Anda di halaman 1dari 133

perpustakaan.uns.ac.

id i
digilib.uns.ac.id

PENERAPAN PASAL 1 AYAT (1) UNDANG-UNDANG DARURAT


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1951 TERHADAP
TINDAK PIDANA TANPA HAK MENYIMPAN AMUNISI (STUDI
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska)

Penulisan Hukum
(Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk


Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Oleh:
HANAWATI VITANINGTIAS
NIM.E0009151

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
2013
perpustakaan.uns.ac.id ii
digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PENERAPAN PASAL 1 AYAT (1) UNDANG-UNDANG DARURAT


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1951 TERHADAP
TINDAK PIDANA TANPA HAK MENYIMPAN AMUNISI (STUDI
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska)

Oleh :

HANAWATI VITANINGTIAS

NIM E0009151

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 8 Maret 2013


Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Hartiwiningsih,S.H.,M.Hum. Ismunarno,S.H.,M.Hum.
NIP. 19570203 198503 2 001 NIP. 19660428 199003 1 001

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id iii
digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

PENERAPAN PASAL 1 AYAT (1) UNDANG-UNDANG DARURAT


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1951 TERHADAP TINDAK
PIDANA TANPA HAK MENYIMPAN AMUNISI (STUDI PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI SURAKARTA No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska)

Oleh :

HANAWATI VITANINGTIAS
NIM E0009151

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan


Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 15 Maret 2013

DEWAN PENGUJI

1. Sabar Slamet, S.H.,M.H. :……………………………


NIP. 19560727 198601 1 001
Ketua

2. Ismunarno, S.H.,M.Hum. :……………………………


NIP. 19660428 199003 1 001
Sekretaris

3. Prof.Dr.Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum. :…………………………..


NIP. 19570203 198503 2 001
Anggota

Mengetahui
Dekan,

Prof.Dr.Hartiwiningsih,S.H.,M.Hum.
commit to
NIP. 19570203 user 2 001
198503
perpustakaan.uns.ac.id iv
digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama : Hanawati Vitaningtias


NIM : E0009151

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :


PENERAPAN PASAL 1 AYAT (1) UNDANG-UNDANG DARURAT
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1951 TERHADAP TINDAK
PIDANA TANPA HAK MENYIMPAN AMUNISI (STUDI PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI SURAKARTA No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska) adalah
betul- betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum
(skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustka. Apabila
dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan
gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 8 Maret 2013

Yang membuat pernyataan,

Hanawati Vitaningtias

NIM E0009151

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id v
digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Hanawati Vitaningtias, E0009151. 2013. PENERAPAN PASAL 1 AYAT (1)


UNDANG UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12
TAHUN 1951 TERHADAP TINDAK PIDANA TANPA HAK MENYIMPAN
AMUNISI (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui
bagaimana penerapan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 terhadap kasus tindak pidana tanpa hak
menyimpan amunisi. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana tanpa
hak menyimpan amunisi.
Penelitian ini bersifat preskriptif atau terapan dan dalam penelitian hukum
ini penulis menggunakan penelitian hukum normatif. Jenis bahan hukum yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. Bahan hukum primer diperoleh dari Pengadilan Negeri Surakarta,
sedangkan bahan hukum sekunder diperoleh dari buku, literatur, jurnal, makalah,
peraturan perundang-undangan terkait yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah studi
kepustakaan dengan mempelajari bahan-bahan yang berupa buku, tulisan,
dokumen, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah logika deduksi
yaitu dengan pengajuan premis mayor kemudian premis minor setelah itu baru
ditarik kesimpulan dari kedua premis tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1951 telah sesuai diterapkan dalam perkara tindak pidana tanpa
hak menyimpan amunisi dengan terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih
Tamtomo Alias Abu Rayyan Alias Abu Aisyah. Dasar pertimbangan hakim
Pengadilan Negeri Surakarta dalam menjatuhkan putusan dalam perkara tindak
pidana tanpa hak menyimpan amunisi dengan terdakwa Muhammad Bahrunna’im
Anggih Tamtomo Alias Abu Rayyan Alias Abu Aisyah adalah Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951, dimana
unsur-unsur dalam pasal tersebut telah terpenuhi. Terhadap perbuatan tedakwa
hakim Pengadilan Negeri Surakarta menjatuhkan pidana 2 (dua) tahun 6 (enam)
bulan penjara. Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta
sudah mencerminkan nilai keadilan, nilai kegunaan, nilai kemanfaatan seperti
yang dikemukakan oleh Radbruch.

Kata kunci : Tindak Pidana, Tanpa Hak, Amunisi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id vi
digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Hanawati Vitaningtias, E0009151. 2013. PENERAPAN PASAL 1 AYAT (1)


UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12
TAHUN 1951 TERHADAP TINDAK PIDANA TANPA HAK MENYIMPAN
AMUNISI (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
The purpose of the research by the author is to know how the application
of Article 1 paragraph (1) Emergency Law of the Republic of Indonesia Number
12 Year 1951 on criminal cases without the right to store ammunition. In
addition, this study also aims to determine how the consideration of the judge in
deciding criminal cases without the right to store ammunition.
This study is descriptive or applied in legal research and the writer uses
normative legal research. The type of material used in the study of law is a
primary legal materials and secondary legal materials. Primary legal materials
obtained from the District Court of Surakarta, while secondary legal materials
obtained from books, literature, journals, papers, relevant legislation relating to
the issue being investigated. Legal materials collection technique used is the study
of literature with the study materials in the form of books, writings, documents,
laws and regulations relating to the matter under investigation. Analytical
technique used in this study is deductive logic is by filing minor premise major
premise later after it had drawn the conclusion of the second premise.
Based on the research that has been done, it can be concluded that the
application of Article 1 (1) Emergency Law of the Republic of Indonesia Number
12 Year 1951 compliance issues in criminal implemented without the defendant's
right to store ammunition Bahrunna'im Anggih Muhammad Abu Rayyan Tamtomo
Alias Alias Abu Aisha. Basic considerations Surakarta District Court in decisions
in the criminal case without the defendant's right to store ammunition
Bahrunna'im Anggih Tamtomo Muhammad Abu Rayyan Alias Alias Abu Aisha is
Article 1 paragraph (1) Emergency Law of the Republic of Indonesia Number 12
Year 1951, which elements in the article have been met. Against acts tedakwa
Surakarta District Court convict 2 (two) years and 6 (six) months in prison. The
decision handed down by District Court Judge Surakarta reflects the values of
justice, utility value, the value of benefits as proposed by Radbruch.

Keywords: Crime, No Rights, Ammunition

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id vii
digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala limpahan berkat dan
karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
hukum (skripsi) yang berjudul “PENERAPAN PASAL 1 AYAT (1) UNDANG-
UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1951
TERHADAP TINDAK PIDANA TANPA HAK MENYIMPAN AMUNISI
(STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska)”.
Penulisan hukum (skripsi) ini membahas mengenai tindak pidana tanpa
hak menyimpan amunisi yang terjadi di Surakarta, bagaimana penerapan Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1951 dan
bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana tanpa
hak menyimpan amunisi.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik materiil maupun immateriil sehingga penulisan
hukum (skripsi) ini dapat terselesaikan, terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Prof.Dr.Hartiwiningsih,S.H.,M.Hum., selaku dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini.
2. Bapak Sabar Slamet,S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana yang
telah memberikan bantuan dan ijin kepada penulis untuk menyelesaikan
penulisan hukum ini.
3. Prof.Dr.Hartiwiningsih,S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing I skripsi penulis
yang telah banyak memberikan bantuan berupa pengarahan, bimbingan
serta saran dari awal hingga akhir penulisan hukum ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id viii
digilib.uns.ac.id

4. Bapak Ismunarno,S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing II skripsi penulis


yang telah banyak memberikan bantuan berupa pengarahan, bimbingan
serta saran dari awal hingga akhir penulisan hukum ini.
5. Bapak Agus Rianto,S.H.,M.Hum., selaku pembimbing akademik penulis
yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh masa
perkuliahan.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta jajarannya staf Fakultas Hukum UNS
yang telah memberikan ilmu, membimbing penulis selama kuliah di
Fakultas Hukum UNS dan membantu kelancaran sehingga dapat menjadi
bekal penulis dalam penulisan hukum ini.
7. Bapak dan Mama tercinta, Bapak Yohanes Warmanto dan Ibu Yuliana Siti
Maryanti DL yang selalu mendukung, memberikan semangat serta doa
yang selalu dipanjatkan setiap malam sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik dan lancar.
8. Adik , Christina Selvi Indahwati atas dukungan dan doanya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.
9. Tunangan tersayang, Stefanus Haryo Kurniawan yang menjadi partner
terbaik bagi penulis dalam mendukung penulisan hukum ini sehingga bisa
terselesaikan dengan baik.
10. Nenek tercinta, Ibu Anastasia Sunarti yang selalu memberikan dukungan
dalam bentuk apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
hukum ini.
11. Bapak Petrus Canisius Jaka Sujana dan Ibu Agnes Sri Muryani, yang telah
memberikan dukungan kepada penulis dalam berbagai bentuk sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.
12. Alm. Bapak Yohanes de Brito Sunardjo dan Adek Yohanes yang telah di
Surga walaupun sudah tiada tapi penulis selalu merasakan kehadiran dan
dukungannya secara tidak langsung sehingga menjadi motivator tersendiri
bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.
13. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan semangat
commit to user
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.
perpustakaan.uns.ac.id ix
digilib.uns.ac.id

14. Sahabat-sahabat selama kuliah Natalia, Asti, Ita, Dea, Tata dan teman dari
SMP dan SMA yang selalu memberikan kecerian dan semangat bagi
penulis dikala senang dan susah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan hukum ini.
15. Semua teman-teman Fakultas Hukum UNS angkatan 2009 yang telah
menambah pengalaman penulis selama kuliah.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan penulisan hukum
ini baik secara moral maupun materiil.

Dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang


membangun sehingga dapat memperbaiki seluruh kekurangan yang ada dalam
penulisan hukum ini. Semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.

Surakarta, 8 Maret 2013


Penulis
HANAWATI VITANINGTIAS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id x
digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………………..iii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………...iv
ABSTRAK………………………………………………………………..……v
KATA PENGANTAR……………………………………………………......vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………......x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………..….1
B. Perumusan Masalah……………………………………………..…7
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….........7
D. Manfaat Penelitian…………………………………………….......8
E. Metode Penelitian……………………………………………........9
F. Sistematika Penelitian………………………………………........13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana………………….……15
2. Tinjauan Umum Tentang Amunisi……………………………..23
3. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Tanpa Hak Menyimpan
Amunisi…………………………………………………………28
4. Tinjuan Umum Tentang Tujuan Hukum……………...………..30
B. Kerangka Pemikiran……………………………………….............33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xi
digilib.uns.ac.id

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian…………………………………………………….36
B. Pembahasan
1. Penerapan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 Terhadap Tindak Pidana Tanpa
Hak Menyimpan Amunisi Dalam Putusan Pengadilan Negeri
Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska…........………………......55
2. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta Dalam
Memutuskan Perkara Tindak Pidana Tanpa Hak Menyimpan
Amunisi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta
No.7Pid.Sus/2011/PN.Ska……………………………………..66

BAB IV PENUTUP
A. Simpulan………………………………………………………….108
B. Saran……………………………………………………………...110

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..111

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xii
digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran……………………………………..37

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xiii
digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12


Tahun 1951……………………………………………..116

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seseorang dapat memiliki suatu barang secara legal maupun secara ilegal.
Terhadap barang yang diperdagangkan secara umum setiap orang bisa
mendapatkannya secara legal atau resmi. Barang yang tidak diperdagangkan
secara umum yang hanya boleh dimiliki pihak tertentu namun masyarakat sipil
dapat memilikinya, maka kepemilikan tersebut dapat dikatakan sebagai
kepemilikan secara ilegal. Pengecualian berlaku apabila orang tersebut telah
mendapatkan surat ijin untuk memiliki barang tersebut.
Kepemilikan terhadap suatu barang secara ilegal banyak terjadi di
Indonesia dan banyak pula macamnya seperti masyarakat sipil memiliki senjata
api atau amunisi secara ilegal tanpa surat ijin. Barang yang dimiliki tersebut
tersebut bukan barang yang diperdagangkan secara bebas kepada masyarakat
umum hanya Tentara dan Polisi yang boleh memilikinya. Apabila ada yang
memiliki senjata api atau amunisi selain Tentara dan Polisi tanpa mempunyai
surat ijin maka mereka mendapatkan barang tersebut secara ilegal atau tidak resmi
melalui proses penyelundupan.
Terdapat larangan bahwa senjata api dan amunisi tidak boleh dimiliki oleh
masyarakat sipil tanpa ijin dari Kepolisian, namun larangan tersebut terbatas pada
senjata api atau amunisi jenis tertentu. Ada senjata api atau amunisi jenis tertentu
yang boleh dimiliki oleh masyarakat sipil untuk kepentingan bela diri maupun
olahraga, contohnya senjata api yang digunakan untuk olahraga menembak.
Senjata api maupun amunisi yang dilarang untuk dimiliki masyarakat sipil adalah
yang berbahaya dengan resiko yang tinggi.
Masyarakat sipil hanya boleh memiliki senjata yang bukan merupakan
senjata organis TNI atau POLRI dan tidak otomatis. Senjata tersebut biasanya
memiliki kaliber yang lebih kecilcommit
dari 32.to Senjata
user api yang boleh untuk dimiliki

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

oleh masyarakat sipil dalam rangka kepentingan bela diri berdasarkan Surat
Keputusan Kapolri No. Pol : Skep/82/II/2004 tentang buku Petunjuk Pelaksanaan
Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Non Organik TNI/POLRI Poin 14 ayat
(1) huruf c adalah sebagai berikut:
1. Senjata api bahu, jenis Shoutgan Kal 12 GA;
2. Senjata api genggam:
a. Jenis : Pistol/Rivolver
b. Kaliber : 32 /35 /inc
Salah satu cara memperoleh barang ilegal adalah melalui proses
penyelundupan, proses penyelundupan adalah :
Proses penyelundupan merupakan salah satu cara untuk memiliki
senjata api maupun amunisi yang dilarang dimiliki oleh masyarakat
sipil. Dalam beberapa kasus penyelundupan senjata api ilegal para
pelaku menggunakan angkutan jasa melalui jalur transportasi udara
dan transportasi darat. Namun karena adanya pemeriksaan dokumen
dan barang di setiap perbatasan negara, kebanyakan memilih
menggunakan kontainer yang dibawa dengan perahu motor maupun
kapal kargo dan melakukan transaksi disekitar perairan laut
perbatasan antar negara. Hal ini dikarenakan lemahnya pengawasan
aparat keamanan dan mudahnya aksesbilitas melalui jalur
perdagangan laut”(Anggi Setio, Jurnal Kriminologi Indonesia, No.II,
Agustus 2009:4).
Ketatnya pemeriksaan dokumen tidak menjadi penghambat proses penyelundupan
karena ada cara lain yang dapat dilakukan. Kerjasama dan strategi yang sudah
direncanakan secara matang menjadi pendukung lancarnya proses penyelundupan.
Terdapat banyak hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan dalam proses
penyelundupan agar proses penyelundupan nantinya dapat berjalan dengan lancar.
Peristiwa penyelundupan senjata api dimulai dengan pengrekrutan
kurir senjata, menentukan jalur transit hingga tujuan penyelundupan
senjata api, hingga tahap penjagaan dan penerimaan ke tempat tujuan
dilakukan dengan rapi dan teratur. Penyelundupan senjata api tidak
hanya terjadi di daerah-daerah Indonesia tetapi juga melampaui
batas-batas negara. Penyelundupan senjata api biasanya ditujukan
bagi daerah-daerah dengan intensitas konflik internal yang tinggi
seperti Aceh, Poso, perbatasan Tawau dan Nunukan (Kalimantan),
Ambon, Papua, daerah rawan kejahatan seperti Jakarta, Jawa Barat,
Makassar (Anggi Setio, Jurnal Kriminologi Indonesia, No.II,
Agustus 2009:13). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

Melalui proses penyelundupan tersebut peredaran senjata api maupun


amunisi menjadi merajalela. Proses penyelundupan suatu barang memang tidak
mudah, walaupun sulit untuk menyelundupkan faktanya senjata api dan amunisi
bisa beredar dan bahkan dapat dimiliki oleh masyarakat sipil secara ilegal.
Sungguh sebuah ironi yang menyesakkan dimana ada peraturan yang ketat
mengatur mengenai ijin memiliki senjata api dan amunisi, tetapi dilain pihak
ternyata ada pihak yang mendapatkan celah untuk mendapatkannya secara ilegal.
Senjata api dan amunisi merupakan dua barang yang saling berhubungan
satu sama lain, amunisi merupakan isian dari senjata api. Senjata api tidak
berfungsi apabila di dalamnya tidak terdapat amunisi, demikian sebaliknya.
Sekarang yang menjadi perhatian adalah kasus kepemlikan amunisi yang banyak
di jumpai di kalangan masyarakat sipil. Kepemilikan amunisi tersebut akibat dari
proses penyelundupan amunisi. Berbagai kasus tersebut antara lain orang yang
menyimpan amunisi tanpa ijin sehingga terhadap dirinya dapat dikenakan sanksi
atas perbuatannya.
Peredaran amunisi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan,
seiring dengan banyaknya kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan amunisi
dalam masyarakat. Masyarakat sipil tidak diperbolehkan menyimpan amunisi,
karena amunisi merupakan benda yang berbahaya. Untuk dapat memiliki amunisi
dibutuhkan surat ijin dari pihak yang berwenang untuk memberikan ijin tersebut,
sehingga bila ditemukan masyarakat sipil dapat memiliki amunisi tanpa surat ijin
harus dicurigai bagaimana amunisi tersebut bisa sampai dimiliki masyarakat sipil.
Dalam masyarakat sipil di Indonesia banyak ditemukan mereka yang
memiliki amunisi secara ilegal, padahal mereka yang menyimpan amunisi secara
ilegal tidak selamanya menggunakannya untuk hal positif dan bermanfaat.
Kepemilikan amunisi secara ilegal berarti memilikinya secara tidak legal atau
tidak sah atau tidak menurut hukum yang berlaku. Amunisi yang disimpan oleh
masyarakat sipil ada yang digunakan untuk melakukan tindak pidana, seprti untuk
mencuri, menjambret, membunuh, dll.
Amunisi merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melaksanakan
commit
tugas pokok bagi Tentara dan Polisi to userpertahanan dan keamanan. Selain
di bidang
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

itu Tentara dan Polisi diperbolehkan untuk menyimpan senjata api sebagai sarana
dalam menjalankan tugasnya. Dalam menjalankan pekerjaannya Tentara dan
Polisi menggunakan alat atau sarana yang mendukung dalam menjalankan
tugasnya yaitu menjaga pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Apabila terjadi suatu hal yang mengancam keamanan dan pertahanan
maka Tentara dan Polisi dapat menggunakan alat tersebut sebagai sarana untuk
menstabilkan keadaan.
Selain tentara dan polisi dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948,
tentang Pendaftaran dan Pemberian izin Kepemilikan Senjata Api pada Pasal 9
dinyatakan, bahwa setiap orang yang bukan anggota Tentara atau Polisi yang
memakai dan memiliki senjata api harus mempunyai ijin pemakaian senjata api
menurut contoh yang ditetapkan oleh kepala kepolisian negara. Hal tersebut
semakin memperjelas bahwa orang yang bukan anggota Tentara maupun Polisi
yaitu masyarakat sipil yang tidak memiliki izin tidak diperbolehkan menyimpan
senjata api termasuk amunisi.
Masyarakat umumnya menyebut rangkaian amunisi secara utuh sebagai
peluru, di mana proyektil peluru, selongsong peluru, mesiu, dan primer termasuk
di dalam sebuah peluru. “Hal ini sebenarnya salah, karena istilah peluru
sebenarnya hanya mengacu pada bagian proyektil dari amunisi tersebut, atau anak
peluru yang ditembakkan bukan keseluruhan dari amunisi tersebut”
(http://id.wikipedia.org/wiki/Selongsong_peluru, 7 November 2012). Amunisi
merupakan barang yang berbahaya maka masyarakat sipil tidak boleh
menggunakannya secara tidak bertanggung jawab. Yang menjadi keprihatinan
adalah masyarakat sipil yang menyimpan amunisi, menggunakan amunisi tersebut
sebagai sarana untuk melakukan tindak pidana.
Pada dasarnya peredaran amunisi secara ilegal tidak dibenarkan dilakukan
instansi lain selain Tentara dan Polisi. Namun, diluar lingkungan TNI dan POLRI
terdapat kepemilikan, penguasaan dan atau penggunaan amunisi yang digunakan
oleh instansi pemerintah lainnya dalam rangka penegakan hukum, maka
pemerintah perlu untuk mengadakan penertiban, pengawasan, dan pengendalian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

amunisi di kalangan masyarakat sipil, sehingga dapat dicegah timbulnya ancaman


atau gangguan terhadap keamanan negara.
Kepemilikan amunisi secara ilegal sangat meresahkan dan menimbulkan
ketakutan di tengah masyarakat. Keresahan dan ketakutan tersebut beralasan
karena timbul pertanyaan apakah kepemilikan amunisi secara ilegal oleh
masyarakat sipil digunakan untuk hal yang baik atau buruk. Penyalahgunaan
amunisi oleh pihak yang tidak berwenang dapat digunakan sebagai sarana untuk
melakukan kejahatan. Maka timbullah berbagai macam tindak pidana kejahatan
dimasyarakat. Ternyata selain menggunakan amunisi terdapat pula tindak pidana
yang dilakukan dengan menggunakan senjata api. Contohnya kasusnya adalah
“kasus perampokan di empat toko emas di Pasar Ciputat Tangerang pada hari
jumat 24 Februari 2012, perampok tersebut menggunakan senjata api untuk
melancarkan aksi mereka” (http://log.viva.co.id/news/read/291744-perampok-
berpistol-mulai-incar-lagi-toko-emas, 8 November 2012).
Tindak pidana yang menggunakan amunisi sebagai sarananya sudah
menjadi fenomena yang sudah tidak asing dalam masyarakat di Indonesia. Ini
merupakan dampak dari peredaran amunisi secara ilegal yang memungkinkan
masyarakat sipil dapat memiliki amunisi dengan mudah. Amunisi secara ilegal
disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindak
pidana, sehingga marak terjadi kasus tindak pidana seperti tindak pidana tanpa
hak menyimpan amunisi.
Tidak tertatanya dengan rapi mengenai pengawasan amunisi merupakan
salah satu penyebab beredarnya amunisi ilegal. Di Indonesia ini terdapat berbagai
peraturan yang mengatur mengenai amunisi, walaupun peraturan yang ada tidak
khusus mengatur amunisi tetapi juga mengatur mengenai senjata api yaitu
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951, Undang-
Undang No.8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Ijin Pemakaian
Senjata Api, Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia No.7 tahun 2010
tentang Pedoman Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Standar
Militer Diluar Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional
commit toIndonesia
Indonesia, Instruksi Presiden Republik user No.9 Tahun 1976 tentang
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Peningkatan dan Pengendalian Senjata Api, Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-Undang No.20 Tahun 1960 tentang kewenangan perijinan yang diberikan
menurut perundangan mengenai Senjata Api, SK Kapolri No.Skep/244/II/1999
dan SK Kepala Polri Nomor 82 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan
dan Pengendalian Senjata Non-Organik.
Terdapat banyak peraturan di Indonesia yang mengatur mengenai amunisi,
namun faktanya masih ada pihak-pihak yang menemukan celah untuk melanggar
peraturan yang ada. Masyarakat sipil tidak dapat memiliki amunisi secara ilegal
karena ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memiliki ijin kepemilikan
amunisi. Pengertian amunisi menurut Undang-undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 1951 Pasal 1 ayat (2) memberikan pengertian senjata
api dan amunisi yaitu termasuk juga segala barang sebagaimana diterangkan
dalam Pasal 1 ayat (1) dari peraturan senjata api 1936 (Stb 1937 Nomor 170),
yang telah diubah dengan ordonantie tanggal 30 Mei 1939 (Stb Nmor 278), tetapi
tidak termasuk dalam pengertian itu senjata “yang nyata” mempunyai tujuan
sebagai barang kuno atau barang yang ajaib dan bukan pula sesuatu senjata yang
tetap tidak dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa sehingga tidak dapat
digunakan.
Adanya celah dalam peraturan yang ada dimanfaatkan oleh pihak yang
tidak bertanggung jawab untuk dapat memiliki amunisi secara ilegal. Uraian
diatas sudah memberikan pengertian mengenai amunisi menurut peraturan yang
ada. Pengawasan perlu dilakukan untuk mengurangi kesempatan bagi pihak yang
ingin memiliki amunisi secara ilegal. Pengawasan tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tetapi masyarakat sipil dapat berpartisipasi.
Atas dasar uraian diatas, maka penulis hendak mengkaji lebih dalam
tentang tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi dalam sebuah penulisan
hukum yang berjudul : PENERAPAN PASAL 1 AYAT (1) UNDANG-
UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1951
TERHADAP TINDAK PIDANA TANPA HAK MENYIMPAN AMUNISI
(STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian


yang bertujuan untuk mendapat jawaban atas permasalahan yang diteliti.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas ,maka penulis mencoba
membatasi permasalahan yang akan dikaji diatas menjadi dua rumusan masalah
yaitu :
1. Bagaimana penerapan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 terhadap tindak pidana tanpa hak
menyimpan amunisi dalam putusan Pengadilan Negeri Surakarta
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska?
2. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam
memutuskan perkara tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi (studi
putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan penulis untuk mendapatkan jawaban atas


perumusan masalah yang telah disusun. Tujuan penelitian pada dasarnya bersifat
objektif dan subyektif, adapun yang menjadi tujuan penelitian penulis adalah:
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 terhadap tindak pidana
tanpa hak menyimpan amunisi dalam putusan Pengadilan Negeri Surakarta
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska ;
b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Surakarta
dalam memutuskan perkara tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi
(studi putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah, memperluas dan mengembangkan wawasan,
pemahaman serta pengetahuan penulis dibidang ilmu hukum khusunya
hukum pidana tentang tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi;
b. Untuk memahami dan mengkaji pertimbangan hakim dalam memutuskan
perkara tersebut;
c. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu hukum; dan;
d. Untuk melengkapi persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana
di bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian terdapat manfaat yang bisa diambil. Penulis


mengharapkan ada manfaat yang berguna bagi penulis maupun orang yang
membacanya. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu
hukum pada umumnya dan hukum pidana pada khususnya;
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan litelatur dalam
kepustakaan khususnya mengenai tindak pidana tanpa hak menyimpan
amunisi;
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
pihak lain dalam penelitian sejenis yang akan datang.

2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban atas permasalahan yang penulis teliti dan mungkin
juga masyarakat yang mengenai permasalahan yang penulis angkat dalam
penelitian;
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan bagi
commit to user
semua pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti;
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan


dan pengalaman kepada penulis mengenai permasalahan yang diteliti yang
dapat berguna bagi penulis maupun orang lain dikemudian hari.

E. Metode Penelitian

“Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,


prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang sedang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan
argumentasi, teori atau komsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi” (Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 35). Adapun yang
menjadi metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan penulisan
hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal.
“Menurut Hutchinson penelitian hukum normatif atau doctrinal research
sebagai research which provides a systematic exspositions of the rules
governing a particular legal category, analyses the relationship between
rules, explain areas of difficilty and, perhaps predicts future development”
(Peter Mahmud Marzuki, 2005:32). Intinya penelitian hukum normatif
dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder yang
terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier.

