id
Kajian yuridis implementasi pasal 170 ayat (2) ke-1 kuhp tentang tindak
pidana dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap orang
(pengeroyokan)
(studi kasus di pengadilan negeri boyolali)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Oleh :
Rouliati Marehanda
NIM E.0004274
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2008
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disusun oleh :
ROULIATI MAREHANDA
NIM : E0004274
ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PENGUJI
Disusun oleh :
ROULIATI MAREHANDA
NIM : E0004274
Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 3 Mei 2008
TIM PENGUJI
Mengetahui :
Dekan,
iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
iv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Papa Halomoan Simanjuntak dan Mama Dra. Sundari, M.Hum yang telah
memberikan kasih sayang, dukungan dan pengorbanan baik materiil maupun
spiritual.
Adik tersayang, Philo Dellano, Inilah hasil karyaku, kutunggu hasil karyamu
kelak di kemudian hari.
v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu memulai, dan ada waktu untuk
mengakhiri. Oleh karena itu dengan berakhirnya penyusunan penulisan hukum
(skripsi) ini, penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya yang selalu mengalir di dalam kehidupan penulis dalam
penyusunan penulisan hukum ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan
Hukum (skripsi) dengan judul “ KAJIAN YURIDIS IMPLEMENTASI PASAL 170
AYAT (2) KE-1 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA DENGAN TENAGA
BERSAMA MELAKUKAN KEKERASAN TERHADAP ORANG
(PENGEROYOKAN) (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Boyolali)”.
Penulis menyadari bahwa dalam Penulisan Hukum (skripsi) ini terdapat
banyak hambatan dan kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima
kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperkaya isi Penulisan
Hukum (skripsi) ini. Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik meteriil
maupun spiritual sehingga Penulisan Hukum (skripsi) ini dapat diselesaikan,
terutama kepada :
1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ismunarno, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana yang
telah memberikan ijin dan rekomendasi pembimbing Penulisan Hukum
(skirpsi) kepada penulis.
3. Bapak Budi Setiyanto, S.H., Selaku Pembimbing Akademik penulis selama
menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret dan selaku
Pembimbing I Penulisan Hukum (skripsi) yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam Penulisan Hukum (skripsi).
4. Ibu Subekti, S.H., selaku Pembimbing II Penulisan Hukum (skripsi) yang
penuh kedisiplinan, ketekunan dan kesabaran dalam memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam Penulisan Hukum (skripsi) ini.
vi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum (skripsi)
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Hukum (skripsi)
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan skripsi ini akan diterima dengan senang hati.
Akhir kata penulis berharap, agar karya tulis ilmiah yang sangat sederhana
ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi, Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penulis
viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
DAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
ABSTRAK ....................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan.................................................................................. 5
E. Metode Penulisan................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan Hukum................................................................. 9
ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) Menyebabkan Luka……………………………………….. 26
2. Tinjauan Tentang Pidana…………………………………………. 27
a. Pengertian Pidana……………………………………………… 27
b. Jenis-jenis Pidana……………………………………………… 28
c. Teori Pemidanaan……………………………………………… 29
3. Tinjauan Perbedaan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP tentang Penyertaan
dengan Pasal 170 KUHP tentang Tindak Pidana yang Dilakukan
dengan Tenaga Bersama…………………………………………… 31
a. Pelaku (Dader)………………………………………………… 32
b. Pembantu (Medeplichtigheid)………………………………… 33
B. Kerangka Pemikiran……………………………………………………. 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I.1. Siklus Analisis Data Model Interaktif ........................................ 9
Gambar II.2. Gambar Kerangka Pemikiran ..................................................... 37
xi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
xii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
xiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya perumusan masalah untuk
mengidentifikasi persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai
menjadi jelas, tegas, terarah, serta tercapai sasaran yang diharapkan. Dalam
penelitian ini, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP tentang
tindak pidana dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap
orang yang mengakibatkan luka di Pengadilan Negeri Boyolali?
