Anda di halaman 1dari 76

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM DALAM


PEMBUKTIAN SURAT DAKWAAN BERBENTUK ALTERNATIF
DALAM PERKARA PERBUATAN TIDAK MENYENANGKAN
(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
KLATEN No.30/Pid.B/2011/PN.Kln)

Penulisan Hukum
( Skripsi )

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna


Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

DEWI AMBARWATI
NIM. E0008316

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum ( Skripsi )

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM DALAM


PEMBUKTIAN SURAT DAKWAAN BERBENTUK ALTERNATIF
DALAM PERKARA PERBUATAN TIDAK MENYENANGKAN
(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
KLATEN No.30/Pid.B/2011/PN.Kln)

Oleh

DEWI AMBARWATI
NIM. E0008316

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum


( Skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 10 Juli 2012


Dosen Pembimbing

Bambang Santoso, S.H.,M.Hum


NIP. 196802091989031001
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum ( Skripsi )

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM DALAM


PEMBUKTIAN SURAT DAKWAAN BERBENTUK ALTERNATIF
DALAM PERKARA PERBUATAN TIDAK MENYENANGKAN
(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
KLATEN No.30/Pid.B/2011/PN.Kln)

Oleh :

DEWI AMBARWATI
NIM. E0008316

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan


Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 19 Juli 2012

DEWAN PENGUJI

1. KRISTIYADI, S.H.,M.HUM : …………………………………….


( Ketua)

2. EDY HERDYANTO, S.H.,M.H : …………………………………….


( Sekretaris )

3. BAMBANG SANTOSO, S.H.,M.HUM : …………………………………….


( Anggota )

Mengetahui
Dekan,

Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.M.Hum


commit to user
NIP. 195702031985032001

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama : Dewi Ambarwati


NIM : E.0008316

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul


”TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM DALAM
PEMBUKTIAN SURAT DAKWAAN BERBENTUK ALTERNATIF
DALAM PERKARA PERBUATAN TIDAK MENYENANGKAN (STUDI
KASUS DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KLATEN
No.30/Pid.B/2011/PN.Kln)
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)
dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 10 Juli 2012


yang membuat
pernyataan

DEWI AMBARWATI
NIM. E0008316
commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

It is easy enough to be pleasant when life flows by like a song,


but the (wo)man worthwhile is the one who'll smile,
when every thing goes dead wrong.

f you fail to prepare. Prepare to fail.


If you don't stand for something, you will fall for anything

laziness is the cornerstone of efficiency

- Kuolah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab
sejumlah empat, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima, orangtua, pun
bahagia

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Skripsi ini, Penulis persembahkan


kepada :
1. Allah SWT, Dzat yang Maha
Sempurna yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah
bagi hambanya
2. Rosulullah Muhammad SAW,
yang selalu menjadi suri tauladan
bagi umatnya
3. Bapak dan Ibu, doamu adalah
semangatku dan harapanmu
adalah motifasiku
4. Saudara-saudara tersayang atas
semangatnya.
5. Teman-temanku angkatan 2008,
yang selalu mendukungku
6. Fakultas Hukum Universitas
commit to user
Sebelas Maret Surakarta

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas
rahmat-NYA sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Penulisan
Hukum yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PEMBUKTIAN SURAT DAKWAAN
BERBENTUK ALTERNATIF DALAM PERKARA PERBUATAN TIDAK
MENYENANGKAN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN PENGADILAN
NEGERI KLATEN No.30/Pid.B/2011/PN.Kln)”.
Penulis menyadari bahwa terselesainya Penulisan Hukum ini tidak
terlepas dari bantuan baik moril maupun materiil serta doa dan dukungan berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum selaku pembimbing penulisan skripsi
yang telah sabar memberikan bimbingan, saran, kritik, motivasi dan telah
menyediakan waktunnya bagi Penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum
ini.
4. Bapak Sabar Slamet, S.H., MH, selaku pembimbing akademis, atas nasehat
yang berguna bagi penulis selama penulis belajar di Fakultas Hukum UNS.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam
penulisan skripsi ini.
6. Ketua PPH Ibu Wida Astuti, SH., MH. Dan Hermawan Pribadi anggota
PPH yang banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Hukum UNS, yang telah membantu
menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik penulisan hukum
8. Bapak Puryadi dan Ibu Siti Bariyah tercinta, kedua orang tua yang luar biasa
hebatnya, terima kasih atascommit
setiap tocinta,
user doa, kasih sayang, perhatian,

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

harapan,dukungan motivasi, semangat dan segala yang telah kalian berikan


yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan
hukum ini.
9. Kakak, adik, keponakan-keponakanku yang aku sayangi yang memberikan
bantuan cukup ilmu dan yang selalu menghibur Penulis di saat jenuh.
10. Saudara-saudara dan keluarga besar atas doa dan dukungan yang luar biasa
kepada penulis.
11. Prima Setya Usaha, teman, sahabat, kakak, kekasih, motivasiku, semangatku,
yang selalu mendukungku dengan kasih sayang terima kasih atas setiap
bantuan dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.
12. Sahabat sejatiku Oki Trisnani, sahabat yang aku temukan sejak awal SMA dan
sampai saat ini masih menjadi sahabat terbaikku, terimakasih untuk
kesetiaanmu yang selalu menemani langkahku, pngertianmu, ketulusan
hatimu, dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
13. Sahabat yang dipertemukan ketika Magang dikabupaten Boyolali Upik,
Kingkong, Oki, Krisnda, Inoph, Ketir, Sumeh, Luvi, Ifah, Joe, Uce tak akan
pernah terlupakan kenangan dari kebersamaan kita walaupun hanya 1 bulan
saja.
14. Teman-teman yang selalu memberikan kebahagiaan, keceriaan, senyuman
dimasa-masa kuliah : Oki, Ririn, Jule, Gesti, Lia, Icka, Mas Bencok,
Kemponk, Rio, Agam, Ratih, Kiki, Mbambink, Ony, Kaka, Prila, Angga,
Mbak Jell, Okti, Mega, Dara, Ali, Joe, Fikar, Bebek, Pantek, Sutik, Botak,
Aziz, Dedy, Wawan, Roni.
15. Teman-teman angkatan 2008 fakultas Hukum Uns, tak pernah ada kata sesal
pernah berada diantara kalian, terima kasih atas kebahagiaan dan kegembiraan
yang kita rangkai, sukses buat kalian semua kawan
16. Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan penulisan hukum ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum atau Skripsi ini masih jauh
dari sempurna baik dari segi subtansi ataupun teknis penulisannya. Untuk itu
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sumbang saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif, sangat penulis
harapkan demi perbaikan atau penyempurnaan lebih lanjut.
Demikian mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua, terutama untuk penulisan, akademisi, praktisi serta
masyarakat umum.

Surakarta, 10 Juli 2012

Penulis

DEWI AMBARWATI

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii
ABSTRAK ....................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah.................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 6
E. Metode Penelitian ....................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan Hukum .................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ........................................................................... 11
1. Tinjauan tentang Pertimbangan Hakim ................................. 11
2. Tinjauan tentang Surat Dakwaan........................................... 15
3. Tinjauan tentang Pembuktian ................................................ 21
4. Tinjauan tentang Perbuatan Tidak Menyenangkan ............... 25
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 27
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam Pembuktian
Surat Dakwaan Alternatif dalam Perkara Perbuatan Tidak
commit to user
Menyenangkan ................................................................................. 29

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

1. Uraian Singkat Perkara ............................................................... 29


2. Identitas Terdakwa ...................................................................... 31
3. Dakwaan Penuntut Umum .......................................................... 31
4. Tuntutan Penuntut Umum ........................................................... 36
5. Uraian Fakta Alat Bukti .............................................................. 37
6. Pembuktian Unsur-unsur tindak Pidana dalam Dakwaan
Alternatif .................................................................................... 47
7. Amar Putusan ............................................................................. 52
8. Pembahasan................................................................................. 53
BAB IV P E N U T U P
A. Simpulan ................................................................................... 60
B. Saran-Saran................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran....................................................................... 27

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.30/Pid.B/2011/PN.Kln

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

ABSTRAK

DEWI AMBARWATI NIM. E0008316. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP


PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PEMBUKTIAN SURAT DAKWAAN
BERBENTUK ALTERNATIF DALAM PERKARA PERBUATAN TIDAK
MENYENANGKAN (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN PENGADILAN
NEGERI KLATEN No.30/Pid.B/2011/PN.Kln). Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.

Permasalahan yang dikaji oleh penulisan hukum ini adalah bagaimanakah


pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam menguraikan pembuktian
surat dakwaan yang disusun secara alternatif dalam pemeriksaan perkara
perbuatan tidak menyenangkan sudah sesuai dengan ketentuan KUHAP.
Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hakim
Pengadilan Negeri Klaten dalam menguraikan pembuktian surat dakwaan yang
disusun secara alternatif dalam pemeriksaan perkara perbuatan tidak
menyenangkan sudah sesuai dengan ketentuan KUHAP.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum doktrinal karena bertumpu
pada bahan hukum primer dan sekunder. Sifat penelitian adalah preskriptif dan
terapan. Jenis bahan hukum meliputi bahan hukum primer dan sekunder. Analisis
bahan hukum dilakukan dengan teknik deduksi silogisme.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa
pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam menguraikan pembuktian
surat dakwaan yang disusun secara alternatif dalam pemeriksaan perkara
perbuatan tidak menyenangkan sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 197
KUHAP, khususnya huruf d. Pasal 197 KUHAP huruf d menegaskan bahwa
putusan harus memuat pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta
dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang
yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa. Pertimbangan yang disusun
oleh Hakim Pengadilan Negeri Klaten tersebut selain memuat pertimbangan yang
bersifat yuridis, juga mempertimbangkan hal-hal yang bersifat non yuridis. Secara
teoritis pendekatan yang digunakan oleh Hakim dalam membuat putusan adalah
pemdekatan racio decidendi.

Kata Kunci : Pertimbangan Hakim, Pembuktian, Surat Dakwaan Alternatif,


Perbuatan Tidak Menyenangkan.

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

DEWI AMBARWATI NIM. E0008316. JURIDICAL OVERVIEW TO THE


JUDGES CONSIDERATION IN EVIDENCIARY OF ALTERNATIVE
INDICTMENT IN THE CASE OF (CASE STUDY IN THE VERDICT OF
ISTRICT COURT KLATEN NUMBER : 30/Pid.B/2011/PN.Kln). Faculty of
Law of Sebelas Maret University .

