Anda di halaman 1dari 8

Tugas Kelompok

Akidah & Akhlak


Asmaul Husna

Disusun Oleh:
Kelompok 1:

1. Reyhan Muzakki Joti


2. M. Rafli
3. Khairul Kisti
4. As’Ari
5. M. Alfa Riski

Pondok Pesantren Daarun Nadhah Thawalib


Bangkinang

TP. 2018/2019
Pengertian Asmaul Husna
Asmaul husna berasal dari bahasa Arab yaitu al asma al husna. Al asma adalah bentuk
plural dari ism, yang berarti nama-nama. Sedangkan al husna adalah bentuk mu’annats dari
hasan yang berarti baik. Secara bahasa, asmaul husna berarti nama-nama Allah yang baik.

Pengertian Asmaul husna adalah nama-nama, sebutan, gelar, sekaligus sifat-sifat Allah SWT
yang baik dan indah.

Dalil Al Quran dan Hadis tentang Asmaul Husna

Istilah Asmaul Husna dikemukakan oleh Allah SWT dalam Surat Thaha : 8 yang artinya:
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai
asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)" (Q.S. Thaha:8).
Allah SWT juga berfirman dalam Surat Al-Ar'raaf : 180, yang artinya sebagai berikut:
“Hanya milik Allah Asma’-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
Asma’-ul Husna itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-A’raaf: 180)
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa al-Asma’u al-Husna merupakan amalan yang bermanfaat
dan mempunyai nilai yang tak terhingga tingginya. Berdoa dengan menyebut al-Asma’u al-
Husna sangat dianjurkan menurut ayat tersebut.
Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :
“Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Swt.
mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barang siapa yang
menghafalkannya, maka ia akan masuk surga”. (H.R. Bukhari)
Berdasarkan hadis di atas, menghafalkan Asmaul Husna akan mengantarkan orang yang
melakukannya masuk ke dalam surga Allah SWT. Selain itu, harus juga diiringi dengan
menjaganya, baik menjaga hafalannya dengan terus-menerus menzikirkannya, maupun
menjaganya dengan menghindari perilaku-perilaku yang bertentangan dengan sifat-sifat
Allah SWT.
Sejarah Diturunkan Ayat tentang Asmaul Husna

Di dalam kitab asbabunnuzul diterangkan bahwa pada suatu hari Rasulullah melakukan
shalat di Mekah dan berdoa dengan kata-kata: "Ya Rahman, Ya Rahim". kemudian Doa
tersebut terdengar oleh sebagian kaum musyrikin. saat itu kamu musyrikin berkata,
"Perhatikan orang yang murtad dari agamanya! dia melarang kita menyeru dua Tuhan, dan
ia sendiri menyeru dua Tuhan".
Dari adanya ucapan tersebut, turunlah Surat Al-Isra:110:

َ َ‫ت ِب َها َوا ْبتَغِ َبيْنَ َٰذَلِك‬


ً ِ‫سب‬
‫يل‬ َ ِ‫الرحْ َٰ َمنَ ۖ أَيًّا َما ت َ ْدعُوا فَلَهُ ْاْل َ ْس َما ُء ْال ُح ْسن ََٰى ۚ َو ََل تَجْ َه ْر ب‬
ْ ِ‫ص َلتِكَ َو ََل تُخَاف‬ ‫َّللا أ َ ِو ا ْدعُوا ه‬
َ ‫قُ ِل ا ْدعُوا ه‬
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai al asmaaul husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam
shalat mu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua
itu".(Q.S. Al-Isra:110)
Berdasarkan Surat Al-Isra:110, kaum musyrikin mengira bahwa Rasulullah, menyebut
nama Allah dan Ar-Rahman karena sepengetahuan mereka di daerah Yamamah ada orang
yang mempunyai nama Rahman. Dengan turunnya Q.S. al-Isra ayat 110, hal tersebut
mematahkan dugaan mereka (kaum musyrikin).
kemudian Pada ayat lain, Allah SWT berfirman:

َ ‫َلِل ْاْل َ ْس َما ُء ْال ُح ْسنَى فَا ْدعُوهُ بِ َها َوذَ ُروا الهذِينَ ي ُْل ِحدُونَ فِي أ َ ْس َمائِ ِه‬
َ‫سيُجْ زَ ْونَ َما كَانُوا يَ ْع َملُون‬ ِ ‫َو ِ ه‬
"Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut
Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
nama-nama Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan". (Q.S. Al-A’raf:180).
Ayat diatas mengajarkan kepada kita agar menyebut nama Allah SWT dengan nama
kebesaranNya, yakni dengan asmaul husna.
Berikut rangkuman nama-nama Allah SWT.
Al Aziz
Al Aziz berarti Yang Maha Perkasa. Allah maha perkasa dalam segala hal, keperkasaan-Nya
tidak terbatas, Allah perkasa dalam menciptakan menciptakan sesuatu menurut
kahaendak-Nya, memelihara atau menghacurkan sesuatu menurut kehendak-Nya pula.
Adapun orang yang mengamalkan sifat Al-Aziz maka ia akan tegar, tidak lemah, tegas dan
kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai hamba Allah, karena godaan selalu ada.
Adapun Dalil naqli al-Aziz.Qs. Al-Ankabut/29: 42
‫يز ا ْل َح ِكي ُم‬
ُ ‫ش ْيءٍ َوه َُو ا ْلعَ ِز‬ ُ ‫َّللا يَ ْعلَ ُم َما يَ ْد‬
َ ‫عونَ ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن‬ َ َّ َّ‫إِن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Al Fatah
Al-fattah yang artinya Sang Pembuka/Maha Memberi keputusan, Allah yang memutuskan
mahluknya akan masuk syurga atau neraka, dan Allah yang Maha Memberi Rahmat umat-
Nya. Maka masuknya seseorang yang mengamalkan sifat ini maka ia akan Tunduk dan
patuh kepada Allah SWT. Sesua dalam Dalil naqli, (Qs. Saba’/34: 26)
‫ح ا ْلعَ ِلي ُم‬ ِ ‫قُ ْل يَجْ َم ُع بَ ْينَنَا َربُّ َنا ث ُ َّم يَ ْفتَ ُح بَ ْي َننَا ِبا ْلح‬
ُ ‫َق َوه َُو ا ْلفَتَّا‬
Artinya: Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi
keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha
Mengetahui”
Al Qayyum
Al-Qayyum yang artinya Yang Maha Berdiri Sendiri, adapun orang yang mengamalkan sifat
ini maka ia menunjukkan sikap mandiri dalam menjalankan kehidupan ini. Kita memang
makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi
hubungan sosial tersebut tidak menjadi alasan untuk tergantung kepada orang lain.
Hubungan sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap mandiri perlu ditanamkan dalam
kehidupan sehingga hidup kita tidak menjadi beban orang lain. Berikut adalah Dalil naqli
dari sifat Al-Qayyum, (Qs. Al-Baqarah/2: 255)
‫شفَ ُع ِع ْن َدهُ إِ ََّل بِ ِإ ْذنِ ِه يَ ْعلَ ُم‬
ْ َ‫ض َم ْن ذَا الَّذِي ي‬ ِ ‫ت َو َما فِي ْاْل َ ْر‬
ِ ‫س َم َوا‬ َّ ‫سنَةٌ َو ََل نَ ْو ٌم لَهُ َما فِي ال‬
ِ ُ‫ي ا ْلقَيُّو ُم ََل تَأ ْ ُخذُه‬ ُّ ‫َّللاُ ََل إِلَهَ إِ ََّل ه َُو ا ْل َح‬
َّ
‫ظ ُه َما َوه َُو‬ ُ ‫ت َو ْاْل َ ْرضَ َو ََل َيئ ُو ُد ُه ِح ْف‬ ‫ا‬ ‫و‬‫م‬
ِ َ َ َّ ‫س‬ ‫ال‬ ُ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫ُر‬
‫ك‬ ‫ع‬ ‫س‬ ‫و‬
ُّ ِ ْ َ ِ َ َ ‫ء‬ ‫َا‬
‫ش‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ب‬ َّ
‫َل‬ ‫إ‬ ‫ه‬ ‫م‬‫ل‬ْ ‫ع‬ ْ
‫ن‬
َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ‫ِ ْ ء‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ش‬
َ ‫ب‬ َ‫ون‬ ُ
‫ط‬ ‫ي‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫َل‬
ُِ َ َُْ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ َ ‫ف‬ ْ
‫ل‬ َ
‫خ‬ ‫ا‬‫م‬َ َ ْ ِ ْ ْ َ ‫َم‬
‫و‬ ‫م‬‫ِيه‬ ‫د‬‫ي‬ َ ‫أ‬ َ‫ن‬‫ي‬ ‫ب‬ ‫ا‬
‫ي ا ْلعَ ِظي ُم‬ ُّ ‫ا ْلعَ ِل‬
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus ; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar.’’