2. Apa yang menjadi dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri
Boyolali dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana
dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap orang yang
mengakibatkan luka sebagaimana diatur dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1
KUHP?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian diperlukan karena terkait erat dengan perumusan
masalah dan judul dari penelitian itu sendiri. Oleh karena itu peneliti
mempunyai tujuan atau hal-hal yang ingin dicapai melalui penelitian ini.
Tujuan itu berupa tujuan secara obyektif dan tujuan secara subyektif. Adapun
tujuan penelitian ini adalah :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui implementasi Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP
tentang tindak pidana dengan tenaga bersama melakukan kekerasan
terhadap orang yang mengakibatkan luka di Pengadilan Negeri
Boyolali.
b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri
Boyolali dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana
dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap orang yang
mengakibatkan luka sebagaimana diatur dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1
KUHP.
2. Tujuan Subyektif
xvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan yang penulis lakukan adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu Hukum
Pidana, terutama berhubungan dengan implementasi Pasal 170 ayat
(2) ke-1 KUHP tentang tindak pidana dengan tenaga bersama
melakukan kekerasan terhadap orang yang mengakibatkan luka di
Pengadilan Negeri Boyolali.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi mahasiswa, dosen,
atau pembaca yang tertarik dalam Hukum Pidana.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk melatih mengembangkan pola pikir yang sistematis sekaligus
untuk mengukur kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang
telah diperoleh.
b. Dengan disusunnya penulisan hukum ini maka dapat digunakan
sebagai syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
E. Metode Penulisan
Metode artinya adalah “jalan ke”, sedangkan penelitian adalah suatu
kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi, yang dilakukan
secara metodologis, sistematis, dan konsisten (Soerjono Soekanto, 1986:42).
Metode penelitian adalah jalan yang dilakukan berupa serangkaian kegiatan
ilmiah yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten untuk
memperoleh data yang lengkap yang dapat dipertanggungjawabkan secara
xvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Sifat Penelitian
Apabila dilihat dari sifatnya, maka penelitian ini termasuk
penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan
untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau
gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif ini adalah
terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu
didalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun
teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 1986 :10).
3. Jenis data
Dalam penelitian hukum normatif ini, jenis data yang digunakan
peneliti berupa data sekunder. Data sekunder merupakan data yang
diperoleh dari penelaahan dokumen dari penelitian serupa yang pernah
dilakukan sebelumnya, bahan-bahan pustaka seperti buku-buku, artikel,
literatur, koran, majalah, jurnal, internet, perundang-undangan, dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti serta putusan
Pengadilan Negeri Boyolali mengenai perkara tindak pidana kekerasan
bersama dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP.
4. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai
kekuatan secara yuridis, yaitu Putusan Pengadilan Negeri Boyolali
xviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
/ Verifikasi
Gambar 3
xx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tindak Pidana
a. Istilah dan Pengertian Tindak Pidana
Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana
merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum
larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,
barangsiapa melanggar larangan tersebut (Adam Chazawi, 2002:71).
xxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Wirjono Prodjodikoro
Tindak pidana merupakan pelanggaran norma-norma dalam 3
(tiga) bidang hukum lain, yaitu hukum perdata, hukum
ketatanegaraan, dan hukum tata usaha pemerintah, yang oleh
pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukum pidana
(Wiryono Prodjodikoro, 2002:01)
3) Pompe
Tindak pidana adalah suatu pelanggaran terhadap norma (gangguan
terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun tidak dengan
sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan
hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi
xxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) melawan hukum,
2) merugikan masyarakat,
3) dilarang oleh aturan pidana,
4) pelakunya diancam dengan pidana
Butir 1) dan 2) menunjukkan sifat perbuatan, sedangkan butir 3) dan 4)
merupakan pemastian dalam suatu tindak pidana (Sudradjat Bassar,
1986:2).