2. Sifat Penelitian
Penelitian yang digunakan penulis bersifat preskriptif atau terapan.
Penelitian preskriptif menurut Peter Mahmud Marzuki adalah:
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau
merumuskan masalah sesuai dengan keadaan atau fakta yang ada.
Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari
tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum,
commit dan
konsep- konsep hukum to user
norma hukum. Sebagai ilmu terapan
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

ilmu hukum menetapakan standar prosedur, ketentuan-ketentuan,


rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud
Marzuki,2005:22).
“Penelitian ini bersifat preskriptif karena berusaha menemukan aturan-aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi” (Peter Mahmud Marzuki,2005:35).
Setelah aturan-aturan tersebut ditemukan maka dapat digunakan untuk
menjawab isu hukum yang dihadapi.

3. Pendekatan Penelitian
“Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penulisan hukum
adalah pendekatan undang-undang (statue approach), pendekatan kasus (case
approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif
(comparative approach), pendekatan konseptual (conceptual approach )”
(Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 93 ). Dari beberapa pendekatan tersebut
penulis akan menggunakan pendekatan undang-undang (statue approach) dan
pendekatan kasus ( case approach ). Pendekatan undang-undang menurut
Peter Mahmud Marzuki adalah :
Pendekatan undang-undang (statue approach) dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan
undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti
untuk mempelajari adakah konsistensi atau kesesuaian antara
suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara
undang-undang dan Undang-Undang Dasar atau antar regulasi
dan undang-undang ( 2005 : 93).
Selain pendekatan undang-undang penulis juga menggunakan
pendekatan kasus, pendekatan kasus adalah :
Pendekatan kasus ( case approach ) dilakukan dengan cara
melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan
isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Yang menjadi kajian
pokok di dalam pendekatan kasus adalah ratio decidendi atau
reasoning yaitu pertimbangan pengadilan untuk sampai kepada
suatu putusan (Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 94).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum


Penelitian ini menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder sebagai sumber data penelitian. “Bahan hukum primer merupakan
bahan hukum yang bersifat autoratif artinya mempunyai otoritas, sedangkan
bahan hukum sekunder berupa bahan hukum yang bukan merupakan
dokumen-dokumen resmi” (Peter Mahmud Marzuki, 2005:141). Bahan hukum
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan
resmi, risalah dalam pembuatan perundang-undangan, kasus dan putusan
hakim. Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan penulis
adalah:
1) Undang –Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951
tentang mengubah “Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen”
(STLB.1948 Nomor 17) dan Undang-Undang Republik Indonesia
Dahulu Nomor 8 Tahun 1948;
2) Instruksi Presiden Republik Indonesia No.9 Tahun 1976 tentang
Peningkatan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api;
3) Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia No.7 Tahun 2010
tentang Pedoman Perizinan,Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api
Standar Militer Diluar Lingkungan Kementerian Pertahanan dan
Tentara Nasional Indonesia;
4) Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan/ Panglima Angkatan
Bersenjata RI No.KEP/27/XII/1997 tanggal 28 Desember 1997 tentang
Tuntutan Kebijaksaan Untuk Meningkatkan Pengawasan Dan
Pengendalian Senjata Api;
5) SK Kapolri No.Skep/244/II/1999 dan SK Kepala Polri Nomor 82
Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian
Senjata Non-Organik;
6) Kasus tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi yang terjadi di
kota Surakarta dengan terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih
commitalias
Tamtomo alias Abu Rayyan to user
Abu Aisyah.
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

b. “Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang


bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum
meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan
komentar-komentar atas putusan pengadilan” (Peter Mahmud
Marzuki,2008:141). Bahan hukum sekunder yang digunakan penulis
dalam penelitian ini yaitu:
1) Buku-buku ilmiah dibidang hukum;
2) Makalah-makalah dan hasil-hasil karya ilmiah para sarjana;
3) Jurnal-jurnal hukum;
4) Literatur dan hasil penelitian lainnya.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum


Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan penulis adalah
studi kepustakaan, karena jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian hukum normatif. “Studi pustaka merupakan tehnik
pengumpulan data dengan cara menginfentarisasikan dan mempelajari bahan-
bahan yang berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku, tulisan-tulisan
dan dokumen-dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan obyek
penelitian” (Amirudin dan Zainal Asikin, 2010:68).

6. Teknis Analisa Bahan Hukum


Setelah semua data dikumpulkan maka perlu dilakukan analisa
terhadap data yang sudah dikumpulkan. Tujuan analisa data untuk
menghasilkan suatu penelitian hukum yang baik. Penulis menggunakan logika
deduksi yaitu “berpangkal dari pengajuan premis mayor kemudian diajukan
premis minor, dari kedua premis tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan
atau conclusion” (Peter Mahmud Marzuki, 2005:47).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika


penulisan yang sesuai dengan aturan penulisan hukum serta mempermudah
pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini, maka penulis
menggunakan sistematika penulisan hukum yang terdiri dari empat bab, dimana
tiap-tiap bab terbagi atas sub-sub bab yang dimaksudkan untuk memudahkan
pemahaman terhadap keseluruhan hasil penulisan hukum ini. Adapun sistematika
penulisan hukum ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan
mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Kerangka Teoritis, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan Hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Dalam bab ini penulis akan menguraikan
mengenai dua sub bab yaitu kerangka teori dan
kerangka analisis. Dalam kerangka teori penulis
akan menguraikan tinjauan tentang pengertian
tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, jenis
tindak pidana, pengertian amunisi, bagian-bagian
amunisi, penggolongan amunisi serta pengertian
tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi dan
unsur-unsurnya, dan tujuan hukum. Selain itu
untuk memudahkan alur berfikir maka dalam bab
ini akan disertai dengan kerangka pemikiran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan
menyajikan pembahasan berdasarkan rumusan
masalah yang telah disusun, yaitu bagaimana
penerapan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1951 terhadap tindak pidana tanpa hak
menyimpan amunisi. Dan bagaimana
pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara
tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi
dalam putusan Pengadilan Negeri Surakarta.

BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan menguraikan
simpulan dan saran terkait dengan permasalahan
yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana


a. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana atau dalam bahasa Belanda strafbaar feit,
sedangkan istilah dalam bahsa asing yaitu delict. “Tindak pidana berarti
suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenankan hukuman pidana, dan
pelaku ini dapat dikatakan merupakan subjek tindak pidana” (Wirjono
Prodjodikoro, 2002:55). Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) tidak memberikan penjelasan secara rinci mengenai istilah
strafbaar feit.
Istilah strafbaar feit diterjemahkan oleh para pakar hukum pidana
di Indonesia dengan istilah yang berbeda-beda. Diantaranya ada yang
memakai istilah delik, peristiwa pidana, perbuatan pidana, tindak pidana,
pelanggaran pidana. perbuatan yang melawan hukum atau bertentangan
dengan tata hukum dan diancam pidana apabila perbuatan yang dilarang
itu dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggung jawabkan
Berikut merupakan pendapat para ahli hukum mengenai pengertian
tindak pidana, yaitu:
1) Menurut Adami Chazawi “Tindak Pidana dapat dikatakan berupa
istilah resmi dalam perundang-undangan negara kita. Dalam hampir
seluruh perundang-undangan kita menggunakan istilah tindak pidana
untuk merumuskan suatu tindakan yang dapat diancam dengan suatu
pidana tertentu” (2002 : 67).

commit to user

1515
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

2) Menurut P.A.F Lamintang


Pembentuk undang-undang kita telah menggunakan istilah
strafbaar feit untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai
tindak pidana di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Perkataan feit itu sendiri dalam bahasa Belanda berarti sebagian
dari kenyataan, sedangkan starfbaar berarti dapat dihukum,
hingga secara harafiah perkataan strafbaar feit dapat
diterjemahkan sebagai sebagian dari suatu kenyataan yang
dapat dihukum yang sudah barang tentu tidak tepat karena kita
ketahui bahwa yang dapat dihukum adalah manusia sebagai
pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan, maupun tindakan
(1997 : 181).
3) Vos merumuskan bahwa “suatu strafbaar feit itu adalah kelakuan
manusia yang diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan”
(Martiman P, 1996 : 16).
4) Menurut Simons mengenai tindak pidana, beliau mengemukakan
bahwa “strafbaar feit adalah suatu tindakan melawan hukum yang
dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang yang dapat dipertanggung
jawabkan atas tindakannya, yang dinyatakan sebagai dapat dihukum”
(Simons,1992 :127).
5) Moeljatno berpendapat ”perbuatan pidana adalah perbuatan yang
dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman
(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar
larangan tersebut” ( Moeljatno,2000 : 54).
6) Karni memberi pendapat bahwa ”delik itu mengandung perbuatan
yang mengandung perlawanan hak yang dilakukan dengan salah dosa
oleh seorang yang sempurna akal budinya dan kepada siapa perbuatan
patut dipertanggung jawabkan” (Sudarto, 1990 : 42).
7) Menurut Profesor Pompe dalam buku P.A.F. Lamintang merumuskan
Strafbaarfeit yaitu :
Strafbaarfeit itu secara teoritis dapat dirumuskan sebagai suatu
pelanggaran norma (gangguan terhadap tata tertib hukum) yang
dengan sengaja maupun tidak dengan sengaja telah dilakukan
oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap
pelaku tersebut adalah untuk terpeliharanya tertib hukum dan
terjaminnya kepentingan
commit to umum
user (P.A.F.Lamintang,1997 : 181).
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

8) Arti delict itu sendiri dalam Kamus Hukum diartikan sebagai “delik,
tindak pidana, perbuatan yang diancam dengan hukuman” (R.Subekti
dan Tjitrosoedibio, 2005:35).
Dari berbagai pengertian tindak pidana yang diberikan oleh para
ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang dan orang tersebut bertanggung jawab atas
perbuatannya. Perbuatan yang dilakukan adalah tindakan melawan hukum
atau yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sehingga perbuatan tersebut dapat diancam dengan pidana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian pidana
tersebut dengan maksud untuk memberikan efek jera bagi orang yang
bersangkutan dan orang yang mengetahuinya.

b. Unsur –Unsur Tindak Pidana


Ada berbagai pendapat ahli mengenai unsur-unsur tindak pidana,
antara lain:
1) Unsur-unsur tindak piadana menurut Moeljatno, antara lain:
a) Perbuatan (manusia);
b) Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil);
c) Bersifat melawan hukum (syarat meteriil).
Syarat formil harus ada, karena hanya asas legalitas yang
tersimpul dalam Pasal 1 KUHP. Syarat materiil juga harus ada,
kerena perbuatan itu harus betul-betul dirasakan oleh
masyarakat sebagai perbuatan yang tak boleh atau tak patut
dilakukan; oleh karena bertentangan dengan atau menghambat
akan tercapainya tata dalam pergaulan masyarakat yang dicita-
citakan oleh ,masyarakat itu. Moeljatno berpendapat, bahwa
“kesalahan dan kemampuan bertanggung jawab dari si pembuat
tidak masuk sebagai unsur perbuatan pidana, karena hal-hal
tersebut melekat pada orang yang berbuat” (Sudarto, 1990:43).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

2) Menurut Van Hamel unsur-unsur tindak pidana atau strafbaarfeif antara


lain :
“Unsur-unsur strafbaarfeit adalah:
a) Perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang;
b) Bersifat melawan hukum;
c) Dilakukan dengan kesalahan;
d) Dapat dipidana” (Sudarto,1991 : 26).
3) Menurut E.Mezger, terdiri dari :
“Unsur –unsur tindak pidana adalah:
a) Perbuatan dalam arti yang luas dari manusia;
b) Sifat melawan hukum;
c) Dapat dipertanggungjawabkan kepada seseorang;
d) Diancam dengan pidana” (Sudarto, 1991 : 26).
4) Menurut D.Simons dalam buku Sudarto, unsur- unsur tindak pidana :
“Unsur –unsur strafbaarfeit adalah:
a) Perbuatan manusia;
b) Diancam dengan pidana;
c) Melawan hukum;
d) Dilakukan dengan kesalahan;
e) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab” (1991 :28).
5) Menurut P.A.F Lamintang yang merumuskan unsur-unsur tindak pidana
sebagai berikut :
Jika kita berusaha untuk merumuskan suatu rumusan delik ke
dalam unsur-unsurnya, maka yang mula-mula dapat kita jumpai
adalah disebutkannya suatu tindakan manusia, dengan tindakan
itu seseorang telah melakukan sesuatu tindakan yang terlarang
oleh undang-undang. Setiap tindak pidana yang terdapat
didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana itu pada
umumnya dapat kita jabarkan ke dalam unsur-unsur yang pada
dasarnya dapat kita bagi menjadi dua macam unsur, yakni
unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif.
Tindak pidana dapat dibedakan menjadi dua unsur yaitu unsur
subjektif dan unsur objektif. Penjabaran dari dua unsur tersebut
sebgai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

a) Unsur Subjektif
Yaitu unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang
berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk
kedalamnya yaitu segala sesuatu yang ada dalam diri dan
pikirannya. Unsur ini terdiri dari:
(1) Kesengajaan (dolus) atau ketidak sengajaan (culpa);
(2) Maksud atau voornemen pada suatu percobaan seperti
yang dimaksud dalam pasal 53 ayat 1 KUHP;
(3) Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang
terdapat dalam kejahatan pencurian, penipuan,
pemerasan, pemalsuan dan lain sebagainya;
(4) Perasaan takut atau vress;
(5) Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad.
b) Unsur Objektif
Yaitu unsur yang ada hubungannya dengan keadaan yang
terjadi, dalam keadaan dimana tindakan si pelaku itu harus
dilakukan. Unsur objektif terdiri dari:
(1) Melanggar hukum (wedenrechtelijkheid);
(2) Kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai
pegawai negeri” di dalam kejahatan jabatan menurut
Pasal 415 KUHP atau “keadaan sebagai pengurus atau
komisaris dari suatu perseroan terbatas” di dalam
kejahatan menurut Pasal 398 KUHP. Kausalitas, yaitu
hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab
dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat
(P.A.F.Lamintang,1997 : 191-194).

c. Jenis –Jenis Tindak Pidana


Menurut Adami Chazawi dalam bukunya Pelajaran Hukum Pidana I,
tindak pidana terdiri dari berbagai jenis. Dimana antara tindak pidana yang
satu dengan yang lain terdapat perbedaan. Tindak pidana terdiri dari berbagai
jenis, yaitu:
1) Kejahatan dan Pelanggaran
Kejahatan atau rechtdelicten adalah perbuatan yang bertentangan
dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam
suatu undang-undang atau tidak. Jadi yang merasakan itu adalah tindak
pidana atau bukan adalah masyarakat. Pelanggaran atau westdelict ialah
perbuatan yang oleh umum baru disadari sebagai suatu tindak pidana,
setelah perbuatan tersebut dirumuskan oleh undang-undang sebagai tindak
pidana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

2) Tindak Pidana Formil dan Tindak Pidana Materiil


Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan
sedemikian rupa, sehingga inti dari rumusan undang-undang tersebut
adalah larangan yang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.
Perumusannya tidak memperhatikan dan atau tidak memerlukan timbulnya
akibat tertentu dari perbuatan sebagai syarat penyelesaian tindak pidana,
melainkan semata-mata pada perbuatannya.
Tindak pidana materiil, inti larangan adalah pada menimbulkan
akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkan akibat yang
dilarang itulah yang harus mempertanggungjawabkan dan dipidana.
3) Tindak Pidana Sengaja dan Tindak Pidana Kelalaian
Tindak pidana sengaja atau doleus delicten adalah tindak pidana
yang dalam rumusannnya dilakukan dengan kesengajaan atau mengandung
unsur kesengajaan. Tindak Pidana kelalaian atau colpuse delicten adalah
tindak pidana yang mengandung unsur kealpaan atau ketidak sengajaan si
pelaku saat melakukan perbuatan tersebut.
4) Tindak Pidana Aktif dan Tindak Pidana Pasif
Tindak pidana aktif (delicta commisionis) adalah tindak pidana
yang perbuatannya aktif, positif, materiil, yang untuk mewujudkannya
disyaratkan adanya gerakan dari anggota tubuh yang berbuat. Tindak
pidana pasif (delicta omisionis) ada suatu kondisi tertentu yang
mewajibkan seseorang dibebani kewajiban hukum untuk berbuat tertentu,
yang apabila ia tidak melakukan perbuatan itu secara aktif maka ia telah
melanggar kewajibannya tadi. Delik ini juga disebut sebagai tindak pidana
pengabaian suatu kewajiban hukum.
5) Tindak Pidana Terjadi Seketika dan Tindak Pidana yang Berlangsung
Terus
Tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga untuk
terwujudnya dalam waktu seketika atau waktu singkat saja disebut dengan
aflopende delicten. Tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa
commit
sehingga terjadinya tindak to user
pidana itu berlangsung lama, yakni setelah
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

perbuatan itu dilakukan tindak pidananya masih berlangsung terus dalam


waktu yang lama. Tindak pidana ini dalam bahasa aslinya yaitu belanda,
disebut sebagai voortdurende delicten.
6) Tindak Pidana Umum dan Tindak Pidana Khusus
Tindak pidana umum adalah semua tindak pidana yang dimuat
dalam KUHP sebagai kodifikasi hukum pidana materiil. Tindak pidana
khusus adalah semua tindak pidana yang terdapat di luar kodifikasi
tersebut.
7) Tindak Pidana yang Dapat Dilakukan Semua Orang dan Tindak Pidana
yang Hanya Dapat Dilakukan Orang Tertentu
Delicta communia adalah tindak pidana yang dapat dilakukan oleh
semua orang. Pada umumnya peraturan yang dirumuskan dalam undang-
undang maksudnya mencegah dilakukannya suatu perbuatan yang dapat
berlaku bagi masyarakat umum, jika aturan yang bersifat umum tersebut
dilanggar, maka terjadilah apa yang disebut dengan delicta comunia
tersebut. Dalam peraturan perundangan terdapat beberapa ketentuan yang
hanya berlaku bagi masayarakat dengan kualitas tertentu,dalam hal ini bisa
berkaitan dengan pekerjaan atau tugas yang diembannya, maupun
berkenaan dengan hubungan pelaku dengan hal yang dilakukannya.
8) Tindak Pidana Biasa dan Tindak Pidana Aduan
Tindak pidana biasa adalah tindak pidana yang untuk dilakukan
penuntutan pidana terhadap pelakunya tidak disyaratkan adanya
pengaduan dari orang yang berhak. Tindak pidana aduan atau yang lebih
populer di masyarakat dengan delik aduan adalah tindak pidana yang
untuk dapat diadakan penuntutan terhadap peritiwa tersebut disyaratkan
adanya pengaduan dari pihak yang berhak, dalam hal ini bisa oleh korban
maupun orang yang mempunyai hubungan tertentu dengan peristiwa
tersebut.
9) Tindak Pidana Dalam Bentuk Pokok, yang diperberat dan yang diperingan
Tindak pidana dalam bentuk pokok atau eenvoudige delicten,
commit
dirumuskan secara lengkap to user
artinya semua unsur-unsurnya dicantumkan
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

dalam rumusan suatu tindak pidana pada perundang-undangan. Tindak


pidana pada bentuk yang diperberat atau yang diperingan tidak mengulang
kembali unsur-unsur bentuk pokok tersebut, melainkan sekedar menyebut
kualifikasi bentuk pokoknya atau pasal bentuk pokoknya, kemudian
disebutkan atau ditambahkan unsur yang bersifat memberatkan atau
meringankan secara tegas dalam rumusannya yang biasanya berimbas
pada ancaman pidana yang akan dikenakan.
10) Tindak Pidana Berdasarkan Kepentingan Hukum yang dilindungi
Dalam KUHP, dibuat pengelompokan-pengelompokan tertentu
terhadap tindak pidana yang didasarkan pada kepentingan hukum yang
dilindungi. Bila kita mendasarkan pengaturan tersebut sesuai dengan
hukum yang dilindungi, maka jumlah tindak pidana yang ada tidaklah
terbatas, yang akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.
Dalam hal ini peranan hukum pidana khusus sangatlah penting, untuk
menjadi semacam wadah pengaturan tindak pidana di luar kodifikasi.
11) Tindak Pidana Tunggal dan Tindak Pidana Berangkai
Tindak pidana tunggal atau yang dalam bahasa belanda disebut
dengan enkelvoudige delicten adalah tindak pidana yang dirumuskan
sedemikian rupa, sehingga untuk dipandang selesai dan dapat dipidananya
pelaku hanya perlu dilakukan sekali saja. Tindak pidana berangkai
selesainya perbuatan dan dapat dipidananya pelaku harus menunggu
perbuatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Misalnya pada Pasal
296 KUHP tentang kesengajaan seseorang untuk memudahkan perbuatan
cabul oleh orang lain, kemudian menjadikannya sebagai pencarian atau
kebiasaan. Hal yang digaris bawahi disini adalah mengenai kebiasaan yang
menjadikan perbuatan tersebut menjadi berulang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

2. Tinjauan UmumTentang Amunisi


a. Pengertian Amunisi
Terdapat beberapa pengertian amunisi, yaitu:
1) Dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Darurat Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1951 yang dimaksudkan dengan pengertian senjata
api dan amunisi termasuk juga segala barang sebagaimana diterangkan
dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan Senjata Api (Vuurwapenregeling :
in-, uit-, doorvoer en lossing) 1936 (Stbl. 1937 No. 170), yang telah
diubah dengan Ordonnantie tanggal 30 Mei 1939 (Stbl. No. 278),
tetapi tidak termasuk dalam pengertian itu senjata-senjata yang nyata-
nyata mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau barang yang ajaib
(merkwaardigheid), dan bukan pula sesuatu senjata yang tetap tidak
dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa sehingga tidak dapat
dipergunakan.
2) Dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2010, amunisi adalah suatu rangkaian komponen dan
bahan kimia yang dapat menimbulkan api maupun ledakan.
3) Amunisi yaitu: “amunisi adalah alat apa saja yang dibuat atau
dimaksudkan untuk digunakan dalam senjata api sebagai proyektil atau
yang berisi bahan yang mudah terbakar yang dibuat atau dimaksudkan
untuk menghasilkan perkembangan gas di dalam Senjata Api untuk
meluncurkan proyektil” ( Bambang Semedi,2011 : 26).
4) “Amunisi adalah suatu benda yang mempunyai bentuk dan sifat
balistik tertentu yang dapat diisi dengan bahan peledak atau mesiu dan
dapat ditembakkan atau dilontarkan dengan senjata maupun dengan
alat lain dengan maksud ditujukan kepada suatu sasaran tertentu untuk
merusak atau membinasakan” (Emma Zaidar,Makalah,2003:3).
5) “Amunisi merupakan bahan pengisi senjata api atau bahan peledak
yang ditambahkan pada musuh” (http://artikata.com/arti-318823-
amunisi.html, 6 November 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

6) Menurut Heru Gunaedi “ammunition/Munisi adalah suatu benda yang


diisi dengan bahan peledak/bahan kimia, dilengkapi dengan alat
pengumpan dan alat tambahan, mempunyai sifat, bentuk, dan balistik
tertentu, untuk sarana perang guna merusak/menghancurkan sesuatu”
(Heru Gunaedi,2005 : 409).

b. Bagian Amunisi
Amunisi merupakan bagian penting pada senjata api, karena tanpa
amunisi senjata api tidak bisa digunakan. Sebaliknya amunisi juga tidak
berguna apabila tidak ada senjata api, jadi amunisi dan senjata api dapat
diibaratkan sebagai simbiosis mutualisme dimana keduanya saling
menguntungkan. Amunisi terdiri dari berbagai bagian, yaitu:
1) Menurut Emma Zaidar dalam makalahnya, amunisi pada umumnya
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a) Berdasarkan struktur. Pembagian amunisi berdasarkan
strukturnya dapat dibagi :
(1) Pelor (Bullet);
(2) Kelongsong (Cartridge Case);
(3) Isian dorong (Propelan);
(4) Penggalak (Primer).
b) Berdasarkan Kaliber. Pembagian amunisi berdasarkan
kalibernya dapat dibagi menjadi :
(1) Amunisi ringan (MURI). Muri ini dipakai pada
senjata yang mempunyai diameter lubang laras
maksimum 12,7 mm;
(2) Amunisi Berat (MURAT). Murat ini dipakai pada
senjata yang mempunyai diameter lubang laras diatas
12,7 mm (Emma Zaidar,2003:3).

2) Peluru dengan bentuk panjang adalah amunisi, peluru merupakan


bagian dari amunisi lebih tepatnya peluru adalah bagian ujung dari
amunisi. Menurut Anne Ahira :
Amunisi dalam senjata api memiliki bagian-bagian sebagai
berikut:
a) Primer
Bagian pada amunisi ini berungsi sebagai alat pematik
pembakaran atautodetonator,
commit user terletak di bagian bawah
yang berbentuk datar.
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

b) Rim
Bagian pada amunisi ini terletak di atas primer,
gunanya adalah untuk menyalurkan panas yang
dihasilkan primer pada bubuk mesiu.
c) Propelan
Propelan yang digunakan umumnya adalah bubuk
mesiu, bubuk mesiu hampir mengisi penuh bagian
amunisi.
d) Selongsong
Yang dimaksud dengan selongsong pada istilah
senjata api sebenarnya bukan moncong panjang yang
menjadi bagian dari senjata api, tapi adalah benda
berbentuk tabung yang menampung bubuk mesiu.
e) Peluru
Bagian ini terletak paling atas dari sebuah proyektil,
berbentuk segitiga dengan sudut tumpul, peluru inilah
yang intinya akan didorong oleh proses pembakaran tadi”
(http://www.anneahira.com/senjata-api.htm,8 November
2012).

3) Menurut Heru Gunaedi, bagian amunisi terdiri dari :


Untuk membedakan munisi yang satu dengan yang lainnya,
harus dipahami konstruksi dan bagian-bagiannya. Sebutan
munisi berdasarkan kontruksinya sebagai berikut:
a) Peluru adalah munisi yang terdiri dari pelor/proyektil,
kelongsong, isian dorong, dan penggalak/primer.
b) Granat adalah munisi yang bekerjanya dengan cara
dilempar kesasaran, baik dengan tangan maupun dengan
senjata.
c) Rocket adalah munisi yang meluncur kesasaran dengan
menggunakan tenaga jet sedangkan rudal adalah roket
yang dapat dikendalikan dengan peralatan penuntun baik
gelombang elektro magnetic, sinar infra merah,
gelombang panas dan sebagainya saat meluncur
kesasaran.
d) Ranjau adalah munisi yang harus dipasang pada tempat
tersembunyi/tersamar, guna menjebak lawan dapat
bekerja akibat ulah korban (Heru Gunaedi,2005:410-414).