The problems are revealed by this legal writing is how the Judge
consideration of Klaten District Court judgment Klaten in proving the indictment
outlining the alternatives are arranged in an unpleasant case session action is in
conformity with the provisions of the Criminal Procedure Code.
This legal writing aims to determine the judge consideration of Klaten
District Court in the indictment outlining the evidence compiled in the alternative
case investigation unpleasant acts are in accordance with the provisions of the
Criminal Procedure Code.
This study includes the type of doctrinal legal research for law based on
primary and secondary materials. Is the prescriptive nature and applied research.
Types of legal materials include primary and secondary legal materials. Analysis
of legal materials was done by using deductive syllogism.
Based on the results of research and analysis can be cncluded that judge
consideration of Klaten District Court in the indictment outlining the evidence
compiled in the alternative in the session of unpleasant acts case are in accordance
with the provisions of Article 197 Criminal Procedure Code, in particular the
letter d. Article 197 Criminal Procedure Code the letter d confirms that the
decision should contain a brief structured consideration of the facts and
circumstances along with tools obtained from the examination of evidence in the
trial on which the determination of defendant's fault. Considerations prepared by
the Judge of Klaten District Court in addition contains a juridical considerations,
also consider right non-juridical terms. Theoretically, the approach used by the
judge in making the decision is racio decidendi. Approach

Keywords : Judge Consideration, Evidenciary, Alternative Indictment,


Unpleasant Acts.

commit to user

1
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Pasal 14 KUHAP salah satu wewenang Penuntut Umum adalah


membuat surat dakwaan. Surat Dakwaan merupakan penataan konstruksi yuridis
atas fakta fakta perbuatan terdakwa yang terungkap sebagai hasil penyidikan
dengan cara merangkai perpaduan antara fakta-fakta perbuatan tersebut dengan
unsur unsur Tindak Pidana sesuai ketentuan Undang Undang Pidana yang
bersangkutan. Dalam penyusunan surat dakwaan sendiri terbagi menjadi 5
macam. Salah satunya adalah surat dakwaan alternatif. Dalam dakwaan dibuat
beberapa dakwaan tetapi hanya ada satu tindak pidana saja. Hal ini karena adanya
keragu-raguan dari penuntut umum untuk menentukan tindak pidana yang paling
tepat untuk didakwakan terhadap terdakwa. Dengan demikian jelaslah bahwa
surat dakwaan memegang peranan penting dalam proses peradilan terutama dalam
pemeriksaan di muka pengadilan. Hal tersebut semakin terbukti dengan
pembacaan surat dakwaan merupakan agenda yang pertama dalam pemeriksaan di
persidangan.
Secara teoritis, hampir tidak ada literatur yang dipakai sebagai acuan
tentang pengertian surat dakwaan. Pada umumnya surat dakwaan diartikan oleh
para ahli hukum berupa pengertian surat akta yang memuat perumusan tindak
pidana yang didakwakan kepada terdakwa, perumusan maupun ditarik atau
disimpulkan dari hasil pemeriksaan penyidikan dihubungkan dengan Pasal tindak
pidana yang dilaggar dan didakwakan kepada terdakwa, dan surat dakwaan
tersebutlah yang menjadi dasar pemeriksaan bagi hakim dalam sidang pengadilan
(M. Yahya Harahap, 1988:414).
Hakim pada prinsipnya tidak dapat memeriksa dan mengadili keluar dari
lingkup yang didakwakan, ini berarti hakim tidak dapat memeriksa, mengadili
dan memutuskan suatu perkara pidana di luar yang terrcantum dalam surat
dakwaan. Dengan demikian suart dakwaan berfungsi sentral dalam persidangan
pengadilan dalam perkara pidana.commit to user
Konsekuensinya adalah jika terjadi kesalahan

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam penyusunan surat dakwaan dapat berakibat seseorang dapat dibebaskan


oleh pengadilan walaupun orang tersebut terbukti bersalah melakukan tindak
pidana (Gatot Supramono, 1991:23).
Di dalam prakteknya, terdapat beberapa bentuk surat dakwaan yang
seringkali digunakan oleh Penuntut Umum untuk menjerat Terdakwa. Bentuk-
bentuk surat dakwaan dalam praktik terbagi menjadi lima bentuk antara lain
dakwaan tunggal, subsidaritas, alternatif, kumulatif dan kombinasi. Bentuk-
bentuk surat dakwaan tentu saja berhubungan dengan jenis dan kualifikasi tindak
pidana yang didakwakan terhadap terdakwa.
Bentuk-bentuk surat dakwaan tersebut secara otomatis membentuk suatu
sistem dalam hal menilai dan memeriksa bentuk-bentuk surat dakwaan yang
merupakan suatu conditio sine quanon antara bentuk surat dakwaan yang
digunakan dan sistem penilaian dan pemeriksaannya. Dengan demikian apabila
surat dakwaan disusun secara subsidaritas oleh Penuntut umum maka pemeriksaan
dan penilaiannya juga menerapkan sistem penilaian dan pemeriksaan
subsidaritas, hal tersebut berlaku pula untuk bentuk surat dakwaan yang lain
seperti alternatif, tunggal, kombinasi dan sebagainya.
Dibalik tujuan dari bentuk-bentuk surat dakwaan yang digunakan oleh
Penuntut Umum untuk menjerat terdakwa supaya Terdakwa tidak lolos dari
jeratan hukum, sesungguhnya penggunaan bentuk-bentuk surat dakwaan juga
disebabkan oleh karena adanya keragu-raguan dari Penuntut Umum dalam
menentukan tidak pidana yang telah dilakukan oleh Terdakwa.
Salah satu bentuk surat dakwaan yang mengindikasikan keraguan-raguan
Penuntut Umum dalam menentukan tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa
adalah surat dakwaan alternatif. Surat dakwaan alternatif cenderung digunakan
oleh Penuntut Umum terhadap tindak pidana yang unsur-unsurnya terdapat
kemiripan namun antara tindak pidana tersebut saling mengecualikan satu sama
lain. Ciri khas dari dakwaan alternatif adalah kata penghubung ‘atau’ yang
menghubungkan dakwaan satu dengan yang lainnya. Cara pemeriksaan terhadap
surat dakwaan alternatif adalah dibuktikan secara langsung terhadap dakwaan
commitfakta-fakta
yang dianggap terbukti berdasarkan to user yang muncul dipersidangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Apabila dakwaan yang pertama telah terbukti, maka dakwaan yang kedua dan
seterusnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Karakteristik dari dakwaan alternatif adalah masing-masing akan saling
mengecualikan satu sama lain, maka hakim akan memilih salah satu dakwaan
yang didakwakan yang terbukti menurut keyakinannya. Sehingga hakim bebas
memilih salah satu dari dakwaan tersebut yang terbukti, tanpa harus memeriksa
dan memutus dakwaan yang lainnya. Karena itu dakwaan alternatif disebut juga
dakwaan pilihan (keuze tenlastelgging). Sehingga dalam beberapa perkara pidana,
penggunaan dakwaan jenis ini lebih efektif untuk membuktikan kesalahan
terdakwa.
Salah satu contoh perkara pidana yang menggunakan bentuk surat
dakwaan yang disusun secara alternatif adalah Perkara yang diperiksa Pengadilan
Negeri Klaten dengan Terdakwa KRISTANTO HARIWIBOWO dan DJAROT
SUPRIYANTO, Amd. Dalam perkara yang melibatkan dua Terdakwa tersebut,
Penuntut Umum mengalami keragu-raguan terhadap tindak pidana yang telah
dilakukan oleh para Terdakwa oleh karena itu, dalam proses penuntutan, Penuntut
Umum menggunakan dakwaan yang disusun secara alternatif yaitu diancam
dengan Pasal pencurian atau perbuatan tidak menyenangkan.
Penggunaan dakwaan alternatif dalam penuntutan terhadap terdakwa atas
perkara a quo secara langsung akan mengarah kepada sistem pembuktian terhadap
bentuk dakwaan alternatif tersebut yaitu terhadap unsur-unsur dalam tindak
pidana pencurian atau unsur-unsur dalam tindak pidana perbuatan tidak
menyenangkan dihubungkan dengan fakta-fakta yang muncul dalam persidangan
perkara tersebut.
Dalam hal menguraikan unsur-unsur tindak pidana atas perkara tersebut di
atas adalah sudah menjadi tugas Hakim dalam melakukan konstruksi hukum
terhadap perkara yang penuntutannya menggunakan dakwaan alternatif untuk
menentukan tindak pidana mana yang unsur-unsurnya telah terpenuhi dan tepat
untuk dijatuhkan kepada Para Terdakwa. Terkait dengan perkara tersebut yang
pada akhirnya hakim berpendapat bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh para
commit to user maka efektifitas bentuk dakwaan
terdakwa adalah perbuatan tidak menyenangkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

alternatif yang diterapkan untuk perkara a quo merupakan suatu hal yang menarik
untuk dikaji.
Dalam proses penjatuhan putusan, seorang hakim harus meyakini apakah
seorang terdakwa melakukan tindak pidana ataukah tidak, dengan tetap
berpedoman pada pembuktian untuk menentukan kesalahan dari perbuatan yang
dilakukan oleh pelaku pidana. Setelah menerima dan memeriksa suatu perkara,
selanjutnya hakim akan menjatuhkan keputusan, yang dinamakan dengan putusan
hakim, pernyataan hakim yang merupakan sebagai pernyataan pejabat negara
yang diberi wewenang untuk putusan itu. Jadi putusan hakim bukanlah semata-
mata didasarkan pada ketentuan yuridis saja, melainkan juga didasarkan pada hati
nurani.
Adakalanya putusan hakim juga dianggap memperhatikan hal-hal diluar
aturan hukum sebagaimana ditegaskan oleh Olivel Wendel Homes yang dikutip
oleh John N. DrobakDouglass C. North dalam Journal of Law & Policy Vol.
26:131, sebagai berikut :
The language of judicial decision is mainly the language of logic. And the
logical method and form flatter that longing for certainty and for repose
which is in every human mind. But certainty generally is illusion, and
repose is not the destiny of man. Behind the logical form lies a judgment
as to the relative worth and importance of competing legislative grounds,
often an inarticulate and unconscious judgment it is true, and yet the very
root and nerve of the whole proceeding.