Menurut Roeslan Saleh, perbuatan pidana didefinisikan sebagai
perbuatan yang bertentangan dengan tata atau ketertiban yang
dikehendaki oleh hukum (Roeslan Saleh, 1981:9). Beliau membedakan
istilah perbuatan pidana dengan strafbaarfeit. Ini dikarenakan
perbuatan pidana hanya menunjuk pada sifat perbuatan yang terlarang
oleh peraturan perundang-undangan. Soedarto memakai istiah tindak
pidana sebagai pengganti dari pada strafbaarfeit, adapaun alasan beliau
karena tindak pidana sudah dapat diterima oleh masyarakat.
Terdapat kelompok sarjana yang berpandangan monistis dan
dualistis dalam kaitannya dengan tindak pidana. Pandangan monistis
berpendapat bahwa semua unsur dari suatu tindak pidana yaitu unsur
perbuatan, unsur memenuhi ketentuan undang-undang, unsur sifat
melawan hukum, unsur kesalahan dan unsur bertanggungjawab
digunakan sebagai satu kesatuan yang utuh, sehingga memungkinkan
untuk dijatuhkan pidana kepada pelakunya. Mereka yang
berpandangan dualistis, memisahkan perbuatan dengan
pertanggungajawaban pidana dalam pengertian jika perbuatan tersebut
telah memenuhi unsur yang terdapat dalam rumusan undang-undang,
maka perbuatan tersebut merupakan suatu tindak pidana. Mengenai
pelaku tersebut, dalam hal pertanggungjawaban pidana, masih harus
ditinjau secara tersendiri, apakah pelaku tersebut mempunyai
kualifikasi tertentu sehingga ia dapat dijatuhi pidana. Sebagai contoh
apabila pelaku mengalami gangguan jiwa maka ia tidak dapat
dipidana.
xxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) Unsur Subyektif
Yaitu hal-hal yang melekat pada diri si pelaku atau
berhubungan dengan si pelaku, yang terpenting adalah yang
bersangkutan dengan batinnya.
Unsur subyektif tindak pidana meliputi :
a) Kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa);
b) Niat atau maksud dengan segala bentuknya;
c) Ada atau tidaknya perencanaan;
2) Unsur Obyektif
Merupakan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan
lahiriah yaitu dalam keadaan mana tindak pidana itu dilakukan dan
berada diluar batin si pelaku.
a) Memenuhi rumusan undang-undang
b) Sifat melawan hukum;
c) Kualitas si pelaku;
d) Kausalitas, yaitu yang berhubungan antara penyebab tindakan
dengan akibatnya.
Pada dasarnya unsur tindak pidana tidak terlepas dari dua faktor yaitu
faktor yang ada dalam diri si pelaku itu sendiri dan faktor yang timbul
dari luar diri si pelaku atau faktor lingkungan.
xxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3) Melakukan Kekerasan
Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku
baik yang terbuka ataupun tertutup yang disertai penggunaan
kekuatan kepada orang lain dan bersifat menyerang atau bertahan
(Thomas Susanto, 2002:11). Kekerasan (Geweld) mengandung
pengertian menggunakan tenaga fisik atau jasmaniah tidak kecil
secara tidak sah, misalnya memukul, menyepak, menendang
dengan tangan atau senjata dan sebagainya. Kekerasan dilakukan
secara terbuka dan dengan kekuatan yang terkumpul, hingga
kejahatan ini merupakan kejahatan terhadap ketertiban umum
dimana korban yang dirugikan kurang diperhatikan.
Menurut Thomas Susanto, terdapat jenis-jenis kekerasan
yang terbagi dalam 4 (empat) bentuk yaitu :
a) Kekerasan Terbuka, merupakan kekerasan yang dilakukan oleh
seseorang atau beberapa orang yang dapat dilihat oleh publik
secara kasat mata, seperti perkelahian antar pelajar.
b) Kekerasan Tertutup, merupakan kekerasan yang dilakukan
secara tersembunyi atau tidak dilakukan secara fisik. Publik
tidak mengetahui adanya dilakukan kekerasan jenis ini.