4) Menurut Bambang Semedi “amunisi juga berarti bagian-bagian dari


amunisi seperti patroon hulzen (selongsong peluru), slaghoedjes
(penggalak), mantel kogels (peluru palutan), slachtveepatroonen
(pemalut peluru) demikian juga proyektil-proyektil yang dipergunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

untuk menyebarkan gas-gas yang dapat membahayakan kesehatan


manusia” (Bambang Semedi,2011:26).

c. Penggolongan Amunisi
1) Penggolongan amunisi ini berdasarkan pada amunisi yang didesain
khusus, yaitu :
Amunisi berdasarkan desain khusus digolongkan menjadi :
a) Super Vel Ammunition
Variasi dari amunisi untuk senjata api caliber
0,38”; pelurunya lebih ringan, sebagian dibungkus jaket,
kecepatannya tinggi (high velocity). Desain peluru ini dua
macam, yaitu : a flat nose soft point dan a hollow point.
Apabila pada umumnya caliber 0,38” (special standard),
velositasnya hanya 855 kaki/menit; maka apabila peluru
yang dipakai adalah “Super vel ammunition”, yang
kecepatannya 1370 kaki/menit, maka dapat dibayangkan
bahwa dari senjata api yang sama tetapi amunisinya beda,
walaupun lubang masuknya sama besarnya, kerusakan
organ dalam akan lebih dasyat pada yang
mempergunakan “Super vel ammunition”.
b) KTW Ammunition
Peluru untuk senjata api laras panjang yang terdiri
dari logam campuran yang dibalut teflon, dengan jaket
logam yang menutupi separuh dari anak peluru, dapat
menutupi laras serta alurnya. Desain seperti ini
memungkinkan terpisahnya jaket, sehingga berdampak
pada upaya penyidik dalam menelusuri senjata yang akan
dijadikan benda bukti, oleh karena jaket yang beralur dan
terpisah itu tidak dapat ditemukan.
c) Frangible bullets
Peluru untuk senjata kaliber 0,22” ini dibuat dari
serbuk timah atau besi, sehingga ketika mengenai tubuh
korban, peluru tersebut akan buyar. Dalam kasus ini
pemeriksaan dengan sinar-X dapat membantu untuk
mengetahui adanya penyebaran dalam tubuh korban.
Keadaan tersebut tentunya menyulitkan penyidik dalam
mengidentifikasi senjata yang menewaskan korban.
d) Quick Shock Ammunition
Bagian depan projektilnya berlubang (seperti jenis
“hollow point”), sedangkan bagian basisnya terbagi tiga.
Desain seperti ini dapat menjelaskan mengapa dalam
tubuh korban peluru pecah menjadi tiga bagian, dan
biasanya commit to user kemana-mana, tidak tembus,
tidak memantul
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

sehingga si penembak tidak perlu kuatir tembakannya


akan mengenai orang yang berada di belakang korban,
yang bukan target sasarannya
(http://jurnalmiliter.blogspot.com/2011/11/amunisi-
amunisi-yang-mempunyai-desain.html, 8 November
2012).

2) Menurut Heru Gunaedi juga digolongkan sebagai berikut :


Penggolongan amunisi selain berdasarkan atas besar kecilnya
ukiran maupun tujuan penggunaan
a) Berdasarkan kesatuan pengguna utama
(1) Munisi Infantri (muif) adalah semua macam/jenis
munisi yang digunakan untuk kesejahteraan infanteri,
antara lain meliputi:
(a) Munisi pistol dan pistol isyarat;
(b) Munisi senapan penembak runduk dan senapan
mesin;
(c) Munisi senapan otomatis dan senapan mesin;
(d) Granat tangan, granat senapan, granat launcher
dan granat mortir;
(e) Munisi senjata lawan tank.
(2) Munisi Alteri adalah semua macam/jenis munisi yang
digunakan untuk kesejahteraan arteleri, antara lain
meliputi:
(a) Munisi untuk senjata arteleri pertahanan udara;
(b) Munisi untuk senjata arteleri medan;
(c) Munisi untuk senjata kavaleri.
(3) Munisi Khusus adalah semua macam/jenis munisi
yang penggunaannya secara khusus oleh kesatuan
zeni guna kepentingan khusus, meliputi:
(a) Munisi penyembur api;
(b) Detonator,sumbu, bahan peledak;
(c) Ranjau, bungalor torpedo, dll.
b) Berdasarkan mutu/kondisi/kualitas
(1) Munisi baik (Kelas I untuk persediaan operasi);
(2) Munisi rusak terdiri dari rusak semu, rusak ringan,
rusak berat, rusak membahayakan.
c) Berdasarkan administrasi
(1) Munisi persediaan;
(2) Munisi latihan.
d) Berdasarkan penyimpangan dan pembekalan
(1) Munisi garis I;
(2) Munisi garis II;
(3) Munisi garis III (Heru Gunaedi,2005:415-422).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

d. Peraturan yang Mengatur Amunisi


Di Indonesia terdapat beberapa peraturan yang mengatur mengenai
amunisi, yaitu :
1) Undang –Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951
tentang mengubah “Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen”
(STLB.1948 Nomor 17) dan Undang-Undang Republik Indonesia
Dahulu Nomor 8 Tahun 1948;
2) Instruksi Presiden Republik Indonesia No.9 Tahun 1976 tentang
Peningkatan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api;
3) Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia No.7 tahun 2010
tentang Pedoman Perizinan,Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api
Standar Militer Diluar Lingkungan KementerianPertahanan dan
Tentara Nasional Indonesia;
4) Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan/ Panglima Angkatan
Bersenjata RI No.KEP/27/XII/1997 tanggal 28 Desember 1997 tentang
Tuntutan Kebijaksaan Untuk Meningkatkan Pengawasan Dan
Pengendalian Senjata Api;
5) SK Kapolri No.Skep/244/II/1999 dan SK Kepala Polri Nomor 82
Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian
Senjata Non-Organik.

3. Tinjauan Umum Tindak Pidana Tanpa Hak Menyimpan Amunisi


a. Pengertian Tindak Pidana Tanpa Hak Menyimpan Amunisi
Suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dan orang tersebut
yang bertanggung jawab atas perbuatannya. Perbuatan yang dilakukan
adalah tindakan melawan hukum atau yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu tanpa hak atau tanpa ijin
menyimpan amunisi secara ijin atau ilegal. Sehingga perbuatan tersebut
dapat diancam dengan pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Tindak pidana tersebut diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-


Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951. Dengan
diancam hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun yang terdapat
dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1951.

b. Unsur-Unsur Tindak Pidana Tanpa Hak Menyimpan Amunisi


Unsur –unsur tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi
menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia
No.12 Tahun 1951, sebagai berikut:
1) Unsur “Barang siapa”
Unsur barang siapa mengacu pada subyek hukum yaitu orang
atau disebut sebagai pelaku dari suatu tindak pidana dan terhadap
orang tersebut dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan
pidana yang dilakukan. Setiap manusia mempunyai kemampuan
bertanggung jawab kecuali secara tegas undang-undang menyatakan
lain.
2) Unsur “tanpa hak” memasukkan ke Indonesia membuat, menerima,
mencoba, memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan,
menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau
mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut,
menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan, dari
Indonesia senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak.
Unsur tanpa hak ini terdapat banyak perbuatan yang dilarang
sehingga unsur ini bersifat alternatif. Artinya perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang tidak harus memenuhi semua perbuatan yang dilarang,
melainkan cukup salah satu atau lebih perbuatan yang dilarang saja
yang terpenuhi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

4. Tinjauan Umum Tujuan Hukum


Dalam merumuskan tujuan hukum para ahli mengemukakan pendapat
yang berbeda-beda, yaitu :
1) Menurut Aristoteles
“Menurut Teori Etis ( “etische theorie” ) hukum hanya semata –
mata bertujuan mewujudkan keadilan. Hal tersebut dikemukan dalam
karyanya “Ethica Nicomachea” dan “Rhetorika” yang menyatakan bahwa
hukum mempunyai tugas yang suci yaitu member kepada setiap orang
yang ia berhak menerimanya” (H.Riduan Syahrani, 1999 : 20).
2) Menurut Jeremy Bentham
“Dalam teori utilities dikemukan bahwa hukum bertujuan
mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah saja, hukum bertujuan
menjamin adanya kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-
banyaknya” (H.Riduan Syahrani, 1999 : 21).
3) Menurut Bellefroid
“Bellefroid mengemukakan teori campuran yaitu antara pendapat
Aristoteles dan Jeremy Bentham dalam bukunya “Inleiding tot de
rechtswetenschap in Nederland”, yaitu bahwa isi hukum harus ditentukan
menurut dua asas yaitu keadilan dan faedah” (H.Riduan Syahrani, 1999 :
22).
4) Menurut Van Apeldoorn
Van Apeldoorn merumuskan tujuan hukum sebagai berikut:
Tujuan hukum adalah untuk mengatur pergaulan hidup secara
damai. Hukum menghendaki kedamaian. Kedamaian di
antara manusia dipertahankan oleh hukum dengan
melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang tertentu
yaitu kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda dan lain
sebagainya terhadap yang merugikan. Kepentingan individu
dan kepentingan golongan-golongan manusia selalu
bertentangan satu sama lain. Pertentangan kepentingan-
kepentingan ini selalu akan menyebabkan pertikaian dan
kekacauan satu sama lain kalau tidak diatur oleh hukum
untuk menciptakan kedamaian. Dan hukum pertahankan
kedamaian dengan mengadakan keseimbangan antara
kepentingan commit to user
yang dilindungi, di mana setiap orang harus
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

memperoleh sedapat mungkin yang menjadi haknya


(H.Riduan Syahrani,1999 : 22).
5) Menurut Utrecht
Utrecht merumuskan tujuan hukum sebagai berikut:
Hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum
(rechtszekerheid) dalam pergaulan manusia. Dalam tugas itu
tersimpul dua tugas lain, yaitu harus menjamin keadilan serta
hukum harus tetap berguna. Dalam kedua tugas tersebut
tersimpul pula tugas ketiga yaitu hukum bertugas polisionil
(politionele taak van hetrecht). Hukum menjaga agar dalam
masyarakat tidak terjadi main hakim sendiri (eigenrichting)
(H.Riduan Syahrani,1999 : 23).

6) Menurut Wirjono Prodjodikoro


“Tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan bahagia dan tertib
dalam masyarakat” (H.Riduan Syahrani, 1999 : 23).
7) Menurut Mochtar Kusumaatmadja
“Tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban.
Kebutuhan akan ketertiban ini syarat pokok bagi adanya suatu masyarakat
manusia yang teratur” (H.Riduan Syahrani, 1999 : 24).
8) Menurut Franka Salis
“Tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai,
hukum menghendaki perdamaian” (Van Apeldoorn, 2001:10).
9) Menurut Radbruch
Menurut Radbruch tujuan hukum ada tiga yang lebih dikenal
dengan nilai dasar hukum, yaitu :
Nilai-nilai dasar hukum yaitu keadilan, kegunaan dan
kepastian hukum, terdapat ketegangan satu sama lainnya,
kerena ketiganya berisi tuntutan yang berlain-lainan satu
sama lain. Misalnya kepastian hukum akan menggeser nilai
keadilan dan kegunaan. Bagi kepastian hukum yang utama
adalah adanya peraturan-peraturan, adil dan kegunaan bagi
masyarakat diluar pengutamaan nilai kepastian hukum.
Dengan adaya nilai-nilai yang berbeda tersebut maka
penilaian tentang keabsahan hukum dapat bermacam-macam
( Satjipto Rahardjo, 2006 :19).
Nilai keadilan menjadi ukuran bagi adil tidak adilnya tata hukum. Nilai
kegunaan adalah bagaimana commit
hukumto user
tersebut berguna dalam masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

sedangkan nilai kepastian hukum menitikberatkan bahwa kepastian hukum


adalah adanya peraturan itu sendiri.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Kepemilikan Amunisi

Boleh dimiliki masyarakat sipil Tidak boleh dimiliki masyarakat

sipil

Secara legal/resmi

Melalui proses penyelundupan

Masyarakat Sipil Dapat Memiliki Amunisi tanpa ijin

Penyalahgunaan Kepemilikan Amunisi

Melanggar Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat

Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951

Tindak Pidana Tanpa Hak Menyimpan Amunisi

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Keterangan :

Kerangka pemikiran diatas mencoba untuk memberikan gambaran


mengenai alur berfikir penulis dalam mengangkat, menggambarkan, menelaah,
dan menjabarkan serta menemukan jawaban atas permasalahan mengenai tindak
pidana tanpa hak menyimpan amunisi yang melanggar Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1951.
Senjata api dan amunisi merupakan suatu barang yang berbahaya yang
boleh memiliki hanyalah Tentara dan Polisi. Selain Tentara dan Polisi masyarakat
sipil tidak diperbolehkan untuk memiliki senjata api dan amunisi karena senjata
api dan amunisi tidak boleh digunakan dengan semena-mena. Akhir-akhir ini di
Indonesia banyak dijumpai kasus kepemilikan amunisi oleh masyarakat sipil yang
sampai diproses di Pengadilan.
Peredaran amunisi di Indonesia semakin merajalela, akibat peredaran
tersebut masyarakat dapat memiliki amunisi secara legal dan ilegal. Kepemilikan
amunisi secara legal adalah memiliki amunisi jenis tertentu yang diperbolehkan
untuk disimpan oleh masyarakat sipil. Kepemilikan amunisi secara ilegal adalah
memiliki amunisi yang dilarang dimiliki oleh masyarakat sipil secara tidak resmi
melalui proses penyelundupan.
Proses penyelundupan amunisi dapat melalui jalur darat, air maupun udara
setiap jalur tersebut memiliki hambatan dan resiko masing-masing. Biasanya
proses penyelundupan sudah direncanakan terlebih dahulu sehingga pada waktu
pelaksanaan semua berjalan dengan rapi. Tidak mudah melakukan proses
penyelundupan tetapi yang mengherankan walaupun sulit dan berisko tetap saja
dilakukan demi tujuan tertentu.
Masyarakat sipil yang mempunyai amunisi secara ilegal bisa digunakan
untuk hal baik dan hal yang tidak baik. Amunisi yang digunakan untuk hal yang
tidak baik seperti menggunakannya untuk melakukan suatu tindak pidana.
Kepemilikan amunisi secara ilegal yang disalahgunakan sangat membuat resah
dan merugikan masyakat lain serta menimbulkan ketakutan. Amunisi merupakan
commit
bahan peledak yang berbahaya tidak to user
semua orang bisa mempergunakannya hanya
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

orang tertentu saja seperti Tentara dan Polisi. Karena sifatnya yang berbahaya
maka amunisi tidak boleh dimiliki oleh masyarakat sipil, kecuali ada ijinnya.
Peraturan yang mengatur mengenai kepemilikan amunisi di Indonesia
sudah ada walaupun tidak secara spesifik mengatur amunisi tetapi juga mengatur
mengenai senjata api. Walaupun begitu tetap ada yang mencari celah untuk
melanggar peraturan yang ada. Masyarakat sipil yang memiliki amunisi secara
ilegal secara hukum telah melanggar Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951. Tindakan menyimpan amunisi
tersebut termasuk dalam tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi dengan
ancaman hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman
penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Untuk dapat menguraikan dan memberikan penjelasan dalam


pembahasan mengenai penulisan hukum yang dibuat penulis, maka
penulisan akan melalukan studi putusan Pengadilan Negeri Surakarta
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska. Data yang diperoleh penulis sebagai berikut:

Perkara Tindak Pidana Tanpa Hak Menyimpan Amunisi dengan


terdakwa MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO
alias ABU RAYYAN alias ABU AISYAH

1. Identitas
Nama lengkap :MUHAMMAD BAHRUNNA’IM
ANGGIH TAMTOMO alias ABU
RAYYAN alias ABU AISYAH
Tempat Lahir : Pekalongan
Umur/Tangal Lahir : 27 tahun/6 September 1983
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kebangsaan/Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jalan Kali Sampang RT. 002 / RW.
003 Kampung Metrodranan,
Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan
Pasar Kliwon, Kota Surakarta
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : D3.

commit to user

36
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

2. Kasus Posisi
a. Pada tanggal 7 November 2010 RULLY JUANDA, S.H. bersama
RIFO WIJAYANTO, dan MARYUDI SALEMPANG petugas
Kepolisian dari Mabes Polri menerima informasi bahwa ada
seseorang yang bernama NAIM yang tinggal di daerah Metrodranan,
Pasar Kliwon, Surakarta memiliki sejumlah amunisi dan seseorang
yang bernama NAIM tersebut diduga memiliki keterkaitan dengan
jaringan pelaku teror. Lalu petugas Kepolisian tersebut memastikan
informasi yang diterima tersebut dengan mengadakan penyelidikan
di lapangan;
b. Kemudian pada tanggal 9 November 2010 berdasarkan Surat
Perintah Tugas dan Surat Perintah Penangkapan petugas Kepolisian
tersebut melakukan pembuntutan terhadap sasaran yakni terdakwa
MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO alias
ABU RAYYAN alias ABU AISYAH, dan sekitar pukul 12.00 WIB
bertempat di Jalan Mayor Sunaryo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota
Surakarta tepatnya di depan Beteng Trade Center, petugas
Kepolisian tersebut menghentikan Terdakwa yang saat itu sedang
mengendarai sepeda motor;
c. Selanjutnya petugas Kepolisian memberitahukan kepada Terdakwa
mengenai identitas diri yang berasal dari petugas Kepolisian dengan
menunjukkan surat tugas lalu petugas Kepolisian bertanya kepada
Terdakwa mengenai identitas diri Terdakwa dan Terdakwa
memberikan KTP atas nama MUHAMMAD BAHRUNNA’IM
ANGGIH TAMTOMO, lalu petugas Kepolisian mengadakan
interogasi dan Terdakwa MUHAMMAD BAHRUNNA’IM
ANGGIH TAMTOMO menerangkan bahwa benar dirumahnya yang
beralamat di Jalan Metrodranan RT. 002 / RW. 003, Kelurahan Pasar
Kliwon, Kecamatan pasar Kliwon, Kota Surakarta telah disimpan
sejumlah amunisi dan peluru yang diperoleh Terdakwa dari
seseorang yang bernama commit to userPUTRA alias IPUNG alias
PURNAMA
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

TIKUS alias USMAN alias USAMAH (belum tertangkap dan masuk


dalam Daftar Pencarian Orang/DPO);
d. Atas pengakuan dari Tersangka tersebut, dimana situasi pada saat itu
sedang hujan deras dan di sekitar lokasi rumah Terdakwa yang
terletak di Metrodranan RT. 002/ RW. 003 Kelurahan Pasar Kliwon,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta tepat berada disamping
kali besar dalam kondisi banjir mencapai 80 (delapan puluh) cm,
akhirnya petugas Kepolisian memutuskan untuk menunggu sampai
hujan reda dan air surut;
e. Pada tanggal 10 November 2010 sekitar pukul 05.00 WIB barulah
petugas Kepolisian dapat melakukan penggeledahan setelah hujan
berhenti dan banjir mulai surut. Kemudian petugas kepolisian
mencari Ketua RT setempat yaitu Sdr. MULYADI dan dengan
kesaksian Ketua RT Metrodranan RT. 002/ RW. 003 Kelurahan
Pasar Kliwon, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta
Sdr.MULYADI dan Terdakwa serta petugas Kepolisian mengadakan
penggeledahan terhadap rumah Terdakwa;
f. Ketika dilakukan penggeledahan, Terdakwa menunjuk sebuah
ruangan yang berada di bagian belakang rumah yang merupakan
garasi. Setelah sampai di dalam ruangan tersebut Terdakwa
mengambil 1 (satu) tas ransel hitam yang kemudian di hadapan
petugas Kepolisian dan Ketua RT yaitu Sdr. MULYADI, Terdakwa
membuka tas ransel hitam tersebut dan di dalamnya terdapat 1 (satu)
buah kardus yang terbuat dari karton. Setelah kardus disobek
permukaan atasnya terdapat 1 (satu) plastik putih yang berisi
sejumlah peluru dan holdster (sarung) senjata serta kotak-kotak kecil
berwarna merah muda yang setelah dibuka isinya adalah amunisi
peluru berukuran panjang;
g. Terdakwa dengan disaksikan oleh petugas Kepolisian dan Ketua RT
yaitu Sdr. MULYADI mengadakan perhitungan terhadap amunisi
commit
peluru tersebut dan berjumlah 28to(dua
userpuluh delapan) kotak kertas
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

warna merah jambu berisi 533 (lima ratus tiga puluh tiga) butir
peluru senjata api laras panjang dan 1 (satu) kantong plastik putih
yang di dalamnya terdapat 32 ( tiga puluh dua ) butir peluru senjata
api kaliber 9 mm dan 1 (satu) buah sarung senjata warna hitam;
h. Barang-barang hasil penggeledahan oleh petugas Kepolisian di
rumah Terdakwa tersebut diakui merupakan barang titipan yang
dititipkan kepada Terdakwa sekitar tahun 2005 oleh orang yang
bernama PURNAMA PUTRA alias IPUNG alias UUS alias TIKUS
alias USMAN alias USAMAH (belum tertangkap dan masuk dalam
Daftar Pencarian Orang/DPO);
i. Terdakwa tidak memiliki wewenang maupun ijin dari pihak yang
berwenang atas kepemilikan atau menyimpan 28 (dua puluh
delapan) kotak kertas warna merah jambu berisi 533 (lima ratus tiga
puluh tiga ) butir peluru senjata api laras panjang, 1 (satu) kantong
plastik putih yang di dalamnya terdapat 32 (tiga puluh dua) butir
peluru senjata api kaliber 9 mm, dan 1(satu) buah sarung senjata
warna hitam, dan Terdakwa juga mengetahui bahwa menerima,
menyimpan, menyembunyikan amunisi peluru adalah perbuatan
yang melanggar hukum yang berlaku di Indonesia serta tidak
memiliki keterkaitan dengan pekerjaan sehari-hari.
j. Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik
Pusat Laboratrium Bareskim Polri Nomor : 2925/BSI/2010 tanggal
16 Desember 2010, berkesimpulan berdasarkan hasil pemeriksaan
dari data/ file Unit Senjata Api Forensik Puslabfor maka pemeriksa
berpendapat bahwa:
a) 32 (tiga puluh dua) butir peluru Bukti PBI s/d PB32 yang disebut
pada Bab I adalah terdiri dari 16 (enam belas) butir peluru tajam
caliber 9 mm (Round Nose) dan 16 (enam belas) butir peluru
tajam (Hollow point) caliber 9 mm, masih aktif dan merupakan
peluru senjata api berkaliber 9 mm;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

b) 533 (lima ratus tiga puluh tiga) butir peluru Bukti PB33 s/d
PB565 yang tersebut pada Bab I Sub 2 adalah peluru tajam Full
Metal Jacketed (Pointed) kaliber 7,62 x 39 mm, masih aktif dan
merupakan peluru senjata api laras panjang AK-47 dan SKS 7,62
mm.

3. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum


------Bahwa ia Terdakwa MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH
TAMTOMO alias ABU RAYYAN alias ABU AISYAH pada hari
minggu 10 November 2010 sekitar pukul 05.00 WIB atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu pada bulan November tahun 20120 bertenpat
di Metrodranan RT. 002/ RW.003 Kelurahan Pasar Kliwon Kecamatan
Pasar Kliwon Kota Surakarta atau setidak-tidaknya pada suatu waktu
tempat lain yang masih termasuk di dalam daerah hukum Pengadilan
Negeri Surakarta, tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat,
menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya
atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut,
menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan dari Indonesia
sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, yang dilakukan
Terdakwa dengan cara antara lain sebagai berikut:
a. Bahwa pada tanggal 7 November 2010 RULLY JUANDA, S.H.
bersama RIFO WIJAYANTO, dan MARYUDI SALEMPANG
petugas Kepolisian dari Mabes Polri menerima informasi bahwa ada
seseorang yang bernama NAIM yang tinggal di daerah Metrodranan,
Pasar Kliwon, Surakarta memiliki sejumlah amunisi dan seseorang
yang bernama NAIM tersebut diduga memiliki keterkaitan dengan
jaringan pelaku teror. Lalu petugas Kepolisian tersebut memastikan
informasi yang diterima tersebut dengan mengadakan penyelidikan
di lapangan;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

b. Kemudian pada tanggal 9 November 2010 berdasarkan Surat


Perintah Tugas dan Surat Perintah Penangkapan petugas Kepolisian
tersebut melakukan pembuntutan terhadap sasaran yakni terdakwa
MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO alias
ABU RAYYAN alias ABU AISYAH, dan sekitar pukul 12.00 WIB
bertempat di Jalan Mayor Sunaryo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota
Surakarta tepatnya di depan Beteng Trade Center, petugas
Kepolisian tersebut menghentikan Terdakwa yang saat itu sedang
mengendarai sepeda motor;
c. Bahwa selanjutnya petugas Kepolisian memberitahukan kepada
Terdakwa mengenai identitas diri yang berasal dari petugas
Kepolisian dengan menunjukkan surat tugas lalu petugas Kepolisian
bertanya kepada Terdakwa mengenai identitas diri Terdakwa dan
Terdakwa memberikan KTP atas nama MUHAMMAD
BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO, lalu petugas Kepolisian
mengadakan interogasi dan Terdakwa MUHAMMAD
BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO menerangkan bahwa
benar dirumahnya yang beralamat di Jalan Metrodranan RT. 002 /
RW. 003, Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan pasar Kliwon, Kota
Surakarta telah disimpan sejumlah amunisi dan peluru yang
diperoleh Terdakwa dari seseorang yang bernama PURNAMA
PUTRA alias IPUNG alias TIKUS alias USMAN alias USAMAH
(belum tertangkap dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang/DPO);
d. Bahwa atas pengakuan dari Tersangka tersebut, dimana situasi pada
saat itu sedang hujan deras dan di sekitar lokasi rumah Terdakwa
yang terletak di Metrodranan RT. 002/ RW. 003 Kelurahan Pasar
Kliwon, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta tepat berada
disamping kali besar dalam kondisi banjir mencapai 80 (delapan
puluh) cm, akhirnya petugas Kepolisian memutuskan untuk
menunggu sampai hujan reda dan air surut;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

e. Bahwa pada keesokan harinya tanggal 10 November 2010 sekitar


pukul 05.00 WIB barulah petugas Kepolisian dapat melakukan
penggeledahan setelah hujan berhenti dan banjir mulai surut.
Kemudian petugas kepolisian mencari Ketua RT setempat yaitu Sdr.
MULYADI dan dengan kesaksian Ketua RT Metrodranan RT. 002/
RW. 003 Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota
Surakarta Sdr.MULYADI dan Terdakwa serta petugas Kepolisian
mengadakan penggeledahan terhadap rumah Terdakwa;
f. Bahwa ketika dilakukan penggeledahan, Terdakwa menunjuk sebuah
ruangan yang berada di bagian belakang rumah yang merupakan
garasi. Setelah sampai di dalam ruangan tersebut Terdakwa
mengambil 1 (satu) tas ransel hitam yang kemudian di hadapan
petugas Kepolisian dan Ketua RT yaitu Sdr. MULYADI, Terdakwa
membuka tas ransel hitam tersebut dan di dalamnya terdapat 1 (satu)
buah kardus yang terbuat dari karton. Setelah kardus disobek
permukaan atasnya terdapat 1 (satu) plastik putih yang berisi
sejumlah peluru dan holdster (sarung) senjata serta kotak-kotak kecil
berwarna merah muda yang setelah dibuka isinya adalah amunisi
peluru berukuran panjang;
g. Bahwa kemudian Terdakwa dengan disaksikan oleh petugas
Kepolisian dan Ketua RT yaitu Sdr. MULYADI mengadakan
perhitungan terhadap amunisi peluru tersebut dan berjumlah 28 (dua
puluh delapan) kotak kertas warna merah jambu berisi 533 (lima
ratus tiga puluh tiga) butir peluru senjata api laras panjang dan 1
(satu) kantong plastik putih yang di dalamnya terdapat 32 ( tiga
puluh dua ) butir peluru senjata api kaliber 9 mm dan 1 (satu) buah
sarung senjata warna hitam;
h. Bahwa ketika barang-barang hasil penggeledahan oleh petugas
Kepolisian di rumah Terdakwa tersebut diakui merupakan barang
titipan yang dititipkan kepada Terdakwa sekitar tahun 2005 oleh
commit toPUTRA
orang yang bernama PURNAMA user alias IPUNG alias UUS
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

alias TIKUS alias USMAN alias USAMAH (belum tertangkap dan


masuk dalam Daftar Pencarian Orang/DPO);
i. Bahwa Terdakwa tidak memiliki wewenang maupun ijin dari pihak
yang berwenang atas kepemilikan atau menyimpan 28 (dua puluh
delapan) kotak kertas warna merah jambu berisi 533 (lima ratus tiga
puluh tiga ) butir peluru senjata api laras panjang, 1 (satu) kantong
plastik putih yang di dalamnya terdapat 32 (tiga puluh dua) butir
peluru senjata api kaliber 9 mm, dan 1(satu) buah sarung senjata
warna hitam, dan Terdakwa juga mengetahui bahwa menerima,
menyimpan, menyembunyikan amunisi peluru adalah perbuatan
yang melanggar hukum yang berlaku di Indonesia serta tidak
memiliki keterkaitan dengan pekerjaan sehari-hari.
j. Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik
Pusat Laboratrium Bareskim Polri Nomor : 2925/BSI/2010 tanggal
16 Desember 2010, berkesimpulan berdasarkan hasil pemeriksaan
dari data/ file Unit Senjata Api Forensik Puslabfor maka pemeriksa
berpendapat bahwa:
1) 32 (tiga puluh dua) butir peluru Bukti PBI s/d PB32 yang disebut
pada Bab I adalah terdiri dari 16 (enam belas) butir peluru tajam
kaliber 9 mm (Round Nose) dan 16 (enam belas) butir peluru
tajam (Hollow point) caliber 9 mm, masih aktif dan merupakan
peluru senjata api berkaliber 9 mm;
2) 533 (lima ratus tiga puluh tiga) butir peluru Bukti PB33 s/d
PB565 yang tersebut pada Bab I Sub 2 adalah peluru tajam Full
Metal Jacketed (Pointed) kaliber 7,62 x 39 mm, masih aktif dan
merupakan peluru senjata api laras panjang AK-47 dan SKS 7,62
mm.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