Pendapat di atas sangat mencerminkan pemikiran aliran sosiologi hukum


yang menekankan bahwa hukum adalah berujud perilaku dari aparat hukum yang
rasional. Putusan pengadilan dimaknai sebagai perilaku yang rasional dari hakim
dalam memeriksa dan memutus suatu perkara. Pemikiran ini jelas
menggambarkan model peradilan yang menjadikan putusan pengadilan sebagai
sumber hukum untuk memutus suatu perkara.
Dalam memutuskan suatu perkara pidana, hakim harus mempunyai
pertimbangan-pertimbangan sebagai dasar dalam suatu putusan. Faktor-faktor yang
menjadi bahan pertimbangan yang diambil oleh hakim untuk memutuskan suatu
perkara yang berdasarkan Pasal 51 Rancangan KUHPidana tahun 1999-2000 antara
commit to user
lain: Kesalahan pembuat tindak pidana, motif dan tujuan melakukan tindak pidana,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

cara melakukan tindak pidana dan sebagainya. Selain itu hakim juga
mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan bagi terdakwa
sebagaimana yang terdapat pada rancangan KUHP baru yaitu Pasal 124 dan Pasal
126. Keputusan dalam pemidanaan akan mempunyai konsekuensi yang luas,baik
yang menyangkut langsung dengan pelaku tindak pidana maupun masyarakat
secara luas. Keputusan yang dianggap tidak tepat, akan menimbulkan reaksi
kontroversial sebab kebenaran dalam hal ini sifatnya relatif tergantung dari mana
memandangnya (Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1998:52).
Atas dasar uraian di atas, maka Penulis hendak mengkaji lebih dalam
tentang konstruksi hukum hakim dalam menguraikan pembuktian surat Dakwaan
yang disusun secara alternatif dan efektivitasnya dalam pemeriksaan perkara
perbuatan tidak menyenangkan dalam sebuah penulisan hukum yang berjudul :
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM DALAM
PEMBUKTIAN SURAT DAKWAAN BERBENTUK ALTERNATIF
DALAM PERKARA PERBUATAN TIDAK MENYENANGKAN (STUDI
KASUS DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KLATEN No.
30/Pid.B/2011/Pn.Kln)

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah diperlukan guna menegaskan masalah-masalah yang


hendak diteliti, sehingga memudahkan dalam pengerjaannya, serta dapat
mencapai sasaran yang diinginkan. Berdasarkan uraian dalam latar belakang
penulisan hukum ini, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
Apakah pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam
menguraikan pembuktian surat dakwaan yang disusun secara alternatif dalam
pemeriksaan perkara perbuatan tidak menyenangkan sudah sesuai dengan
ketentuan KUHAP?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Tujuan Obyektif, yaitu untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan
Negeri Klaten dalam menguraikan pembuktian surat dakwaan yang disusun
secara alternatif dalam pemeriksaan perkara perbuatan tidak menyenangkan
dalam putusan No.30/Pid.B/2011/Pn.Kln.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan dalam
bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
b. Untuk menambah wawasan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan
penulis, khususnya dalam bidang penulisan ilmiah.
c. Sebagai sarana untuk dapat menyumbangkan gagasan dan pemikiran guna
perkembangan ilmupengetahuan hukum pada umumnya.

D. Manfaat Penelitian

Selain tujuan penelitian tersebut di atas, dalam penulisan hukum ini


diharapkan adanya manfaat yang bisa diperoleh sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran dan landasan teoritis bagi
perkembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya hukum acara
pidana di Indonesia, serta dapat menambahkan literatur atau bahan-bahan
informasi ilmiyah yang dapat dipergunakan untuk melakukan kajian dan
penelitian selanjutnya.
b. Sebagai upaya untuk menambah pengetahuan tentang pembuyktian
dakwaan alternatif
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memperoleh gambaran mengenai putusan tentang perkara perbuatan
tidak menyenangkan, khususnya dari aspek pembuktian dakwaan oleh
Hakim.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Meningkatkan pengetahuan penulisan tentang masalah-masalah dan ruang


lingkup yang dibahas dalam penelitian ini.
c. Memberikan tambahan pengetahuan bagi yang berminat terhadap masalah
yang sama.

E. Metode Penelitan

Guna mendapatkan data dan pengolahan data yang diperlukan dalam


penelitian ini, metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif. Penelitian hukum normatif memiliki definisi yang sama
dengan penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu penelitian berdasarkan
bahan-bahan hukum (library based) yang fokusnya pada membaca dan
mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder (Johnny Ibrahim,
2006:44)
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat preskriptif. Ilmu hukum memiliki karakteristik
sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu hukum yang
bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, konsep-konsep
hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu hukum
menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam
melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud, 2005:22).
Penelitian ini bersifat Preskriptif karena berusaha menjawab isu hukum
yang diangkat dengan argumentasi, teori, atau konsep baru sebagai preskripsi
dalam memyelesaikan permasalahan yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki,
2009:35).
3. Pendekatan Penelitian
Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan
pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek
mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya. Menurut Peter
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mahmud Marzuki, pendekatan dalam penelitian hukum terdapat beberapa


pendekatan yaitu (Peter Mahmud Marzuki, 2005:93) :
a. Pendekatan Perundang-undangan (statute approach) ;
b. Pendekatan Kasus (case approach) ;
c. Pendekatan Historis (historical approach) ;
d. Pendekatan Perbandingan (comparative approach) ; dan
e. Pendekatan Konseptual (conceptual approach).
Adapun pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kasus (case approach). Dalam menggunakan pendekatan kasus,
yang perlu dipahami adalah ratio decidendi yaitu alasan-alasan hukum yang
digunakan oleh hakim untuk sampai kepada putusannya. (Peter Mahmud
Marzuki, 2009:119).
4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah sumber hukum sekunder.
Sumber hukum sekunder mempunyai ruang lingkup yang berupa semua
publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.
Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum,
jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter
Mahmud Marzuki, 2008:141)
Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum ini
adalah:
a. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan
resmi, risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim.
Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang penulis gunakan yaitu :
1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
3) Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
4) Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor 30/Pid.B/2011/Pn.Kln
b. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku, referensi, jurnal-jurnal hukum
yang terkait, majalah, internet, dan komentar atas putusan pengadilan yang
berkaitan dengan topik yangcommit to user
dibahas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum


Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk
memperoleh data dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan atau studi
dokumen yaitu dengan mempelajari, membaca, dan mencatat buku-buku,
literatur, catatan-catatan, peraturan perundang-undangan serta artikel-artikel
penting dari media internet, dan erat kaitannya dengan pokok-pokok masalah
yang digunakan untuk menyusun penulisan hukum ini, untuk kemudian
dikategorikan, selanjutnya data dipelajari, diklarifikasi dan dianalisis lebih
lanjut sesuai dengan tujuan dan permasalahan penelitian.
6. Teknik Analisa Bahan Hukum
Dalam penelitian ini menggunakan tetknik analisis data dengan logika
deduktif. Menurut Peter Mahmud Marzuki yang mengutip pendapat Philipus
M. Hadjon menjelaskan metode deduksi sebagaimana silogisme yang
diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode deduksi berpangkal dari
pengajuan premis mayor (pernyataan bersifat umum). Kemudian diajukan
premis minor (pernyataan bersifat khusus), dari kedua premis itu dapat ditarik
kesimpulan atau conclusion. Akan tetapi didalam argumentasi hukum,
silogisme hukum tidak sederhana silogisme tradisional (Peter Mahmud
Marzuki, 2009:47).
Sedangkan Johnny Ibrahim yang mengutip pendapat Bernard Arief
Shidarta, logika deduktif merupakan suatu teknik untuk menarik suatu
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat
individual. Penalaran deduktif adalah penalaran yang bertolak dari aturan
hukum yang berlaku umum pada kasus individual dan konkret yang dihadapi
(Johnny Ibrahim, 2006:249-250). Dapat disimpulkan bahwa logika deduktif
atau pengolahan bahan hukum dengan cara deduktif yaitu menjelaskan suatu
hal yang bersifat umum kemudian menariknya menjadi kesimpulan yang lebih
khusus.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

F. Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika


penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baku dalam penulisan hukum, maka
penulis menggunakan sistematika penulisan hukum yang terdiri dari 4 (empat)
bab dimana tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk
memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapun
sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan hukum (skripsi).
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang
berbagai keterangan yang dikumpulkan dari pustaka yang ada
hubungannya, dan menunjang penelitian meliputi tinjauan umum
tentang pertimbangan hakim; tinjauan umum tentang surat
dakwaan; tinjauan umum tentang pembuktian; tinjaun umum
tentang terdakwa; tinjauan umum tentang perbuatan tidak
menyenangkan
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini Penulis menguraikan dan menyajikan pembahasan
berdasarkan rumusan masalah, yaitu: pertimbangan hakim dalam
menguraikan pembuktian surat dakwaan yang disusun secara
alternatif dalam pemeriksaan perkara perbuatan tidak
menyenangan.
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini berisi simpulan serta saran-saran yang dapat penulis
kemukakan kepada para pihak yang terkait dengan bahasan
penulisan hukum ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Pertimbangan Hakim


Menurut Rusli Muhammad (2006, 124) dalam memberikan telaah
kepada pertimbangan hakim dalam berbagai putusannya terdapat dua kategori,
yaitu :
a. Pertimbangan yang bersifat yuridis
Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang
didasarkan pada fakta-fakta yuridis yang terungkap dalam persidangan dan
oleh Undang-Undang ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam
putusan. Hal-hal yang dimaksud antara lain:
1) Dakwaan jaksa penuntut umum
Dakwaan merupakan dasar dari hukum acara pidana karena
berdasar itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan. Perumusan
dakwaan didasarkan atas hasil pemeriksaan pendahuluan yang disusun
tunggal, komulatif, alternatif ataupun subsidair.
2) Keterangan terdakwa
Keterangan terdakwa menurut KUHAP dalam Pasal 184 butir e,
digolongkan sebagai alat bukti. Keterangan terdakwa adalah apa yang
dinyatakan terdakwa di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau
yang ia ketahui sendiri atau dialami sendiri. Dalam Hukum Acara
Pidana keterangan terdakwa dapat dinyatakan dalam bentuk pengakuan
ataupun penolakan, baik sebagian ataupun keseluruhan terhadap
dakwaan penuntut umum dan keterangan yang disampaikan oleh para
saksi. Keterangan terdakwa sekaligus juga merupakan jawaban atas
pertanyaan hakim, jaksa penuntut umum ataupun dari penasihat
hukum.