Kekerasan ini lebih ditujukan pada psikologis korban seperti
perilaku mengancam.
xxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) Menyebabkan Luka
Pengertian luka dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun
1991 yaitu pertama, belah (pecah, cedera, lecet, dsb) pada kulit
karena kena barang tajam; kedua, menderita luka. Definisi luka
yang terdapat dalam Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP merujuk pada
Pasal 90 KUHP dimana termasuk memiliki pengertian luka berat,
sebagaimana diatur dalam Pasal 90 KUHP yang berbunyi :
“ Luka berat berarti :
a) penyakit atau luka yang tak dapat diharap akan sembuh lagi
dengan sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut;
b) senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau
pekerjaan pencaharian;
c) tidak dapat lagi memakai salah satu pancaindera;
d) mendapat cacat besar;
e) lumpuh (kelumpuhan);
f) akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat
minggu;
g) gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.”
xxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Khusus Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, kata ‘luka’ bukan
merupakan pengertian dari ‘luka berat’ yang diatur dalam Pasal 90
KUHP yang mana penyembuhannya memerlukan waktu yang
sangat lama atau dapat menyebabkan cacat bagi orang yang
menderita. Pengertian luka dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP
tersebut masih tergolong dapat disembuhkan dengan sempurna dan
tidak mendatangkan bahaya maut yang diderita oleh seseorang
akibat dari suatu tindak pidana kekerasan dikarenakan tergolong
luka ringan. Seseorang yang mengalami luka, baik luka berat
maupun luka ringan perlu didukung dengan adanya visum et
repertum dari rumah sakit yang digunakan yang ditanda tangani
oleh seorang dokter sebagai bukti surat dalam penanganan tindak
pidana terkait dalam Pasal 170 KUHP ini maupun tindak pidana
kekerasaan yang lain dalam KUHP.
xxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Jenis-jenis Pidana
Dalam Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana jo.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 1946, pidana dibedakan menjadi 2
(dua) kelompok, antara pidana pokok dan pidana tambahan. Urutan
dari pidana menunjukan berat ringannya pidana. Pidana terberat adalah
pidana yang pertama kali disebutkan, dan urutan berikutnya
menunjukan pidana yang semakin ringan.
Pidana pokok terdiri dari :
1) pidana mati;
2) pidana penjara;
3) pidana kurungan;
xxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) pidana denda;
5) pidana tutupan (Undang-undang Nomor 20 Tahun 1946).
Pidana tambahan terdiri dari :
1) pidana pencabutan hak-hak tertentu;
2) pidana perampasan barang-barang tertentu;
3) pidana pengumuman putusan hakim.
c. Teori Pemidanaan
Masyarakat dari tahun ke tahun telah mengenal pemidanaan
dengan berbagai cara, hal itu dilakukan agar orang yang berbuat jahat
tidak mengganggu hubungan yang terjalin dalam masyarakat. Oleh
karena itu hukum pidana memberikan teori-teori tentang pemidanaan
atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim. Beberapa teori-
teori pemidanaan antara lain :
1) Teori Absolut atau Teori Pembalasan
Teori ini berpendapat bahwa penjatuhan yang berupa
penderitaan pada penjahat dibenarkan karena penjahat telah
membuat penderitaan terhadap orang lain. Menjatuhkan pidana
tidak dimaksudkan untuk mencapai sesuatu yang praktis, tetapi
satu-satunya penderitaan bagi penjahat. Pidana secara multak harus
ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan
kejahatan. Teori ini dikatakan sebagai teori pembalasan karena
sebenarnya inti dari teori ini adalah untuk mencapai kepuasan hati.
Tidaklah perlu untuk memikirkan manfaat menjatuhkan pidana
tersebut. Setiap kejahatan harus mendapatkan pidana terhadap
orang yang melakukan kejahatan. Aliran ini dipengaruhi oleh para
filosof seperti Imanuel Kant, Hegel, Stahl, dan Herbert.