Ghaffar (maha pengampun) artinya Allah subhanahu wa ta’ala sangat senang dalam
menutupi dosa hamba-Nya, dan mengabaikan kesalahan-kesalahan hamba-Nya.

Al-Ghaffar berasal dari al-ghafru, yang berani menutupi. Nama Allah subhanahu wa ta’ala
Al-Ghaffar menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menutupi dosa-dosa hamba-
Nya, dan tidak menampakkannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

‫ْٱلغ ََّٰف ُار ْٱل َع ِز ُا‬


‫يز ه َاُو أَ َلا‬

“Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ” (Qs. Az-Zumar: 5)
‫ت َربا‬ ‫ار ْال َع ِز ُا‬
‫يز بَ ْينَ ُه َما َو َما َو ْاْل َ ْر ِ ا‬
‫ض الس َم َاوا ِا‬ ‫ْالغَف ُا‬

“Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun” (Qs. Shad: 66)

Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Pada hari kiamat,
seorang mukmin akan didekatkan kepada Allah swt., kemudian dia diberitahu akan dosa-
dosanya. Allah subhanahu wa ta’ala bertanya kepadanya, “Apakah engkau tahu dosa ini?”
Sang mukmin menjawab, “Benar, wahai Tuhanku Aku mengetahuinya. ” Kemudian Allah
subhanahu wa ta’ala berkata kepadanya, “Sesungguhnya Aku telah menutupinya di dunia,
karena itu Aku pun akan menutupinya sekarang ini.” Maka setelah itu, sang mukmin
memperoleh buku kebaikan.”

Dalam hadits Qudsi yang lain, juga disebutkan firman Allah subhanahu wa ta’ala ;
“Wahai hamba-hambaKu, kalian berbuat kesalahan siang-malam, tapi Aku akan
mengampuni semua dosa kalian. Maka mintalah ampunan kepada-Ku, niscaya akan Aku
ampuni. ”

Al Baasith Yang Maha Melapangkan (makhluknya).

Ketika kita dihadapkan dengan permasalahan hidup seakan-akan hari-hari yang kita
hadapi cukup lama, ketika kita mendapatkan musibah seakan-akan kita pesimis untuk
dapat melaluinya dan enngan mengikhlaskannya. Tapi ketika kita sadar, Dialah
(Allah) yang maha melapangkan segala-galanya, Dalah yang melapangkan jiwa kita, yang
membesarkan hati kita dan meningkatkan kesadaran kita. Karena Allah Maha Pengasih lagi
penyayang hamba-Nya.

Ar-Ra’uf (Maha Dermawan).

Ar-Ra’uf adalah salah satu dari Asmaul Husna. Allah Swt mempunyai nama Ar-Ra'uf yang
artinya Maha Belas Kasih dan Maha Memberi kepada hamba-hambaNya. Allah Swt sudah
amat termasyhur akan kedermawanannya, sehingga makna Ar-Ra'uf bisa dimaknai dengan
Maha Dermawan juga.

Allah SWT Maha Memberi dan selalu memberi walaupun tidak diminta, walau hamba tidak
mau beribadah dan berdoa kepadaNya, maka Allah Swt setap akan memberi di dunia ini.
Inilah wujud cinta Allah Swt kepada hambaNya di dunia.Ya, bukti cinta adalah memberi.
Allah-lah yang paling banyak memberi karunia pada hambaNya. Tetapi di akhirat, Allah
Swt hanya memberikan rahmatnya paa orang-orang Mukmin saja. Sifat kasih sayang Allah
ini yaitu Ar-Ra'uf, sudah diamalkan dengan sempurna oleh Nabi Muhammad Saw.

Dalam Al-Quran, saking baiknya pelaksanaan amal Nabi Muhammad Saw., sampai pada
akhirnya Allah Swt menyebutkan dan memuji Nabi, lalu juga menulis perilaku Nabi sama
dengan yang diinginkan oleh Allah Swt. Allah Swt berfirman dalam Q.S at-Taubah 9:28.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (QS. at-Taubah 9:128).

Al-Barr: (Maha Baik).