commit to user

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

3) Keterangan saksi
Salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam
menjatuhkan putusan adalah keterangan saksi. Keterangan saksi dapat
dikategorikan sebagai alat bukti sepanjang keterangan itu mengenai
sesuatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, alami
sendiri, dan harus disampaikan di dalam sidang pengadilan dengan
mengangkat sumpah.
Keterangan saksi yang disampaikan di sidang pengadilan yang
merupakan hasil pemikiran saja atau hasil rekaan yang diperoleh dari
orang lain atau kesaksian de auditu testimonium de auditu tidak dapat
dinilai sebagai alat bukti yang sah.
Menurut Pasal 185 KUHAP ayat (5) dalam menilai keterangan
saksi, hakim harus memperhatikan:
a) Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b) Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c) Alasan yang mungkin dipergunakan saksi untuk memberikan
keterangan yang tertentu;
d) Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada
umumnya dapat mempengaruhi dan dapat tidaknya keterangan itu
dipercaya.
4) Barang-barang bukti
Pengertian barang bukti di sini adalah semua benda yang dapat
dikenakan penyitaan dan diajukan oleh penuntut umum di depan sidang
pengadilan, yang meliputi:
a) benda atau tagihan tersangka atau terdakwa seluruhnya atau
sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil
tindak pidana;
b) benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak
pidana atau untuk mempersiapkan;
c) benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan
tindak pidana; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

d) benda lain yan mempunyai hubungan langsung tindak pidana yang


dilakukan.
Barang-barang bukti yang dimaksud di atas tidak termasuk alat
bukti. Adanya barang bukti yang terungkap pada persidangan akan
menambah keyakinan hakim dalam menilai benar tidaknya perbuatan
yang didakwakan kepada terdakwa, dan sudah barang tentu hakim akan
lebih yakin apabila barang bukti itu dikenal dan diakui oleh terdakwa
ataupun saksi.
5) Pasal-Pasal dalam peraturan hukum pidana dan sebagainya.
Dalam praktek persidangan, Pasal peraturan hukum pidana itu
selalu dihubungkan dengan perbuatan terdakwa. Dalam hal ini,
penuntut umum dan hakim berusaha untuk membuktikan dan
memeriksa melalui alat-alat bukti tentang apakah perbuatan terdakwa
telah atau tidak memenuhi unsur-unsur yang dirumuskan dalam Pasal
peraturan hukum pidana. Apabila ternyata perbuatan terdakwa
memenuhi unsur-unsur dari setiap Pasal yang dilanggar, berarti
terbuktilah menurut hukum kesalahan terdakwa, yakni telah melakukan
perbuatan seperti diatur dalam Pasal hukum pidana tersebut.Meskipun
belum ada ketentuan yang menyebutkan bahwa yang termuat dalam
putusan yang menyebutkan di antara yang termuat dalam putusan itu
merupakan pertimbangan yang bersifat yuridis di sidang pengadilan,
dapatlah digolongkan sebagai pertimbangan yang bersifat yuridis.
b. Pertimbangan yang bersifat non yuridis
Dalam pertimbangan yang bersifat non yuridis, yaitu:
1) Latar belakang terdakwa
Pengertian latar belakang perbuatan terdakwa adalah setiap
keadaan yang menyebabkan timbulnya keinginan serta dorongan keras
pasa diri terdakwa dalam melakukan tindak pidana kriminal. Latar
belakang perbuatan terdakwa dalam melakukan perbuatan kriminal
meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

a) Keadaan ekonomi terdakwa;


b) Ketidakharmonis hubungan sosial terdakwa baik dalam lingkungan
keluarganya, maupun orang lain.
2) Akibat perbuatan terdakwa
Perbuatan pidana yang dilakukan tedakwa sudah pasti membawa
korban ataupun kerugian pada pihak lain. Bahkan akibat dari perbuatan
terdakwa dari kejahatan yang dilakukan tersebut dapat pula
berpengaruh buruk kepada masyarakat luas, paling tidak keamanan dan
ketentraman mereka senantiasa terancam.
3) Kondisi diri terdakwa
Pengertian kondisi terdakwa dalam pembahasan ini adalah
keadaan fisik maupun psikis terdakwa sebelum melakukan kejahatan,
termasuk pula status sosial terdakwa. Keadaan fisik dimaksudkan
adalah usia dan tingkat kedewasaan, sementara keadaan psikis
dimaksudkan adalah berkaitan dengan perasaan yang dapat berupa:
mendapat tekanan dari orang lain, pikiran sedang kacau, keadaan marah
dan lain-lain. Adapun yang dimaksudkan dengan status sosial adalah
predikat yang dimiliki dalam masyarakat.
4) Agama terdakwa
Keterikatan para hakim terhadap ajaran agama tidak cukup bila
sekedar meletakkan kata “Ketuhanan” pada kepala putusan, melainkan
harus menjadi ukuran penilaian dari setiap tindakan baik tindakan para
hakim itu sendiri maupun dan terutama terhadap tindakan para pembuat
kejahatan.
Menurut Tirtaamidjaja (1962:69-70), hal-hal yang perlu
dipertimbangkan oleh hakim pada mengambil keputusan yang terakhir
yaitu :
(1) Perbuatan-perbuatan apakah yang telah terbukti karena
pemeriksaan di persidangan?;
(2) Telah terbuktikah bahwa si terdakwa itu telah bersalah tentang
commit
perbuatan-perbuatan itu?; to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

(3) Kejahatan atau pelanggaran yang manakah telah diperbuat oleh


terdakwa itu?;
(4) Hukuman yang manakah patut diberikan pada si terdakwa?.
Menurut Bambang Tribawono dengan telah ditemukan bukti-bukti.
dan faktor-faktor lain dalam persidangan, maka hakim akan memiliki dasar
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Pertimbangan hakim itu dapat
berupa hal yang telah diatur dalam KUHP maupun berdasarkan hal-hal lain
yang tidak diatur dalam KUHP. Perihal yang menjadi pertimbangan Hakim
dalam memutus suatu perkara di luar KUHP dapat berupa penilaian lain
yang sifatnya mengacu pada kebijakan kemanusiaan atau hal lain yang
karena sifatnya dapat meringankan atau memberatkan terdakwa dalam
penjatuhan sanksi (Bambang Tribawono. 2004. Faktor-Faktor yang
Menjadi Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Berat/Ringannya
Pidana kepada Terdakwa. Jurnal Hukum. Volume 14 No. 1 Januari 2004).

2. Tinjauan tentang Surat dakwaan


a. Definisi Surat Dakwaan
M. Yahya Harahap menyatakan bahwa: Pada umumnya surat
dakwaan diartikan oleh para ahli hukum berupa pengertian: Surat/akte
yang memuat perumusan tindak pidana yang didakwakan kepada
terdakwa, perumusan mana ditarik dan disimpulkan dari hasil pemeriksaan
penyidikan dihubungkan dengan rumusan Pasal tindak pidana yang
dilanggar dan didakwakan pada terdakwa, dan surat dakwaan tersebutlah
yang menjadi dasar pemeriksaan bagi hakim dalam sidang pengadilan (M.
Yahya Harahap, 1988:414).
Menurut A. Karim Nasution tuduhan adakah suatu surat atau akta
yang memuat suatu perumusan dari tindak pidana yang dituduhkan yang
sementara dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan
yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan, yang
bila ternyata cukup bukti, terdakwa dapat dijatuhi hukuman ( A. Karim
Nasution, 1972:75). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

Sedangkan A. Soetomo merumuskan surat dakwaan adalah surat


yang dibuat atau disiapkan oleh Penuntut Umum yang dilampirkan pada
waktu melimpahkan berkas perkara ke persidangan yang memuat nama
dan identitas pelaku perbuatan tindak pidana, kapan dan di mana perbuatan
dilakukan serta uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai
perbuatan tersebut yang didakwakan telah dilakukan oleh terdakwa
memenuhi Pasal-Pasal tertentu dari undang-undang yang tertentu pula
yang nantinya merupakan dasar dan titik tolak pemeriksaan terdakwa di
sidang pengadilan untuk dibuktikan apakah benar perbuatan yang
didakwakan itu betul dilakukan dan apakah betul terdakwa adalah
pelakunya yang dapat dipertanggungjawabkan untuk perbuatan tersebut
(A.Soetomo, 1989)
Harun M. Husein menyatakan surat dakwaan ialah suatu surat yang
diberi tanggal dan ditandatangani oleh Penuntut Umum, yang memuat
uraian tentang identitas lengkap terdakwa, perumusan tindak pidana yang
didakwakan yang dipadukan dengan unsur-unsur tindak pidana
sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan tindak pidana yang
bersangkutan, disertai uraian tentang tentang waktu dan tempat tindak
pidana dilakukan oleh terdakwa, surat mana menjadi dasar dan batas ruang
lingkup pemeriksaan di sidang pengadilan (Harun M. Husein, 1994:43)
b. Bentuk-bentuk Surat Dakwaan
1) Surat Dakwaan Tunggal
Surat dakwaan tunggal adalah surat dakwaan yang hanya
mengandung satu dakwaan. Dakwaan hanya satu/tunggal dan tindak
pidana yang didakwakan hanya satu/tunggal. Bentuk dakwaan ini
dipergunakan apabila berdasarkan hasil penelitian terhadap materi
perkara hanya satu tindak pidana saja yang didakwakan. Dalam
menyusun dakwaan tersebut tidak terdapat kemungkinan-kemungkinan
alternatif, atau merumuskan tindak pidana lain sebagai penggantinya.
Penyusunan surat dakwaan tunggal ini dapat dikatakan
commitdalam
sederhana, yaitu sederhana to user
perumusannya dan sederhana pula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

dalam pembuktian dan penerapan hukumnya. Oleh karena itu pada


umumnya dakwaan tunggal ini dipergunakan dalam pelimpahan
perkara yang diperiksa dengan acara pemeriksaan singkat.
2) Surat Dakwaan Alternatif
Dalam bentuk dakwaan demikian, maka dakwaan tersusun dari
beberapa tindak pidana yang didakwakan yang antara tindak pidana
yang satu dengan tindak pidana yang lain bersifat saling
mengecualikan. Dasar pertimbangan penggunaan dakwaan alternatif
adalah karena Penuntut Umum belum yakin benar tentang kualifikasi
atau Pasal yang tepat untuk diterapkan pada tindak pidana tersebut,
maka untuk memperkecil peluang lolosnya terdakwa dari dakwaan
digunakanlah bentuk dakwaan alternatif.
Biasanya dakwaan demikian, dipergunakan dalam hal antara
kualifikasi tindak pidana yang lain menunjukkan corak/ciri yang sama
atau hampir bersamaan, misalnya: pencurian dengan penadahan,
penipuan dengan penggelapan.
Dakwaan ini mengandung segi-segi positif maupun segi-segi
negatif. Segi positifnya dengan bentuk dakwaan ini terdakwa tidak
mudah lolos dari dakwaan dan pembuktiannya lebih sederhana karena
dakwaan tidak perlu dibuktikan secara berurut tetapi dilakukan
langsung kepada dakwaan yang dipandang terbukti, demikian pula cara
penilaian dan pemeriksaannya oleh hakim. Dakwaan dengan bentuk
demikian memberikan kelonggaran bagi hakim untuk memilih
dakwaan mana yang menurut penilaian dan keyakinannya dipandang
terbukti.
Sebaliknya, dakwaan bentuk ini juga mengandung segi negatif,
yaitu dapat menimbulkan keraguan bagi terdakwa untuk membela diri.
Disamping itu seolah-olah Penuntut Umum tidak menguasai dengan
pasti materi perkara dengan pasti.
Sehubungan dengan hal ini, M. Yahya Harahap menyatakan
commit
:Pemikiran yang serupa to user
itu tidak beralasan. Dakwaan yang berbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