2) Teori Relatif atau Teori Tujuan
xxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xl
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xli
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Pelaku (Dader)
Pasal 55 KUHP merumuskan sebagai berikut :
1) Dipidana sebagai pembuat sesuatu tindak pidana ;
ke-1. orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau yang
turut melakukan perbuatan;
ke-2. orang yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan,
ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan,
sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya
melaukan perbuatan.
2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan
sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.
Dalam Pasal 55 KUHP dapat dikelompokkan orang-orang yang
disebut sebagai pembuat yaitu :
1) mereka, yang melakukan perbuatan pidana. Arti kata dari
‘melakukan’ adalah secara lengkap memenuhi semua unsur delik
dan merupakan suatu bentuk tunggal dari pengertian
‘berbuat’.Orang itu sendiri yang melakukan delik tersebut.
2) mereka, yang menyuruh melakukan perbuatan pidana. Arti kata
‘menyuruhlakukan’ adalah bukan pelaku utama yang melakukan
delik tersebut, namun pelaku utama tersebut menggerakkan orang
xlii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Pembantu (Medeplichtigheid)
Pasal 56 KUHP merumuskan sebagai berikut :
Sebagai pembantu melakukan kejahatan dipidana :
ke-1 orang yang dengan sengaja membantu waktu kejahatan itu
dilakukan;
ke-2 orang yang dengan sengaja memberi kesempatan, ikhtiar atau
keterangan untuk melakukan kejahatan itu.
Pasal 56 KUHP menjelaskan tentang medeplichtigheid atau
pembantuan dimana ancaman pidana bagi mereka yang terlibat dalam
tindak pidana kejahatan, secara sengaja memberikan bantuan atau
memberikan kesempatan serta daya upaya atau keterangan sehubungan
xliii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xliv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
xlvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengadilan Negeri
Boyolali
Kerangka Pemikiran
xlvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Implementasi Pasal 170 Ayat (2) Ke-1 KUHP Tentang Tindak Pidana
dengan Tenaga Bersama Melakukan Kekerasan Terhadap Orang yang
Mengakibatkan Luka di Pengadilan Negeri Boyolali
xlviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Kasus Posisi
Pada hari Minggu tanggal 8 April 2007 sekitar jam 00.30 WIB
Terdakwa Nur Cahyono dan saudara kembarnya Nur Cahyanto (belum
tertangkap) sedang tiduran di makam di desanya tiba-tiba didatangi
Supriyanto yang mengatakan bahwa Sarno alias Itheng bertengkar dengan
Warga Winong. Mendengar hal tersebut Terdakwa dan saudara kembarnya
Nur Cahyanto (belum tertangkap) beserta Supriyanto pergi ke tempat
dimana Sarno alias Itheng ditahan oleh warga Winong untuk melerai
perkelahian. Sesampai ditempat tersebut, Terdakwa dan Sdr. Nur
Cahyanto (belum tertangkap) langsung memukul Semi yang mengenai
xlix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mata sebelah kanan. Tukimin alias Karyo yang melihat Semi dipukul oleh
Terdakwa dan Sdr. Nur Cahyanto (belum tertangkap) berusaha melerai
lagi, namun belum sempat melerai mereka, Tukimin alias Karyo malah
dipukul Terdakwa dengan tangan kosong sebanyak kurang lebih 4 (empat)
kali dan dipukul Sdr. Nur Cahyanto alias Kembar (belum tertangkap)
dengan menggunakan batu sebesar kepalan tangan orang dewasa yang
mengenai bagian atas mata sebelah kiri dan kening hingga mengeluarkan
darah, kemudian Terdakwa dan Sdr. Nur Cahyanto (belum tertangkap)
mendorong Tukimin alias Karyo hingga jatuh, selanjutnya Tukimin alias
Karyo ditendangi dengan menggunakan kedua kaki Terdakwa dan Sdr.
