id i
digilib.uns.ac.id
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Oleh:
HANAWATI VITANINGTIAS
NIM.E0009151
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
2013
perpustakaan.uns.ac.id ii
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh :
HANAWATI VITANINGTIAS
NIM E0009151
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.Hartiwiningsih,S.H.,M.Hum. Ismunarno,S.H.,M.Hum.
NIP. 19570203 198503 2 001 NIP. 19660428 199003 1 001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id iii
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PENGUJI
Oleh :
HANAWATI VITANINGTIAS
NIM E0009151
DEWAN PENGUJI
Mengetahui
Dekan,
Prof.Dr.Hartiwiningsih,S.H.,M.Hum.
commit to
NIP. 19570203 user 2 001
198503
perpustakaan.uns.ac.id iv
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Hanawati Vitaningtias
NIM E0009151
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id v
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
ABSTRACT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id vii
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala limpahan berkat dan
karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
hukum (skripsi) yang berjudul “PENERAPAN PASAL 1 AYAT (1) UNDANG-
UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1951
TERHADAP TINDAK PIDANA TANPA HAK MENYIMPAN AMUNISI
(STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska)”.
Penulisan hukum (skripsi) ini membahas mengenai tindak pidana tanpa
hak menyimpan amunisi yang terjadi di Surakarta, bagaimana penerapan Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1951 dan
bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana tanpa
hak menyimpan amunisi.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik materiil maupun immateriil sehingga penulisan
hukum (skripsi) ini dapat terselesaikan, terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Prof.Dr.Hartiwiningsih,S.H.,M.Hum., selaku dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini.
2. Bapak Sabar Slamet,S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana yang
telah memberikan bantuan dan ijin kepada penulis untuk menyelesaikan
penulisan hukum ini.
3. Prof.Dr.Hartiwiningsih,S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing I skripsi penulis
yang telah banyak memberikan bantuan berupa pengarahan, bimbingan
serta saran dari awal hingga akhir penulisan hukum ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id viii
digilib.uns.ac.id
14. Sahabat-sahabat selama kuliah Natalia, Asti, Ita, Dea, Tata dan teman dari
SMP dan SMA yang selalu memberikan kecerian dan semangat bagi
penulis dikala senang dan susah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan hukum ini.
15. Semua teman-teman Fakultas Hukum UNS angkatan 2009 yang telah
menambah pengalaman penulis selama kuliah.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan penulisan hukum
ini baik secara moral maupun materiil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id x
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………………..iii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………...iv
ABSTRAK………………………………………………………………..……v
KATA PENGANTAR……………………………………………………......vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………......x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………..….1
B. Perumusan Masalah……………………………………………..…7
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….........7
D. Manfaat Penelitian…………………………………………….......8
E. Metode Penelitian……………………………………………........9
F. Sistematika Penelitian………………………………………........13
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan………………………………………………………….108
B. Saran……………………………………………………………...110
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..111
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xii
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id xiii
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang dapat memiliki suatu barang secara legal maupun secara ilegal.
Terhadap barang yang diperdagangkan secara umum setiap orang bisa
mendapatkannya secara legal atau resmi. Barang yang tidak diperdagangkan
secara umum yang hanya boleh dimiliki pihak tertentu namun masyarakat sipil
dapat memilikinya, maka kepemilikan tersebut dapat dikatakan sebagai
kepemilikan secara ilegal. Pengecualian berlaku apabila orang tersebut telah
mendapatkan surat ijin untuk memiliki barang tersebut.
Kepemilikan terhadap suatu barang secara ilegal banyak terjadi di
Indonesia dan banyak pula macamnya seperti masyarakat sipil memiliki senjata
api atau amunisi secara ilegal tanpa surat ijin. Barang yang dimiliki tersebut
tersebut bukan barang yang diperdagangkan secara bebas kepada masyarakat
umum hanya Tentara dan Polisi yang boleh memilikinya. Apabila ada yang
memiliki senjata api atau amunisi selain Tentara dan Polisi tanpa mempunyai
surat ijin maka mereka mendapatkan barang tersebut secara ilegal atau tidak resmi
melalui proses penyelundupan.
Terdapat larangan bahwa senjata api dan amunisi tidak boleh dimiliki oleh
masyarakat sipil tanpa ijin dari Kepolisian, namun larangan tersebut terbatas pada
senjata api atau amunisi jenis tertentu. Ada senjata api atau amunisi jenis tertentu
yang boleh dimiliki oleh masyarakat sipil untuk kepentingan bela diri maupun
olahraga, contohnya senjata api yang digunakan untuk olahraga menembak.
Senjata api maupun amunisi yang dilarang untuk dimiliki masyarakat sipil adalah
yang berbahaya dengan resiko yang tinggi.