Dialah Allah Swt, Tuhan Yang Maha Dermawan, Yang Maha melimpahkan kebaikan. Dan
Dialah Allah Swt menganugerahkan aneka anugerah untuk kemaslahatan makhluk-Nya,
anugerah yang sangat luas dan tidak terhingga. Walaupun terhadap manusia yang durhaka
kepada-Nya, namun Dia tetap melimpahkan kebaikan-Nya kepada mereka. Firman Allah
Swt.:

”Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan


kebaikan lagi Maha Penyayang.” (QS. Ath-Thur 52:28)

Penggunaan sifat al-Barr dengan al-Rahim untuk mengisyaratkan bahwa aneka kebaikan
itu diberikan Allah Swt atas kasih sayangNya yang melimpah. Dan Dia tak mengharapkan
imbalan apapun dari kebaikan pada makhlukNya. Allah Swt adalah Maha Baik, dalam
memperlakukan hambaNya selalu baik. Bahkan dalam kemaslahatan suatu penyakit
umpamanya, Allah Swt Maha Baik dalam hal memberikan yang baik terhadap hamba
tersebut. Orang yang mengalami sakit apapun bentuknya, manakala dia ikhlas dalam
menjalaninya, maka penyakit inipun akan menjadi penghapus dosanya bagi mereka yang
mengalaminya.

Sakit dalam pandangan Allah Swt adalah merupakan cara untuk membersihkan hamba dari
dosa-dosa. Nabi Bersabda bahwasannya semua yang menimpa manusia tiada lain
bertujuan untuk menyempurnakan manusia sehingga sewaktu mereka akan menghadap
Allah Swt nanti dalam keadaan suci bersih. Nabi bersabda bahwasannya termasuk duri
yang terinjak oleh manusia, bilamana hamba tersebut merasa ikhlas maka ia akan menjadi
penghapus akan dosa-dosa hamba tersebut. Allah Swt berfirman dalam berbagai ayat
dalam al-Quran bahwa Dia tidak akan berbuat zalim atau menganiaya hambaNya. Artinya
apabila seorang hamba berbuat baik, pasti Allah memberikan pahala.

Bahkan Allah Swt akan memberikan pahala satu kebaikan dengan melipatkannya menjadi
minimal 10 kali lipat, 70 kali lipat, seratus kali lipat,dan tujuh ratus kali lipat. Dan bahkan
ada amal-amal yang diberi pahala oleh Allah Swt. seribu kali lipat bahkan tidak terhingga
(bighairi hisab) misalnya adalah pahala berbuat sabar. Allah Swt berfirman:

“Hal itu (keburukan) adalah disebabkan oleh tangan-tangan kalian. Dan sesungguhnya,
tidaklah Allah itu berbuat zalim pada hamba-hambaNya”.(QS. Ali Imron 3:182)
Al-'Adl artinya Maha Adil.
Al-‘Adl bearasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Keadillan Allah SWT bersifat
mutlak, tidak dipengaruhi oleh apapun dan oleh siapapun. Keadilan Allah SWT juga
didasari dengan ilmu Allah SWT yang Maha Luas. Sehingga tidak mungkin keputusan-Nya
itu salah. Alloh adalah Pencipta segala keindahan dan keburukan, kebaikan, dan kejahatan.
Allah SWT bersifat adil pada ciptaan-Nya, dalam hal ini ada rahasia yang sulit dimengerti.
Tetapi setidak-tidaknya, kita memahami bahwa seringkali orang harus mengenal lawan
kata dari sesuatu untuk memahaminya.
Orang yang tidak pernah merasakan kesedihan, tidak akan mengenal kebahagiaan. Jika
tidak ada yang buruk, kita tidak akan mengenal keindahan. Baik dan buruk sama
pentingnya. Alloh menunjukkan yang satu dengan yang lain, yang benar dengan yang salah,
dan menunjukkan kepada kita akibat dari masing-masingnya. Dia memperlihatkan pahala
sebagai lawan kata dari siksaan. Lalu dipersilakan-Nya kita untuk menggunakan penilaian
kita sendiri. Sesuai dengan takdirnya, masing-masing mendapatkan keselamatan dalam
penderitaan dan rasa sakit, atau kutukan dalam kekayaan.
Alloh mengetahui apa yang terbaik bagi makhluk-Nya. Hanya Alloh yang mengetahui nasib
kita. Perwujudan dari nasib itu adalah keadilan-Nya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 115 :

Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai kalimat yang benar dan
adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Orang yang adil adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan
ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukan orang yang
adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. dan seorang yang adil selalu
berpihak kepada yang benar, karena baik yang benar maupun yang salah sama-sama harus
memperoleh haknya.
Maka orang yang adil akan melakukan sesuatu yang patut, tidak sewenang-wenang dan
berusaha memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak
kepada siapapun dalam memutuskan suatu perkara, membenarkan yang benar dan
menyalahkan yang salah. Adil juga dimaknai sebagai penempatan sesuatu pada tempat
yang semestinya.