4. Fakta Hukum Yang Diperoleh Berdasarkan Pemeriksaan di


Pengadilan
a. Saksi MULYADI
Bahwa saksi selaku ketua RT 02 RW 03 Metrodranan,
Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta
sejak Juni 2010 sampai dengan sekarang. Saksi menerangkan bahwa
benar terdakwa bertempat tinggal di Metrodranan RT 02 RW 03,
Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta
disamping sungai sejak bulan Agustus 2010 dan bertempat tinggal
bersama dengan istri dan anaknya yang berumur 1 tahun. Pada
tanggal 10 November 2010 sekitar pukul 05.30 WIB saksi
kedatangan seseorang yang mengaku Petugas Kepolisian, petugas
Kepolisian menanyakan apakah wilayah rumah sepanjang kali masih
lingkungan dimana saksi sebagai Ketua RT. Kemudian Polisi
mengajak saksi ke arah rumah Terdakwa dan memberitahu saksi
bahwa Terdakwa menyimpan amunisi di rumahnya. Polisi menyuruh
saksi untuk mengetuk pintu rumah terdakwa namun karena tidak ada
tanggapan Polisi mendobrak pintu rumah Terdakwa. Setelah itu
Polisi melakukan penggeledahan rumah Terdakwa, di garasi Polisi
mengambil CPU lebih dari 3 dan spanduk. Saksi menerangkan
karena Polisi mencari-cari namun tidak menemukan apa-apa
Terdakwa dibawa ke dalam rumah tersebut untuk menunjukkan
dimana amunisi itu disimpan. Di garasi terdapat gudang terkunci
namun Terdakwa mencari kunci tersebut tidak ditemukan maka
pintu gudang di dobrak oleh Polisi. Terdakwa mengikuti Polisi dari
pintu menuju gudang, didalam gudang Polisi menemukan sebuah tas
ransel dari tumpukan barang-barang dalam gudang. Tas ransel
tersebut berisi peluru dalam kotak berwarna merah jambu, 1 buah
sarung senjata berwarna hitam, 1 kantong putih berisi peluru.
Terdapat 28 kotak kertas warna merah jambu berisi 533 butir peluru,
commit
saksi tidak mengetahui jenis to user
peluru yang ditemukan tapi benar itu
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

peluru senjata api. Diruang tengah Polisi mengumpulkan peluru,


kepingan CD, buku net book, CPU yang semuanya dibawa oleh
petugas. Pada saat pengumpulan dan perhitungan barang bukti
Terdakwa hanya terdiam, setelah selesai perhitungan barang bukti
saksi dimintai tandatangan oleh petugas. Saksi juga membenarkan
bahwa sore sebelum penggeledahan hujan turun dan ada genangan
air di sekitar rumah Terdakwa lebih kurang semata kaki namun air
tidak masuk rumah dan tidak banjir.
b. Saksi MARYUDI SALEMPANG
Saksi merupakan penyidik dari Kepolisian dan yang
melakukan penangkapan terhadap Terdakwa. Saksi menerangkan
bahwa Terdakwa merupakan salah satu target operasi dari Densus 88
Anti Teror. Pada tanggal 7 November 2010 ada info di kantor saksi
bahwa ada seseorang yang bernama Naim yang tinggal di
Metrodranan RT 02 RW 03, Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan
Pasar Kliwon, Kota Surakarta memiliki sejumlah amunisi dan
seseorang yang bernama Naim tersebut diduga memiliki keterkaitan
dengan jaringan teroris baik yang telah mendapatkan vonis dan
menjalankan pidana maupun yang masih dalam proses penyelidikan
saksi dan tim. Setelah itu pada tanggal 9 November 2010 saksi
bersama tim mengikuti Terdakwa dari Kantor Pos Solo sampai BTC,
sekitar pukul 12.00 WIB di Jalan Mayor Sunaryo, Kecamatan Pasar
Kliwon, Kota Surakarta (di depan Beteng Trade Center) saksi dan
tim menghentikan Terdakwa yang saat itu mengendarai sepeda
motor kemudian dilakukan penangkapan berdasarkan Surat Perintah
Penangkapan Nomor : SP.Kap/102/XI/2010/Densus yang dipimpin
oleh AKBP Ibnu Suhaendra. Saksi memberitahukan identitas saksi
dan tim kepada Terdakwa, ketika saksi dan tim menanyakan
identitas, Terdakwa memberikan KTP atas nama Muhammad
Bahrunna’im Anggih Tamtomo. Pada saat dilakukan interogasi
commit toamunisi
Terdakwa mengakui menyimpan user di rumahnya. Amunisi
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

berupa peluru tersebut diperoleh dari Purnama Putra Alias Ipung


Alias Uus Alias Tikus Alias Usman Alias Usamah terpidana kasus
tindak pidana terorisme menyembunyikan dan membantu DPO
pelaku tindak pidana Noordin M.Top dan terlibat pengeboman
Kedutaan Australia Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan
pada tanggal 9 November 2004. Terdakwa juga mengakui bahwa
pernah menerima rangkaian bom yang ditinggalkan oleh Purnama
Putra Alias Ipung Alias Uus Alias Tikus Alias Usman Alias Usamah
dan rangkaian bom tersebut sudah dibuang Terdakwa di Sungai
Bengawan Solo. Pada tanggal 9 November 2010 malam saksi masih
bertemu dengan Terdakwa kemudian Terdakwa dibawa disuatu
tempat. Saat interograsi saksi tidak pernah ke rumah Terdakwa dan
Terdakwa menerangkan amunisi ada di dalam rumahnya. Sebelum
penggeledahan Terdakwa hanya memberitahukan posisi amunisi
didalam rumahnya dan tidak pernah menggambarkan denah
rumahnya. Saksi dan tim mendapatkan info bahwa dirumah
Terdakwa terkena banjir sehingga tidak bisa dilakukan
penggeledahan. Penggeledahan dilaksanakan tanggal 10 November
2010 pukul 05.00 WIB setelah banjir mulai surut dengan
koordinator Bp. Ibnu. Saat penggeledahan saksi dan tim mengajak
saksi Mulyadi selaku Ketua RT 02 RW 03 Kelurahan Pasar Kliwon
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Saksi dan tim meminta
saksi Mulyadi untuk mengetuk pintu rumah Terdakwa dengan
maksud meminta ijin agar dibuka oleh penghuni rumah namun tidak
ada jawaban maka pintu rumah akhirnya didobrak. Setelah pintu
dibuka dilakukan penggeledahan saksi dan tim berkeliling didalam
dan luar Terdakwa dan Terdakwa berada didalam mobil. Terdakwa
dipanggil petugas untuk menunjukkan dimana amunisi tersebut
disimpan, setelah itu Terdakwa membawa saksi dan tim masuk ke
dalam ruang seperti gudang. Pintu gudang yang dituju Terdakwa
commit
sudah dalam keadaan terbuka to sudah
dan user diadakan penggeledahan.
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Terdakwa menunjukkan posisi amunisi dan ditemukan sebuah tas


hitam berisi kotak (kardus), dengan disaksikan oleh tim saksi, tim
lainnya dan saksi Mulyadi serta Terdakwa isi tas tersebut
dikeluarkan dan diadakan perhitungan dan pemotretan. Tas tersebut
berisi 28 kotak kertas warna merah jambu berisi 533 butir peluru
peluru senjata api laras panjang dan 1 kantong plastik putih yang
didalamnya terdapat 32 butir peluru senjata api kaliber 9 mm dan 1
sarung senjata warna hitam. Kondisi peluru masih bagus/ aktif/ bisa
dipergunakan, kemudian tim melanjutkan penggeledahan didalam
rumah dan menyita beberapa CPU, laptop, buku-buku, spanduk, HT,
beberapa kepingan CD yang diduga memiliki keterkaitan dengan
Tindak Pidana Terorisme yang dilakukan Terdakwa. Saksi dan tim
membuat administrasi penggeledahan dan penyitaan atas tindakan
Kepolisian tersebut. Setelah barang bukti ditemukan Terdakwa
mengatakan barang bukti tersebut diperoleh dari Usman Alias Tikus
pada tahun 2004 satu minggu sebelum Usman ditangkap Polisi dan
barang bukti yang lain sebagian sudah dibuang ke Sungai Bengawan
Solo dan sekitarnya. Bahwa barang bukti yang diajukan di
persidangan sudah benar sesuai pada saat ditemukan. Pekerjaan
Terdakwa sebagai wiraswasta di bidang warnet dan jual beli baranng
menggunakan internet tidak ada kewenangan untuk menyimpan
amunisi.
c. Saksi RIFO WIJAYANTO
Di persidangan dibacakan berita acara penyidikan di bawah
sumpah, saksi tersebut pada pokoknya menerangkan amunisi
tersebut ditemukan di gudang di dalam rumah Terdakwa. Amunisi
tersebut diketemukan dalam keadaan tersimpan dalam beberapa
kotak karton warna merah jambu yang tersimpan dalam kotak besar
di dalam tas ransel berwarna hitam. Saksi Rifo Wijayanto dijakdikan
saksi atas penggeledahan dan penyitaan sejumlah barang-barang
commit
diantaranya sejumlah amunisi to user
peluru di rumah Terdakwa.
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

d. Saksi ALI MUBARAK SALEH NAHDI


Saksi adalah Linmas/hansip dari Kelurahan Pasar Kliwon,
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Menurut saksi Terdakwa
tinggal dirumah kontrakan bersama istri dan 1 orang anak. Keadaan
rumah Terdakwa selalu terkunci tidak pernah terbuka, saksi pernah
melihat rumah Terdakwa kedatangan tamu yang biasanya datang jam
17.00 WIB sampai magrib. Malam sebelum penggeledahan rumah
Terdakwa terkunci tidak ada petugas atau orang yang datang. Pada
saat penggeledahan tanggal 9 November 20120 saksi sedang
membersihkan kamar mandi dan saksi melihat petugas datang
namun dilarang mendekat dan disuruh merunduk. Saksi
menerangkan malam sebelumnya hujan tapi tidak menggenangi
rumah Terdakwa dan disebelah barat rumah Terdakwa banjir kurang
lebih semata kaki.
e. Saksi IRHAM ALI (saksi ADE CHARGE)
Saksi merupakan karyawan warnet milik Terdakwa sejak
tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 yang terletak di Gemblegan
namun sekarang warnet sudah tutup. Saksi memberikan keterangan
bahwa pada saat pindahan semua peralatan warnet sudah dicabut
namun tidak semuanya diangkut ke rumah kontrakan Terdakwa.
Peralatan warnet yang diangkut oleh saksi adalah monitor, alat-alat
computer, dan buku-buku dengan menggunakan mobil pick up.
Setelah sampai dirumah kontrakan Terdakwa barang-barang tersebut
diturunkan kemudian dimasukkan ke ruang belakang rumah sebelah
barat dekat sungai. Pada saat saksi memasukkan barang tersebut ke
gudang, gudang dalam keadaan kosong dan saksi tidak melihat ada
tas ransel di dalam gudang.
f. Saksi Ahli AKBP MARULI SIMANJUNTAK
Saksi adalah Kanit Senjata Api pada Puslabfor Barekrim
Polri dan pernah memeriksa barang bukti yang diajukan dalam
commit Acara
perkara ini. Sesuai Berita to user Pemeriksaan Laboratoris
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Kriminalistik Pusat Laboratrium Bareskrim Polri Nomor.


2925/BSI/2010 tanggal 16 Desember 2010, saksi melakukan
pemeriksaan bersama Amri Kamil,BSc,S.H dan Afifah,S.T terhadap
barang bukti yang diterima oleh Densus 88. Barang bukti dari
Densus 88 sudah memenuhi syarat formal 32 butir kaliber 9 mm,
533 butir kaliber 7,62 mm dalam keadaan disegel. Hasil pemeriksaan
32 butir peluru adalah peluru tajam kaliber 9 mm, yang meliputi 16
butir peluru berhead stamp P-A RH 9 mm Luger, 8 butir peluru
berhead stamp AP 03 9 mm Luger, 8 butir peluru berhead stamp
HSM 9 mm Luger sedangkan 533 adalah peluru tajam kaliber 7,62
berhead stamp 53964 dan belum ditembakkan (masih aktif). Ahli
bertugas memeriksa jenis dan kaliber peluru serta masih aktif atau
tidak. Barang bukti yang diperiksa ada yang tidak dapat dilihat tahun
pembuatannya namun sebagian ada yang bisa dilihat tahun
pembuatannya misalnya PT.PINDAD (produk peluru dalam negeri).
Barang bukti peluru tersebut dibuat/ diproduksi di Eropa Timur dan
barang bukti tersebut masih aktif dalam jangka panjang. Ketahanan
peluru tergantung pada kuat/ lemahnya pantulan, dibawah salah satu
barang bukti terdapat logo statement dari produsen peluru (dari
Jerman). Angka-angka didalam peluru menunjukkan nama Negara,
yang dimaksud dengan peluru dalah keseluruhan wujud peluru dan
anak peluru adalah bagian yang ada diujung peluru. Saksi ahli tidak
dapat memastikan tahun pembuatan peluru barang bukti tersebut.
Saksi ahli menerangkan bahwa barang bukti tersebut bukan
merupakan produksi Pindad, karena peluru produksi Pindad setelah
dibungkus kardus dibungkus lagi dengan kardus yang diberi kode
dan kemudian dibungkus dengan kertas putih licin dan setiap
penjualan Pindad selalu tercatat ke instansi resmi. Ciri-ciri buatan
Pindad yaitu pada headstamp ada tulisan Pin dan tahun pembuatan
serta kalibernya, dimensi, kotak/ kemasan ada tulisan Pindad dan
commitsaksi
jumlah isi. Hasil pemeriksaan to user
dan tim menyatakan barang
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

bukti tersebut masih aktif, peluru berukuran 9 mm berasal dari


Jerman sedangkan peluru berukuran 7,9 mm dari Eropa Timur
(Rusia).
g. Keterangan Terdakwa
Di depan persidangan Terdakwa memberikan keterangan
bahwa Terdakwa mengenali barang bukti yang diajukan
dipersidangan tersebut yang ditemukan di bagian belakang rumah
Terdakwa di dalam garasi yang digunakan sebagai gudang.
Terdakwa menempati rumah kontrakan di Jalan Kali Sampang
Kampung Metrodranan, Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan Pasar
Kliwon, Kota Surakarta sejak bulan Agustus 2010 sebelum
mengontrak ia tinggal di warnet Jalan Veteran No.112. Semua
barang dari warnet diangkut ke kontrakan berupa sekat, AC, meja
kursi, pakaian, TV, almari, perangkat computer lengkap, perangkat
computer diletakkan di gudang yang semula kosong. Pada hari
Selasa tanggal 9 November 2010 sekitar jam 11.00 WIB ketika
Terdakwa dalam perjalanan pulang ke rumah mengendarai sepeda
motor miliknya di Jl. Mayor Sunaryo, Kecamatan Pasar Kliwon,
Kota Surakarta (di depan Beteng Trade Center) kendaraannya
dihentikan Petugas Kepolisian yang terdiri dari 8 orang dengan
pakaian preman dengan mengendarai 1 mobil dan 2 sepeda motor
kemudian Terdakwa ditangkap dan dilakukan penggeledahan badan.
Pada saat penggeledahan KTP, SIM A dan SIM C Terdakwa disita
setelah itu Terdakwa ditutup matanya dan dibawa kesebuah hotel
yang ia tidak tahu dimana letaknya. Disana dia ditanya tentang
Obama dalam keadaan diborgol, mata tertutup, berjongkok, mulut
dibekap, dipukul dengan helm, tongkat bambo rotan, popor disiksa
sampai jam 20.00 WIB. Di hotel tersebut Terdakwa ditanya dimana
barang yang dipakai untuk menembak Obama dan setelah tutup mata
dibuka dia disuruh menggambar denah rumah Terdakwa. Keesokan
commit to2010
harinya hari Rabu 10 November user sekitar pukul 05.00 WIB
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

Terdakwa dibawa ke rumahnya, disana selain ada petugas terdapat


juga Ketua RT yaitu saksi Mulyadi. Petugas Polisi masuk terlebih
dahulu kemudian baru Terdakwa disuruh masuk untuk menunjukkan
posisi gudang. Gudang dalam keadaan tertutup, karena kunci gudang
tidak ditemukan maka pintu gudang didobrak dengan cara ditendang
oleh petugas yang bertopeng lalu petugas dan Terdakwa masuk ke
dalam gudang untuk mencari barang tersebut. Terdakwa mencari di
sebelah selatan namun tidak ketemu lalu petugas menemukan sebuah
ransel diatas kursi. Pada saat ransel ditemukan posisi Terdakwa
sedang menghadap ke arah lain. Isi tas ransel tersebut tersebut
dibuka disaksikan petugas dan saksi Mulyadi ditemukan 28 kotak
kertas warna merah jambu berisi 533 butir peluru senjata api, warna
barang bukti tersebut masih cerah. Terdakwa pernah melihat kotak-
kotak kecil bungkus amunisi tersebut sama dengan kotak-kotak yang
pernah Terdakwa terima dari Sdr. Purnama Putra Alias Ipung namun
tas tersebut bukanlah milik Terdakwa. Ipung merupakan kakak kelas
Terdakwa di SMA dan sama-sama aktif dalam organisasi sosial.
Pada tahun 2005 Ipung bersama istrinya datang ke rumah Terdakwa
di Jl.Indragiri No.57 RT 01 RW 01 Kelurahan Sangkrah, Kecamatan
Pasar Kliwon, Kota Surakarta sekitar pukul 16.00 WIB, dengan
membawa 2 bungkusan yang satu bungkusan kain songket berwarna
biru dibungkus tas kresek dan yang satu lagi berbentuk kotak
dibungkus kertas kado berwarna biru dan mengatakan barang
tersebut adalah dagangan dan Terdakwa disuruh meletakkan
bungkusan tersebut disudut ruang tamu setelah itu Ipung berpamitan
untuk pulang. Setelah satu minggu setelah itu Ipung ditangkap oleh
Densus 88 namun Terdakwa tidak mengetahui alasan
penangkapannya. Setelah Ipung keluar dari penjara sekitar tahun
2009 dia datang ke warnet milik Terdakwa sekitar pukul 21.00 WIB,
pada saat itu Terdakwa menanyakan masalah barang yang
dititipkannya tahun 2005 commit
namun to userdiam saja maka setelah itu
Ipung
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Terdakwa tidak berani menanyakan hal itu lagi. Terdakwa membuka


bungkusan tersebut dan ternyata isinya adalah kaleng kotak berisikan
PINDAD berwarna hijau tua. Kaleng tersebut dibuka menggunakan
alat pembuka kaleng dan terdapat kotak-kotak kertas berwarna
merah jambu dan setelah dibuka kotak kertas tersebut isinya adalah
peluru senjata api dengan ukuran besar yang panjangnya sekitar 10
cm. Terdakwa takut ketahuan menyimpan amunisi peluru tersebut
maka ia berusaha menyembunyikannya dengan menyusun kotak-
kotak kertas yang berisi amunisi peluru tersebut di dalam CPU
didudukan hardisk, dicasing hardisk dan hardisk masih bisa dipakai
kemudian CPU tersebut diletakkan dikamar tidur Terdakwa
sedangkan kaleng pembungkus amunisi tersebut dibuang. Selain
barang-barang tersebut ditemukan pula PCB (papan rangkaian
elektronik) yang kemudian PCB itu dipotong-potong lalu dibuang di
Sungai Bengawan Solo. Jumlah amunisi yang ada tidak pernak
dihitung oleh Terdakwa. Sekitar 15 kali sampai dengan tahun 2007
Terdakwa membuang satu persatu kotak berisi peluru tersebut ke
sungai Bengawan Solo dan yang terakhir pada saat banjir besar
tahun 2007 seluruh amunisi tersebut sudah habis dan tidak ada lagi
yang disimpan. Pekerjaan Terdakwa tidak ada hubunganya dengan
amunisi karena pekerjaannya berhubungan dengan warnet dan jual
beli online dan Terdakwa sempat membuka website tentang Obama.
Terdakwa tidak melaporkannya ke pihak Kepolisian karena takut
akan ditangkap dan dilibatkan dengan kegiatan yang dilakukan
Ipung. Sebagian keterangan dalam BAP Terdakwa dicabut karena
pada saat memberikan keterangan kepada penyidik kondisi
Terdakwa dalam keadaan tertekan baik fisik maupun psikis. Saat
Terdakwa dibawa dari Jakarta dan diperiksa oleh Jaksa Penuntut
Umum di Kejaksaan Negeri Surakarta Terdakwa menulis surat yang
ditulis tangan dan ditandatangani sendiri pada saat diperiksa/
commit
dilimpahkan ke Kejaksaan to user
Negeri Surakarta tertanggal 7 Januari
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

2011 Surakarta ditulis dalam keadaan tertekan secara psikis dan


menyatakan bahwa isi tulisan tangan tersebut tidak benar karena
Terdakwa tidak didampingi oleh Penasehat Hukum. Pada saat
penandatanganan BA Terdakwa tidak didampingi oleh Penasehat
Hukum dan masih trauma karena pemeriksaan dari Polda.

5. Pembelaan Terdakwa dan Penasihat Hukumnya


a. Setelah Surat Dakwaan Penuntut Umum dibacakan, terdakwa
menyatakan telah mengerti isi dan maksud dakwaan tersebut,
selanjutnya Terdakwa dan Pensihat Hukumnya mengajukan
keberatan /Eksepsi secara tertulis yang pada pokoknya menyatakan:
1) Dakwaan tidak cermat, jelas dan tidak lengkap, bahwa surat
dakwaan Penuntut Umum menyebutkan tempus delicti secara
tidak jelas, tidak lengkap, tidak cermat sehingga surat dakwaan
itu adalah kabur;
2) Tindak pidana yang didakwaan Penuntut Umum sebagaimana
diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 adalah tindak pidana formil.
b. Dalam pembelaan Terdakwa maupun Penasihat Hukumnya antara
lain mendahlilkan yang pada pokoknya sebagai berikut :
1) Prosedur penangkapan dan penggeledahan yang dilakukan oleh
petugas dilakukan dengan melanggar ketentuan perundang-
undangan dan selama proses pemeriksaan penyidikan tanpa
didampingi Penasihat Hukum, walaupun dalam berkas perkara
terdapat surat kuasa seorang advokat namun selama proses
pemeriksaan, pembuatan BAP,Terdakwa tidak mengenal dan
menghubungi Penasihat Hukumnya;
2) Pasal yang didakwakan kepada Terdakwa delik formil, sehingga
tidak jelas locus maupun tempus delictinya;
3) Keterangan saksi Maryudi Salempang dan Rifo Wijayanto tidak
commit
sesuai dengan ketentuan to user
yang berlaku, karena ada conflik
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

interest, disatu pihak para saksi sebagai penyidik yang bertugas


mengumpulkan barang bukti di pihak lain sebagai alat bukti
saksi;
4) Barang bukti berupa peluru, bukan barang bukti yang disimpan
oleh Terdakwa yang dititipkan oleh Purnama Putra yang
dititipkan tahun 2005, karena masih nampak baru dan masih
terlihat mengkilap.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

B. Pembahasan

1. Penerapan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik


Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 Terhadap Tindak Pidana Tanpa
Hak Menyimpan Amunisi Dalam Putusan Pengadilan Negeri
Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska

Perkembangan jaman semakin pesat, perkembangan itu pula


yang membuat timbulnya berbagai bentuk tindak pidana. Berbagai
macam tindak pidana ada di Indonesia mulai dari yang menggunakan
sarana yang tradisional sampai dengan modern, dan korbannya pun tidak
memandang status dan jabatan lagi. Salah satu tindak pidana yang
semakin marak di Indonesia adalah kepemilikan amunisi di kalangan
masyarakat sipil tanpa mempunyai surat ijin. Masyarakat sipil tidak
diperkenankan memiliki amunsi hanya Polisi dan Tentara saja yang
diperkenankan untuk menyimpan amunisi. Kepemilikan amunisi di
kalangan masyarakat sipil menimbulkan kecemasan karena amunisi
dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tindak pidana.
Tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi bukan merupakan
hal baru yang terjadi di Indonesia. Sudah banyak ditemui kasus ini
dibeberapa daerah di Indonesia salah satunya kasus yang terjadi di
Surakarta. Di Surakarta ada seorang yang bernama Muhammad
Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah
yang menyimpan amunisi. Amunisi yang disimpan tersebut tidak ada
surat ijin kepemilikan dari pihak yang berwenang selain itu amunisi
yang disimpan sama sekali tidak ada hubungan dengan pekerjaannya.
Tindak pidana tersebut yaitu tindak pidana tanpa hak menyimpan
amunisi di Indonesia ini diatur dalam Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951.
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1951 tentang Mengubah
commit"ordonnantietijdelijke
to user bijzondere
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

strafbepalingen" (stbl. 1948 nomor 17) sebenarnya mengubah ketentuan


yang berlaku sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948
tentang Mencabut Peraturan Dewan Pertahanan Negara Nomor 14 dan
Menetapkan Peraturan Tentang Pendaftaran dan Pemberian Idjin
Pemakaian Senjata Api.
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1951 sampai sekarang masih belaku karena tidak pernah ada pencabutan
terhadap Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1951 ataupun tidak adanya Undang-Undang atau ketentuan baru yang
mengatur hal yang sama yang kemudian menyatakan bahwa Undang-
Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 ini menjadi
tidak berlaku. Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 1951 ini sebenarnya dikeluarkan dalam bentuk sementara karena
keadaan-keadaan yang mendesak sehingga dikeluarkan oleh Pemerintah
tanpa persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Undang-undang darurat hampir sama dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU). “Dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa Presiden dapat membentuk Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), yang merupakan
peraturan perundang-undangan yang mempunyai kedudukan setingkat
undang-undang” (Maria Farida Indarti, 2007 : 215).
Hierarki Peraturan Perundang-undangan dalam Pasal 7 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