Masyarakat sipil hanya boleh memiliki senjata yang bukan merupakan
senjata organis TNI atau POLRI dan tidak otomatis. Senjata tersebut biasanya
memiliki kaliber yang lebih kecilcommit
dari 32.to Senjata
user api yang boleh untuk dimiliki
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
oleh masyarakat sipil dalam rangka kepentingan bela diri berdasarkan Surat
Keputusan Kapolri No. Pol : Skep/82/II/2004 tentang buku Petunjuk Pelaksanaan
Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Non Organik TNI/POLRI Poin 14 ayat
(1) huruf c adalah sebagai berikut:
1. Senjata api bahu, jenis Shoutgan Kal 12 GA;
2. Senjata api genggam:
a. Jenis : Pistol/Rivolver
b. Kaliber : 32 /35 /inc
Salah satu cara memperoleh barang ilegal adalah melalui proses
penyelundupan, proses penyelundupan adalah :
Proses penyelundupan merupakan salah satu cara untuk memiliki
senjata api maupun amunisi yang dilarang dimiliki oleh masyarakat
sipil. Dalam beberapa kasus penyelundupan senjata api ilegal para
pelaku menggunakan angkutan jasa melalui jalur transportasi udara
dan transportasi darat. Namun karena adanya pemeriksaan dokumen
dan barang di setiap perbatasan negara, kebanyakan memilih
menggunakan kontainer yang dibawa dengan perahu motor maupun
kapal kargo dan melakukan transaksi disekitar perairan laut
perbatasan antar negara. Hal ini dikarenakan lemahnya pengawasan
aparat keamanan dan mudahnya aksesbilitas melalui jalur
perdagangan laut”(Anggi Setio, Jurnal Kriminologi Indonesia, No.II,
Agustus 2009:4).
Ketatnya pemeriksaan dokumen tidak menjadi penghambat proses penyelundupan
karena ada cara lain yang dapat dilakukan. Kerjasama dan strategi yang sudah
direncanakan secara matang menjadi pendukung lancarnya proses penyelundupan.
Terdapat banyak hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan dalam proses
penyelundupan agar proses penyelundupan nantinya dapat berjalan dengan lancar.
Peristiwa penyelundupan senjata api dimulai dengan pengrekrutan
kurir senjata, menentukan jalur transit hingga tujuan penyelundupan
senjata api, hingga tahap penjagaan dan penerimaan ke tempat tujuan
dilakukan dengan rapi dan teratur. Penyelundupan senjata api tidak
hanya terjadi di daerah-daerah Indonesia tetapi juga melampaui
batas-batas negara. Penyelundupan senjata api biasanya ditujukan
bagi daerah-daerah dengan intensitas konflik internal yang tinggi
seperti Aceh, Poso, perbatasan Tawau dan Nunukan (Kalimantan),
Ambon, Papua, daerah rawan kejahatan seperti Jakarta, Jawa Barat,
Makassar (Anggi Setio, Jurnal Kriminologi Indonesia, No.II,
Agustus 2009:13). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
itu Tentara dan Polisi diperbolehkan untuk menyimpan senjata api sebagai sarana
dalam menjalankan tugasnya. Dalam menjalankan pekerjaannya Tentara dan
Polisi menggunakan alat atau sarana yang mendukung dalam menjalankan
tugasnya yaitu menjaga pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Apabila terjadi suatu hal yang mengancam keamanan dan pertahanan
maka Tentara dan Polisi dapat menggunakan alat tersebut sebagai sarana untuk
menstabilkan keadaan.
Selain tentara dan polisi dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948,
tentang Pendaftaran dan Pemberian izin Kepemilikan Senjata Api pada Pasal 9
dinyatakan, bahwa setiap orang yang bukan anggota Tentara atau Polisi yang
memakai dan memiliki senjata api harus mempunyai ijin pemakaian senjata api
menurut contoh yang ditetapkan oleh kepala kepolisian negara. Hal tersebut
semakin memperjelas bahwa orang yang bukan anggota Tentara maupun Polisi
yaitu masyarakat sipil yang tidak memiliki izin tidak diperbolehkan menyimpan
senjata api termasuk amunisi.
Masyarakat umumnya menyebut rangkaian amunisi secara utuh sebagai
peluru, di mana proyektil peluru, selongsong peluru, mesiu, dan primer termasuk
di dalam sebuah peluru. “Hal ini sebenarnya salah, karena istilah peluru
sebenarnya hanya mengacu pada bagian proyektil dari amunisi tersebut, atau anak
peluru yang ditembakkan bukan keseluruhan dari amunisi tersebut”
(http://id.wikipedia.org/wiki/Selongsong_peluru, 7 November 2012). Amunisi
merupakan barang yang berbahaya maka masyarakat sipil tidak boleh
menggunakannya secara tidak bertanggung jawab. Yang menjadi keprihatinan
adalah masyarakat sipil yang menyimpan amunisi, menggunakan amunisi tersebut
sebagai sarana untuk melakukan tindak pidana.