Perilaku yang dapat diteladani :

 Yang pertama Adil terhadap Allah Ta’ala, yaitu dengan tidak berbuat syirik dalam
beribadah kepada-Nya, mengimani nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, menaati-
Nya dan tidak bermaksiat kepada-Nya, senantiasa berdzikir dan tidak melupakan-
Nya serta mensyukuri nikmat-nikmatNya dan tidak mengingkarinya.
 Yang kedua Adil terhadap sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak
mereka dengan sempurna tanpa menzhaliminya, sesuai dengan apa yang menjadi
haknya.
 Yang ketiga Adil terhadap keluarga (anak dan istri), yaitu dengan tidak melebihkan
dan mengutamakan salah seorang di antara mereka atas yang lainnya atau kepada
sebagian atas sebagian yang lainnya.
AL NAFI’ : MAHA PEMBERI MANFAAT

Alloh adalah Pencipta Kebaikan. Alloh telah menciptakan manusia sebagai makhluk-Nya
yang paling baik dan telah memberikan kepada kita karunia yang membuat kita unik dan
unggul di antara seluruh makhluk yang lain. Karunia tertinggi yang diberikan-Nya kepada
manusia adalah akal, hati nurani, dan iman. Itu semua adalah sarana yang diajarkan-Nya
kepada kita untuk membedakan dan memilih apa yang terbaik bagi diri kita sendiri.
Manusia juga unik karena memiliki kehendak satu-satunya di dalam alam semesta, selain
Alloh. Kehendak kita yang kecil hanya dapat dikalahkan oleh kehendak Alloh yang lebih
besar. Keterbatasan ini mengandung arti bahwa kita tidaklah bebas dan dibiarkan dengan
kehendak kita sendiri.

Alloh telah memberikan kita kebebasan hanya agar kita dapat memutuskan apakah kita
akan tunduk kepada kehendak Alloh, memerintah atas nama-Nya, menjadi makhluk
terbaik, dan memiliki yang terbaik diantara makhluk, ataukah kita akan durhaka,
menyebabkan kejatuhan diri kita sendiri, dan ditolak dari rahmat Alloh, seperti halnya
iblis. Kemampuan kita untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan bukanlah ujian bagi
Alloh untuk menyaksikan bagaimana hamba-Nya akan bersikap. Alloh telah menciptakan
takdir kita sebelum Dia menciptakan kita, oleh karena itu Dia sudah mengetahui apa yang
akan kita kerjakan. Hanya orang yang beriman kepada takdir yang akan dilindungi darinya!
Kasih sayang Alloh terus-menerus diberikan kepada kita, seperti kebaikan yang telah
diciptakan-Nya.

Kehendak kita tidak dapat membawa apa pun yang menjadi hak orang lain kepada kita,
atau mencegah apa pun nasib yang sampai kepada kita. Kita juga tidak dapat memilih apa
yang lebih kita sukai, karena seringkali apa yang kita pilih tergelincir dari tangan kita,
sedangkan apa yang tidak pernah kita inginkan malah mengejar-ngejar kita. Dan sekalipun
kita memiliki apa yang kita pilih, ia pasti akan datang kepada kita.
Jika kita melihat kepada alam semesta, apa yang kita saksikan adalah kehendak Alloh, apa
yang tampaknya kita pilih adalah kehendak Alloh. Kehendak kita yang kecil hanya berisi
kemampuan kita membuka mata kita untuk menerima semua kebaikan yang dikehendaki
Alloh kepada kita, atau untuk menutup mata kita dan tidak menerima apa-apa. Seakan-
akan kekayaan Alloh itu terus-menerus turun laksana air hujan. Kita haruslah ada untuk
menerimanya. Kalau kita tidak berada, maka ia akan hilang dengan percuma. Agar ada, kita
harus membuka mata, pikiran, hati, dan tangan kita. Kita harus sadar dan terjaga. Itulah
cara kita melihat dan menerima kebaikan yang telah diciptakan Alloh.

Anda mungkin juga menyukai