Dalam hierarki peraturan perundang-undangan diatas Undang-Undang


Darurat tidak termasuk dalam hierarki tersebut, namun dalam
prakteknya Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 1951 masih digunakan untuk menjerat kasus tindak pidana tanpa
hak menyimpan amunisi.
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1951 memang merupakan produk lama namun sampai sekarang terhadap
tindak pidana yang berhubungan dengan senjata api maupun amunisi
masih dikenakan pasal-pasal yang ada dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951. Penerapan Undang-Undang tersebut
dianggap masih relevan dengan kondisi masyarakat sekarang sehingga
terhadap tindak pidana yang berhubungan dengan senjata api maupun
amunisi masih diterapkan Undang-Undang Darurat Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1951 tentang Mengubah "ordonnantietijdelijke
bijzondere strafbepalingen" (stbl. 1948 nomor 17).
Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948
disebutkan bahwa “Setiap orang bukan anggota Tentara atau Polisi yang
mempunyai dan memakai senjata api harus mempunyai surat idzin
pemakaian senjata api menurut contoh yang ditetapkan oleh Kepala
Kepolisian Negara”. Dari pasal tersebut sangat jelas bahwa masyarakat
sipil yang tidak mempunyai surat ijin pemakaian senjata api tidak
diperbolehkan menyimpan dan menggunakan senjata api secara ilegal.
Surat ijin kepemilikan tersebut sangat penting agar tidak terjadi kasus-
kasus penyalahgunaan senjata api dalam masyarakat demikian juga
dengan penyalahgunaan amunisi.
Penyelundupan merupakan salah satu cara terbukanya jalan bagi
masyarakat sipil untuk memiliki amunisi secara ilegal tanpa surat ijin
kepemilikan. Kepiawaian pihak-pihak yang melakukan proses
penyelundupan juga merupakan salah satu faktor semakin banyak
beredarnya amunisi dikalangan masyarkat sipil, selain itu proses
commit
pengawasan dari Kepolisian dan to yang
pihak user terkait dirasa masih lemah
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

sehingga proses penyelundupan dapat berjalan dengan mudah. Dampak


dari proses beredarnya amunisi secara ilegal banyak dijumpai tindak
pidana mengenai amunisi maupun senjata api seperti tindak pidana tanpa
hak menyimpan amunisi.
Salah satu kasus yang terjadi di Surakarta mengenai
kepemilikan amunisi tanpa surat ijin kepemilikan adalah kasus
tertangkapnya MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH
TAMTOMO alias ABU RAYYAN alias ABU AISYAH pada tahun
2010. Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan
alias Abu Aisyah menyimpan amunisi di rumahnya tanpa surat ijin.
Informasi mengenai kepemilikan amunisi oleh Muhammad Bahrunna’im
Anggih Tamtomo diterima oleh petugas Kepolisian dari Mabes Polri,
bahwa ada seseorang yang bernama Naim tersebut diduga memiliki
keterkaitan dengan jaringan pelaku teror. Atas informasi tersebut
petugas Kepolisian berdasarkan Surat Perintah Tugas dan Penangkapan
melakukan pembuntutan terhadap sasaran yaitu Naim.
Perbuatan yang dilakukan oleh Muhammad Bahrunna’im Anggih
Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah dikenakan dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1951. Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan
tunggal, yaitu melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951. Pasal tersebut dirumuskan sebagai
berikut:
“Barang siapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia
membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau
mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai
persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,
menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan,
atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi
commit todihukum
atau sebuah bahan peledak, user dengan hukuman mati
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara


sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.”
Dari rumusan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 dapat ditarik unsur-unsur pidana,
penulis akan menguraikan sebagai berikut:
a. Unsur “barang siapa”
Menurut sistem Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Indonesia yang dapat menjadi subyek hukum pidana ialah
natuurlijke person atau manusia. “Hal itu dapat dilihat dalam tiap-
tiap pasal KUHP, Buku II dan Buku III, sebagian besar kaidah-
kaidah hukum pidana yang KUHP dimulai dengan kata “barang
siapa” sebagai terjemahan dari bahasa belanda hij” (Zainal Abidin
Farid,2007:395).
Dalam hal penentuan subyek hukum dalam suatu ketentuan
perundangan tentunya mempunyai persyaratan yang diatur dalam
sistem hukum yang berlaku tidak kecuali di Indonesia.
Berpijak pada perspektif ketentuan hukum pidana
(penal), seseorang dapat dikenai sanksi pidana sebagai
subyek hukum atas suatu peraturan perundangan didasari
dengan norma tidak tertulis “geen straf zonder schuld;
actus nonfacit reum nisi mens sir rea (tidak ada pidana
jika tidak ada kesalahan)”. Dasar ini terkait erat dengan
kemampuan bertanggungjawab atas perbuatan yang telah
dilakukannya, setelah itu dikaji menggunakan parameter
adanya kesalahan ( liability based on mistake) dan
kemampuan bertanggungjawab ( criminal responsibility )
(Muhammad Rustamaji dan Dewi Gunawati, 2011 : 132).

Mengenai subyek atau pelaku pelaku perbuatan pidana


menurut Barda Nawawi Arief “secara umum hukum hanya
mengakui orang sebagai pelaku, sedangkan mengenai
pertanggungjawaban pidana dianut asas kesalahan, yang berarti
untuk dapat menjatuhan pidana kepada pembuat delik, disamping
harus memenuhi unsur-unsur rumusan delik juga harus ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

kesalahan dan kemampuan bertanggungjawab ( Barda Nawawi


Arief,2002 : 85).
Berikut akan diuraikan mengenai unsur adanya kesalahan
dan kemampuan bertanggungjawab dalam rumusan delik, yaitu:
1) Adanya kesalahan
Mengacu pada pandangan Simon, kesalahan merupakan
adanya keadaan fisik yang tertentu pada orang yang melakukan
perbuatan pidana dan adanya hubungan antara keadaan tersebut
dengan perbuatan yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
orang itu dapat dicela karena melakukan perbuatan tersebut.
Dalam hal ini terdapat beberapa unsur yang dapat
melengkapi sebuah perbuatan dikatakan mengandung
unsur kesalahan, yaitu:
a) Melakukan perbuatan pidana (sifat melawan
hukum);
b) Diatas umur tertentu untuk menjamin kemampuan
bertanggungjawab;
c) Mempunyai suatu bentuk kesalahan yang berupa
kesengajaan (dolus) maupun kealpaan (culpa);
d) Tiada alasan pemaaf (Muhammad Rustamaji dan
Dewi Gunawati, 2011 : 132).

Seseorang yang melakukan suatu perbuatan apabila


telah memenuhi unsur-unsur diatas maka orang tersebut dapat
dinyatakan melakukan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan
adalah melakukan perbuatan pidana yang melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Perbuatan tersebut dilakukan
bisa dalam bentuk kesengajaan maupun kealpaan dan tidak
terdapat alasan pemaaf atas perbuatan yang dilakukan. Terhadap
perbuatan tersebut, orang yang melakukan memiliki kemampuan
bertanggungjawab.
2) Adanya kemampuan bertanggungjawab
“Kemampuan bertanggungjawab sebenarnya dapat
disamakan keadaannya dengan unsur sifat melawan hukum. Hal
commit
ini disebabkan keduanya to user syarat mutlak, di satu sisi
merupakan
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

adanya sifat melawan hukum menjamin adanya suatu rumusan


dilarangnya suatu perbuatan, sedangkan kemampuan
bertanggungjawab menunjukkan adanya unsur kesalahan”
(Muhammad Rustamaji dan Dewi Gunawati, 2011 : 136).
Dalam kacamata hukum pidana terhadap perbuatan-
perbuatan yang bersifat melawan hukum dibagi
menjadi dua pandangan yaitu sifat melawan hukum
yang formil dan sifat melawan hukum yang materiil.
Pandangan yang formal menyatakan apabila suatu
perbuatan telah memenuhi larangan undang-undang
maka terdapat suatu kekeliruan/ kesalahan, kecuali
jika termasuk dalam pengecualian yang telah
ditentukan. Sebaliknya yang berpendapat sifat
melawan hukum secara materiil menyatakan bahwa
belum tentu semua perbuatan yang memenuhi
larangan undang-undang bersifat melawan hukum.
Dalam hal ini undang-undang tidak terbatas pada apa
yang tertulis semata, namun termasuk norma-norma
dan kenyataan-kenyataan yang berlaku di dalam
masyarakat (Muhammad Rustamaji dan Dewi
Gunawati, 2011 : 137-138).

Mengenai rumusan kemampuan bertanggung jawab


(toerekeningsvaanbaarheid), KUHP sendiri tidak memberikan
perumusan hanya dapat ditemukan dalam Memorie van
Toelichting disingkat MvT (memori penjelasan) menyebutkan
mengenai pengertian kemampuan bertanggungjawab itu
tergantung pada ada atau tidaknya kemampuan
bertanggungjawab pada si pembuat .
“Kemampuan bertanggung jawab (toerekening
svaanbaarheid) melekat pada setiap subyek hukum. Apabila
tidak dapat dipertanggungjawabkan walaupun perbuatannya
telah memenuhi unsur-unsur rumusan delik ia harus dilepaskan
dari segala tuntutan hukum” (I Dewa Made Suartha, Jurnal
Kertha Wicaksana, No.1, Januari 2010: 65). Ketentuan tersebut
tidak berlaku kecuali ditentuan lain seperti yang terdapat dalam
Pasal 44 KUHP, yaitu commit to user
“Barangsiapa mengerjakan sesuatu
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

perbuatan yang tidak dapat dipertanggungkan kepadanya karena


kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal tidak
boleh dihukum.”

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur


“barang siapa” dalam perkara ini mengacu kepada subyek hukum
yaitu orang atau disebut sebagai pelaku dari suatu tindak pidana dan
terhadap orang tersebut dapat dimintai pertanggungjawaban atas
perbuatan pidana yang dilakukan. Perbuatan pidana yang telah
dilakukan bersifat melawan hukum karena melanggar ketentuan
yang ada dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat RI Nomor
12 Tahun 1951
Dengan demikian yang dimaksud unsur “barang siapa”
dalam perkara Nomor 7/Pid.Sus/2011/Pn.Ska adalah terdakwa
Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan alias
Abu Aisyah. Terhadap terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih
Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah dapat dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatan pidana yang dilakukannya.

b. Unsur “tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat, menerima,


mencoba, memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan,
menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau
mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut,
menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan dari
Indonesia senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak”
Dalam rumusan delik yang kedua ini terdapat beberapa
unsur, perbuatan yang dialarang bersifat alternatif artinya perbuatan
pelaku atau terdakwa tidak harus memenuhi semua perbuatan yang
dilarang melainkan cukup salah satu atau lebih perbuatan yang
dilarang saja yang terpenuhi maka keseluruhan unsur yang terdapat
commit
dalam unsur kedua ini telah to useroleh pelaku atau terdakwa.
dipenuhi
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Perbuatan yang dilakukan oleh Muhammad Bahrunna’im Anggih


Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah dikenakan unsur tanpa
hak. Tanpa hak dalam Undang-Undang Darurat ini diartikan tanpa
mempunyai kewenangan yang berlandaskan peraturan hukum positif
yang belaku di Indonesia atau tanpa ijin pejabat yang berwenang
memberikan ijin untuk memasukkan ke Indonesia senjata api,
amunisi atau sesuatu bahan peledak.
Dalam pelbagai cara atau teknik perumusan delik
diuraikan perbuatan melawan hukum yang dilarang atau
yang diperintahkan untuk dilakukan dan kepada barang
siapa yang melanggarnya atau tidak mentaatinya diancam
dengan pidana maksimum. Teknik yang paling lazim
digunakan untuk merumuskan delik menurut Jonkers
ialah dengan menerangkan atau menguraikannya,
misalnya rumusan delik menurut pasal 368 mengenai
pemerasan dan ancaman. Dari keterangan atau uraian itu
dapatlah diketahui unsur-unsur delik atau cara yang
kedua ialah pasal undang-undang tertentu menguraikan
unsur-unsur delik lalu ditambahkan kualifikasi atau sifat
dan gelar delik tersebut, misalnya pasal 362 mengenai
pencurian (Zainal Abidin Farid,2007:346).

Menurut Undang-Undang Darurat ini yang dimaksud


dengan pengertian senjata api dan amunisi termasuk juga segala
barang sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1 ayat 1 dari Peraturan
Senjata Api ( Vuurwapenregeling : in-, uit-, doorvoer en losing )
1936 (Stbl. 1937 No. 170), yang telah diubah dengan Ordonnantie
tanggal 30 Mei 1939 (Stbl. No. 278), tetapi tidak termasuk dalam
pengertian itu senjata-senjata yang nyata-nyata mempunyai tujuan
sebagai barang kuno atau barang yang ajaib (merkwaardigheid), dan
bukan pula sesuatu senjata yang tetap tidak dapat terpakai atau
dibikin sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipergunakan.
Berdasarkan Ordonansi Senjata Api tahun 1939 juncto
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951
adalah termasuk juga:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

1) Bagian- bagian dari senjata api;


2) Meriam –meriam dan vylamen werpers (penyembur api)
termasuk juga bagiannya;
3) Senjata- senjata tekanan udara dan tekanan per tanpa
mengindahkan kalibernya, slachtpistolen (pistol
penyembelih/pemotong), sein pistolen (pistol isyarat), demikian
juga senjata api imitasi seperti alarm pistolen (pistol tanda
bahaya), start revolvers (revolver perlombaan), shijndood
pistolen (pistol suar), schijndood revolvers (revolver suar) dan
benda-benda lainnya sejenis itu, yang dapat dipergunakan untuk
mengancam atau menakut-nakuti begitu pula sebaliknya.
“Amunisi adalah alat apa saja yang dibuat atau
dimaksudkan untuk digunakan dalam senjata api sebagai proyektil
atau yang berisi bahan yang mudah terbakar yang dibuat atau
dimaksudkan untuk menghasilkan perkembangan gas di dalam
senjata api untuk meluncurkan proyektil” (Bambang Semedi, 2011:
26). Bagian- bagian amunisi seperti patron hulzen (selongsong
peluru), slaghoedjes (penggalak), mentel kogels (peluru palutan),
slachtveepatroonen (pemalut peluru) demikian juga proyektil-
proyektil yang digunakan untuk menyebarkan gas- gas yang dapat
membahayakan kesehatan manusia.
Dalam rumusan delik yang kedua ini barang yang disimpan
oleh Muhhamad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan
alias Abu Aisyah termasuk amunisi dalam bentuk peluru.
Kepemilikan amunisi tersebut tidak ada surat ijin dari pihak yang
berwenang, dimana amunisi bukan barang yang diperdagangkan
secara bebas sehingga tidak semua orang dapat memilikinya.
Perbuatan pidana yang dilakukan oleh Muhhamad Bahrunna’im
Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah dikenakan
unsur tanpa hak menyimpan amunisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

Dikenakannya unsur tanpa hak dalam rumusan Pasal 1 ayat


(1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1951 sudah sesuai karena tindak pidana yang dilakukan dengan
tanpa hak atau ijin menyimpan amunisi.

Dalam putusan Pengadilan Negeri Surakarta


No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska, Hakim yang berwenang memeriksa dan
memutus perkara tersebut dengan terdakwa MUHAMMAD
BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO, menggunakan salah satu
pasal yang terdapat dalam Undang-Undang Darurat Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1951 yaitu pasal 1 ayat (1). Penerapan pasal tersebut
sesuai dengan tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa, karena
perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa memenuhi unsur yang ada
dalam rumusan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951. Terhadap perbuatan terdakwa Hakim
dalam putusannya telah mempertimbangkan segala fakta yang terungkap
dalam persidangan dan menjatuhkan pidana sesuai dengan Undang-
Undang yang berlaku yaitu Undang-Undang Darurat Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1951.
Putusan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta terhadap terdakwa
Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu
Aisyah telah sesuai dengan tindak pidana yang telah dilakukan. Dalam
penerapan pasalnya pun juga sudah sesuai yaitu Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951
yang berkaitan dengan tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi.
Hakim menjatuhkan pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam)
bulan, pidana yang dijatuhkan tersebut berdasarkan pertimbangan yang
telah dilakukan oleh para Hakim dalam musyawarah Hakim.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

2. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta Dalam Memutuskan


Perkara Tindak Tidana tanpa Hak Menyimpan Amunisi (Studi Putusan
Pengadilan Negeri Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska)

Sesuai dengan proses persidangan yang berlaku di Indonesia


seorang Hakim tidak dapat menjatuhkan putusan kepada seorang
terdakwa dalam suatu kasus sebelum terdakwa menjalani proses
pembuktian di dalam persidangan. Dalam proses pembuktian di dalam
persidangan akan ditemukan fakta-fakta hukum yang kemudian akan
dijadikan pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan. Proses
pembuktian dalam persidangan sangat penting karena melalui proses
itulah fakta-fakta hukum terkait tindak pidana yang terjadi akan
terungkap.
Dengan telah ditemukannya bukti-bukti dan faktor-faktor lain
dalam persidangan, maka Hakim akan memiliki dasar pertimbangan
dalam mengambil keputusan. Pertimbangan Hakim itu dapat berupa hal
yang telah diatur dalam KUHP maupun berdasarkan hal-hal lain yang
tidak diatur dalam KUHP. “Perihal yang menjadi pertimbangan Hakim
dalam memutuskan suatu perkara diluar KUHP dapat berupa penilaian
lain yang sifatnya mengacu kepada kebijaksanaan kemausiaan atau hal
lain yang karena sifatnya dapat meringankan atau memberatkan
terdakwa dalam penjatuhan sanksi” ( Bambang Tri Bawono, Jurnal
Hukum, No.1, Januari 2004 : 195).
Hakim menjatuhkan putusan kepada terdakwa berdasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Penjatuhan
pidana oleh Hakim dalam perkara yang satu dengan perkara yang
lainnya yang pada pokoknya sama terkadang putusan yang dijatuhkan
tidak sama. Hakim tidak hanya mempertimbangan sesuai dengan apa
yang ada dalam peraturan/ bersifat teoritis tetapi juga memperhatikan
hal yang sifatnya konkret. Keadaan masyarakat, apa yang terjadi dalam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

masyarkat merupakan salah satu contoh pertimbangan Hakim yang


bersifat konkret.
Pada penyelenggaraan musyawarah hakim guna menyusun
putusan, majelis Hakim harus mempertimbangkan keseluruhan dokumen
yang syahih dan keseluruhan fakta yang terungkap dalam persidangan.
Berbagai polemik dan diskursus para pakar yang terjadi di luar
persidangan, maupun pemberitaan yang genjar melalui media massa
yang tidak jarang menyudutkan maupun menjadikan terdakwa seolah
menjadi “pahlawan” tidak boleh, bahkan terlarang dijadikan faktor yang
mempengaruhi putusan Hakim yang nantinya dihasilkan.
Pengesampingan anasir di luar fakta persidangan demikian
sejatinya digunakan untuk memperoleh sebuah putusan yang
berkeadilan, berkepastian dan mempunyai kebermanfaatan
setelah dijatuhkan atas diri terdakwa nantinya. Oleh
karenanya pencermatan terhadap Surat Dakwaan, Nota
Keberatan, Alat Bukti dan segala sesuatu yang terungkap
serta terbukti di persidangan, Surat Tuntutan ( Requisitoir ),
Nota Pembelaan ( Pleidooi ) maupun Replik dan Duplik,
mutlak dilakukan oleh majelis Hakim untuk menghasilkan
dokumen putusan ( Muhammad Rustamaji dan Dewi
Gunawati, 2011: 238).

Putusan Hakim merupakan akhir dari suatu perkara yang


disidangkan untuk memberikan keputusan mengenai tindak pidana yang
telah dilakukan oleh terdakwa. Dalam menjatuhkan putusan Hakim
harus mempertimbangkan banyak hal karena nantinya putusan tersebut
akan menjadi sorotan dalam masyarakat atau bahkan akan menimbulkan
kontroversi. Hakim dalam menjatuhkan putusan mempertimbangkan
banyak hal, dimana sebagian besar Hakim di Indonesia menggunakan
jenis pertimbangan yang sifatnya yuridis maupun non yuridis.
Pertimbangan tersbut yaitu:
a. Pertimbangan Yang Bersifat Yuridis
Dalam suatu persidangan mengenai suatu perkara terdapat
fakta hukum atau fakta yuridis. Undang-undang pun telah
menetapkan hal-hal yang commit to userdalam putusan, inilah yang
harus dimuat
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

disebut pertimbangan yang bersifat yuridis, yang digunakan Hakim.


“Hal tersebut merupakan hal pokok yang harus ada untuk dapat
dipertimbangkan sebelum Hakim menjatuhkan putusan terhadap
suatu perkara. Hal-hal yang dimaksud tersebut antara lain” ( Rusli
Muhammad, 2007: 212-216) :
1) Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Dakwaan merupakan dasar hukum dalam beracara pidana
karena berdasarkan dakwaan tersebut pemeriksaan di
persidangan dilakukan. Dakwaan yang dijadikan dasar
pertimbangan Hakim adalah dakwaan yang telah dibacakan di
depan sidang pengadilan. Dakwaan antara lain memuat:
a) Identitas terdakwa;
b) Locus dan tempus delicti ;
c) Tindak pidana yang dilakukan;
d) Pasal yang dilanggar oleh terdakwa karena perbuatannya.
2) Keterangan Saksi
Hal lain yang mempunyai arti tak kalah penting dalam
suatu proses peradilan adalah mengenai keterangan saksi, karena
melalui keterangan saksi dapat digali informasi sebenarnya
mengenai perkara yang terjadi. Keterangan saksi dapat
dikategorikan sebagai alat bukti sepanjang keterangan itu
mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, alami
sendiri, dan harus disampaikan di dalam persidangan dengan
mengangkat sumpah. Keterangan saksi menjadi pertimbangan
utama dan selalu dipertimbangkan oleh Hakim dalam
putusannya. Dijelaskan dalam Pasal 185 KUHAP, bahwa
keterangan saksi dapat berwujud keterangan secara lisan di
depan muka persidangan maupun keterangan yang diberikan
secara tertulis. Dalam hal ini saksi memberikan keterangannya
secara tertulis
setelah disumpah sebelumnya. Kemudian
commit to user
keterangan tersebut dibacakan di muka persidangan ketika
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

pemeriksaan terhadap saksi yang tidak dapat hadir tersebut


dilaksanakan.
3) Keterangan Terdakwa
Dalam Pasal 189 KUHAP diatur mengenai keterangan
terdakwa, dimana yang disebut sebagai keterangan terdakwa
adalah apa yang terdakwa nyatakan dalam sidang tentang
perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami
sendiri. Keterangan dari seorang terdakwa juga dapat diberikan
di luar persidangan untuk selanjutnya dibacakan dalam
persidangan, namun dalam Pasal 189 KUHAP ayat (2)
disebutkan bahwa hal itu harus disertai dengan persyaratan
asalkan keterangan itu didukung oleh suatu niat bukti yang sah
sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.
4) Barang-barang Bukti
Pengertian barang bukti disini adalah semua benda yang
dapat dikenakan penyitaan dan diajukan oleh penuntut umum di
depan persidangan. Barang-barang bukti tidak termasuk alat-alat
bukti. Undang-undang menetapkan lima macam alat bukti yaitu:
a) Keterangan saksi;
b) Keterangan ahli;
c) Surat;
d) Petunjuk, dan
e) Keterangan terdakwa.
Adanya barang bukti yang terungkap pada persidngan akan
menambahkan keyakinan Hakim dalam menilai benar tidaknya
perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa, dan sudah barang
tentu Hakim akan lebih yakin apabila barang bukti itu dikenal
oleh terdakwa ataupun saksi-saksi. Macam dari alat bukti
meliputi:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

a) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa seluruhnya atau


sebagian yang diduga diperoleh dari tindak pidana atau
sebagai hasil dari tindak pidana;
b) Benda yang digunakan secara langsung untuk melakukan
tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;
c) Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi
penyidikan tindak pidana;
d) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan
tindak pidana yang dilakukan.
5) Pasal-pasal Dalam Peraturan Hukum Pidana
Pasal-pasal yang terdapat dalam peraturan hukum pidana
telah menjelaskan mengenai unsur-unsur yang harus dipenuhi
hingga seorang terbukti melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya. Sehingga dalam pemeriksaan di
persidangan Hakim harus jeli dalam melihat unsur-unsur
tersebut, apakah benar si terdakwa sudah memenuhi semua unsur
yang disebutkan dalam pasal perundangan yang mengatur
mengenai tindak pidana yang didakwakan atau belum. Apabila
sudah terbukti maka pasal tersebut dapat dikenakan kepadanya.

b. Pertimbangan Yang Bersifat Non Yuridis


“Pertimbangan yang bersifat non yuridis terdiri dari beberapa
hal, dimana melalui pertimbangan yuridis ini diharapkan keadilan
yang sesungguhnya dapat lahir dari suatu putusan yang dibuat oleh
Majelis Hakim dalam suatu persidangan” ( Rusli Muhammad, 2007:
216-220) . Macam dari pertimbangan non yuridis antara lain:
1) Latar belakang terdakwa serta agama atau keyakinan yang dianut
terdakwa
Yang mendasari terjadinya tindak pidana adalah hal yang
mempunyai kekuatan yang utama yaitu latar belakang terdakwa.
Dimana yang disebutcommit
dengantolatar
user belakang terdakwa adalah
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

suatu hal atau keadaan, yang karena adanya keadaan tersebut


maka menyebabkan timbulnya keinginan serta dorongan keras
pada diri terdakwa untuk melakukan tindak pidana. Dalam suatu
perkara belum tentu si terdakwa sebenarnya menginginkan
terjadinya suatu perkara yang ia lakukan tersebut, namun
dorongan tersebut yang membuat melakukan suatu tindak pidana
yang didakwakan kepadanya. Sedangkan agama atau pun
keyakinan yang dianut terdakwa mempunyai arti penting pula
bagi Hakim dalam menjatuhkan putusannya. Dengan meneliti
lebih lanjut hal-hal yang telah diajarkan dalam agama atau
keyakinan yang dianut terdakwa, Hakim dapat mengetahui
alasan terdakwa melakukan tindak pidana yang ia lakukan.
Hakim dapat pula mempelajari apa hukuman yang
menurut dari agama yang ia percayai pantas dikenakan
kepadanya. Kalimat “Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
yang terdapat dalam setiap putusan juga dapat mewakili
bawasannya dalam memutus setiap perkara, Hakim tidak hanya
mendasarkan pada nilai keadilan yang tumbuh dalam kehidupan
bermasyarakat namun juga berdasarkan nilai Ketuhanan, yang
tentunya ada dalam agama ataupun kepercayaan yang dianut oleh
terdakwa.
2) Kondisi jasmani maupun rohani terdakwa
Keadaan fisik maupun psikis terdakwa sebelum
melakukan kejahatan, termasuk pula keadaan sosial yang
melekat pada terdakwa merupakan hal yang dapat
mempengaruhi terdakwa dalam melakukan suatu perbuatan
pidana. Usia dan tingkat kedewasaan terdakwa, juga mempunyai
arti penting dalam terlaksananya suatu perbuatan pidana. Dimana
usia ternyata tak dapat dijadikan patokan apabila tidak dikaitkan
dengan tingkat kedewasaan karena belum tentu seorang
commitkedewasaan
mempunyai usia dan tingkat to user yang selaras.
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

Status sosial yang dimiliki seseorang dalam pranata hidup


di masyarakat juga mempunyai arti tak kalah penting dalam
potensinya menimbulkan tindak pidana. Bagi seseorang yang
merasa mempunyai kedudukan tersendiri dalam kehidupan
sosialnya tentu akan terjadi proses pemikiran ulang sebelum ia
melakukan suatu perbuatan pidana, lain halnya dengan seseorang
yang merasa bahwa kehadirannya di masyarakat tak mempunyai
arti penting.
Keadaan psikis seseorang pada suatu waktu mempunyai
potensi yang besar terhadap terjadinya tindak pidana oleh orang
tersebut. Keadaan psikis tersebut dapat dipengaruhi oleh
perasaan seseorang, yang dapat berubah apabila terpengaruh
beberapa hal, misalnya karena adanya pengaruh dari orang lain,
adanya keadaan yang tidak mengenakan hati, amarah dan emosi
yang meluap-luap, dan lain sebagainya.
3) Akibat perbuatan terdakwa
Hal ini meruapakan salah satu point yang tak kalah
penting untuk dikaji karena akibat yang timbul dari suatu perkara
yang sama yang dilakukan di tempat yang berbeda-beda atau di
waktu yang berbeda maupun oleh orang yang berbeda dapat
mempengaruhi akibat yang ditimbulkan. Suatu perbuatan pidana
yang dilakukan terdakwa sudah pasti membawa korban atau
kerugian dari pihak lain. Bahkan akibat dari perbuatan terdakwa
yang dilakukan tersebut dapat pula berpengaruh buruk terhadap
masyarakat luas, paling tidak keamanan dan ketentraman mereka
terancam.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

c. Pertimbangan Yang Bersifat Sosiologis


“Hakim selain menggunakan pertimbangan yang bersifat
yuridis maupun non yuridis dalam menjatuhkan putusan segi
sosiologis juga dipertimbangkan. Segi sosiologis yaitu segi
kemasyarakatan yang belum diatur menurut hukum akan tetapi patut
dipertimbangkan secara kemasyarakatan dan perikemanusiaan
(Bambang Tri Bawono, Jurnal Hukum, No.1, Januari 2004 : 207-
208), pertimbangan tersebut antara lain:
1) Faktor yang memperberat penjatuhan sanksi pidana terhadap
terdakwa diluar KUHP, yaitu:
a) Terdakwa terbelit-belit dalam menjalani proses persidangan;
b) Terdakwa tidak mengakui perbuatannya;
c) Terdakwa tidak menunjukkan rasa hormat dan sopan dalam
menjalani proses persidangan;
d) Dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan perilaku yang
kurang baik;
e) Tidak menyesali perbuatannya;
f) Merugikan keuangan negara dalam keadaan yang sedang
krisis keuangan;
g) Menentang proses kebijakan pemerintah, missal dalam
penggerakan gerakan anti narkoba nasional;
h) Menimbulkan keadaan kacau dan keresahan pada masyarakat
secara luas;
2) Faktor yang memperingan penjatuhan sanksi pidana terhadap
terdakwa diluar KUHP, yaitu:
a) Terdakwa tidak terbelit-belit dalam menjalani proses
persidangan;
b) Mengakui perbuatan pidana yang telah dilakukan;
c) Menyesali telah melakukan tindak pidana;
d) Sopan dan bekerjasama dalam mengikuti proses persidangan;
commit
e) Memiliki perilaku yang to dalam
baik user kesehariannya;
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

f) Masih berusia relatif muda;


g) Mempunyai banyak tanggungan keluarga sebagai tulang
punggung kehidupan keluarga.