Pada dasarnya peredaran amunisi secara ilegal tidak dibenarkan dilakukan
instansi lain selain Tentara dan Polisi. Namun, diluar lingkungan TNI dan POLRI
terdapat kepemilikan, penguasaan dan atau penggunaan amunisi yang digunakan
oleh instansi pemerintah lainnya dalam rangka penegakan hukum, maka
pemerintah perlu untuk mengadakan penertiban, pengawasan, dan pengendalian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah, memperluas dan mengembangkan wawasan,
pemahaman serta pengetahuan penulis dibidang ilmu hukum khusunya
hukum pidana tentang tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi;
b. Untuk memahami dan mengkaji pertimbangan hakim dalam memutuskan
perkara tersebut;
c. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu hukum; dan;
d. Untuk melengkapi persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana
di bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban atas permasalahan yang penulis teliti dan mungkin
juga masyarakat yang mengenai permasalahan yang penulis angkat dalam
penelitian;
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan bagi
commit to user
semua pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti;
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan penulisan
hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal.
“Menurut Hutchinson penelitian hukum normatif atau doctrinal research
sebagai research which provides a systematic exspositions of the rules
governing a particular legal category, analyses the relationship between
rules, explain areas of difficilty and, perhaps predicts future development”
(Peter Mahmud Marzuki, 2005:32). Intinya penelitian hukum normatif
dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder yang
terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier.
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang digunakan penulis bersifat preskriptif atau terapan.
Penelitian preskriptif menurut Peter Mahmud Marzuki adalah:
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau
merumuskan masalah sesuai dengan keadaan atau fakta yang ada.
Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari
tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum,
commit dan
konsep- konsep hukum to user
norma hukum. Sebagai ilmu terapan
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
3. Pendekatan Penelitian
“Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penulisan hukum
adalah pendekatan undang-undang (statue approach), pendekatan kasus (case
approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif
(comparative approach), pendekatan konseptual (conceptual approach )”
(Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 93 ). Dari beberapa pendekatan tersebut
penulis akan menggunakan pendekatan undang-undang (statue approach) dan
pendekatan kasus ( case approach ). Pendekatan undang-undang menurut
Peter Mahmud Marzuki adalah :
Pendekatan undang-undang (statue approach) dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan
undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti
untuk mempelajari adakah konsistensi atau kesesuaian antara
suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara
undang-undang dan Undang-Undang Dasar atau antar regulasi
dan undang-undang ( 2005 : 93).
Selain pendekatan undang-undang penulis juga menggunakan
pendekatan kasus, pendekatan kasus adalah :
Pendekatan kasus ( case approach ) dilakukan dengan cara
melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan
isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Yang menjadi kajian
pokok di dalam pendekatan kasus adalah ratio decidendi atau
reasoning yaitu pertimbangan pengadilan untuk sampai kepada
suatu putusan (Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 94).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan
mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Kerangka Teoritis, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan Hukum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan menguraikan
simpulan dan saran terkait dengan permasalahan
yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
commit to user
1515
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
8) Arti delict itu sendiri dalam Kamus Hukum diartikan sebagai “delik,
tindak pidana, perbuatan yang diancam dengan hukuman” (R.Subekti
dan Tjitrosoedibio, 2005:35).
Dari berbagai pengertian tindak pidana yang diberikan oleh para
ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang dan orang tersebut bertanggung jawab atas
perbuatannya. Perbuatan yang dilakukan adalah tindakan melawan hukum
atau yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sehingga perbuatan tersebut dapat diancam dengan pidana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian pidana
tersebut dengan maksud untuk memberikan efek jera bagi orang yang
bersangkutan dan orang yang mengetahuinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
a) Unsur Subjektif
Yaitu unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang
berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk
kedalamnya yaitu segala sesuatu yang ada dalam diri dan
pikirannya. Unsur ini terdiri dari:
(1) Kesengajaan (dolus) atau ketidak sengajaan (culpa);
(2) Maksud atau voornemen pada suatu percobaan seperti
yang dimaksud dalam pasal 53 ayat 1 KUHP;
(3) Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang
terdapat dalam kejahatan pencurian, penipuan,
pemerasan, pemalsuan dan lain sebagainya;
(4) Perasaan takut atau vress;
(5) Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad.
b) Unsur Objektif
Yaitu unsur yang ada hubungannya dengan keadaan yang
terjadi, dalam keadaan dimana tindakan si pelaku itu harus
dilakukan. Unsur objektif terdiri dari:
(1) Melanggar hukum (wedenrechtelijkheid);
(2) Kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai
pegawai negeri” di dalam kejahatan jabatan menurut
Pasal 415 KUHP atau “keadaan sebagai pengurus atau
komisaris dari suatu perseroan terbatas” di dalam
kejahatan menurut Pasal 398 KUHP. Kausalitas, yaitu
hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab
dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat
(P.A.F.Lamintang,1997 : 191-194).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
b. Bagian Amunisi
Amunisi merupakan bagian penting pada senjata api, karena tanpa
amunisi senjata api tidak bisa digunakan. Sebaliknya amunisi juga tidak
berguna apabila tidak ada senjata api, jadi amunisi dan senjata api dapat
diibaratkan sebagai simbiosis mutualisme dimana keduanya saling
menguntungkan. Amunisi terdiri dari berbagai bagian, yaitu:
1) Menurut Emma Zaidar dalam makalahnya, amunisi pada umumnya
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a) Berdasarkan struktur. Pembagian amunisi berdasarkan
strukturnya dapat dibagi :
(1) Pelor (Bullet);
(2) Kelongsong (Cartridge Case);
(3) Isian dorong (Propelan);
(4) Penggalak (Primer).