alternatif sama sekali tidak mengacaukan, dengan syarat asalkan setiap


dakwaan dirumuskan secara jelas dan terang. Jadi kalau setiap
dakwaan cukup jelas dirumuskan sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP, sama sekali hal ini tidak
dianggap kacau dan merugikan kepentingan terdakwa dalam
pembelaan diri. Sejak dari semula terdakwa sudah dapat
mempersiapkan pembelaan diri kepada masing-masing dakwaan.
Dengan dakwaan berbentuk alternatif terdakwa mempunyai
kesempatan untuk menolak seluruh dakwaan maupun membantah
salah satu dakwaan (M. Yahya Harahap, 1988:431).
3) Surat Dakwaan Subsidaritas
Dakwaan ini biasa juga disebut dengan dakwaan subsidair,
subsider atau berlapis. Bentuk dakwaan subsidair dipergunakan apabila
suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindak pidana menyentuh
atau menyinggung beberapa ketentuan pidana. Keadaan demikian
dapat menimbulkan keraguan pada Penuntut Umum, baik mengenai
kualifikasi tindak pidananya maupun mengenai Pasal yang
dilanggarnya. Oleh karena itu penuntut umum memilih untuk
menyusun dakwaan yang berbentuk subsidair, dimana tindak pidana
yang diancam dengan pidana pokok terberat ditempatkannpada lapisan
atas dan tindak pidana yang diancam dengan pidana yang lebih ringan
ditempatkan dibawahnya. Meskipun dalam dakwaan tersebut terdapat
beberapa tindak pidana, tetapi yang akan dibuktikan hanya salah satu
saja dari tindak pidana yang didakwakan itu.
Ditinjau dari sistem pembuktiannya, dakwaan ini ada
kemiripannya dengan dakwaan alternatif, karena hanya satu dakwaan
saja yang akan dibuktikan. Perbedannya dengan dakwaan alternatif
ialah bahwa pembuktian dakwaan subsidair dilakukan secara berurut
dengan dimulai pada dakwaan tindak pidana yang diancam dengan
hukuman pidana terberat sampai pada dakwaan yang dianggap
terbukti. Sedangkan commit
dalamto dakwaan
user alternatif pembuktiannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

langsung dilakukan kepada lapisan dakwaan yang dipandang terbukti


tanpa perlu dibuktikan terlebih dahulu dakwaan-dakwaan sebelumnya.
4) Surat Dakwaan Kumulatif
Secara formal untuk dakwaan ini hampir sama dengan dakwaan
alternatif mauoun subsidair, karena tersusun dari beberapa dakwaan
yang disusun secara berlapis. Perbedaannya bahwa dalam dakwaan
alternatif dan dakwaan subsidair, hanya satu dakwaan yang hendak
dibuktikan, sebaliknya pada dakwaan kumulatif seluruh dakwaan harus
dibuktikan.
5) Surat Dakwaan Gabungan/Kombinasi
Dalam perkembangan praktek penyusunan surat dakwaan
dewasa ini, dikenal bentuk surat dakwaan yang disebut dakwaan
gabungan/kombinasi. Dakwaan ini disebut dakwaan
kombinasi/gabungan, dikarenakan dalam dakwaan ini terdapat
beberapa dakwaan yang merupakan gabungan dari dakwaan yang
bersifat alternatif maupun dakwaan yang bersifat subsidair. Dakwaan
bentuk ini dipergunakan dalam hal ini terjadi kumulasi daripada tindak
pidana yang didakwakan.
c. Fungsi Surat Dakwaan
A. Karim Nasution menyatakan bahwa fungsi terutama dari surat
tuduhan (surat dakwaan) ialah bahwa terhadap terdakwa dan Hakim dapat
dinyatakan perbuatan apa yang dituduhkan terhadap terdakwa dan dalam
hubungan itu haruslah dalam suatu uraian individual dari fakta kejadian
dinyatakan semua element dari tindak pidana yang yuridis itu (A. Karim
Naustion, 1972:93).
Sebagai suatu akta, maka surat dakwaan mempunyai fungsi yang
sangat dominan dalam proses pidana. Fungsi-fungsi surat dakwaan
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Bahwa surat dakwaan merupakan dasar dan sekaligus membatasi
ruang lingkup pemeriksaan sidang, hal ini berarti :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

2) Bahwa dalam pemeriksaan sidang, pemeriksaan itu dibatasi oleh fakta-


fakta perbuatan yang didakwakan oleh Penuntut Umum dalam surat
dakwaan yang menjadi dasar pemeriksaan tersebut.
3) Bahwa Hakim/Pengadilan dalam menjatuhkan putusannya harus
semata-mata didasarkan pada hasil pemeriksaan dan penilaian terhadap
fakta-fakta yang didakwakan dalam surat dakwaan.
4) Bahwa keseluruhan isi dakwaan yang terbukti di persidangan
merupakan dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan.
5) Bahwa tindak pidana apa yang dinyatakan terbukti dipersidangan harus
dapat dicari dan ditemukan kembali dalam surat dakwaan.
Fungsi surat dakwaan bagi Penuntut Umum, Hakim dan
terdakwa/Penasihat Hukum.
1) Fungsi surat dakwaan bagi Penuntut Umum.
Bagi Penuntut Umum surat dakwaan merupakan dasar
pelimpahan perkara, karena dengan pelimpahan perkara tersebut
Penuntut Umum meminta agar perkara tersebut diperiksa dan diputus
dalam sidang pengadilan, atas dakwaan yang dilampirkan dalam
pelimpahan perkara tersebut.
Dalam tahap selanjutnya surat dakwaan itu menjadi dasar
pembuktian/pembahasan yuridis, dasar tuntutan dan akhirnya dasar
upaya hukum.
2) Fungsi surat dakwaan bagi Hakim.
Surat dakwaan bagi Hakim merupakan dasar pemeriksaan,
membatasi ruang lingkup pemeriksaan, dasar pertimbangan dan dasar
prngambilan keputusan tentang bersalah tidaknya Terdakwa dalam
tindak pidana yang didakwakan kepadanya.
3) Fungsi surat dakwaan bagi terdakwa/Penasihat Hukum.
Bagi Terdakwa atau Penasihat hukum surat dakwaan
merupakan dasar untuk mempersiapkan pembelaan dan oleh karena
itulah surat dakwaan harus disusun secara cermat, jelas dan lengkap.
Surat dakwaan yangcommit
tidak to user
memenuhi persyaratan tersebut, akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

merugikan hak pembelaan terdakwa dan oleh karenanya dapat


dinyatakan batal demi hukum.

3. Tinjauan tentang Pembuktian


Menurut M Yahya Harahap, pembuktian adalah ketentuan-ketentuan
yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan
undang-undang membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa.
Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang
dibenarkan oleh undang-undang dan boleh dipergunakan hakim membuktikan
kesalahan yang didakwakan (M. Yahya Harahap, 1988:793).
Berdasarkan pengertian yang diuraikan diatas dapat disimpulkan
bahwa ruang lingkup pembuktian meliputi 3 hal, yaitu:
a. Ketentuan atau aturan hukum yang berisi penggarisan dan pedoman cara
yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan terdakwa, di
kenal juga dengan sistem atau teori pembuktian.
b. Ketentuan yang mengatur mengenai alat bukti yang dibenarkan dan diakui
undang-undang serta yang boleh digunakan hakim membuktikaann
kesalahan.
c. Ketentuan yang mengatur cara menggunakan dan menilai kekuatan
pembuktian masing-masing alat bukti
Demikianlah ketiga hal inilah yang merupakan obyek dan inti
pembahasan hukum pembuktian. Hukum pembuktian memegang peranan
penting dalam proses hukum acara pidana dan untuk sebab itu mutlak harus
dikuasai oleh semua pejabat pada semua tingkat pemeriksaan, khususnya
penuntut umum yang berwenang menuntut dan dibebani kewajiban
membuktikan kesalahan terdakwa. Kegagalan penuntut umum dalam tugas
penuntutan banyak tergantung pada ketidakmampuan menguasai teknik
pembuktian.
Sebaliknya penuntut umum terikat pada Pasal ketentuan dan penilai
alat bukti yang ditentukan undang-undang. Penuntut umum, hakim, terdakwa
maupun penasehat hukumnya tidak
commit boleh sekehendak hati
to user dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

kemauannya sendiri dalam menggunakan dan menilai alat bukti di luar apa
yang telah digariskan undang-undang. Dalam hal ini penuntut umum bertindak
sebagai aparat yang di beri wewenang untuk mengajukan segala daya upaya
membuktikan segala kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa.
Sebaliknya terdakwa atau penasehat hukumnya mempunyai hak untuk
melemahkan dan melumpuhkan pembuktian yang diajukan penunutut umum,
sesuai dengan cara yang dibenarkan undang-undang, bisa berupa sangkalan
atau bantahan yang beralasan dengan saksi yang meringankan atau saksi de
charge. Hakim sendiri harus benar-benar sadar dan cermat menilai dan
mempertimbangkan kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti
yang ada.
1) Asas-asas pembuktian
Dalam pembuktian pidana ada beberapa prinsip yang harus
diketahui yaitu
(a) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan
Prinsip ini terdapat pada Pasal 184 ayat (2) KUHAP yang
berbunyi : “hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu
dibuktikan”. Notoire feiten adalah suatu kesimpulan umum yang
didasarkan pengalaman umum bahwa suatu keadaan atau peristiwa
akan senantiasa menimbulkan kejadian atau akibat yang selalu
demikian. Hanya dengan notoire feiten tanpa dikuatkan dengan alat
bukti lain yang sah menurut undang-undang,. Hakim tidak boleh yakin
akan kesalahan terdakwa.
(b) Menjadi saksi adalah kewajiban
Dalam Pasal 1 butir 26 KUHAP yang berbunyi : saksi adalah
orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Dengan
demikian syarat seseorang wajib menjadi saksi adalah orang yang
dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar


sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
(c) Satu saksi bukan saksi
Prinsip ini terkait dengan Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang
berbunyi : keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan
kepadanya. Prinsip ini disebut dengan istilah unus testis nullus testis
yang artinya satu saksi bukan saksi. Menurut undang-undang menjadi
saksi adalah wajib dan berdasarkan pengalaman praktek, keterangan
saksi merupakan alat bukti yang paling banyak atau dominan dalam
mengadili perkara pidana di pengadilan. Hampir tidak ada perkara
pidana dalam acara pemeriksaan biasa yang pembuktiannya tidak
dikuatkan dengan alat bukti keterangan saksi yang diberikan oleh satu
orang saksi tanpa dikuatkan atau di dukung saksi lain atau alat bukti
lain yang sah, maka kesaksian yang berdiri sendiri yang demikian
tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa dan untuk itu hakim
harus membebaskan terdakwa dari tuntutan penuntut umum.
(d) Pengakuan terdakwa tidak menghapuskan kewajban penuntut umum
membuktikan kesalahan terdakwa. Prinsip ini merupakan penegasan
dari lawan “pembuktian terbalik“ yang tidak dikenal hukum acara
pidana yang berlaku di Indonesia. Pasal 184 ayat 4 KUHAP
menyatakan keterangan terdakwa saja tidak cukup membuktikan
bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya,
melainkan harus disertai dengan alat bukti lain
2) Teori/Sistem Pembuktian
Dalam hukum acara pidana di kenal 3 teori pembuktian yaitu :
(a) Sistem keyakinan belaka (conviction in time)
Dalam sistem ini sama sekali tidak membutuhkan suatu
peraturan tentang pembuktian dan menyerahkan segala sesuatu kepada
kebijaksanaan dan kesan hakim yang bersifat perseorangan
(subyektif). Menurut commit to user
aliran ini di anggap cukuplah, bahwa hakim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

mendasarkan buktinya suatu keadaan atas keyakinan belaka, dengan


tidak terikat oleh suatu peraturan. Dalam sistem ini hakim dapat
menurut perasaan belaka dalam menentukan, apa suatu keadaan harus
di anggap telah terbukti.
(b) Sistem menurut undang-undang (positief wettelijk)
Dalam sistem ini mendasarkan diri pada alat-alat bukti menurut
undang-undang artinya apabila suatu perbuatan terdakwa telah terbukti
sesuai dengan alat bukti yang sah menurut undang-undang, maka harus
mengatakan terdakwa terbukti bersalah tanpa tanpa melihat
keyakinannya sendiri
(c) Sistem menurut undang-undang sampai batas tertentu (negatief
wettelijk)
Dalam sistem ini hakim hanya boleh menyatakan terdakwa
bersalah melakukan perbuatan pidana yang didakwakan apabila
keyakinan hakim tersebut didasarkan pada alat-alat bukti yang
ditentukan undang-undang.
Dalam sistem pembuktian yang dianut di Indonesia, hanya
mengakui alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang yang dapat
dipergunakan untuk pembuktian. Dalam pembuktian ini penuntut
umum membuat surat dakwaan dan oleh karena itu, ia bertanggung
jawab untuk menyusun alat bukti dan pembuktian tentang kebenaran
surat dakwaan atau tentang kesalahan terdakwa, bukan sebaliknya
terdakwa yang harus membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Hakim
dalam menjatuhkan putusan akan menilai semua alat bukti yang sah
untuk untuk menyusun keyakinan hakim dengan mengemukakan
unsur-unsur kejahatan yang didakwakan itu terbukti dengan sah atau
tidak, kemudian apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan
menurut hukum pidana atau tidak, serta menetapkan pidana apa yang
harus dijatuhkan kepadanya setimpal dengan perbuatannya. (Martiman
Prodjohamijaya, 1983:19)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

3) Jenis-jenis alat bukti


Menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP, alat bukti yang sah meliputi :
a) Keterangan Saksi
b) Keterangan Ahli
c) Surat
d) Petunjuk
e) Keterangan Terdakwa

4. Tinjauan tentang Perbuatan Tidak menyenangkan


Dalam hukum pidana perbuatan tidak menyenangkan diatur dalam Bab
XVIII tentang Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Orang. Pasal 335 KUHP
yang rumusannya berbunyi :
1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling
banyak tiga ratus rupiah;
Ke-1 : barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya
melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai
kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak
menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan,
sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak
menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri atau orang lain.
Ke-2 : barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak
melakukan atau membiarkan sesuatu dengan ancaman
pencemaran atau pencemaran tertulis.
2) Dalam hal diterangkan ke-2, kejahatan hanya di tuntut atas pengaduan
orang yang terkena.
Bahwa bila kita melihat rumusan bagian inti delik (delicts
bestanddelen) tersebut maka kita dapat melihat bahwa tindak pidana
tersebut berupa :
a) Pelaku adalah barang siapa, artinya setiap orang (person) yang
melakukan perbuatan tersebut yang mampu bertanggung jawab
menurut hukum. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

b) Bentuk perbuatan adalah memaksa, dimana yang dimaksud


“memaksa” adalah menyuruh orang untuk meelakukan sesuatu (atau
tidak melakukan sesuatu) sehingga orang itu melakukan sesuatu (atau
tidak melakukan sesuatu) berlawanan dengan kehendak sendiri, (R.
Soesilo).
c) Obyeknya adalah orang, bahwa perbuatan memaksa tersebut ditujukan
kepada orang,
d) Dilakukan dengan secara melawan hukum, singkatnya adalah
perbuatan yang bertentangan dengan hukum baik dalam arti obyektif
maupun hukum dalam arti subyektif dan baik hukum tertulis maupun
hukum tidak tertulis (lihat Arrest HR 6 Januari 1905 dan Arrest HR 31
Januari 1919).
e) Cara melakukan perbuatan (bersifat alternatif), yaitu dilakukan baik :
a. Dengan kekerasan; untuk unsur kekerasan lihat Pasal 89 KUHP,
dimana disamakan dengan melakukan kekerasan adalah membuat
orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi. Dimana menurut
R.Soesilo, “tidak berdaya” artinya tidak mempunyai kekuatan atau
tenaga sama sekali sehingga tidak dapat mengadakan perlawanan
sedikitpun. Atau dengan lain; maupun dengan perbuatan yang tidak
menyenangkan.
b. Dengan ancaman kekerasan; atau dengan ancaman perbuatan lain;
maupun dengan ancaman perbuatan yang tidak menyenangkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

B. Kerangka Pemikiran

Perkara Tindak Pidana Perbuatan Tidak


Menyenangkan

Pemeriksaan oleh
Pengadilan

Pembuktian Dakwaan

Bentuk Dakwan
Alternatif

Pertimbangan Hakim

Putusan

Gambar Kerangka Pemikiran

Penjelasan Kerangka Pemikiran


Salah satu jenis tindak pidana dalam KUHP adalah tindak pidana perbuatan
tidak menyenyenangkan yang daitur dalam Pasal 335 KUHP. Orang yang
melakukan perbuatan yang termasuk dalam pelanggaran Pasal 335 KUHP harus
menjalani proses hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Salah satu
tahapan proses hokum terhadap pelaku tindak pidana perbuatan tidak
menyenangkan adalah dilakukannya persidangan di pengadilan. Bagian terpenting
dalam persidangan adalah pembuktian terhadap tindak pidana yang didakwakan
kepada terdakwa. Surat dakwaan menjadi dasar bagi Hakim dalam menjatuhkan
putusan. Dalam membuktikan dakwaan, hakim juga harus memperhatikan bentuk
dakwaan yang dipergunakan olehcommit to user
penuntut umum. Salah satu bentuk dakwaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

adalah alternatif, diamana cara pembuktiannya mempunyai cara tersendiri.


Pembuktian dakwaan tidak perlu dilakukan secara berurut sesuai lapisan dakwaan,
tetapi langsung kepada dakwaan yang dipandang terbukti. Konsekuensi dari surat
dakwaan alternatif adalah jika salah satu tindak pidana sudah terbukti maka tindak
pidana yang lainnya harus dikesampingkan. Pembuktian dakwaan alternatif akan
diuraikan dalam pertimbangan hakim secara komprehensif dan akan menjadi
dasar bagi hakim dalam menjatuhkan putusan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kesesuaian Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam


Pembuktian Surat Dakwaan Alternatif dalam Perkara Perbuatan
Tidak Menyenangan dengan Ketentuan KUHAP

Paparan perkara perbuatan tidak menyenangkan dalam Putusan


Pengadilan Negeri Klaten Nomor: 30/Pid.B/2011/Pn.Kln dengan Terdakwa
Kristanto Hariwibowo dan Djarot Supriyanto :
1. Uraian Singkat Perkara
Perkara pidana ini bermula ketika Terdakwa 1 dan Terdakwa 2
pada hari selasa tanggal 12 oktober 2010 sekira pukul 10.00 WIB
bertempat di bengkel Bintaro Jaya Dk.Gunungan Kelurahan Canan
Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten telah mengambil sesuatu barang
berupa sepeda motor Yamaha Vega Nomor Polisi AD 3471 MJ warna
hijau milik saksi Agustinus Sugimin.
Pada waktu dan tempat tersebut diatas terdakwa 1.Kristanto
Hariwibowo melihat sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ
warna hijau di bengkel Bintaro Jaya Dk.Gunungan Kelurahan Canan
Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten, kemudian terdakwa 1.Kristanto
Hariwibowo melaporkan ke Pimpinan PT.WOM saksi Kunto
Widiarso,Amd di Kantor PT.WOM, kemudian saksi Kunto Widiarso
selaku Pimpinan PT.WOM, menyerahkan surat cek list dari PT.WOM
Finance kepada terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo, selanjutnya terdakwa
1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd pergi ke
bengkel sepeda motor Bintaro Jaya di Dk.Gunungan Ds.Canan Kecamatan
Wedi dengan membawa surat cek list dari PT.WOM Finance untuk
mengambil sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ warna hijau
yang di servicekan oleh saksi Agustinus Sugimin di bengkel tersebut. pada
saat itu terdakwa 1. Kristanto Hariwibowo
commit to user bertanya kepada saksi Sumito