Terhadap Putusan No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska tentang perkara


tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi, maka dapat dianalisa oleh
penulis mengenai pertimbangan Hakim yang digunakan Hakim
Pengadilan Negeri Surakarta dalam memutus perkara tersebut. Hal-hal
yang menjadi pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam
menjatuhkan putusannya adalah sebagai berikut :
a. Terdapat tuntutan dari Penuntut Umum tertanggal 10 Mei 2011 No.
Reg Perkara : PDM-03/SKRTA/Ep.2/01/2011 yang dibacakan dalam
persidangan. Penuntut Umum menuntut agar Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Surakarta memutuskan :
1) Menyatakan Terdakwa MUHAMMAD BAHRUNNA’IM
ANGGIH TAMTOMO alias ABU RAYYAN alias ABU
AISYAH bersalah melakukan tindak pidana “Menyimpan
Amunisi” sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951;
2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara
selama 5 (lima) tahun dikurangi selama masa penangkapan dan
masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa;
3) Barang bukti berupa :
a) 1 (satu) lembar KTP Surakarta, NIK 33.7203.060983.0005,
atas nama MUHAMAD BAHRUNNA’IM A.T;
b) 1 (satu) lembar SIM A Jogyakarta, Nomor 830914480383
atas nama MUHAMAD BAHRUNNA’IM A.T;
c) 1 (satu) lembar SIM C Jawa Tengah, Nomor 830914410014
atas nama MUH BAHRUNNA’IM;
Dikembalikan kepada Terdakwa;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

d) 28 (dua puluh delapan) kotak warna merah jambu berisi 533


(lima ratus tiga puluh tiga) butir peluru senjata api laras
panjang;
e) 31 (tiga puluh satu) butir peluru senjata api kaliber 9 mm;
f) 1 (satu) buah sarung senjata warna hitam;
g) 1 (satu) buah tas ransel warna hitam dan abu-abu merk The
North Face
Dirampas untuk dimusnahkan;
4) Menetapkan agar Terdakwa membayar ongkos perkara sebesar
Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).

Dari tuntutan tersebut terdakwa dan Team Penasihat Hukum


terdakwa mengajukan pembelaan/ pledoi secara tertulis yang pada
pokoknya mohon pada Majelis Hakim agar menyatakan terdakwa
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
tersebut, memulihkan hak-hak terdakwa dan membebankan biaya
perkara kepada negara. Pembelaan dari terdakwa dan Team
Penasihat Hukum terdakwa ditanggapi oleh Penuntut Umum yang
pada pokoknya tetap pada tuntutannya.
Tuntutan dari Penuntut Umum tersebut dijadikan salah satu
pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam
menjatuhkan putusan terhadap Terdakwa MUHAMMAD
BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO alias ABU RAYYAN
alias ABU AISYAH. Tuntutan tersebut dipelajari oleh para Hakim
dengan baik dan seksama agar putusan yang dijatuhkan nantinya
memberikan keadilan terutama bagi Terdakwa.
b. Adanya Surat Dakwaan tanggal 19 Januari 2011 Nomor REG.
PERK: PDM – 03/SKRTA/Ep.2/01/2011 yang isinya sebagai
berikut:
------Bahwa ia Terdakwa MUHAMMAD BAHRUNNA’IM
ANGGIH TAMTOMO alias ABUto RAYYAN
commit user alias ABU AISYAH
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

pada hari minggu 10 November 2010 sekitar pukul 05.00 WIB atau
setidak-tidaknya pada suatu waktu pada bulan November tahun
20120 bertenpat di Metrodranan RT. 002/ RW.003 Kelurahan Pasar
Kliwon Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu tempat lain yang masih termasuk di
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Surakarta, tanpa hak
memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba
memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam
miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan,
mempergunakan, atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata
api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, yang dilakukan Terdakwa
dengan cara antara lain sebagai berikut:
1) Bahwa pada tanggal 7 November 2010 RULLY JUANDA, S.H.
bersama RIFO WIJAYANTO, dan MARYUDI SALEMPANG
petugas Kepolisian dari Mabes Polri menerima informasi bahwa
ada seseorang yang bernama NAIM yang tinggal di daerah
Metrodranan, Pasar Kliwon, Surakarta memiliki sejumlah
amunisi dan seseorang yang bernama NAIM tersebut diduga
memiliki keterkaitan dengan jaringan pelaku teror. Lalu petugas
Kepolisian tersebut memastikan informasi yang diterima tersebut
dengan mengadakan penyelidikan di lapangan;
2) Kemudian pada tanggal 9 November 2010 berdasarkan Surat
Perintah Tugas dan Surat Perintah Penangkapan petugas
Kepolisian tersebut melakukan pembuntutan terhadap sasaran
yakni terdakwa MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH
TAMTOMO alias ABU RAYYAN alias ABU AISYAH, dan
sekitar pukul 12.00 WIB bertempat di Jalan Mayor Sunaryo,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta tepatnya di depan
Beteng Trade Center, petugas Kepolisian tersebut menghentikan
Terdakwa yang saat itucommit
sedangtomengendarai
user sepeda motor;
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

3) Bahwa selanjutnya petugas Kepolisian memberitahukan kepada


Terdakwa mengenai identitas diri yang berasal dari petugas
Kepolisian dengan menunjukkan surat tugas lalu petugas
Kepolisian bertanya kepada Terdakwa mengenai identitas diri
Terdakwa dan Terdakwa memberikan KTP atas nama
MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO, lalu
petugas Kepolisian mengadakan interogasi dan Terdakwa
MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO
menerangkan bahwa benar dirumahnya yang beralamat di Jalan
Metrodranan RT. 002 / RW. 003, Kelurahan Pasar Kliwon,
Kecamatan pasar Kliwon, Kota Surakarta telah disimpan
sejumlah amunisi dan peluru yang diperoleh Terdakwa dari
seseorang yang bernama PURNAMA PUTRA alias IPUNG alias
TIKUS alias USMAN alias USAMAH (belum tertangkap dan
masuk dalam Daftar Pencarian Orang/DPO);
4) Bahwa atas pengakuan dari Tersangka tersebut, dimana situasi
pada saat itu sedang hujan deras dan di sekitar lokasi rumah
Terdakwa yang terletak di Metrodranan RT. 002/ RW. 003
Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota
Surakarta tepat berada disamping kali besar dalam kondisi banjir
mencapai 80 (delapan puluh) cm, akhirnya petugas Kepolisian
memutuskan untuk menunggu sampai hujan reda dan air surut;
5) Bahwa pada keesokan harinya tanggal 10 November 2010 sekitar
pukul 05.00 WIB barulah petugas Kepolisian dapat melakukan
penggeledahan setelah hujan berhenti dan banjir mulai surut.
Kemudian petugas kepolisian mencari Ketua RT setempat yaitu
Sdr. MULYADI dan dengan kesaksian Ketua RT Metrodranan
RT. 002/ RW. 003 Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan Pasar
Kliwon, Kota Surakarta Sdr.MULYADI dan Terdakwa serta
petugas Kepolisian mengadakan penggeledahan terhadap rumah
Terdakwa; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

6) Bahwa ketika dilakukan penggeledahan, Terdakwa menunjuk


sebuah ruangan yang berada di bagian belakang rumah yang
merupakan garasi. Setelah sampai di dalam ruangan tersebut
Terdakwa mengambil 1 (satu) tas ransel hitam yang kemudian di
hadapan petugas Kepolisian dan Ketua RT yaitu Sdr.
MULYADI, Terdakwa membuka tas ransel hitam tersebut dan di
dalamnya terdapat 1 (satu) buah kardus yang terbuat dari karton.
Setelah kardus disobek permukaan atasnya terdapat 1 (satu)
plastik putih yang berisi sejumlah peluru dan holdster (sarung)
senjata serta kotak-kotak kecil berwarna merah muda yang
setelah dibuka isinya adalah amunisi peluru berukuran panjang;
7) Bahwa kemudian Terdakwa dengan disaksikan oleh petugas
Kepolisian dan Ketua RT yaitu Sdr. MULYADI mengadakan
perhitungan terhadap amunisi peluru tersebut dan berjumlah 28
(dua puluh delapan) kotak kertas warna merah jambu berisi 533
(lima ratus tiga puluh tiga) butir peluru senjata api laras panjang
dan 1 (satu) kantong plastik putih yang di dalamnya terdapat 32 (
tiga puluh dua ) butir peluru senjata api kaliber 9 mm dan 1
(satu) buah sarung senjata warna hitam;
8) Bahwa ketika barang-barang hasil penggeledahan oleh petugas
Kepolisian di rumah Terdakwa tersebut diakui merupakan
barang titipan yang dititipkan kepada Terdakwa sekitar tahun
2005 oleh orang yang bernama PURNAMA PUTRA alias
IPUNG alias UUS alias TIKUS alias USMAN alias USAMAH
(belum tertangkap dan masuk dalam Daftar Pencarian
Orang/DPO);
9) Bahwa Terdakwa tidak memiliki wewenang maupun ijin dari
pihak yang berwenang atas kepemilikan atau menyimpan 28 (dua
puluh delapan) kotak kertas warna merah jambu berisi 533 (lima
ratus tiga puluh tiga ) butir peluru senjata api laras panjang, 1
(satu) kantong plastik commit to user
putih yang di dalamnya terdapat 32 (tiga
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

puluh dua) butir peluru senjata api kaliber 9 mm, dan 1(satu)
buah sarung senjata warna hitam, dan Terdakwa juga mengetahui
bahwa menerima, menyimpan, menyembunyikan amunisi peluru
adalah perbuatan yang melanggar hukum yang berlaku di
Indonesia serta tidak memiliki keterkaitan dengan pekerjaan
sehari-hari.
10) Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik
Pusat Laboratrium Bareskim Polri Nomor : 2925/BSI/2010
tanggal 16 Desember 2010, berkesimpulan berdasarkan hasil
pemeriksaan dari data/ file Unit Senjata Api Forensik Puslabfor
maka pemeriksa berpendapat bahwa:
a) 32 (tiga puluh dua) butir peluru Bukti PBI s/d PB32 yang
disebut pada Bab I adalah terdiri dari 16 (enam belas) butir
peluru tajam caliber 9 mm (Round Nose) dan 16 (enam
belas) butir peluru tajam (Hollow point) caliber 9 mm, masih
aktif dan merupakan peluru senjata api berkaliber 9 mm;
b) 533 (lima ratus tiga puluh tiga) butir peluru Bukti PB33 s/d
PB565 yang tersebut pada Bab I Sub 2 adalah peluru tajam
Full Metal Jacketed (Pointed) kaliber 7,62 x 39 mm, masih
aktif dan merupakan peluru senjata api laras panjang AK-47
dan SKS 7,62 mm.

Dakwaan dari Penuntut Umum terhadap Terdakwa


MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO alias
ABU RAYYAN alias ABU AISYAH adalah dakwaan tunggal.
Dalam surat dakwaan Terdakwa didakwa telah melakukan tindak
pidana yang terdapat dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951. Surat dakwaan tersebut
menjadi pertimbangan bagi Hakim Pengadilan Negeri Surakarta
dalam menjatuhakan putusan terhadap Terdakwa. Dalam proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

persidangan nantinya Penuntut Umum akan membuktikan dakwaan


tersebut melalui proses pembuktian di persidangan.
c. Terdakwa dihadapkan penuntut umum ke persidangan karena
didakwa dengan dakwaan tunggal, yaitu melakukan tindak pidana
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951,
dengan unsur-unsur sebagai berikut:
1) Barang siapa;
2) Tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat, menerima,
mencoba, memperoleh, menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan
padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan,
mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan, atau
mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau
sesuatu bahan peledak;
Untuk selanjutnya penulis akan menguraikan unsur-unsur
tersebut sebagai berikut, yaitu:
a) Unsur ke 1 : Barang siapa
Bahwa unsur ini adalah setiap orang atau siapa saja yang
menjadi subjek hukum pidana, yang melakukan suatu tindak
pidana dan diancam pidana, dan kepadanya dapat dimintakan
pertanggung jawaban pidana sebagai akibat dari perbuatnnya,
dalam hal ini dihadapkan kepada terdakwa MUHAMMAD
BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO alias ABU RAYYAN
alias ABU AISYAH yang identitasnya sesuai dengan dakwaan
Penuntut Umum dan selama persidangan terdakwa sehat jasmani
rohani, sehingga terdakwa dapat dipertanggung jawabkan atas
perbuatan yang dilakukannya, sepanjang unsur-unsur yang lain
terpenuhi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi.

b) Unsur ke 2 : Tanpa hak memasukkan ke Indonesia


membuat, menerima, mencoba, memperoleh, menyerahkan
atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa,
mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam
miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan,
mempergunakan, atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu
senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak
Berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di
persidangan melalui keterangan saksi, keterangan ahli dan
keterangan terdakwa serta ditemukan juga barang bukti yang
berhubungan dengan tindak pidana yang terdakwa lakukan,
bahwa terdakwa terbukti melakukan tindak pidana tanpa hak
menyimpan amunisi di rumahnya.
Dengan demikian unsur ini telah dipenuhi.
d. Adanya pembuktian di persidangan melalui keterangan saksi-saksi
dan barang bukti yang diajukan ke muka persidangan
Untuk dapat memidana terdakwa minimum harus memiliki
dua buah alat bukti yang sah harus dipenuhi selain adanya keyakinan
Hakim mengenai perkara yang terjadi tersebut. Seperti yang terdapat
dalam Pasal 183 KUHAP, yang berbunyi “Hakim tidak boleh
menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
Di persidangan dapat diajukan dua alat bukti atau lebih oleh
penuntut umum, namun apabila Hakim belum memperoleh keyakinan
bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana yang didakwakan
maka terdakwa tersebut harus dianggap tidak bersalah dan
commit
dibebaskan. Alat bukti menurut to user
Pasal 184 KUHAP terdiri dari:
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

1) Keterangan saksi
2) Keterangan ahli;
3) Surat;
4) Petunjuk; dan
5) Keterangan terdakwa.
Hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang memutuskan
perkara dengan terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih
Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah dalam putusan
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska telah memeriksa alat –alat bukti yang sah
yang diajukan di persidangan, yang terdiri dari:
1) Keterangan saksi
Alat bukti ini merupakan alat bukti yang utama dalam
perkara pidana. Alat bukti keterangan saksi ini akan mempunyai
kekuatan pembuktian yang sah menurut Undang-Undang apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Mendengar, melihat, memahami
Kesaksian yang dapat digunakan dipersidangan
adalah keterangan yang saksi lihat sendiri, dengar sendiri dan
alami sendiri serta menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
Hal ini sangat berkaitan dengan apa yang dinamakan dengan
saksi de auditu, yaitu keterangan yang diperoleh dari orang
lain, bukanlah merupakan alat bukti sah karena keterangan
seorang saksi yang hanya mendengar dari orang lain tidak
menjamin kebenarannya, hal ini teracntum dalam Pasal 185
ayat (5) KUHAP. Namun, “kesaksian de auditu perlu pula
didengar oleh Hakim, walaupun tidak mempunyai nilai
sebagai bukti kesaksian, tetapi dapat memperkuat keyakinan
Hakim yang bersumber pada dua alat bukti yang lain” (Andi
Hamzah, 2000:261).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

b) Harus megucapkan sumpah atau janji


Pasal 160 ayat (3) KUHAP mengatur mengenai hal
ini yang berbunyi “sebelum memberi keterangan, saksi wajib
mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya masing-
masing, bahwa ia akan memberikan keterangan yang
sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya”.
c) Keterangan seorang saksi tidak dianggap cukup sebagai alat
bukti
Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan
yang didakwakan kepadanya. Oleh karena itu penuntut
umum harus mendapatkan keterangan saksi yang jumlahnya
lebih dari satu.
Hakim dapat mendengar dan mempertimbangkan
keterangan antara saksi yang satu dengan yang lain
lalu dinilai kesesuainnya apaibla saksi yang
dihadirkan lebih dari satu. Dalam Pasal 185 ayat (4)
KUHAP dibahas mengenai keterangan beberapa
saksi yang berdiri sendiri dalam persidangan, tanpa
adanya hubungan antara yang satu dengan yang
lain, yang dapat mewujudkan suatu kebenaran akan
adanya kejadian atau keadaan tertentu, sangatlah
tidak berguna. Karena “ apabila kesaksian yang
diberikan adalah yang sesungguhnya seharusnya
terdapat benang merah yang dapat disimpulkan
sebagai bukti terjadinya tindak pidana yang
didakwakan kepada terdakwa” (M Yahya Harahap,
2000:288-289).

Keterangan saksi diperoleh dalam perkara tindak pidana


tanpa hak menyimpan amunisi dengan terdakwa Muhammad
Bahrunna’im Anggih Tamtomo Alias Abu Rayyan Alias Abu Aisyah
dari saksi Mulyadi, Maryudi Salempang, Ali Mubarak Saleh Nahdi,
Irham Ali (saksi ade charge), Rifo Wijayanto. Terhadap Putusan
Pengadilan Negeri Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska penulis
akan memberikan analisacommit to user
mengenai saksi-saksi yang dihadirkan
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

dipersidangan untuk didengar keterangannya dikaitkan dengan syarat


keterangan saksi sebagai alat bukti yang sah adalah sebagai berikut:

(1) Sebelum memberikan kesaksian dalam persidangan di


Pengadilan Negeri Surakarta para saksi telah disumpah terlebih
dahulu. Sumpah dilakukan sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang saksi anut, dengan maksud agar dalam
memberikan kesaksian para saksi mengatakan hal yang
sejujurnya dan tidak berbohong.
(2) Para saksi yang diminta untuk memberikan keterangan di
persidangan mengenai kasus tindak pidana tanpa hak
menyimpan amunisi masing-masing memberikan keterangan
dimuka persidangan yaitu saksi Mulyadi, Maryudi Salempang,
Ali Mubarak Saleh Nahdi, Irham Ali. Namun ada saksi yang
tidak memberikan keterangan dimuka persidangan yaitu saksi
Rifo Wijayanto. Saksi Rifo Wijayanto memberikan keterangan
secara tertulis melalui berita acara penyidikannya yang
dibacakan di persidangan di bawah sumpah;
(3) Keterangan yang disampaikan oleh para saksi di persidangan
dapat menambah keyakinan Hakim mengenai perkara yang
didakwakan kepada terdakwa;
(4) Dalam proses pembuktian telah berhasil dihadirkan saksi untuk
dimintai keterangannya, yang berjumlah lebih dari satu saksi.
Hal tersebut telah memenuhi asas unus testis nullus testis yang
menyatakan bahwa satu saksi tidak dapat dianggap sebagai
saksi.

Dalam proses pembuktian di persidangan Penuntut


Umum akan membuktikan dakwaan yang telah didakwakan
kepada Terdakwa melalui keterangan para saksi. Dari keterangan
saksi tersebut para Hakim akan
commit to memeriksa
user dengan cermat untuk
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

mengetahui apakah dakwaan yang didakwakan terhadap


Terdakwa terbukti atau tidak. Keterangan saksi sangat
dibutuhkan untuk membuat terang suatu tindak pidana yang telah
terjadi, agar diketahui sebenar-benarnya apa yang telah terjadi
sehingga Hakim dapat menggunakan keterangan saksi sebagai
pertimbangan dalam menjatuhkan putusan nantinya.
2) Keterangan ahli
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di
sidang pengadilan. Keterangan ahli dapat juga diberikan pada
waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang
dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan
mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.
“ Jika hal itu tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
penyidik atau penuntut umum, maka pada pemeriksaan di sidang
diminta untuk memberikan keterangan dan dicatat dalam berita
acara pemeriksaan. Keterangan tersebut diberikan setelah ia
mengucapkan sumpah atau janji di hadapan Hakim” ( M.Karjadi
dan R.Soesilo, 1997 : 165).
Dalam Putusan Pengadilan Negeri Surakarta
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska, keterangan ahli dalam perkara
dengan terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo
alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah diperoleh dari AKBP Maruli
Simanjuntak sebagai Kanit Senjata Api Puslabfor Bareskrim
Polri. Penulis akan menganalisa mengenai saksi ahli yang
dihadirkan dipersidangan untuk didengar keterangannya
dikaitkan dengan syarat keterangan ahli sebagai alat bukti yang
sah adalah sebagai berikut:
a) Sebelum memberikan keterangan di muka persidangan saksi
mengucapkan sumpah di hadapan Hakim Pengadilan Negeri
Surakarta;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

b) Saksi memberikan keterangan di muka persidangan sesuai


dengan tugasnya untuk memeriksa jenis dan kaliber peluru
serta untuk mengetahui masih akti atau tidak. Sesuai dengan
Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Pusat
Laboratrium Bareskrim Polri Nomor: 2925/BSI/2010 tanggal
16 Desember 2010 saksi melakukan pemeriksaan bersama
Amri Kamil, Bsc,S.H. dan Afifah, S.T. terhadap barang bukti
yang diberikan oleh Densus 88.
Keterangan ahli dalam perkara ini sangat dibutuhkan
untuk mengetahui jenis dan kaliber peluru serta seluk beluk
amunisi yang disimpan oleh Terdakwa. Melalui keterangan ahli
juga dapat diketahui amunisi yang disimpan Terdakwa apakah
amunisi baru atau sudah lama. Dari keterangan ahli tersebut akan
diperoleh banyak informasi mengenai amunisi yang akan
dijadikan pertimbangan oleh Hakim dalam menjatuhkan putusan
nantinya.
3) Keterangan terdakwa
Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan
di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui
sendiri atau alami sendiri. Keterangan terdakwa yang diucapkan
dalam sidang pengadilan merupakan bukti yang sah.
Adapun yang terdakwa terangkan dalam pemeriksaan
pendahuluan dulu itu bukan merupakan suatu bukti
yang sah, ia hanya dapat digunakan untuk membantu
menerangkan bukti di sidang pengadilan dan hanya
dapat digunakan terhadap terdakwa sendiri. Agar cukup
untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah
melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya,
maka keterangan terdakwa itu harus ditambah lagi
dengan satu alat bukti lain (M.Karjadi dan R.Soesilo,
1997 : 168).

Dalam Putusan Pengadilan Negeri Surakarta


No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska, terdakwa memberikan
commit to user
keterangannya mengenai tindak pidana yang ia lakukan. Penulis
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

akan menganalisa mengenai keterangan terdakwa di muka


persidangan dikaitkan dengan syarat keterangan terdakwa
sebagai alat bukti yang sah adalah sebagai berikut:
a) Terdakwa memberikan keterangan di muka persidangan
Pengadilan Negeri Surakarta setelah disumpah menurut
agama atau keyakinannya;
b) Dalam keterangannya terdakwa mengutarakan beberapa
keberatan atas keterangan yang diberikan oleh saksi-saksi
yang dihadirkan di persidangan. Terdakwa keberatan atas
keterangan beberapa saksi di persidangan karena Terdakwa
menggangap apa yang diutarakan saksi di persidangan tidak
sesuai dengan fakta yang terjadi. Terdakwa tidak keberatan
atas keterangan saksi Irham Ali (saksi Ade Charge) dan
keterangan dari saksi ahli. Keterangan tersebut dapat diterima
oleh terdakwa dimana terdakwa tidak keberatan atas
keterangan yang diberikan di persidangan.

Keterangan dari Terdakwa merupakan hal yang paling


penting untuk dapat diketahui tindak pidana apa yang telah
dilakukannya. Keterangan Terdakwa akan menentukan nasibnya
nanti apabila dalam memberikan keterangan terbelit-belit akan
merugikan dirinya sendiri. Untuk dapat memperingan pidana
yang dijatuhkan Terdakwa lebih baik jujur dalam memberikan
keterangan, karena hal tersebut akan menjadi hal yang
memperingan pidana yang dijatuhkan Hakim nantinya. Hakim
akan mempertimbangkan keterangan terdakwa dalam
menjatuhkan putusan.