b) Berdasarkan Kaliber. Pembagian amunisi berdasarkan
kalibernya dapat dibagi menjadi :
(1) Amunisi ringan (MURI). Muri ini dipakai pada
senjata yang mempunyai diameter lubang laras
maksimum 12,7 mm;
(2) Amunisi Berat (MURAT). Murat ini dipakai pada
senjata yang mempunyai diameter lubang laras diatas
12,7 mm (Emma Zaidar,2003:3).
b) Rim
Bagian pada amunisi ini terletak di atas primer,
gunanya adalah untuk menyalurkan panas yang
dihasilkan primer pada bubuk mesiu.
c) Propelan
Propelan yang digunakan umumnya adalah bubuk
mesiu, bubuk mesiu hampir mengisi penuh bagian
amunisi.
d) Selongsong
Yang dimaksud dengan selongsong pada istilah
senjata api sebenarnya bukan moncong panjang yang
menjadi bagian dari senjata api, tapi adalah benda
berbentuk tabung yang menampung bubuk mesiu.
e) Peluru
Bagian ini terletak paling atas dari sebuah proyektil,
berbentuk segitiga dengan sudut tumpul, peluru inilah
yang intinya akan didorong oleh proses pembakaran tadi”
(http://www.anneahira.com/senjata-api.htm,8 November
2012).
c. Penggolongan Amunisi
1) Penggolongan amunisi ini berdasarkan pada amunisi yang didesain
khusus, yaitu :
Amunisi berdasarkan desain khusus digolongkan menjadi :
a) Super Vel Ammunition
Variasi dari amunisi untuk senjata api caliber
0,38”; pelurunya lebih ringan, sebagian dibungkus jaket,
kecepatannya tinggi (high velocity). Desain peluru ini dua
macam, yaitu : a flat nose soft point dan a hollow point.
Apabila pada umumnya caliber 0,38” (special standard),
velositasnya hanya 855 kaki/menit; maka apabila peluru
yang dipakai adalah “Super vel ammunition”, yang
kecepatannya 1370 kaki/menit, maka dapat dibayangkan
bahwa dari senjata api yang sama tetapi amunisinya beda,
walaupun lubang masuknya sama besarnya, kerusakan
organ dalam akan lebih dasyat pada yang
mempergunakan “Super vel ammunition”.
b) KTW Ammunition
Peluru untuk senjata api laras panjang yang terdiri
dari logam campuran yang dibalut teflon, dengan jaket
logam yang menutupi separuh dari anak peluru, dapat
menutupi laras serta alurnya. Desain seperti ini
memungkinkan terpisahnya jaket, sehingga berdampak
pada upaya penyidik dalam menelusuri senjata yang akan
dijadikan benda bukti, oleh karena jaket yang beralur dan
terpisah itu tidak dapat ditemukan.
c) Frangible bullets
Peluru untuk senjata kaliber 0,22” ini dibuat dari
serbuk timah atau besi, sehingga ketika mengenai tubuh
korban, peluru tersebut akan buyar. Dalam kasus ini
pemeriksaan dengan sinar-X dapat membantu untuk
mengetahui adanya penyebaran dalam tubuh korban.
Keadaan tersebut tentunya menyulitkan penyidik dalam
mengidentifikasi senjata yang menewaskan korban.
d) Quick Shock Ammunition
Bagian depan projektilnya berlubang (seperti jenis
“hollow point”), sedangkan bagian basisnya terbagi tiga.
Desain seperti ini dapat menjelaskan mengapa dalam
tubuh korban peluru pecah menjadi tiga bagian, dan
biasanya commit to user kemana-mana, tidak tembus,
tidak memantul
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Kepemilikan Amunisi
sipil
Secara legal/resmi
Keterangan :
orang tertentu saja seperti Tentara dan Polisi. Karena sifatnya yang berbahaya
maka amunisi tidak boleh dimiliki oleh masyarakat sipil, kecuali ada ijinnya.
Peraturan yang mengatur mengenai kepemilikan amunisi di Indonesia
sudah ada walaupun tidak secara spesifik mengatur amunisi tetapi juga mengatur
mengenai senjata api. Walaupun begitu tetap ada yang mencari celah untuk
melanggar peraturan yang ada. Masyarakat sipil yang memiliki amunisi secara
ilegal secara hukum telah melanggar Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951. Tindakan menyimpan amunisi
tersebut termasuk dalam tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi dengan
ancaman hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman
penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Identitas
Nama lengkap :MUHAMMAD BAHRUNNA’IM
ANGGIH TAMTOMO alias ABU
RAYYAN alias ABU AISYAH
Tempat Lahir : Pekalongan
Umur/Tangal Lahir : 27 tahun/6 September 1983
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kebangsaan/Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jalan Kali Sampang RT. 002 / RW.