Nur Cahyanto alias Kembar (belum tertangkap) sebanyak kurang lebih 10
(sepuluh) kali. Perkelahian mereka berhenti setelah Budi Giono dan Eko
Susanto datang melerai perkelahian tersebut dan membawa Tukimin alias
Karyo yang menderita luka ke Rumah Sakit Bayudono, Kecamatan
Boyolali. Akibat perbuatan Terdakwa tersebut, Tukimin alias Karyo
mengalami pusing dan muntah-muntah serta mengalami luka robek kurang
leih 5 Cm sehingga harus dijahit sebanyak 6 (enam) jahitan dan Tukimin
harus opname selama 1 (satu) hari di Rumah Sakit Banyudono Kabupaten
Boyolali, sesuai dengan Visum et Repertum No.445/537/IV/2007 yang
ditandatangani oleh dr. Yeni Titisari R dari Rumah Sakit Banyudono.
l
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
li
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Analisis Kasus :
Majelis Hakim menyatakan bahwa Terdakwa Nur Cahyono alias kembar
bin Paino telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap orang
yang mengakibatkan luka, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP. Hal ini dapat kita ketahui karena unsur-unsur
dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP telah terpenuhi. Unsur-unsur tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Unsur barang siapa
Unsur barang siapa menunjukkan subyek hukum atau orang yang
di dakwa oleh Jaksa Penuntut Umum karena melakukan suatu tindak
pidana dan kepada Terdakwa tersebut dapat dipertanggungjawabkan atas
perbuatannya secara hukum. Unsur barang siapa dalam perkara ini adalah
Terdakwa NUR CAHYONO alias KEMBAR bin PAINO yang setelah
dinyatakan identitas Terdakwa di muka persidangan sama dan sesuai
dengan identitas Terdakwa yang tercantum dalam Surat Dakwaan No.
liii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
liv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
harus ditahan kurang lebih 1 (satu) minggu lagi, di lain pihak pada
kenyataannya Terdakwa telah bertanggungjawab secara penuh kepada pihak
korban Tukimin alias Karyo dengan membantu membayar perawatan korban
di Rumah Sakit sebesar Rp 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) dan
tidak akan mengulangi perbuatannya lagi dengan adanya Surat Pernyataan
Damai antara Terdakwa dengan pihak Korban Tukimin dan Korban Tukimin
memaafkan Terdakwa tetapi karena tindak pidana yang dilakukan oleh
terdakwa termasuk tindak pidana biasa maka haruslah diproses oleh pihak
yang berwajib secara hukum yang berlaku.
Penjatuhan pidana yang dilakukan oleh hakim terhadap Terdakwa telah
sesuai dengan teori yang dianut di Indonesia yaitu teori Gabungan, dimana
teori tersebut selain menitikberatkan pada pembalasan atas perbuatan yang
dilakukan pelaku kejahatan juga menitikberatkan pada maksud dan tujuan
penjatuhan pidana untuk memberikan pelajaran dan kesempatan untuk
memperbaiki diri terdakwa sehingga dengan demikian terdakwa tidak akan
mengulangi perbuatannya dikemudian hari. Selain itu memberikan pandangan
positif kepada masyarakat agar tidak melakukan perbuatan pidana sama
seperti yang telah dilakukan oleh terdakwa.
Mengenai analisis unsur Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP didalam putusan
Pengadilan Negeri Boyolali Nomor : 1/Pid.B/2007/PN.Bi menurut penulis
terdapat sedikit kesalahan. Kesalahan tersebut dapat terlihat dalam unsur
melakukan kekerasan dimana pengertian kekerasan dalam Pasal 89 KUHP
secara tersirat masih digunakan. Namun pada kenyataannya Pasal 89 KUHP
tidak diterapkan lagi yang diatur dalam Pasal 170 ayat (3) KUHP.