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

Alias Beong untuk mengambil sepeda motor tersebut akan tetapi tidak
diijinkan oleh saksi. Kemudian terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan
terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd dengan berboncengan naik sepeda
motor Mio pergi ke rumah saksi Agustinus Sugimin di Glagah, Canan
Kecamatan Wedi dan mengajak saksi Agustinus Sugimin ke bengkel
Bintaro Jaya milik saksi Sumito Alias Beong Dk.Gunungan Kel.Canan
Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten dengan maksud mengambil sepeda
motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ yang di servicekan oleh saksi
Agustinus Sugimin di bengkel Bintaro Jaya milik saksi Sumito Alias
Beong dan pada saat itu terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo mengatakan
kepada saksi Agustinus Sugimin bahwa dia utusan dari PT.WOM Finance
mau ngambil sepeda motor Yamaha Vega No. Pol . AD 3471 MJ warna
hijau tersebut, karena saksi Sugimin masih ada tunggakan setoran
Rp.1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) dengan denda
Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah) tetapi dendanya bisa dibicarakan di
Kantor PT.WOM Finance“, akan tetapi saksi Agustinus Sugimin tidak
memberikan kunci dan STNK sepeda motor Yamaha Vega No. Pol . AD
3471 MJ warna hijau kepada terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan
terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd, kemudian saksi Agustinus Sugimin
pergi ke bengkel Bintaro Jaya milik saksi Sumito Alas Beong, dan
terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd,
juga Kembali ke bengkel Bintaro Jaya milik saksi Sumito Alas Beong dan
sesampainya di bengkel terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo berusaha untuk
meminta kunci dan STNK sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471
MJ hijau kepada saksi Agustinus Sugimin akan tetapi tetap tidak
diberikan, kemudian terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa
2.Djarot Supriyanto,Amd walaupun tidak diijinkan oleh saksi Agustinus
Sugimin tetap mengambil sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471
MJ warna hijau, dengan cara terdakwa 1.Krisanto Hariwibowo dan
terdakwa 2.Djarot Supriyanto, Amd berboncengan naik sepeda motor Mio
mendorong sepeda motorcommit
Yamahato user
Vega No. Pol. AD 3471 MJ untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

dibawa ke Kantor PT.WOM Finance, kemudian saksi Kunto Widiarso,


Amd meyuruh anak buahnya untuk menyimpan sepeda motor Yamaha
Vega No. Pol. AD 3471 MJ warna hijau tersebut di gudang.
2. Identitas Terdakwa
Terdakwa 1 bernama KRISTANTO HARIWIBOWO, yang lahir di
Karanganyar, pada tanggal 27 Maret 1971, umur 39 tahun, jenis Kelamin
laki-laki, kebangsaan Indonesia, tempat tinggal Sawahan Rt.02 Rw.07
Kelurahan Jogoprayan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten, agama
Islam, pekerjaan Swasta, Pendidikan S1 ;
Terdakwa 2 bernama DJAROT SUPRIYANTO,Amd., yang lahir
di Semarang, pada tanggal 21 September 1982, umur 28 tahun, Jenis
Kelamin laki-laki, Kebangsaan Indonesia, tempat tinggal Pancot Rt.03
Rw.07 Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
karanganyar, agama Islam, pekerjaan Swasta, Pendidikan D3.
3. Dakwaan Penuntut Umum
Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Klaten mendakwa para
terdakwa melakukan tindak pidana sebagai berikut :
PERTAMA
Bahwa mereka terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan tedakwa
2.Djarot Supriyanto Amd. pada hari Selasa tanggal 12 Oktober 2010
sekitar pukul 10.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam
bulan Oktober 2010 bertempat di bengkel Bintaro Jaya Dk.Gunungan
Kel.Canan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten atau setidak-tidaknya pada
suatu tempat tertentu yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Klaten, telah mengambil sesuatu barang berupa sepeda
motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ warna hijau yang seluruhnya
atau sebagian adalah milik saksi Agustinus Sugimin atau setidak-tidaknya
milik orang lain selain terdakwa dengan maksud hendak dimilikinya
secara melawan hukum, yang dilakukan dua orang atau lebih secara
bersama- sama, yang dilakukan oleh para terdakwa dengan cara sebagai
berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Pada waktu dan tempat tersebut diatas terdakwa 1.Kristanto


Hariwibowo melihat sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ
warna hijau di bengkel Bintaro Jaya Dk.Gunungan Kel.Canan Kecamatan
Wedi Kabupaten Klaten, kemudian terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo
melaporkan ke Pimpinan PT.WOM saksi Kunto Widiarso,Amd di Kantor
PT.WOM, kemudian saksi Kunto Widiarso selaku Pimpinan PT.WOM,
menyerahkan surat cek list dari PT.WOM Finance kepada terdakwa
1.Kristanto Hariwibowo, selanjutnya terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo
dan terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd pergi ke bengkel sepeda motor
Bintaro Jaya di Dk.Gunungan Ds.Canan Kecamatan Wedi dengan
membawa surat cek list dari PT.WOM Finance untuk mengambil sepeda
motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ warna hijau yang diservicekan
oleh saksi Agustinus Sugimin di bengkel tersebut, pada saat itu terdakwa
1.Kristanto Hariwibowo bertanya kepada saksi Sumito Alias Beong
dengan berkata “Mas iki sepeda motor e sopo arep tak gowo neng
kantor?“, dan dijawab oleh saksi Sumito Alias Beong dengan berkata
“sepeda motor iki nggone Sugimin“, kemudian terdakwa 1.Kristanto
Hariwibowo menjawab dengan berkata “Aku arep nggowo sepeda motor
ini“ akan tetapi dilarang oleh saksi Sumito Alias Beong dengan menjawab
“iki neng bengkel apa kowe sing dandake, golek ono Sugimin“, kemudian
diatas terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa 2.Djarot
Supriyanto,Amd dengan berboncengan naik sepeda motor Mio pergi ke
rumah saksi Agustinus Sugimin di Glagah, Canan Kecamatan Wedi dan
mengajak saksi Agustinus Sugimin ke bengkel Bintaro Jaya milik saksi
Sumito Alias Beong Dk.Gunungan Kel.Canan Kecamatan Wedi
Kabupaten Klaten dengan maksud akan mengambil sepeda motor Yamaha
Vega No. Pol. AD 3471 MJ yang di servicekan oleh saksi Agustinus
Sugimin di bengkel Bintaro Jaya milik saksi Sumito Alias Beong dan pada
saat itu terdakwa 1. Kristanto Hariwibowo berkata “saya utusan dari
WOM Finace mau ngambil sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471
MJ warna hijau tersebut,commit
karenatoBapak
user Sugimin masih ada tunggakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

setoran Rp.1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) dengan denda
Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah) tetapi dendanya bisa dibicarakan di
Kantor WOM Finance“, akan tetapi saksi Agustinus Sugimin tidak
memberikan kunci dan STNK sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD
3471 MJ warna hijau kepada terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan
terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd, kemudian saksi Agustinus Sugimin
pergi ke bengkel Bintaro Jaya milik saksi Sumito Alas Beong, dan
terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd
juga kembali ke bengkel Bintaro Jaya milik saksi Sumito Alas Beong dan
sesampainya di bengkel terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo berusaha untuk
meminta kunci dan STNK sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471
MJ hijau kepada saksi Agustinus Sugimin akan tetapi tetap tidak
diberikan, kemudian terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa
2.Djarot Supriyanto, Amd walaupun tidak diijinkan oleh saksi Agustinus
Sugimin tetap mengambil sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471
MJ warna hijau, dengan cara terdakwa 1.Krisanto Hariwibowo dan
terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd berboncengan naik sepeda motor Mio
mendorong sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ untuk
dibawa ke Kantor PT.WOM Finance, kemudian saksi Kunto
Widiarso,Amd meyuruh anak buahnya untuk menyimpan sepeda motor
Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ warna hijau tersebut di gudang.
Perbuatan para terdakwa tersebut diatas diatur dan di ancam pidana dalam
pasal 363 ayat (1) ke 4 KUHP.
ATAU
KEDUA
Bahwa mereka terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa
2.Djarot Suprnto , Amd. pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut
dalam dakwaan primair, melakukan, menyuruh melakukan dan turut serta
melakukan, secara melawan hukum memaksa orang lain supaya
melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai
commit tolain
kekerasan sesuatu perbuatan user maupun perlakuan yang tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

menyenangkan atau dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu


perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap
orang itu sendiri maupun orang lain, yang di lakukan oleh para terdakwa
dengan cara sebagai berikut :
Pada waktu dan tempat tersebut diatas terdakwa 1.Kristanto
Hariwibowo melihat sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ
warna hijau di bengkel Bintaro Jaya Dk.Gunungan Kel.Canan Kecamatan
Wedi Kabupaten Klaten, kemudian terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo
melaporkan ke Pimpinan PT.WOM saksi Kunto Widiarso,Amd di Kantor
PT.WOM, kemudian saksi Kunto Widiarso selaku Pimpinan PT.WOM
menyerahkan surat cek list dari PT.WOM Finance kepada terdakwa
1.Kristanto Hariwibowo, selanjutnya terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo
dan terdakwa 2.Djarot Supriyanto, Amd pergi ke bengkel sepeda motor
Bintaro Jaya di Dk.Gunungan Ds.Canan Kecamatan Wedi dengan
membawa surat cek list dari PT.WOM Finance untuk mengambil sepeda
motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ warna hijau yang diservicekan
oleh saksi Agustinus Sugimin di bengkel tersebut, pada saat itu terdakwa
1.Kristanto Hariwibowo bertanya kepada saksi Sumito Alias Beong
dengan berkata “Mas iki sepeda motore sopo arep tak gowo neng kantor?“,
dan di jawab oleh saksi Sumito Alias Beong dengan berkata “sepeda
motor iki nggone Sugimin“, kemudian terdakwa 1. Kristanto Hariwibowo
menjawab dengan berkata “Aku arep nggowo sepeda motor iki“, akan
tetapi di larang oleh saksi Sumito Alias Beong dengan menjawab “iki neng
bengkel apa kowe sing dandake, golekono Sugimin“, kemudian di atas
terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd
dengan berboncengan naik sepeda motor Mio pergi ke rumah saksi
Agustinus Sugimin di. Glagah, Canan Kecamatan Wedi dan mengajak
saksi Agustinus Sugimin ke bengkel Bintaro Jaya milik saksi Sumito Alias
Beong Dk.Gunungan Kel.Canan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten
dengan maksud akan mengambil sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD
commit oleh
3471 MJ hijau yang diservicekan to user
saksi Agustinus Sugimin di bengkel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Bintaro Jaya milik saksi Sumito Alias Beong dan pada saat itu terdakwa
1.Kristanto Hariwibowo berkata “saya utusan dari WOM Finace mau
ngambil sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ warna hijau
tersebut, karena Bapak Sugimin masih ada tunggakan setoran
Rp.1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) dengan denda
Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah) tetapi dendanya bisa dibicarakan di
Kantor WOM Finance“, akan tetapi saksi Agustinus Sugimin tidak
memberikan kunci dan STNK sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD
3471 MJ warna hijau kepada terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan
terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd kemudian saksi Agustinus Sugimin
pergi ke bengkel Bintaro Jaya milik saksi Sumi to Alais Beong, dan
terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd,
juga kembali ke bengkel Bintaro Jaya milik saksi Sumito Alias Beong dan
sesampainya di bengkel terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo berusaha untuk
meminta kunci dan STNK sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471
MJ wana hijau kepada saksi Agustinus Sugimin akan tetapi tetapi tidak
diberikan, kemudian terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa
2.Djarot Supriyanto, Amd walaupun tidak diijinkan oleh saksi Agustinus
Sugimin tetap mengambil sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471
MJ warna hijau, dengan cara terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan
terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd berboncengan naik sepeda motor Mio
mendorong sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ warna
hijau untuk dibawa ke Kantor PT.WOM Finance, kemudian saksi Kunto
Widiarso, Amd meyuruh anak buahnya untuk menyimpan sepeda motor
Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ warna hijau tersebut di gudang.
Bahwa akibat perbuatan para terdakwa tersebut diatas saksi Agustinus
Sugimin merasa keberatan dan tidak senang kemudian melaporkan ke
Polres Klaten.
Perbuatan terdakwa tersebut di atas diatur dan diancam pidana
dalam pasal 335 ayat (1) ke 1 KUHP Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