003 Kampung Metrodranan,
Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan
Pasar Kliwon, Kota Surakarta
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : D3.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
2. Kasus Posisi
a. Pada tanggal 7 November 2010 RULLY JUANDA, S.H. bersama
RIFO WIJAYANTO, dan MARYUDI SALEMPANG petugas
Kepolisian dari Mabes Polri menerima informasi bahwa ada
seseorang yang bernama NAIM yang tinggal di daerah Metrodranan,
Pasar Kliwon, Surakarta memiliki sejumlah amunisi dan seseorang
yang bernama NAIM tersebut diduga memiliki keterkaitan dengan
jaringan pelaku teror. Lalu petugas Kepolisian tersebut memastikan
informasi yang diterima tersebut dengan mengadakan penyelidikan
di lapangan;
b. Kemudian pada tanggal 9 November 2010 berdasarkan Surat
Perintah Tugas dan Surat Perintah Penangkapan petugas Kepolisian
tersebut melakukan pembuntutan terhadap sasaran yakni terdakwa
MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH TAMTOMO alias
ABU RAYYAN alias ABU AISYAH, dan sekitar pukul 12.00 WIB
bertempat di Jalan Mayor Sunaryo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota
Surakarta tepatnya di depan Beteng Trade Center, petugas
Kepolisian tersebut menghentikan Terdakwa yang saat itu sedang
mengendarai sepeda motor;
c. Selanjutnya petugas Kepolisian memberitahukan kepada Terdakwa
mengenai identitas diri yang berasal dari petugas Kepolisian dengan
menunjukkan surat tugas lalu petugas Kepolisian bertanya kepada
Terdakwa mengenai identitas diri Terdakwa dan Terdakwa
memberikan KTP atas nama MUHAMMAD BAHRUNNA’IM
ANGGIH TAMTOMO, lalu petugas Kepolisian mengadakan
interogasi dan Terdakwa MUHAMMAD BAHRUNNA’IM
ANGGIH TAMTOMO menerangkan bahwa benar dirumahnya yang
beralamat di Jalan Metrodranan RT. 002 / RW. 003, Kelurahan Pasar
Kliwon, Kecamatan pasar Kliwon, Kota Surakarta telah disimpan
sejumlah amunisi dan peluru yang diperoleh Terdakwa dari
seseorang yang bernama commit to userPUTRA alias IPUNG alias
PURNAMA
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
warna merah jambu berisi 533 (lima ratus tiga puluh tiga) butir
peluru senjata api laras panjang dan 1 (satu) kantong plastik putih
yang di dalamnya terdapat 32 ( tiga puluh dua ) butir peluru senjata
api kaliber 9 mm dan 1 (satu) buah sarung senjata warna hitam;
h. Barang-barang hasil penggeledahan oleh petugas Kepolisian di
rumah Terdakwa tersebut diakui merupakan barang titipan yang
dititipkan kepada Terdakwa sekitar tahun 2005 oleh orang yang
bernama PURNAMA PUTRA alias IPUNG alias UUS alias TIKUS
alias USMAN alias USAMAH (belum tertangkap dan masuk dalam
Daftar Pencarian Orang/DPO);
i. Terdakwa tidak memiliki wewenang maupun ijin dari pihak yang
berwenang atas kepemilikan atau menyimpan 28 (dua puluh
delapan) kotak kertas warna merah jambu berisi 533 (lima ratus tiga
puluh tiga ) butir peluru senjata api laras panjang, 1 (satu) kantong
plastik putih yang di dalamnya terdapat 32 (tiga puluh dua) butir
peluru senjata api kaliber 9 mm, dan 1(satu) buah sarung senjata
warna hitam, dan Terdakwa juga mengetahui bahwa menerima,
menyimpan, menyembunyikan amunisi peluru adalah perbuatan
yang melanggar hukum yang berlaku di Indonesia serta tidak
memiliki keterkaitan dengan pekerjaan sehari-hari.
j. Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik
Pusat Laboratrium Bareskim Polri Nomor : 2925/BSI/2010 tanggal
16 Desember 2010, berkesimpulan berdasarkan hasil pemeriksaan
dari data/ file Unit Senjata Api Forensik Puslabfor maka pemeriksa
berpendapat bahwa:
a) 32 (tiga puluh dua) butir peluru Bukti PBI s/d PB32 yang disebut
pada Bab I adalah terdiri dari 16 (enam belas) butir peluru tajam
caliber 9 mm (Round Nose) dan 16 (enam belas) butir peluru
tajam (Hollow point) caliber 9 mm, masih aktif dan merupakan
peluru senjata api berkaliber 9 mm;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
b) 533 (lima ratus tiga puluh tiga) butir peluru Bukti PB33 s/d
PB565 yang tersebut pada Bab I Sub 2 adalah peluru tajam Full
Metal Jacketed (Pointed) kaliber 7,62 x 39 mm, masih aktif dan
merupakan peluru senjata api laras panjang AK-47 dan SKS 7,62
mm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
pada hari minggu 10 November 2010 sekitar pukul 05.00 WIB atau
setidak-tidaknya pada suatu waktu pada bulan November tahun
20120 bertenpat di Metrodranan RT. 002/ RW.003 Kelurahan Pasar
Kliwon Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu tempat lain yang masih termasuk di
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Surakarta, tanpa hak
memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba
memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam
miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan,
mempergunakan, atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata
api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, yang dilakukan Terdakwa
dengan cara antara lain sebagai berikut:
1) Bahwa pada tanggal 7 November 2010 RULLY JUANDA, S.H.