Selain memeriksa alat bukti, Hakim juga memeriksa


barang bukti yang diperlihatkan di persidangan, berupa :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

1) 1 (satu) lembar KTP Surakarta, NIK 33.7203.060983.0005,


atas nama Muhamad Bahrunna’im A.T;
2) 1 (satu) lembar SIM A Jogyakarta, Nomor 830914480383
atas nama Muhamad Bahrunna’im A.T;
3) 1 (satu) lembar SIM C Jawa Tengah, Nomor 830914410014
atas nama Muh Bahrun Na Im;
4) 28 (dua puluh delapan) kotak kertas warna merah jambu
berisi 533 ( lima ratus tiga puluh tiga) butir peluru senjata api
laras panjang;
5) 32 (tiga puluh dua) butir peluru senjata api kaliber 9 mm;
6) 1 (satu) buah sarung senjata warna hitam;
7) 1 (satu) buah tas ransel warna hitam dan abu-abu merk The
North Face;
8) 10 (sepuluh) lembar gambar posisi rumah terdakwa;
9) 1 (satu) lembar surat tulisan tangan terdakwa tertanggal 7
Januari 2011.
e. Materi pembelaan pertama, prosedur penangkapan, penggeledahan,
penyitaan menurut Hakim Pengadilan Negeri Surakarta tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut
semestinya disampaikan oleh Terdakwa maupun Penasihat
Hukumnya atau keluarga Terdakwa tidak lama setelah tindakan
tersebut dilakukan petugas dengan melalui lembaga pra peradilan.
Akan tetapi karena hal tersebut baru disampaikan pada saat
pemeriksaan pokok perkara, hal tersebut tidak relevan lagi untuk
dipertimbangkan. Pernyataan Terdakwa tidak didampingi Penasihat
Hukum selama proses pemeriksaan adalah tidak benar, karena
sebagaimana dalam Berita Acara Pemeriksaan Tersangka pada hari
Senin tanggal 15 November 2010, Berita Acara Pemeriksaan
Tersangka pada hari Senin tanggal 3 Januari 2011, Berita Acara
Penunjukan Barang Bukti pada hari Senin tanggal 3 Januari 2011
commit tooleh
jelas-jelas Terdakwa didampingi userAsludin Hatjani, S.H. yang
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

merupakan salah satu advokat yang diberi surat kuasa oleh


Terdakwa. Dalam berita-berita acara tersebut Penasihat Hukum
tersebut turut menandatangani berita acara tersebut.
f. Dalam materi pembelaan Terdakwa yang kedua, yang intinya tindak
pidana yang didakwakan Penuntut Umum adalah delik formil yang
tidak jelas tempus maupun locus delictinya. Menurut hemat majelis
terhadap materi pembelaan kedua memang benar Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951
adalah delik formil namun Penuntut Umum telah menyebutkan
dengan jelas tempus delicti dan locus delictinya dalam surat
dakwaan.
g. Terhadap materi pembelaan ketiga oleh Penasihat Hukum Terdakwa
yang menyatakan keterangan saksi Maryudi Selempang dan Rifo
Wijayanto tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena terjadi
conflict interest, karena disatu sisi kedudukannya sebagai penyidik
yang bertugas mencari dan mengumpulkan bukti dan disisi lain
bertindak sebagai saksi yang merupakan salah satu alat bukti.
Menurut hemat majelis secara nyata tidak melanggar KUHAP yang
melarang bahwa seorang penyidik dilarang menjadi saksi. Penyidik
boleh menjadi saksi sepanjang menerangkan fakta tentang apa yang
dia lihat, dengar atau alami sendiri selain itu dalam sistem hukum
Indonesia ada kewajiban bagi setiap orang yang mengetahui adanya
pelanggaran hukum pidana/ tindak pidana untuk menjadi saksi
terhadap pelanggaran hukum pidana tersebut.
h. Materi pembelaan keempat oleh Penasihat Hukum Terdakwa tentang
barang bukti berupa peluru, bukan barang yang disimpan terdakwa
yang dititipkan oleh Purnama Putra yang dititipkan pada tahun 2005
melainkan barang baru karena masih nampak mengkilap dan baru.
Hal tersebut menurut hemat majelis sudah dipertimbangkan dalam
pertimbangan unsur kedua.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

i. Setelah semua unsur-unsur dalam pasal surat dakwaan telah


dipenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan terbukti secara sah
menurut hukum dan keyakinan melakukan tindak pidana
sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum. Dalam hal ini
peraturan perundang-undangan yang dilanggar Terdakwa adalah
Pasal 1 (ayat) 1 Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 1951.
j. Selama persidangan majelis hakim tidak melihat adanya alasan
pemaaf pada diri Terdakwa, menurut pandangan majelis hakim
Terdakwa dalam keadaan mampu bertanggungjawab dan perbuatan
yang dilakukannya diwarnai unsur kesengajaan oleh karena itu
Terdakwa harus dinyatakan bersalah, dijatuhi pidana dan dibebani
untuk membayar biaya perkara. Masa penangkapan dan penahanan
dikurangkan sepenuhnya dari pidana yang dijatuhkan.
k. Terdapat hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa
Pengadilan Negeri Surakarta dalam menjatuhkan pidana
kepada terdakwa mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan
meringankan terdakwa, yaitu:
1) Hal-hal yang memberatkan bagi terdakwa adalah:
a) Perbuatan terdakwa dapat meresahkan masyarakat.

2) Hal-hal yang meringankan bagi terdakwa adalah:


a) Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga;
b) Terdakwa masih muda;
c) Terdakwa bersikap sopan di persidangan.
Memperhatikan hal-hal yang meringankan dan memberatkan
tersebut dihubungkan dengan motif Terdakwa dalam melakukan
tindak pidana serta tujuan pemidanaan, yaitu agar Terdakwa tidak
melakukan lagi perbuatan serupa. Maka lama maupun jenis
pemidanaan yang dijatuhkan Hakim dalam diktum putusan
dipandang sesuai dengan keadilan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

Pertimbangan Hakim terhadap terdakwa tersebut yang


kemudian membuat Hakim mengadakan perundingan dan musyawarah
untuk memutuskan perkara yang didakwakan kepada terdakwa. Hasil
dari perundingan dan musyawarah para Hakim Pengadilan Negeri
Surakarta menghasilkan Putusan No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska, yang pada
amar putusannya berbunyi:

MENGADILI

1. Menyatakan terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo


alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah dengan identitas sebagaimana
tersebut di atas, telah terbukti secara sah san meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “Tanpa Hak Menyimpan Amunisi”;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu, dengan
pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang
dijatuhkan;
4. Menetapkan agar Terdakwa tetap ditahan;
5. Memerintahkan agar barang bukti berupa:
a. 1 (satu) lembar KTP NIK 33.7203.060983.0005, atas nama
MUHAMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO;
b. 1 (satu) lembar SIM A Nomor 830914410014 atas nama
MUHAMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO;
c. 1 (satu) lembar SIM C Nomor 830914410014 atas nama
MUHAMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO;
Masing-masing dikembalikan kepada Terdakwa;
d. 28 (dua puluh delapan) kotak kertas warna merah jambu berisi
533 (lima ratus tiga puluh tiga) butir peluru senjata api laras
panjang; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

e. 32 (tiga puluh dua) butir peluru senjata api kaliber 9 mm;


f. 1 (satu) buah sarung senjata warna hitam;
g. 1 (satu) buah tas ransel warna hitam dan abu-abu merk The
North Face
Masing-masing dirampas untuk dimusnahkan;
6. Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp
2.000,00 (dua ribu rupiah);

Putusan yang telah dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri


Surakarta dengan terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo
alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah dalam perkara tindak pidana tanpa hak
menyimpan amunisi, akan penulis analisa dengan menghubungkannya
dengan teori tujuan hukum. Teori tujuan hukum yang akan digunakan
adalah dari Radbruch, Radbruch mengemukakan ada tiga tujuan hukum.
Penulis akan menganalisa apakah Putusan No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska yang
telah dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta sudah memenuhi
tujuan hukum dari Radbruch.
“Masyarakat tidak hanya ingin melihat keadilan diciptakan dalam
masyarakat dan kepentingan-kepentingannya dilayani oleh hukum,
melainkan juga menginginkan dalam masyarakat terdapat peraturan-
peraturan yang menjamin kepastian dalam hubungan mereka satu sama lain.
Menurut Radbruch hal tersebut disebut sebagai nilai-nilai dasar dari hukum.
Ketiga nilai dasar tersebut adalah Keadilan, Kegunaan, Kepastian Hukum” (
Satjipto Raharjo, 2006 : 19).
Tujuan hukum pada umumnya menurut Gustav Radbruch memakai
asas prioritas. Asas prioritas tersebut dijadikan sebagai tiga nilai dasar
tujuan hukum yaitu : keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Setiap
hukum yang diterapkan memiliki tujuan spesifik. Misalnya, hukum pidana
memiliki tujuan spesifik dibandingkan dengan hukum perdata. Tujuan
hukum adalah keadilan, kegunaan dan kepastian hukum dalam
pelaksanaannya ketiga commit to akan
hal tersebut user menimbulkan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

Permasalahan tersebut seperti terjadi ketegangan antara nilai keadilan


dengan nilai kegunaan, tidak jarang antara kepastian hukum berbenturan
dengan kemanfaatan atau keadilan.
“Radbruch adalah seorang politikus dan sarjana hukum Jerman yang
mengalami pengaruh dari mazhab neokantianisme Marburg dan mazhab
neokantianisme Baden” ( Theo Huijbers, 1982 : 161). Radbruch mempunyai
beberapa karya dan salah satu yang paling dikenal adalah karyanya berupa
nilai-nilai dasar hukum. Penulis akan menganalisa apakah Putusan
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska yang telah dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan
Negeri Surakarta sudah memenuhi ketiga nilai dasar hukum tersebut,
analisanya sebagai berikut :
1. Keadilan
“Radbruch rejects his earlier assertion that legal certainty was
the primary role of the judge and now asserts that the judge must decide
first in accordance with Justice. When discussing the case of the grudge
informer” (Heather Leawoods, Journal of Law and Policy, 2000: 498).
Radbruch menyatakan bahwa dalam menangani suatu perkara hakim
harus mengutamakan keadilan, keadilan menjadi hal penting yang harus
dilihat hakim dalam menangani suatu perkara.
Menurut Radbruch, hukum dalam memberikan keadilan
kepada masyarakat mempunyai konsep tersendiri, yaitu :
Hukum mengikatkan diri kepada masyarakat sebagai basis
sosialnya. Ini berarti, bahwa ia harus memperhatikan
kebutuhan dan kepentingan-kepentingan anggota-anggota
masyarakat serta memberikan pelayanan kepadanya. Dalam
rangka proses memberikan perhatian terhadap penciptaan
keadilan dalam masyarakat serta memberikan pelayanan
terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat, hukum
tidak selalu bisa memberikan keputusannya dengan segera.
Ia membutuhkan waktu untuk menimbang-nimbang yang
bisa memakan waktu lama sekali ( Satjipto Raharjo, 2006 :
18).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

Selain Radbruch, Van Apeldoorn juga mengemukakan bahwa


untuk mengatur kehidupan masyarakat secara damai perlu adanya
peraturan yang adil.
Hukum mempertahankan dengan menimbang kepentingan
yang bertentangan secara teliti dan mengadakan
keseimbangan diantaranya, karena hukum hanya dapat
mencapai tujuan mengatur pergaulan hidup secara damai
jika ia menuju peraturan yang adil, artinya peraturan pada
mananya terdapat keseimbangan antara kepentingan-
kepentingan yang dilindungi,pada mana setiap orang
memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi bagiannya
(2001 : 11).

Hukum sebagai pengemban nilai keadilan menurut Radbruch


menjadi ukuran bagi adil tidak adilnya tata hukum. Tidak hanya itu, nilai
keadilan juga menjadi dasar dari hukum sebagai hukum.Keadilan
menjadi landasan moral hukum dan sekaligus tolok ukur sistem hukum
positif. “Kepada keadilan-lah hukum positif berpangkal. Sedangkan
konstitutif, karena keadilan harus menjadi unsur mutlak bagi hukum
sebagai hukum. Tanpa keadilan, sebuah aturan tidak pantas menjadi
hukum” (http://lbhperjuangan.blogspot.com/2010/10/penegakan-hukum-
yang-menjamin-keadilan.html, diakses 19 Februari 2013).
Keadilan merupakan hal penting bagi masyarakat. Setiap
orang dimana pun dia berada pasti ingin mendapatkan keadilan dalam
berbagai hal. Salah satu contoh yang sederhana, dalam keluarga orang
tua dituntut harus memberikan perhatian yang sama rata terhadap anak-
anaknya, perhatian yang sama rata dapat diartikan sebagai keadilan.
Selain itu apabila seseorang dihadapkan pada sidang pengadilan karena
suatu kasus dia pasti berharap putusan hakim yang dijatuhkan nanti
adalah putusan yang seadil-adilnya.
Dalam berbagai aspek kehidupan manusia keadilan merupakan
hal yang sangat penting. Setiap orang didunia ini mempunyai hak untuk
dapat mendapatkan keadilan, walaupun kenyataannya masih banyak
kasus ketidakadilan. Ketidakadilan
committersebut
to user menjadi hal yang lumrah
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

bagi masyarakat kecil atau yang tidak memiliki kekuasaan, karena


keadilan bisa dibeli oleh mereka yang memiliki uang dan kekuasaan.
Salah satu kasus yang sempat melukai rasa keadilan masyarakat adalah
kasus penempatan Artalyta Suryani di ruang khusus yang cukup mewah
di Rumah Tahanan Pondok Bambu. Kasus tersebut jelas mencerminkan
ketidakadilan dalam masyarakat seperti ada perlakuan istimewa bagi
mereka yang memiliki materi berlimpah.
Ketidakadilan yang sering dialami masyarakat kadang
tercermin melalui putusan pengadilan dalam menangani suatu perkara.
Terhadap perkara yang sama putusan pengadilan yang dijatuhkan dapat
berbeda. Perbedaan itu semakin mencolok apabila putusan lebih ringan
bagi orang yang memiliki kekuasaan atau orang terpandang, sedangkan
untuk rakyat kecil putusan pengadilan lebih berat.
Dalam berbagai penanganan kasus hukum yang terjadi di tanah
air, seringkali mencuat menjadi bahan perbincangan publik karena
putusan peradilan dianggap mengabaikan nilai-nilai keadilan yang
semestinya dirasakan oleh masyarakat dan pencari keadilan. “Proses
hukum di lingkungan peradilan Indonesia hingga saat ini dianggap
belum sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai keadilan yang
sesungguhnya. Keadilan seolah menjadi barang mahal yang jauh dari
jangkauan masyarakat” ( Bambang Sutiyoso, Jurnal Hukum, No.2, April
2010 : 218).
Dalam pembuatan putusan penerapan nilai keadilan merupakan
salah satu hal yang tidak mudah dilakukan. Hal tersebut kembali lagi
pada hati nurani hakim yang menangani kasus, bisa saja hakim
menjatuhkan putusan tanpa menerapkan nilai keadilan. Paradigma
berpikir hakim tidak semuanya sama ada yang condong ke arah
positivisme hukum Melihat dari sudut pandang ini tujuan utama hukum
menjadi bukan keadilan melainkan kepastian. Hanya hal yang bersifat
pasti saja yang dapat dijadikan ukuran kebenaran. Ukuran adil
cenderung disesuaikan dengancommit to userpribadi masing-masing.
rasa keadilan
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

Sebagai contoh dapat diilustrasikan dalam penerapan beberapa


putusan pengadilan yang sering dianggap mematikan rasa keadilan
masyarakat.
Misalnya dalam putusan bebas yang dijatuhkan oleh
majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terhadap
terdakwa kasus korupsi Bank Mandiri yang dituntut Jaksa
20 tahun penjara, mengundang berbagai pro dan kontra.
Berkaitan dengan pengusutan pelanggaran HAM masa lalu
melalui penegakan supremasi hukum, keadilan pun menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari penegakan HAM.
Contoh lain dalam kasus BLBI, kepastian hukum dan
keadilan dalam kebijakan hukum yang diambil pemerintah
telah menimbulkan ketidakadilan bagi sebagian
tersangka/terdakwa serta masyarakat luas, bahkan dampak
diskriminatif, dan kasus-kasus lainnya ( Inge Dwisvimiar,
Jurnal Dinamika Hukum, No.3, September 2011 : 503).

“Konsep keadilan yang diutarakan oleh Radbruch menyangkut


keselarasan, keseimbangan, dan keserasian antara hak dan kewajiban
subjek hukum” ( Dominikus Rato, 2010 : 30). Terhadap putusan
Pengadilan Negeri Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska penulis akan
menganalisa apakah dalam putusan tersebut sudah mencerminkan
keadilan seperti tujuan hukum yang diutarakan Radbruch.
Hakim Pengadilan Negeri Surakarta memutuskan perkara
tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi terhadap terdakwa
Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu
Aisyah, setelah melihat fakta-fakta hukum yang terungkap dalam
persidangan. Setelah melakukan musyawarah majelis akhirnya putusan
pun dijatuhkan kepada terdakwa dengan nomor Putusan
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska, pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa
adalah 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan penjara.
Putusan yang dijatuhkan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta
sudah mencerminkan keadilan karena putusan tersebut diambil setelah
melihat fakta-fakta hukum yang terungkap dalam persidangan. Banyak
hal yang menjadi pertimbangan bagi Hakim dalam menjatuhkan putusan
commit to user
seperti surat dakwaan, surat tuntutan, alat bukti, barang bukti, dll. Hal-
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

hal yang meringankan terdakwa menjadi alasan bagi Hakim untuk untuk
meringankan pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa, selain itu pidana
yang dijatuhkan bisa lebih ringan apabila surat dakwaan dari Penuntut
Umum lemah. Dalam setiap putusan yang akan dijatuhkan Hakim akan
melihat rasa keadilan agar putusan yang dijatuhkan nantinya
memberikan keadilan bagi terdakwa.
Penjatuhan pidana yang lebih ringan dari yang dituntut oleh
Penuntut Umum tidak menyalahi rasa keadilan, karena pada prinsipnya
yang bersalah tetap dihukum. Putusan akan menyalahi rasa keadilan
apabila terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu
Rayyan alias Abu Aisyah diputus bebas oleh Hakim Pengadilan Negeri
Surakarta. Penegakan hukum sudah dilakukan oleh Hakim Pengadilan
Negeri Surakarta melalui putusannya. Putusan tersebut mencerminkan
bahwa tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi telah menyalahi
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan kepada
siapa saja yang melanggarnya akan dijatuhi pidana sesuai peraturan
yang berlaku.
Konsep keadilan telah tercermin dalam putusan Pengadilan
Negeri Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska, yaitu siapa saja yang
melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku akan mendapatkan sanksi. Diharapkan dengan putusan tersebut
selain mencerminkan keadilan juga mewujudkan keselarasan, keserasian
dan ketentraman dalam masyarakat agar tidak ada lagi kasus seperti ini
karena akan meresahkan kehidupan dalam masyarakat.
Keadilan juga dapat dilihat oleh masyarakat melalui putusan
tersebut, masyarakat akan berpendapat bahwa keadilan akan ditegakkan
bagi setiap orang tanpa memandang status karena semua orang
kedudukannya sama di mata hukum. Hal tersebut ditunjukkan dengan
siapa saja pelakunya yang melakukan tindak pidana tanpa hak
menyimpan amunisi akan tetap diadili dan dijatuhi pidana seperti
commitAnggih
terdakwa Muhammad Bahrunna’im to userTamtomo alias Abu Rayyan
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

alias Abu Aisyah. Setiap putusan harus mencerminkan rasa keadilan


agar produk pengadilan berupa putusan tersebut dapat diterima oleh
kalangan luas serta sejalan dengan nilai-nilai hukum.
Salah satu tujuan hukum dari Radbruch yaitu keadilan. Tujuan
tersebut telah menjadi salah satu tujuan Hakim Pengadilan Negeri
Surakarta dalam menjatuhkan putusannya, agar terdakwa mendapatkan
keadilan atas putusan yang dijatuhkan. Keadilan harus ditegakkan dalam
berbagai putusan yang dijatuhkan agar setiap warga negara Indonesia
mendapatkan haknya untuk mendapatkan keadilan. Hakim Pengadilan
Negeri Surakarta telah menjatuhkan putusan No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska
dengan seadil-adilnya.

2. Kegunaan
Hukum yang baik adalah ketika hukum tersebut memuat nilai
keadilan, kepastian hukum dan kegunaan. Sekalipun ketiganya
merupakan nilai dasar hukum, namun masing-masing mempunyai
tuntutan yang berbeda, sehingga ketiga nilai tersebut mempunyai potensi
untuk saling bertentangan dan menyebabkan adanya ketegangan. Pada
saat nilai kegunaan lebih diutamakan, maka nilai kegunaan menggeser
nilai kepastian hukum maupun nilai keadilan. Bagi nilai kegunaan yang
terpenting adalah kenyataan apakah hukum tersebut berguna bagi
masyarakat
Hukum dibentuk agar dalam masyarakat terdapat peraturan
yang mengatur kehidupan dalam masyarakat. Hukum selalu melekat
pada manusia bermasyarakat. Hukum berguna untuk mentertibkan dan
mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul. Dalam berbagai aspek kehidupan manusia hukum
berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya hukum sebagai
norma memberikan petunjuk kepada masyarakat mana yang baik dan
mana yang buruk, tinggal bagaimana masyarakat menyikapinya memilih
yang baik atau yang buruk. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

Nilai kegunaan biasa disebut sebagai nilai kemanfaatan.


Terdapat pandangan mengenai nilai kemanfaatan, sebagai berikut :
Pandangan secara umum tentang kemanfaatan merupakan
bagian aliran Ulitiarialisme yang berpandangan bahwa
hukum harus dapat memberikan kemanfaatan kepada setiap
orang. Seperti yang diungkapkan Jeremy Bentham “The
greatest happiness number of people”. Kemanfaatan disini
dipandang bahwa putusan hakim sebagai hukum. Menurut
Sudikno Mertokusumo, hukum yang dimaksud dibuat
untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan
hukum harus memberikan manfaat atau kegunaan bagi
masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya
dilaksanakan atau ditegakkan, timbul keresahan di dalam
masyarakat ( Hairan, Jurnal, 2012 : 5).

“Tentang nilai kemanfaatan ini, maka Radbruch menyebutkan


sebagai tujuan keadilan atau finalitas. Kemanfaatan menentukan isi
hukum, sebab isi hukum memang sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Isi hukum berkaitan secara langsung dengan keadilan secara
umum, sebab hukum menurut isinya merupakan perwujudan keadilan
tersebut” (Hairan, Jurnal, 2012 : 5). Kemanfaatan juga dapat dilihat dari
putusan hakim, bahwa kemanfaatan itu bisa ditujukan kepada
masyarakat secara luas yang berarti adanya putusan hakim dapat
memberikan kepuasan kepada masyarakat tentang pentingnya eksistensi
penegakan hukum melalui putusan hakim. Dalam artian lain bahwa efek
yang ditimbulkan dari putusan hakim memberikan efek jera atau
peringatan kepada masyarakat untuk tidak berbuat melanggar hukum.
Dalam kehidupan bermasyarakat, hukum selain digunakan
sebagai norma untuk memberikan petunjuk dalam bertingkah laku juga
untuk mentertibkan masyarakat. Hukum dibentuk agar dalam
masyarakat terdapat peraturan yang mengikat dan mempunyai sanksi.
Adanya peraturan yang harus dipatuhi dan mempunyai sanksi yang tegas
maka masyarakat akan mentaati peraturan tersebut, apabila semua
masyarakat mentaati peraturan yang berlaku maka akan tercipta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

ketertiban. Selain terciptanya ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat


akan tercipta pula kesejahteraan.
Kesejahteraan akan tercapai apabila dalam masyarakat tidak
ada yang melanggar peraturan. Peraturan yang ada ditaati oleh semua
masyarakat sehingga tidak terjadi pelanggaran. Kondisi tersebut akan
membuat kehidupan dalam masyarakat menjadi sejahtera, aman, tentram
karena tidak terjadi pelanggaran yang menimbulkan gangguan.
Banyaknya pencurian, perampokan, pembunuhan akan menimbulkan
kecemasan dan kegelisahan dalam masyarakat, sehingga dalam
masyarakat tidak tercapai kesejahteraan.
Pelanggaran terhadap hukum yang berlaku harus diberikan
sanksi tegas supaya orang yang melakukan pelanggaran tersebut jera dan
tidak melakukan pelanggaran yang sama dikemudian hari. Terhadap
semua pelanggaran terhadap peraturan harus diproses menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku, misalnya orang yang mencuri sepeda
motor harus dilaporkan ke Kepolisian untuk diproses lebih lanjut.
Setelah dalam proses penyelidikan ditemukan peristiwa yang diduga
tindak pidana maka setelah ini dapat dilakukan proses penyidikan di
Kepolisian.
Proses tersebut berlanjut terus, setelah BAP dari penyidik
selesai maka berkas akan dilimpahkan ke Kejaksaan. Setelah berkas dari
Kejaksaan selesai perkara dilimpahkan ke Pengadilan Negeri yang
berwenang untuk diperiksa dan diputus hakim di sidang pengadilan. Di
Pengadilan Negeri hakim akan menjatuhkan putusan terhadap tindak
pidana yang telah dilakukan terdakwa. Putusan ini nantilah yang akan
menentukan nasib terdakwa dan akan menjadi sorotan masyarakat luas.
Putusan tersebut akan menunjukkan bahwa setiap orang yang
melakukan pelanggaran terhadap hukum akan dijatuhi sanksi sesuai
peraturan yang berlaku. Nilai kegunaan dari putusan tersebut adalah
untuk memberikan contoh kepada masyarakat agar tidak melakukan
pelanggaran terhadap hukum, commit to userpelanggaran terhadap hukum
karena setiap
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

akan dikenai sanksi yang tidak ringan, sehingga masyarakat menjadi


takut dan akan mentaati hukum yang berlaku.
Ternyata hukum berguna dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat untuk menjamin kelangsungan hidup bermasyarakat.
Nilai kegunaan dalam tujuan hukum menurut Radbruch akan penulis
gunakan untuk menganalisa putusan Pengadilan Negeri Surakarta
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska apakah putusan tersebut sudah
mencerminkan nilai kegunaan atau belum mencerminkan nilai
kegunaan.
Putusan Pengadilan Negeri Surakarta
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska yang menjatuhkan pidana terhadap
Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu
Aisyah atas perbuatannya yang tanpa hak menyimpan amunisi
mempunyai nilai kegunaan dalam masyarakat. Putusan ini menunjukkan
kepada masyarakat bahwa setiap tindak pidana akan dijatuhi sanksi,
termasuk tindak pidana yang masih dianggap asing dalam masyarakat
yaitu menyimpan amunisi tanpa ijin.
Putusan yang dijatuhkan hakim Pengadilan Negeri Surakarta
tersebut memberikan contoh kepada masyarakat agar tidak melakukan
pelanggaran karena akan disanksi teegas. Selain itu, agar masyarakat
tahu bahwa meyimpan amunisi merupakan suatu tindak pidana karena
kepemilikan amunisi hanya boleh untuk kepentingan dinas Polisi dan
Tentara.
Putusan tersebut juga berguna untuk menegakkan hukum yang
berlaku terutama peraturan yang terkait mengenai tindak pidana tanpa
hak menyimpan amunisi. Dengan adanya putusan
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska mempunyai kegunaan untuk menegakkan
hukum dalam masyarakat serta memberikan contoh atau sebagai
peringatan agar masyarakat tidak melakukan tindak pidana tanpa hak
menyimpan amunisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

3. Kepastian Hukum
“Kepastian hukum sebagai nilai ia menggeser nilai-nilai
keadilan dan kegunaan kesamping. Yang utama bagi kepastian hukum
adalah adanya peraturan itu sendiri. Tentang apakah peraturan itu harus
adil dan mempunyai kegunaan bagi masyarakatnya adalah diluar
pengutamaan nilai kepastian hukum” (Satjipto Raharjo, 2006 : 18).
“Immediately after the collapse of the Nazi regime, Gustav
Radbruch, one of the most influential German legal philosophers of the
twentieth century, redefined his position on legal certainty by
introducing the following principle: When statutory rules reach a level
of extreme injustice, so that the contradiction between positive law and
justice becomes intolerable, they cease to be law” (Frank Haldemann,
Ratio Juris, No.2, Juni 2005 : 162). Gustav Radbruch merupakan salah
satu filsuf yang berpengaruh di Jerman pada abad ke-20, dia
mendefinisikan ulang kepastian hukum dengan teorinya. Hal tersebut
menegaskan posisi kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum
yang harus dicapai.
Prof. Sudikno Mertokusumo juga memiliki tujuan hukum yang
sama dengan Radbruch yaitu kepastian hukum.
Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan.
Bagaimanapun hukumnya itulah yang harus berlaku, dan
harus dilaksanakan serta tidak boleh menyimpang.
Demikian menurut adagium fiat justicia et pereat mundus
(meskipun dunia runtuh hukum harus ditegakkan), atau
lex dura sedtamen scripta (hukum adalah keras, dan
memang itulah bunyinya atau keadaannya, semua itu
demi kepastian di dalam penegakannya). Dengan cara
demikian, maka ada kepastian hukum dan kepastian
hukum akan menciptakan tertib masyarakat, karena
menurut Prof. Sudikno Mertokusumo tujuan hukum
adalah menciptakan kepastian hukum demi ketertiban
masyarakat (Sudikno dan Pitlo, 1993: 1¬2).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id