lix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hakim harus memiliki suatu batasan agar keputusan yang diberikan tetap
objektif dan sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku. Keputusan yang
diberikan oleh hakim harus memiliki pertimbangan-pertimbangan baik secara
yuridis, psikologis maupun sosiologis. Selain itu hakim dalam
mempertimbangkan suatu putusan harus juga memperhatikan berat ringannya
pidana serta sifat-sifat yang baik maupun yang buruk dari terdakwa sehingga
dapat memberikan keputusan sesuai dengan hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
Penerapan suatu sanksi pidana terhadap terdakwa ditetapkan pula apakah
perbuatan terdakwa memenuhi segala unsur yang terdapat dalam ketentuan
pidana yang didakwakan kepada terdakwa tersebut. Dalam pemberian pidana
faktor usia dari dalam diri terdakwa yang relatif masih muda sudah menjadi
kewajiban pertimbangan hakim, karena hakim dalam menjatuhkan pidana
wajib mempertimbangkan segala sesuatu yang memberatkan atau
meringankan pidana.
Menimbang bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan atas dakwaan
sebagaimana terurai dalam dakwaan No. Reg.Perkara PDM-24 Ep.2/05/2007
tertanggal 29 Mei 2007 ;
Menimbang bahwa setelah dakwaan tersebut dibacakan Terdakwa
menyatakan telah mengerti isi dan maksud dakwaan tersebut, serta tidak
mengajukan eksepsi atau keberatan ;
Menimbang bahwa untuk membuktikan dakwaan tersebut Jaksa
Penuntut Umum mengajukan saksi-saksi yang telah didengar keterangannya
masing-masing di depan persidangan yaitu :
1. Saksi ke-1, Supriyanto (dibawah sumpah)
2. Saksi ke-2, Sarno alias Itheng (dibawah sumpah)
3. Saksi ke-3, Tukimin alias Karyo (dibacakan dari Berita Acara
Pemeriksaan Kepolisian)
4. Saksi ke-4, Budi Giono (dibacakan dari Berita Acara
Pemeriksaan Kepolisian)
lx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Bahwa malam itu ketika Terdakwa bersama Sdr. Nur Cahyanto (belum
tertangkap) sedang tiduran di makam desanya dimana saat itu sehabis ada
orang meninggal dunia di malam Jumat Kliwon didatangi Supriyanto yang
mengatakan bila Sarno alias Itheng bertengkar dengan Warga Dukuh
Winong yang kemudian ditahan disana, dan Terdakwa bersama Sdr. Nur
Cahyanto (belum tertangkap) diminta ketempat tersebut dengan maksud
agar mendamaikan Sarno alias Itheng dengan Warga Winong tersebut :
3. Bahwa Terdakwa bersama Sdr. Nur Cahyanto dan Supriyanto (belum
tertangkap) menuju tempat kejadian, dimana sampai disana berusaha untuk
mendamaikan kedua pihak, tetapi Warga Winong bahkan mengeroyok
mereka dimana Tukimin alias Karyo sempat memukul Terdakwa hingga
jatuh dan terjadilah perkelahian kedua kelompok tersebut :
4. Bahwa karena Terdakwa dipukul Tukimin alias Karyo lalu jatuh, lalu
dengan tangan kosong Terdakwa memukul Tukimin alias Karyo,
kemudian Sdr. Nur Cahyanto (belum tertangkap) ikut memukul dengan
menggunakan batu sebesar kepalan orang dewasa, setelah itu mereka
mendorong Tukimin alias Karyo hingga jatuh dan menendangi lagi dengan
kaki :
5. Bahwa benar barang bukti baju tersebut milik Tukimin alias Karyo dan
batunya yang digunakan Sdr. Nur Cahyanto (belum tertangkap) untuk
memukul Tukimin alias Karyo tersebut :
6. Bahwa saat pertama tiba ditempat kejadian Terdakwa bertanya kepada
Sarno alias Itheng apakah sudah didamaikan, dijawab Sarno alias Itheng,
sudah…tetapi Warga Winong tadi memukulinya dan secara reflek tiba-tiba
Terdakwa memegang kepala salah satu Warga Winong kemudian agak
ditekan, dimana orang yang dipegang kepalanya tersebut lalu memukul
Terdakwa sehingga terjadi perkelahian tersebut :
7. Bahwa akibat penganiyaan yang Terdakwa dan Sdr. Nur Cahyanto (belum
tertangkap) lakukan, kening Tukimin alias Karyo mengalami luka dan
berdarah dan Terdakwa juga telah membantu biaya perawatan korban
sebesar Rp. 750.000 (tujuh ratus lima puluh rupiah) :
lxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengadilan Negeri. Dalam hal ini hakim wajib memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara yang diterimanya;
4. Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Dalam
Pasal 28 ayat (2) dijelaskan bahwa dalam mempertimbangkan berat
ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan
jahat dari terdakwa.