bersama RIFO WIJAYANTO, dan MARYUDI SALEMPANG
petugas Kepolisian dari Mabes Polri menerima informasi bahwa
ada seseorang yang bernama NAIM yang tinggal di daerah
Metrodranan, Pasar Kliwon, Surakarta memiliki sejumlah
amunisi dan seseorang yang bernama NAIM tersebut diduga
memiliki keterkaitan dengan jaringan pelaku teror. Lalu petugas
Kepolisian tersebut memastikan informasi yang diterima tersebut
dengan mengadakan penyelidikan di lapangan;
2) Kemudian pada tanggal 9 November 2010 berdasarkan Surat
Perintah Tugas dan Surat Perintah Penangkapan petugas
Kepolisian tersebut melakukan pembuntutan terhadap sasaran
yakni terdakwa MUHAMMAD BAHRUNNA’IM ANGGIH
TAMTOMO alias ABU RAYYAN alias ABU AISYAH, dan
sekitar pukul 12.00 WIB bertempat di Jalan Mayor Sunaryo,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta tepatnya di depan
Beteng Trade Center, petugas Kepolisian tersebut menghentikan
Terdakwa yang saat itucommit
sedangtomengendarai
user sepeda motor;
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
puluh dua) butir peluru senjata api kaliber 9 mm, dan 1(satu)
buah sarung senjata warna hitam, dan Terdakwa juga mengetahui
bahwa menerima, menyimpan, menyembunyikan amunisi peluru
adalah perbuatan yang melanggar hukum yang berlaku di
Indonesia serta tidak memiliki keterkaitan dengan pekerjaan
sehari-hari.
10) Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik
Pusat Laboratrium Bareskim Polri Nomor : 2925/BSI/2010
tanggal 16 Desember 2010, berkesimpulan berdasarkan hasil
pemeriksaan dari data/ file Unit Senjata Api Forensik Puslabfor
maka pemeriksa berpendapat bahwa:
a) 32 (tiga puluh dua) butir peluru Bukti PBI s/d PB32 yang
disebut pada Bab I adalah terdiri dari 16 (enam belas) butir
peluru tajam caliber 9 mm (Round Nose) dan 16 (enam
belas) butir peluru tajam (Hollow point) caliber 9 mm, masih
aktif dan merupakan peluru senjata api berkaliber 9 mm;
b) 533 (lima ratus tiga puluh tiga) butir peluru Bukti PB33 s/d
PB565 yang tersebut pada Bab I Sub 2 adalah peluru tajam
Full Metal Jacketed (Pointed) kaliber 7,62 x 39 mm, masih
aktif dan merupakan peluru senjata api laras panjang AK-47
dan SKS 7,62 mm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
1) Keterangan saksi
2) Keterangan ahli;
3) Surat;
4) Petunjuk; dan
5) Keterangan terdakwa.
Hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang memutuskan
perkara dengan terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih
Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah dalam putusan
No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska telah memeriksa alat –alat bukti yang sah
yang diajukan di persidangan, yang terdiri dari:
1) Keterangan saksi
Alat bukti ini merupakan alat bukti yang utama dalam
perkara pidana. Alat bukti keterangan saksi ini akan mempunyai
kekuatan pembuktian yang sah menurut Undang-Undang apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Mendengar, melihat, memahami
Kesaksian yang dapat digunakan dipersidangan
adalah keterangan yang saksi lihat sendiri, dengar sendiri dan
alami sendiri serta menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
Hal ini sangat berkaitan dengan apa yang dinamakan dengan
saksi de auditu, yaitu keterangan yang diperoleh dari orang
lain, bukanlah merupakan alat bukti sah karena keterangan
seorang saksi yang hanya mendengar dari orang lain tidak
menjamin kebenarannya, hal ini teracntum dalam Pasal 185
ayat (5) KUHAP. Namun, “kesaksian de auditu perlu pula
didengar oleh Hakim, walaupun tidak mempunyai nilai
sebagai bukti kesaksian, tetapi dapat memperkuat keyakinan
Hakim yang bersumber pada dua alat bukti yang lain” (Andi
Hamzah, 2000:261).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
MENGADILI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id
hal yang meringankan terdakwa menjadi alasan bagi Hakim untuk untuk
meringankan pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa, selain itu pidana
yang dijatuhkan bisa lebih ringan apabila surat dakwaan dari Penuntut
Umum lemah. Dalam setiap putusan yang akan dijatuhkan Hakim akan
melihat rasa keadilan agar putusan yang dijatuhkan nantinya
memberikan keadilan bagi terdakwa.