Hukum dibentuk untuk menciptakan kepastian hukum, dengan


adanya kepastian hukum fungsi hukum akan berjalan dan mampu
menciptakan ketertiban. Timbulnya ketertiban akan menciptakan
suasana aman, nyaman, dan sejahtera dalam masyarak. Adanya
kepastian hukum juga semakin mempertegas hak dan kewajiban
seseorang, agar setiap orang mendapatkan apa yang menjadi hak dan
kewajibannya dengan baik.
Hukum harus mempunyai kepastian, apabila tidak ada
kepastian maka kehidupan dalam masyarakat akan menjadi tidak teratur.
Tidak adanya kepastian hukum membuat orang akan memandang
sebelah mata suatu peraturan hukum sehingga peraturan yang ada tidak
ditaati malah akan dilanggar. Kepastian hukum tersebut berguna untuk
menjamin keteraturan hidup dalam masyarakat agar tercipta ketertiban.
Aturan hukum baik berupa undang-undang maupun hukum
tidak tertulis, berisi aturan-aturan yang bersifat umum yang menjadi
pedoman bagi individu dalam bertingkah laku dalam hidup
bermasyarakat. “Aturan-aturan tersebut menjadi batasan bagi
masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap
individu. Adanya aturan semacam itu dan pelaksanaan aturan tersebut
menimbulkan kepastian hukum” ( Peter Mahmud Marzuki, 2008:157-
158).
Dalam menjaga kepastian hukum, peran pemerintah dan
pengadilan sangat penting. Pemerintah tidak boleh menterbitkan aturan
pelaksanaan yang tidak diatur oleh undang-undang atau bertentangan
dengan undang-undang. “Apabila, hal itu terjadi, pengadilan harus
menyatakan bahwa peraturan batal demi hukum, artinya dianggap tidak
pernah ada sehingga akibat yang terjadi karena adanya peraturan itu
harus dipulihkan seperti sedia kala” ( Peter Mahmud Marzuki,
2008:159).
Suatu peraturan yang berlaku harus mempunyai kepastian agar
commit
setiap orang dalam menjalankan to usertersebut tidak bingung dan
peraturan
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id

ragu-ragu dalam menjalaninya. Kepastian hukum tersebut juga


memberikan kekuatan atas peraturan yang berlaku, sehingga apabila
dilanggar peraturan tersebut pasti akan dikenai sanksi. Kepastian hukum
sangat penting bagi berlakunya suatu peraturan perundang-undangan.
Ketika suatu peraturan perundang-undangan dibuat dan
diundangkan secara pasti pada saat itulah tercipta kepastian hukum,
karena adanya peraturan yang mengatur secara jelas dan logis. Jelas
dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan dan logis dalam arti
menjadi suatu sistem norma dengan norma lain, sehingga tidak
berbenturan atau menimbulkan konflik antar norma. “Konflik norma
yang ditimbulkan dari ketidakpastian peraturan perundang-undangan
dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma, atau distorsi norma”
(http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305b81
2982962e5ebad017dee37f007e56da92eb74d56>, diakses 20 Februari
2013).
Putusan pengadilan adalah penyataan hakim yang diucapkan
pada sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk menyelesaikan
atau mengakhiri suatu perkara. Putusan dapat dijatuhkan setelah
pemeriksaan perkara selesai dan oleh pihak-pihak yang berperkara sudah
tidak ada lagi yang ingin dikemukakan. Putusan pengadilan merupakan
suatu yang sangat diharapkan oleh pihak-pihak yang berperkara, sebab
dengan putusan pengadilan tersebut pihak-pihak yang berperkara
mengharapkan adanya kepastian hukum dalam perkara yang mereka
hadapi.
Hakim harus mengetahui duduk perkara yang sebenarnya
terjadi dan peraturan perundang-undangan yang masih belaku terkait
dengan perkara yang ditangani. Dengan demikian, hakim dalam
menjatuhkan putusan benar-benar menciptakan kepastian hukum. Salah
satu tujuan hukum dari Radbruch yaitu kepastian hukum akan penulis
gunakan untuk menganalisa apakah putusan Hakim Pengadilan Negeri
commit toterhadap
Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska user terdakwa Muhammad
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id

Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah


telah mencerminkan kepastian hukum atau belum.
Putusan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska telah menunjukkan adanya kepastian hukum.
Kepastian hukum dalam putusan tersebut dengan diberikannya sanksi
berupa pidana penjara terhadap pelaku yang melanggar pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951.
Selain itu juga menunjukkan bahwa Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 merupakan peraturan perundang-
undangan yang pasti sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat bingung
atau ragu-ragu untuk mentaaati peraturan tersebut.
Kepastian hukum yang tercermin dari putusan Pengadilan
Negeri Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska, bahwa kepastian hukum
menjamin hukum dapat berfungsi sebagai peraturan yang harus ditaati.
Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam menjatuhkan putusan
berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
sesuai dengan asas legalitas yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP.
Suatu tindak pidana dapat dikenai pidana apabila peraturan sudah ada
terlebih dahulu, dengan demikian adanya asas legalitas menjamin
hukum tersebut ditegakkan dan memberikan kepastian hukum.
Kepastian hukum sudah ada dalam putusan
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska dengan ditindak tegasnya pelanggaran
terhadap pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1951. Hal tersebut menunjukkan bahwa Undang-
Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 merupakan
produk perundang-undangan yang jelas dan pasti, sehingga pelanggaran
terhadap undang-undang tersebut akan ditindak tegas. Nilai kepastian
hukum dalam putusan No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska menjamin bahwa
hukum sebagai peraturan yang harus ditaati.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id

Putusan Pengadilan merupakan salah satu produk Hakim. Kinerja


hakim akan dinilai melalui putusan yang dijatuhkan terhadap suatu perkara,
apakah hakim sudah benar dalam menerapkan hukumnya atau belum.
Hakim mempunyai peranan yang penting karena dianggap sebagai puncak
dalam memutus suatu perkara, hasil memutuskan perkara tersebut adalah
putusan. Putusan hakim yang dijatuhkan nantinya akan menjadi sorotan
khalayak ramai sehingga hakim harus berhati-hati dalam menjatuhkan suatu
putusan.
“Putusan hakim adalah suatu pernyataan oleh hakim sebagai Pejabat
Negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan
bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa
antara para pihak” ( Soedikno Mertokusumo, 1999 :175). Setelah hakim
mengetahui duduk perkara yang sebenarnya maka pemeriksaan terhadap
perkara dinyatakan selesai kemudian dijatuhkan putusan. Putusan hakim
nantilah yang akan menentukan nasib terdakwa terhadap tindak pidana yang
telah dilakukannya. Putusan yang dijatuhkan hakim diharapkan
mencerminkan rasa keadilan agar keadilan tetap diterima oleh terdakwa.
Nilai keadilan harus diberikan hakim dalam setiap putusan yang
dijatuhkan, selain itu juga harus diperhatikan nilai kegunaan dan kepastian
hukum. Hukum dilaksanakan bertujuan untuk mencapai keadilan, sehingga
dengan ditegakkannya hukum akan memberikan rasa keadilan bagi
masyarakat. Hukum harus memberi manfaat, karena memang hukum adalah
untuk manusia, maka dalam melaksanakan hukum jangan sampai justru
menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Kepastian hukum menekankan
agar hukum atau peraturan itu ditegakan sebagaimana yang diinginkan oleh
bunyi hukum/ peraturannya.
Ketiga hal tersebut sesuai dengan tujuan hukum yang dikemukakan
oleh Gustav Radbruch yaitu keadilan, kegunaan, dan kepastian hukum.
Tujuan hukum tersebut banyak mengilhami hakim dalam menjatuhkan
putusannya. Dalam menjatuhkan putusan, ketiga hal tersebut penting untuk
dipertimbangkan oleh hakim agarcommit
dalam to user yang dijatuhkan nantinya
putusan
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id

mencerminkan rasa keadilan, kegunaan, dan kepastian hukum bagi terdakwa


pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Dari uraian analisa penulis diatas dapat disimpulkan bahwa Putusan
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska yang dijatuhkan oleh hakim Pengadilan Negeri
Surakarta terhadap terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo
alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah terdapat nilai keadilan, kegunaan, dan
kepastian hukum. Putusan tersebut dijatuhkan seadil-adilnya bagi terdakwa
agar terdakwa mendapatkan keadilan, terdakwa juga mendapatkan
kemanfaatan dari putusan tersebut yaitu dengan memberikan efek jera selain
itu melalui putusan tersebut memberikan peringatan kepada masyarakat agar
tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Putusan tersebut juga menegakkan hukum dengan menunjukkan
adanya kepastian hukum dalam menjatuhkan sanksi terhadap setiap
pelanggaran peraturan perundang-undangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 108
digilib.uns.ac.id

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Hasil pembahasan dari penelitian yang dilakukan penulis telah


dipaparkan pada bab terdahulu. Dalam bab ini penulis akan memberikan
kesimpulan atas hal yang telah penulis teliti, yang terdiri dari :
1. Pengaturan mengenai tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi
diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951. Penggunaan Undang-Undang Darurat
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 dengan alasan karena sampai
sekarang tidak ada Undang-Undang yang mengatur mengenai hal
tersebut ,sehingga Undang-Undang Darurat tersebut masih berlaku dan
digunakan untuk menjerat perbuatan yang telah dilakukan oleh terdakwa
Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu
Aisyah. Penerapan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 sudah tepat sesuai tindak pidana yang
dilakukan yaitu tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi;
2. Dasar hukum pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap
tindak pidana pidana tanpa hak menyimpan amunisi oleh terdakwa
Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu
Aisyah dalam Putusan Pengadilan Negeri Suakarta
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska adalah:
a. Adanya tuntutan dari Penuntut Umum;
b. Adanya surat dakwaan;
c. Adanya pembuktian berdasarkan alat bukti;
d. Adanya pembelaan dari Terdakwa.
Dalam proses persidangan yang telah belangsung ditemukan fakta-fakta
hukum yang terungkap dalam persidangan dan terdapat proses
commit
pembuktian dengan semua alat buktitodan
userbarang bukti yang berkaitan

108
perpustakaan.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id

dengan tindak pidana tersebut. Dari proses tersbut terdakwa terbukti


telah melanggar Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 tentang tindak pidana tanpa hak
menyimpan amunisi, karena terdakwa telah memenuhi salah satu unsur
yang ada dalam rumusan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 yaitu “tanpa hak”. Terdapat
hal-hal yang meringankan maupun memberatkan terdakwa yang menjadi
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap terdakwa.
Dalam kasus ini terdakwa dijatuhi pidana 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan
penjara. Putusan yang dijatuhkan sudah memenuhi tujuan hukum dari
Gustav Radbruch. Beliau mengungkapkan terdapat tiga tujuan hukum
yaitu keadilan, kegunaan, dan kepastian hukum. Tujuan hukum dari
Radbruch tersebut telah terdapat dalam putusan
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska yang dijatuhkan oleh hakim Pengadilan
Negeri Surakarta terhadap terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih
Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah. Hakim Pengadilan
Negeri Surakarta menjatuhkan hukuman seadil-adil bagi terdakwa
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku agar terdakwa
mendapatkan keadilan melalui putusan tersebut dengan menjatuhkan
pidana 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan penjara. Nilai kegunaan yang
tercermin dari putusan tersebut adalah dengan memberikan efek jera
kepada terdakwa selain itu juga memberikan peringatan kepada
masyarakat agar tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Selain itu nilai kepastian hukum dari
putusan No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska ditunjukkan dengan menjatuhkan
sanksi terhadap setiap pelanggaran peraturan perundang-undangan
khsunya pelanggaran terhadap Undang-Undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 sehingga menunjukkan adanya
kepastian, peraturan mana yang dilanggar dan sanksi apa yang akan
dijatuhkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 110
digilib.uns.ac.id

B. Saran

Dalam penulisan hukum ini, penulis akan menyumbangkan beberapa


pemikiran-pemikiran yang penulis berikan dalam bentuk saran, yaitu :
1. Tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi masih asing di kalangan
masyarakat di Indonesia. Tindak pidana ini berkaitan dengan
penyimpanan amunisi tanpa memiliki surat ijin. Di Indonesia terhadap
tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi dijerat dengan Undang-
Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951. Penerapan
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 1951 sudah tepat karena sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Undang-Undang Darurat merupakan produk
lama yang dibuat pada saat keadaan Indonesia sedang tidak aman
banyak terjadi pemberontakan lebih baik Undang-Undang Darurat
diubah dengan dengan Undang-Undang baru yang sesuai dengan
keadaan masyarakat Indonesia jaman sekarang agar penerapan Undang-
Undang tersebut sesuai dengan keadaan masyarakat sekarang.
2. Hakim dalam menjatuhakan putusan diharapkan mempertimbangkan
semuanya dengan jelas dan menjalankan proses persidangan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu sebaiknya
hakim juga selalu mengingat nilai keadilan, kegunaan, dan kepastian
hukum dalam setiap putusan yang akan dijatuhkan. Hal tersebut agar
terdakwa dapat memperoleh keadilan, kegunaan, dan kemanfaatan atas
putusan yang diajtuhkan kepadanya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 111
digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adami Chazawi.2002.Pelajaran Hukum Pidana I.Jakarta:PT.Raja Grafindo


Persada.

Amirudin dan Zaenal Asikin.2010.Pengantar Metode Penelitian Hukum.


Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Andi Hamzah.2000.Hukum Acara Pidana Indonesia.Jakarta : Sinar Grafika.

Bambang Semedi.2011.Modul Ketentuan Barang Larangan dan


Pembatasan.Jakarta : Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Barda Nawawi Arief.2002.Bunga Rampai Hukum Pidana.Bandung:


PT.Citra Aditya Bakti.

Dominikus Rato.2010.Filsafat Hukum:Mancari, Menemukan, dan


Memahami Hukum.Surabaya : Laksbang Justitia.

Heru Gunaedi.2005.Buku Pedoman Kerja Prajurit Peralatan AD.Jakarta:


Markas Besar Angkatan Darat Direktorat Peralatan.

H. Riduan Syahrani.1999.Rangkuman Intisari Ilmu Hukum.Bandung: PT.


Citra Aditya Bakti.

Maria Farida Indarti.2007.Ilmu Perundang-Undangan (Jenis,Fungsi dan


Materi Muatan).Yogyakarta : Kanisius

Martiman Prodjomidjojo.1995.Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana


Indonesia I.Jakarta : Pradnya Pramita.

M.Karjadi dan R.Soesilo.1997.Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana


dengan Penjelasan Resmi dan Komentar. Bogor: Politeia.

Moeljatno.2000.Asas-Asas Hukum Pidana.Jakarta:PT. Rineka Cipta.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 112
digilib.uns.ac.id

Muhammad Rustamaji dan Dewi Gunawati.2011.Moot Court Membedah


Peradilan Pidana Dalam Kelas Pendidikan Hukum Progresif.
Surakarta: Mefi Caraka.

M. Yahya Harapap.2000.Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan


KUHAP (Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan
Peninjauan Kembali).Jakarta: Sinar Grafika.

P.A.F. Lamintang.1997.Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia.Bandung:


PT. Citra Aditya Bakti.

Peter Mahmud Marzuki.2005.Penelitian Hukum.Jakarta: Kencana.

.2008. Pengantar Ilmu Hukum.Jakarta : Kencana.

R. Subekti Tjitrosoedibio.2005.Kamus Hukum.Jakarta:Pradnya Pramita.

Rusli Muhammad.2007.Hukum Acara Pidana Kontemporer.Bandung:PT


Citra Aditya Bakti

Satjipto Rahardjo.2006.Ilmu Hukum.Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.

Simons.1992.Kitab Pelajaran Hukum Pidana (Titel Asli: Leerboek van Het


Nederlandse Strafrecht) Diterjemahkan oleh PAF Lamintang.
Bandung: Pioner Jaya.

Sudarto.1990.Hukum Pidana I.Semarang: Yayasan Sudarto.

.1991.Hukum Pidana Jilid I-A-B.Purwokerto:Fakultas Hukum


Unsoed.

Soedikno Mertokusumo.1999.Hukum Acara Perdata Indonesia.Yogyakarta


: Liberty.

Soedikno Mertokusumo dan A.Pitlo.1993.Bab-Bab Tentang Penemuan


Hukum.Bandung : Citra Aditya Bakti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 113
digilib.uns.ac.id

Theo Huijbers.1982.Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah.Yogyakarta :


Yayasan Kanisius.

Van Apeldoorn.2001.Pengantar Ilmu Hukum.Jakarta:PT Pradnya Paramita.

Wirjono Prodjodikoro.2002.Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia.Bandung:


PT. Refika Aditama.

Zainal Abidin Farid.2007.Hukum Pidana I.Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951


tentang Mengubah "Ordonnantietijdelijke Bijzondere
Strafbepalingen” (STBL. 1948 Nomor 17) dan Undang-Undang
Republik Indonesia Dahulu Nomor 8 Tahun 1948.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang pendaftaran dan pemberian


izin kepemilikan senjata api.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.20 Tahun 1960


tentang Kewenangan Perijinan Yang Diberikan Menurut
Perundangan Mengenai Senjata Api.

Instruksi Presiden Republik Indonesia No.9 Tahun 1976 tentang


Peningkatan dan Pengendalian Senjata Api.

Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia No.7 tahun 2010 tentang


Pedoman Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api
Standar Militer Diluar Lingkungan Kementerian Pertahanan dan
Tentara Nasional Indonesia

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 114
digilib.uns.ac.id

SK Kapolri No.Skep/244/II/1999 dan SK Kepala Polri Nomor 82 Tahun


2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata
Non-Organik.

Jurnal Nasional:

Anggi Setio Rachmanto.2009.”Pola Penyelundupan dan Peredaran Senjata


Api Ilegal di Indonesia”.Jurnal Kriminologi Indonesia. Vol.V,No.II.

Bambang Sutiyoso.2010.”Mencari Format Ideal Keadilan Putusan Dalam


Peradilan”. Jurnal Hukum. Vol.17,No.2.

Bambang Tri Bawono.2004.”Faktor-Faktor Yang Menjadi Pertimbangan


Hakim Dalam Menjatuhkan Berat/Ringannya Pidana Terhadap
Terdakwa”.Vol.14, No.1.

Hairan. 2012.”Meninjau Kembali Format dan Nilai-Nilai Hukum Putusan


Hakim Dalam Penegakan Hukum di Indonesia”.

I Dewa Made Suartha.2010.”Perkembangan Sistem Pertanggungjawaban


Pidana Dan Relevansinya Dalam Pembaharuan Hukum Pidana
Indonesia”.Vol.16, No.1.

Inge Dwisvimiar.2011.”Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu


Hukum”.Vol.11,No.3.

Jurnal Internasional :

Frank Haldemann.2005.”Gustav Radbruch vs. Hans Kelsen: A Debate on


Nazi Law”. Vol.18, No.2.

Heater Leawoods.2000.”Gustav Radbruch: An Extraordinary Legal


Philosopher”.Vol.2.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 115
digilib.uns.ac.id

Makalah:

Emma Zaidar.2003.“Nitrogliserin Dapat Digunakan Sebagai Bahan


Peledak”.Makalah.Fakultas Matematika dan IPA Universitas
Sumatra Utara, Medan.

Internet :

Anne Ahira . Senjat api – Senjata Dengan Teknik Tinggi


.http://www.anneahira.com/senjata-api.htm>, [ 8 November 2012
pukul 17.10 WIB].

Marsinta Uly. Penegakan Hukum Yang Menjamin Keadilan, Kepastian


Hukum, Dan Kemanfaatan (Studi Kasus: Kasus Nenek Minah.
http://lbhperjuangan.blogspot.com/2010/10/penegakan-hukum-yang-
menjamin-keadilan.html>. [19 Februari 2013 pukul 20.55 WIB].

NN . Amunisi-Amunisi Yang Mempunyai Desain Khusus


.http://jurnalmiliter.blogspot.com/2011/11/amunisi-amunisi-yang-
mempunyai-desain.html>, [ 8 November 2012 pukul 17.28 WIB].

NN . Definisi Amunisi .http://artikata.com/arti-318823-amunisi.html>[ 6


November 2012 pukul 19.10 WIB].

NN .Perampok Berpistol kembali Incar Toko Mas


.http://log.viva.co.id/news/read/291744-perampok-berpistol-mulai-
incar-lagi-toko-emas>, [ 8 November 2012 pukul 17.50 WIB].

NN . Selonsong Peluru .http://id.wikipedia.org/wiki/Selongsong_peluru>, [7


November 2012 pukul 17.00 WIB].

Soetanto. Kepastian Hukum.


http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305
b812982962e5ebad017dee37f007e56da92eb74d56>.[20 Februari
2013 pukul 22.00 WIB]. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 116
digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN 1

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 12 TAHUN 1951
TENTANG
MENGUBAH "ORDONNANTIETIJDELIJKE BIJZONDERE
STRAFBEPALINGEN" (STBL. 1948
NOMOR 17) DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
DAHULU NOMOR 8 TAHUN
1948

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang:
Bahwa berhubung dengan keadaan yang mendesak dan untuk kepentingan
pemerintah dipandang perlu untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam
"Ordonnantie Tijdelijke Byzondere Strafbepalingen" (Stbl. 1948 No. 17)
dan Undang-undang Republik Indonesia dahulu No. 8 tahun 1948.

Menimbang pula:
Bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak, peraturan ini perlu segera
diadakan.

Mengingat:
a. Pasal 96, 102 dan 142 Undang-undang Dasar Sementara Republik
Indonesia;
b. "Ordonnantie Tijdelijke Byzondere Strafbepalingen" (Stbl. 1948 No. 17);
c. Undang-undang Republik Indonesia dahulu No. 8 tahun 1948.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 117
digilib.uns.ac.id

MEMUTUSKAN :
A. Menetapkan:
UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG MENGUBAH
"ORDONNANTIETIJDELIJKE BYZONDERE STRAFBEPALINGEN"
(STBL. 1948 NOMOR 17) DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA DAHULU NOMOR 8 TAHUN 1948).

Pasal 1
(1) Barang siapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat,
menerima, mencoba memperoleh,menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, menguasai, membawa,mempunyai persediaan padanya
atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan,mengangkut,
menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan dari Indonesia
sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum
dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau
hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.
(2) Yang dimaksudkan dengan pengertian senjata api dan amunisi termasuk
juga segala barang sebagaimana diterangkan dalam pasal 1 ayat 1 dari
Peraturan Senjata Api (Vuurwapenregeling : in-, uit-, doorvoer en
lossing) 1936 (Stbl. 1937 No. 170), yang telah diubah dengan
Ordonnantie tanggal 30 Mei 1939 (Stbl. No. 278), tetapi tidak termasuk
dalam pengertian itu senjata-senjata yang nyata-nyata mempunyai tujuan
sebagai barang kuno atau barang yang ajaib (merkwaardigheid), dan
bukan pula sesuatu senjata yang tetap tidak dapat terpakai atau dibikin
sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipergunakan.
(3) Yang dimaksudkan dengan pengertian bahan-bahan peledak termasuk
semua barang yang dapat meledak, yang dimaksudkan dalam
Ordonnantie tanggal 18 September 1893 (Stbl.234), yang telah diubah
terkemudian sekali dengan Ordonnantie tanggal 9 Mei 1931 (Stbl.No.
168), semua jenis mesin, bom-bom, bom-bom pembakar, ranjau-ranjau
(mijnen), granat granat tangancommit to user
dan pada umumnya semua bahan peledak
perpustakaan.uns.ac.id 118
digilib.uns.ac.id

baik yang merupakan luluhan kimia tunggal (enkelvoudige


chemischeverbindingen) maupun yang merupakan adukan bahan-bahan
peledak (explosievemengsels) atau bahan-bahan peledak pemasuk
(inleidende explosieven), yang dipergunakan untuk meledakkan lain-lain
barang peledak, sekedar belum termasuk dalam pengertian amunisi.

Pasal 2
(1) Barang siapa yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat,
menerima, mencoba memperolehnya, menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, menguasai, membawa,mempunyai persediaan padanya
atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan,mengangkut,
menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia
sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (slag-,
steek-, of stootwapen), dihukum dengan hukuman penjara setinggi-
tingginya sepuluh tahun.
(2) Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata
penusuk dalam pasal ini, tidak termasuk barang-barang yang nyata-nyata
dimaksudkan untuk dipergunakan guna pertanian, atau untuk pekerjaan-
pekerjaan rumah tangga atau untuk kepentingan melakukan dengan syah
pekerjaan atau yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang
pusaka atau barang kuno atau barang ajaib (merkwaardigheid).

Pasal 3
Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum Undang-undang Darurat ini
dipandang sebagai kejahatan.

Pasal 4
(1) Bilamana sesuatu perbuatan yang dapat dihukum menurut Undang-
undang Darurat ini dilakukan oleh atau atas kekuasaan suatu badan
hukum, maka penuntutan dapat dilakukan dan hukuman dapat
commit
dijatuhkan kepada pengurus atau to user
kepada wakilnya setempat.
perpustakaan.uns.ac.id 119
digilib.uns.ac.id

(2) Ketentuan pada ayat 1 di muka berlaku juga terhadap badan-badan


hukum, yang bertindak selaku pengurus atau wakil dari suatu badan
hukum lain.
Pasal 5
(1) Barang-barang atau bahan-bahan dengan mana terhadap mana sesuatu
perbuatan yang terancam hukuman pada pasal 1 atau 2, dapat dirampas,
juga bilamana barang-barang itu tidak kepunyaan si-tertuduh.
(2) Barang-barang atau bahan-bahan yang dirampas menurut ketentuan ayat
1, harus di rusak, kecuali apabila terhadap barang-barang itu oleh atau
dari pihak Menteri Pertahanan untuk kepentingan Negara diberikan
suatu tujuan lain.

Pasal 6
(1) Yang diserahi untuk mengusut perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum
berdasarkan pasal 1 dan 2 selain dari orang-orang yang pada umumnya
telah ditunjuk untuk mengusut perbuatan-perbuatan yang dapat
dihukum, juga orang-orang, yang dengan peraturan Undang-undang
telah atau akan ditunjuk untuk mengusut kejahatan-kejahatan dan
pelanggaran-pelanggaran yang bersangkutan dengan senjata api, amunisi
dan bahan-bahan peledak.
(2) Pegawai-pegawai pengusut serta orang-orang yang mengikutinya
senantiasa berhak memasuki tempat-tempat, yang mereka anggap perlu
dimasukinya, untuk kepentingan menjalankan dengan saksama tugas
mereka Apabila mereka dihalangi memasuknya, mereka jika perlu dapat
meminta bantuan dari alat kekuasaan.

B. Menetapkan, bahwa segala peraturan atau ketentuan-ketentuan dari


peraturan-peraturan yang bertentangan dengan Undang-undang
Darurat ini tidak berlaku.
Ketentuan terakhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 120
digilib.uns.ac.id

C. Undang-undang Darurat ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar


supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-undang Darurat ini dengan penempatan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 1 September 1951
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SOEKARNO
PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SUKIMAN WIRJOSANDJOJO.
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
ISKAQ TJOKROHADISURJO.
MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SEWAKA.
MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA, a. i.,
Ttd.
M. A. PELLAUPESSY.
Diundangkan:
Pada Tanggal 4 September 1951
MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA a. i.,
Ttd.
M.A.PELLAUPESSY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN
1951

commit to user

Anda mungkin juga menyukai