Dalam pertimbangan dari segi subyektif, didasarkan pada keyakinan
(diri pribadi) hakim tersebut yang mengadili suatu perkara, dimana keyakinan
tersebut dapat diukur dengan pertimbangan yang ada dalam diri terdakwa,
seperti itikad baik dari terdakwa, kadar kesalahan/kealpaannya dan sikap batin
dari terdakwa. Dasar pertimbangan secara subyektif ini tidak ada aturan atau
patokan yang jelas, dan ini diserahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan
hakim dalam memberikan putusan guna memenuhi keadilan di masyarakat,
khususnya bagi mereka yang mencari keadilan.
Menurut penulis, hakim dalam memeriksa dan memutus perkara
Terdakwa mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Apakah tindak pidana yang merupakan kejahatan tersebut dilakukan oleh
terdakwa dengan niat yang timbul dari hati nuraninya dan menimbulkan
kesadaran dalam melakukan kejahatan tersebut atau tidak;
2. Melihat cara yang digunakan oleh terdakwa dalam melakukan tindak
pidana, apakah memukul korban menggunakan tangan kosong,
menggunakan sebongkah batu dan lain-lain;
3. Tempat terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa sesuai
dengan pasal yang didakwakan yaitu ditempat umum atau tempat dimana
publik dapat melihat terjadinya suatu tindak pidana pengeroyokan;
4. Melihat berapa banyak pelaku atau orang yang melakukan tindak pidana.
Pasal 170 KUHP disebutkan bahwa tindak pidana dilakukan secara
bersama-sama, berarti tindak pidana tersebut dilakukan lebih dari 1 (satu)
orang yang dapat dipertanggungjawabkan.
Roeslan Saleh memberikan padangan bahwa hakim dalam mengambil
suatu keputusan, berdasarkan suatu penilaian tentang keputusan mengenai
lxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
lxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) dengan adanya alat-alat bukti yang diajukan dalam
persidangan, Undang-Undang No.2 Tahun 1986 jo. Undang-undang No. 8
Tahun 2004 tentang Peradilan Umum, Undang-Undang Nomor. 4 Tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman serta pertimbangan atas dasar
keyakinan atau hati nurani dari diri hakim. Unsur-unsur pasal 170 ayat (2)
ke-1 KUHP telah terpenuhi, hal yang memberatkan dan hal yang
meringankan terdakwa, tidak terdapatnya alasan-alasan yang dapat
menghapus pidana terdakwa baik alasan pembenar maupun alasan pemaaf
di dalam diri terdakwa sangat dipertimbangkan oleh hakim dalam
memberikan pidana.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dari Buku
lxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
AK. Moch Anwar. 1981. Beberapa Ketentuan Umum dalam Buku I Kitab
Undang-undang Hukum Pidana. Bandung : Alumni.
Andi Hamzah. 1994. Asas-Asas Hukum Pidana edisi revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Andi Hamzah dan Siti Rahayu. 1983. Suatu Tinjauan Ringkas Sistem
Pemidanaan di Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo.
Djoko Prakoso. 1984. Masalah Pemberian Pidana dalam Teori dan Praktek
Peradilan. Jakarta : ghalia Indonesia.
lxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
J.E. Jonkers. 1987. Hukum Pidana Hindia Belanda. Jakarta : PT Bina Aksara.
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1998. Teori-teori dan Kebijakan Pidana.
Bandung : Alumni.
lxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari perundang-undangan
lxxii