Penjatuhan pidana yang lebih ringan dari yang dituntut oleh
Penuntut Umum tidak menyalahi rasa keadilan, karena pada prinsipnya
yang bersalah tetap dihukum. Putusan akan menyalahi rasa keadilan
apabila terdakwa Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Abu
Rayyan alias Abu Aisyah diputus bebas oleh Hakim Pengadilan Negeri
Surakarta. Penegakan hukum sudah dilakukan oleh Hakim Pengadilan
Negeri Surakarta melalui putusannya. Putusan tersebut mencerminkan
bahwa tindak pidana tanpa hak menyimpan amunisi telah menyalahi
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan kepada
siapa saja yang melanggarnya akan dijatuhi pidana sesuai peraturan
yang berlaku.
Konsep keadilan telah tercermin dalam putusan Pengadilan
Negeri Surakarta No.7/Pid.Sus/2011/PN.Ska, yaitu siapa saja yang
melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku akan mendapatkan sanksi. Diharapkan dengan putusan tersebut
selain mencerminkan keadilan juga mewujudkan keselarasan, keserasian
dan ketentraman dalam masyarakat agar tidak ada lagi kasus seperti ini
karena akan meresahkan kehidupan dalam masyarakat.
Keadilan juga dapat dilihat oleh masyarakat melalui putusan
tersebut, masyarakat akan berpendapat bahwa keadilan akan ditegakkan
bagi setiap orang tanpa memandang status karena semua orang
kedudukannya sama di mata hukum. Hal tersebut ditunjukkan dengan
siapa saja pelakunya yang melakukan tindak pidana tanpa hak
menyimpan amunisi akan tetap diadili dan dijatuhi pidana seperti
commitAnggih
terdakwa Muhammad Bahrunna’im to userTamtomo alias Abu Rayyan
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id
2. Kegunaan
Hukum yang baik adalah ketika hukum tersebut memuat nilai
keadilan, kepastian hukum dan kegunaan. Sekalipun ketiganya
merupakan nilai dasar hukum, namun masing-masing mempunyai
tuntutan yang berbeda, sehingga ketiga nilai tersebut mempunyai potensi
untuk saling bertentangan dan menyebabkan adanya ketegangan. Pada
saat nilai kegunaan lebih diutamakan, maka nilai kegunaan menggeser
nilai kepastian hukum maupun nilai keadilan. Bagi nilai kegunaan yang
terpenting adalah kenyataan apakah hukum tersebut berguna bagi
masyarakat
Hukum dibentuk agar dalam masyarakat terdapat peraturan
yang mengatur kehidupan dalam masyarakat. Hukum selalu melekat
pada manusia bermasyarakat. Hukum berguna untuk mentertibkan dan
mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul. Dalam berbagai aspek kehidupan manusia hukum
berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya hukum sebagai
norma memberikan petunjuk kepada masyarakat mana yang baik dan
mana yang buruk, tinggal bagaimana masyarakat menyikapinya memilih
yang baik atau yang buruk. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id
3. Kepastian Hukum
“Kepastian hukum sebagai nilai ia menggeser nilai-nilai
keadilan dan kegunaan kesamping. Yang utama bagi kepastian hukum
adalah adanya peraturan itu sendiri. Tentang apakah peraturan itu harus
adil dan mempunyai kegunaan bagi masyarakatnya adalah diluar
pengutamaan nilai kepastian hukum” (Satjipto Raharjo, 2006 : 18).
“Immediately after the collapse of the Nazi regime, Gustav
Radbruch, one of the most influential German legal philosophers of the
twentieth century, redefined his position on legal certainty by
introducing the following principle: When statutory rules reach a level
of extreme injustice, so that the contradiction between positive law and
justice becomes intolerable, they cease to be law” (Frank Haldemann,
Ratio Juris, No.2, Juni 2005 : 162). Gustav Radbruch merupakan salah
satu filsuf yang berpengaruh di Jerman pada abad ke-20, dia
mendefinisikan ulang kepastian hukum dengan teorinya. Hal tersebut
menegaskan posisi kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum
yang harus dicapai.
Prof. Sudikno Mertokusumo juga memiliki tujuan hukum yang
sama dengan Radbruch yaitu kepastian hukum.
Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan.
Bagaimanapun hukumnya itulah yang harus berlaku, dan
harus dilaksanakan serta tidak boleh menyimpang.
Demikian menurut adagium fiat justicia et pereat mundus
(meskipun dunia runtuh hukum harus ditegakkan), atau
lex dura sedtamen scripta (hukum adalah keras, dan
memang itulah bunyinya atau keadaannya, semua itu
demi kepastian di dalam penegakannya). Dengan cara
demikian, maka ada kepastian hukum dan kepastian
hukum akan menciptakan tertib masyarakat, karena
menurut Prof. Sudikno Mertokusumo tujuan hukum
adalah menciptakan kepastian hukum demi ketertiban
masyarakat (Sudikno dan Pitlo, 1993: 1¬2).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 108
digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
108
perpustakaan.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id
B. Saran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 111
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Peraturan Perundang-Undangan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 114
digilib.uns.ac.id
Jurnal Nasional:
Jurnal Internasional :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 115
digilib.uns.ac.id
Makalah:
Internet :
LAMPIRAN 1
Menimbang pula:
Bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak, peraturan ini perlu segera
diadakan.
