫ ﻻ إﻟﻪ إﻻ ﻫﻮ‬adalah tidak ada yang berhak disembah melainkan
Allah SWT.

Sedangkan dalil syahadat Muhammad adalah utusan Allah adalah


dalam surat al- Fath: 29,

‫ﻣﺤﻤﺪ رﺳﻮل ﷲ‬
“Muhammad adalah utusan Allah,”

‫ﻗﻞ ﻳﺄﻳﻬﺎ اﻟﻨﺎس إﻧﻲ رﺳﻮل ﷲ إﻟﻴﻜﻢ ﺟﻤﻴﻌﺎ‬

Katakanlah, “Hai manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah


kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158)

Makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah adalah


menyatakan dengan lisan dan mengimani dalam hati dengan kuat,
serta menjelaskannya kepada orang lain bahwa junjungan kita adalah
Muhammad bin Abdullah al-Qurasyi Al-Hisyam adalah utusan Allah
kepada seluruh makhluk; baik jin maupun manusia, yang benar dalam
segala apa yang dia sampaikan dari Allah. Seluruh makhluk-Nya wajib
membenarkan dan mengikutinya. Dan barang siapa yang
mendustakannya, maka dia dzalim dan kafir, dan barang siapa
menyalahi petunjuknya, dia adalah pelaku maksiat dan pasti merugi.

b. Kandungan Dari Dua Kalimat Syahadat

Iqrar Laa Ilaaha Illallah tidak akan dapat diwujudkan secara benar


tanpa mengikuti petunjuk yang disampaikan Rasulullah SAW. Karena
itu Iqrar Laa Ilaaha Illallah tidak dapat dipisahkan dari
iqrar Muhammad Rasulullah. Dua Iqrar inilah yang dikenal dengan dua
kalimat syahadat (syahadatain). Dan menjadi suatu lambang
masyarakat muslim atas prinsip-prinsip mereka dan membedakan
wujud masyarakat muslim dengan masyarakat non-muslim, bahwa
masyarakat ini berdiri atas dasar penghambaan diri manusia kepada
Allah semata dalam seluruh persoalan.

Inti dari syahadatain adalah beribadah hanya kepada Allah SWT


semata, dan menjadikan Rasulullah sebagai titik uswatun hasanah.
Hal ini terdapat dalam al-Quran pada Q.S al-Ahzab ayat 21, yang
artinya : “Sesunggunya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan
yang baik (uswatun hasanah) bagimu, yaitu bagi orang yang
mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari akhir dan dia banyak
menyebut Allah.”
Jika memang setiap muslim memahami dan mengiqrarkan secara
benar syahadatain, in syaa Allah akan memberikan dampak yang
besar, antara lain dapat diukur dari sikap yang dilahirkan (cinta)
terhadap Allah SWT, dan Rasul-Nya, sebagaimana yang terdapat
dalam Q.S al-Baqarah ayat 165 yang artinya : “…Adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…”

dan Q.S. at-Taubah ayat 24 : “Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak,


saudara-saudara, istri-istri, keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah
-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya maka
sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

Berdasarkan ayat diatas Abdullah Nasih ‘ulwan membagi cinta (al-


mahabbah) kepada tiga tingkatan:

1. Al-Mahabbatul Ula, yaitu mencintai Allah, Rasul-Nya dan jihad fi


sabilillah.

2. Al-Mahabbatul Wustha, yaitu mencintai segala sesuatu yang boleh


dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya dengan cara yang diizinkan-Nya,
seperti cinta kepada anak-anak, ibu-bapak, suami atau isri, karib
kerabat, harta benda dan lain-lain sebagainya.

3. Al-Mahabbatul Adna, yaitu mencintai anak-anak, ibu-bapak, suami


atau istri, karib kerabat, harta benda dan lain sebagainya melebihi
cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan jihad fi sabilillah.

Dan apabila seseorang masuk Islam, maka dia harus masuk


Islam secara kaffah (total), dia harus menjalankan semua perintah
Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Nya, bukan hanya
sebagian / sepotong-potong saja. Baik kehidupan pibadi, keluarga,
masyarakat, bernegara dan kehidupan internasional. Entah yang
berhubungan dengan aspek ekonomi, politik, sosial, budaya,
pendidikan, seni, militer, maupun aspek-aspek lainnya. Karena hal
tersebut telah tertulis di al-Quran yang berarti : “ Wahai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara kaffah “ (QS.
al-Baqarah [2]: 208)

Oleh karena itu marilah kita kaum muslimin menjalankan ajaran-


ajaran Islam secara kaffah (total) dalam setiap lini kehidupan.
Karena penghambaan kita secara kaffah akan melahirkan dampak-
dampak dari penghambaan itu.

c. Dampak Dua Kalimat Syahadat

Beberapa dampak dari dua kalimat syahadat yaitu;

1. Memperoleh ketenangan menjalankan hidup ini tanpa terpengaruh


oleh situasi dan kondisi bagaimanapun.

2. “ Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram


dengan mengingat Allah, .. “ (QS.ar-Ro’d : 28)

3. Memotivasi seseorang untuk hidup selalu optimis dengan


bimbingan hidayah Allah

“ Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’


kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-
malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata),’Janganlah kamu
merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah
kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu”
(Q.S. Fussilat : 30)

4. Hidup yang penuh berkah yang dirasakan oleh mereka yang


mengamalkan dengan sebaik-baiknya kalimat syahadat.

“ Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami


akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, .. “ (Q.S.
al-A’raf : 96)

5. Tidak boleh dibunuh. Seperti yang tercantum dalam hadits


Rasulullah,

‫اﻣﺮت ان اﻗﺎﺗﻞ اﻟﻨﺎس ﺣﺘﻰ ﻳﺸﻬﺪ ان ﻻ إﻟﻪ إﻻ ﷲ و أن ﻣﺤﻤﺪا رﺳﻮل ﷲ‬

“ Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai dia bersaksi


bahwa tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Allah
dan bahwa Muhammad utusan Allah “.

6. Harta dan jiwanya dijamin oleh Islam.

7. Seseorang yang telah bersyahadat mempunyai konsekuensi bahwa


dia harus melaksanakan apa yang diperintahkan dan yang dilarang
oleh Allah, sesuai yang telah tercantumkan di al-Quran atau yang
telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Dan masih banyak pula dampak dari Syahadatain, yang mana bisa kita
dapatkan di al-Quran ataupun as-Sunnah.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Iman kepada Allah SWT adalah membenarkan tentang adanya Allah

SWT dengan keyakinan dan pengetahuan bahwa sesungguhnya


Allah

SWT wajib ada -Nya dengan dzat nya.

2. Ilmu tauhid secara bahasa, berasal dari bahasa arab yang artinya

Adalah menyatukan ataukah mengesahkan. Sedangkang tauhid


menurut

Istilah Islam adalah mengakui keesaan Allah, mengesakan Allah,


dengan

Cara menyatukan unsur pikiran, perasaan, lisan dan perbuatan.

3. Kesimpulan Syahadatain merupakan inti ajaran Islam. Dengan


pemahaman

syahadatain yang benar, seorang muslim akan menjadikan Allah


sebagai

ghayah (tujuan)nya, Muhammad sebagai qudwah (teladan)nya, dan


Al-Qur

an sebagai dustur (pedoman hidup)nya. Islam.

4 . Makna yang terkandung dalam kalimat tauhid (Syahadatain),

yaitu pemurnian keta’atan

kepada Allah SWT, dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah


SWT

dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya, menjalankan


perintah Allah

SWT, dan menjauhi larangan Allah SWT, menyatakan diri baik lisan
maupun
perbuatan akan kebebasan dari perbuatan syirik.

Anda mungkin juga menyukai