Mengingat:
a. Pasal 96, 102 dan 142 Undang-undang Dasar Sementara Republik
Indonesia;
b. "Ordonnantie Tijdelijke Byzondere Strafbepalingen" (Stbl. 1948 No. 17);
c. Undang-undang Republik Indonesia dahulu No. 8 tahun 1948.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 117
digilib.uns.ac.id
MEMUTUSKAN :
A. Menetapkan:
UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG MENGUBAH
"ORDONNANTIETIJDELIJKE BYZONDERE STRAFBEPALINGEN"
(STBL. 1948 NOMOR 17) DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA DAHULU NOMOR 8 TAHUN 1948).
Pasal 1
(1) Barang siapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat,
menerima, mencoba memperoleh,menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, menguasai, membawa,mempunyai persediaan padanya
atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan,mengangkut,
menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan dari Indonesia
sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum
dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau
hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.
(2) Yang dimaksudkan dengan pengertian senjata api dan amunisi termasuk
juga segala barang sebagaimana diterangkan dalam pasal 1 ayat 1 dari
Peraturan Senjata Api (Vuurwapenregeling : in-, uit-, doorvoer en
lossing) 1936 (Stbl. 1937 No. 170), yang telah diubah dengan
Ordonnantie tanggal 30 Mei 1939 (Stbl. No. 278), tetapi tidak termasuk
dalam pengertian itu senjata-senjata yang nyata-nyata mempunyai tujuan
sebagai barang kuno atau barang yang ajaib (merkwaardigheid), dan
bukan pula sesuatu senjata yang tetap tidak dapat terpakai atau dibikin
sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipergunakan.
(3) Yang dimaksudkan dengan pengertian bahan-bahan peledak termasuk
semua barang yang dapat meledak, yang dimaksudkan dalam
Ordonnantie tanggal 18 September 1893 (Stbl.234), yang telah diubah
terkemudian sekali dengan Ordonnantie tanggal 9 Mei 1931 (Stbl.No.
168), semua jenis mesin, bom-bom, bom-bom pembakar, ranjau-ranjau
(mijnen), granat granat tangancommit to user
dan pada umumnya semua bahan peledak
perpustakaan.uns.ac.id 118
digilib.uns.ac.id
Pasal 2
(1) Barang siapa yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat,
menerima, mencoba memperolehnya, menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, menguasai, membawa,mempunyai persediaan padanya
atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan,mengangkut,
menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia
sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (slag-,
steek-, of stootwapen), dihukum dengan hukuman penjara setinggi-
tingginya sepuluh tahun.
(2) Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata
penusuk dalam pasal ini, tidak termasuk barang-barang yang nyata-nyata
dimaksudkan untuk dipergunakan guna pertanian, atau untuk pekerjaan-
pekerjaan rumah tangga atau untuk kepentingan melakukan dengan syah
pekerjaan atau yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang
pusaka atau barang kuno atau barang ajaib (merkwaardigheid).
Pasal 3
Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum Undang-undang Darurat ini
dipandang sebagai kejahatan.
Pasal 4
(1) Bilamana sesuatu perbuatan yang dapat dihukum menurut Undang-
undang Darurat ini dilakukan oleh atau atas kekuasaan suatu badan
hukum, maka penuntutan dapat dilakukan dan hukuman dapat
commit
dijatuhkan kepada pengurus atau to user
kepada wakilnya setempat.
perpustakaan.uns.ac.id 119
digilib.uns.ac.id
Pasal 6
(1) Yang diserahi untuk mengusut perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum
berdasarkan pasal 1 dan 2 selain dari orang-orang yang pada umumnya
telah ditunjuk untuk mengusut perbuatan-perbuatan yang dapat
dihukum, juga orang-orang, yang dengan peraturan Undang-undang
telah atau akan ditunjuk untuk mengusut kejahatan-kejahatan dan
pelanggaran-pelanggaran yang bersangkutan dengan senjata api, amunisi
dan bahan-bahan peledak.
(2) Pegawai-pegawai pengusut serta orang-orang yang mengikutinya
senantiasa berhak memasuki tempat-tempat, yang mereka anggap perlu
dimasukinya, untuk kepentingan menjalankan dengan saksama tugas
mereka Apabila mereka dihalangi memasuknya, mereka jika perlu dapat
meminta bantuan dari alat kekuasaan.
Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 1 September 1951
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SOEKARNO
PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SUKIMAN WIRJOSANDJOJO.
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
ISKAQ TJOKROHADISURJO.
MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SEWAKA.
MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA, a. i.,
Ttd.
M. A. PELLAUPESSY.
Diundangkan:
Pada Tanggal 4 September 1951
MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA a. i.,
Ttd.
M.A.PELLAUPESSY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN
1951
commit to user