4. Tuntutan Penuntut Umum


Telah mendengarkan pembacaan surat tuntutan pidana Jaksa
Penuntut Umum Nomor Reg Perkara : PDM-23/Klten/Ep.1/02.11 tanggal
09 Maret 2011 yang berbuyi sebagai berikut :
1. Menyatakan terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa 2.Djarot
Supriyanto,Amd bersalah telah melakukan tindak pidana “bersama-
sama melakukan Perbuatan tidak menyenangkan“ sebagaimana diatur
dan diancam pidana dalam Pasal 335 ayat (1) ke 1 KUHP Jo Pasal 55
ayat (1) ke 1 KUHP.
2. Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan
terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd dengan pidana penjara selama 5
(lima) bulan dengan masa percobaan selama 10 (bulan).
3. Menyatakan barang bukti berupa :
a. 2 (dua) lembar kartu angsuran SPM 105EVG AD 3471 MJ dari
PT.WOM Finace atas nama Agustinus Sugimin alamat Glagah
Rt.07 Rw.04 Kel.Birit Kec.Wedi Kab.Klaten, 1 (satu) buah buku
tahapan BCA, 1 (satu) lembar STNK dari SPM yamaha Vega AD
3471 MJ warna hijau tahun 1999 Noka MH 34ST101XK020370
Nos in 4ST268217 atas nama Hariyono alamat Ngudirejo, Somo
Puro, Jogonalan Klaten, 1 (satu) buah kunci dari SPM Yamaha
Vega AD 3471 MJ di sita dari saksi Agustinus Sugimin.
Dikembalikan kepada saksi Agustinus Sugimin
b. 1 (satu) lembar purchase order dari PT.WOM Finance tertanggal
06 Juni 2005 dengan angsuran perbulan sebesar Rp.255.000,-
selama 36 bulan atas nama Agustinus Sugimin alamat Glagah
Rt.07 Rw.04 Kel.Birit Kec.Wedi Kab.Klaten di sita dari saksi
Biyanto
Dikembailkan kepada saksi Biyanto
c. 1 (satu) unit SPM Yamaha Vega AD 3471 MJ warna hijau tahun
1999 Noka MH 34ST101XK020370 Nos in 4ST268217 STNK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

atas nama Hariyono alamat Ngudirejo, Somo Puro, Jogonalan


Klaten disita dari tedakwa 1.Kristanto Hariwibowo
Dikembalikan kepada saksi Agustinus Sugimin melalui terdakwa
1.Kristanto Hariwibowo
4. Menetapkan supaya terdakwa-terdakwa dibebani membayar biaya
perkara masing-masing sebesar Rp.2.000,- (dua riburupiah).
5. Uraian Fakta Alat Bukti
a. Keterangan Saksi
1) Saksi AGUSTINUS SUGIMIN
Di bawah sumpah menjelaskan :
- Bahwa benar saksi tidak kenal dengan terdakwa.
- Bahwa benar pada sekitar tanggal 06 Juni 2005 saksi di antar
oleh Rini tetangga saksi membeli sepeda motor Yamaha Vega
No. Pol. AD 3471 MJ wana hijau di Dealer sepeda motor
“Sumber Rejeki” Krapyak milik Pak Embing, dengan cara
mengkredit.
- Bahwa benar disepakati harga sepeda motor Yamaha Vega
No.Pol. AD 3471 MJ wana hijau tersebut sebesar
Rp.7.100.000,- (tujuh juta seratus ribu rupiah) dan dengan
membayar uang muka sebesar Rp.2.500.000,- (dua juta lima
ratus ribu rupiah) dan kekurangan pembayarannya didanai oleh
PT.WOM Finance.
- Bahwa benar kemudian saksi membuat kesepakatan dengan
PT.WOM Finance masalah kekurangan pembayaran sepeda
motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ wana hijau tersebut
sebesar Rp.4.600.000,- (empat juta enam ratus ribu rupiah)
yang didanai oleh PT.WOM Finace, dan disepakati diangsur
selama 36 (tiga puluh enam) kali dengan besar angsuran tiap
bulannnya sebesar Rp.255.000,- (dua ratus lima puluh lima ribu
rupiah).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

- Bahwa benar menurut saksi telah melunasi pembayaran


angsuran sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ
wana hijau tersebut kepada PT.WOM Finance karena saksi
telah mengangsur sebanyak 36 (tiga puluh enam) kali, yaitu
telah membayar sejumlah Rp.7.150.000,- (tujuh juta seratus
lima puluh ribu rupiah) di tambah uang muka sebesar
Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah) sehingga jumahnya menjadi
Rp.9.155.000,- (sembilan juta seratus lima puluh lima ribu
rupiah).
- Bahwa benar menurut pihak PT.WOM Finance saksi masih
mempunyai kekurangan angsuran sebesar Rp.1.200.000,- (satu
juta dua ratus ribu rupiah) dengan denda sebesar
Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah).
- Bahwa benar pada hari Selasa tanggal 12 Oktober 2010 sekitar
jam 10.00 WIB pada saat saksi di rumah didatangi oleh
terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo yang mengaku sebagai
petugas dari PT.WOM Finance yang mau mengambil sepeda
motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ wana hijau yang
sedang saksi servicekan di bengkel sepeda motor “Bintaro
Jaya“ di Dk.Gunungan Ds.Canan Kec.Wedi Kab.Klaten.
- Bahwa benar pada saat di rumah saksi terdakwa 1.Kristanto
Hariwibowo berkata “saya utusan dari PT.WOM Finance mau
ambil sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ
tersebut karena bapak Sugimin masih ada tunggakan setoran
Rp.1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) dengan denda
sebesar Rp.2.000 .000,- (dua juta rupiah) tetapi dendanya bisa
dibicarakan di Kantor”, tetapi saksi tidak memberikan STNK
dan kunci sepeda motor tersebut.
- Bahwa benar tanpa seijin saksi kemudian terdakwa 1.Kristanto
Hariwibowo dan terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd tetap
commit
mengambil sepeda to user
motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

warna hijau, dengan cara terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan


terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd berboncengan naik sepeda
motor Mio mendorong sepeda motor Yamaha Vega No. Pol.
AD 3471 MJ warna hijau untuk dibawa ke Kantor PT.WOM
Finance. Bahwa benar akibat kejadian tersebut saksi merasa
tidak senang dan melaporkan kejadian tersebut ke Kantor
Polisi.
- Bahwa benar saksi pernah menyimasi PT.WOM Finace tetapi
tidak ada tanggapan dari PT.WOM Finance.
- Bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa
membenarkannya ;

2) Saksi KUNTO WIDIARSO


Di bawah sumpah menjelaskan :
- Bahwa benar saksi kenal dengan para terdakwa.
- Bahwa benar saksi sebagai Kepala Cabang PT.WOM Klaten.
- Bahwa benar menurut perhitungan PT.WOM, terdakwa masih
ada kekurangan membayar angsuran sebesar Rp.1.200.000,-
(satu juta dua ratus ribu rupuah) dengan denda sebesar
Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah).
- Bahwa benar setelah terjadi gempa ada kebijakan dari
PT.WOM untuk membantu korban gempa dengan 2 (dua) kali
angsuran dan perubahan besarnya angsuran menjadi sebesar
Rp.174.000,- (seratus tujuh puluh empat ribu rupiah) dengan
lama angsuran diperpanjang, dengan jumlah hutang tetap.
- Bahwa benar PT.WOM pernah melakukan pendekatan dengan
saksi Agustinus Sugimin tetapi yang bersangkutan tetap pada
pendiriannya yang merasa telah lunas dan telah membayar
sebanyak 36 (tiga puluh enam) kali.
- Bahwa benar saksi mendapat laporan dari terdakwa 1.Kristanto
Hariwibowo sepeda
commitmotor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

MJ wana hijau yang telah lama tidak dibayar angsurannya ada


di bengkel sepeda motor “Bintaro Jaya“ di Dk.Gunungan
Ds.Canan Kec.Wedi Kab.Klaten
- Bahwa benar kemudian saksi menyerahkan check list dan surat
penarikan barang kepada terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo
lalu terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa 2.Djarot
Supriyanto,Amd pergi ke bengkel sepeda motor “Bintaro Jaya“
di Dk.Gunungan Ds.Canan Kec.Wedi Kab.Klaten untuk
menarik sepeda motor tesebut.
- Bahwa benar pembelian sepeda motor yang dilakukan oleh
saksi Agustinus Sugimin adalah Sewa-Beli, dan saksi
Agustinus membayarkan uang mukanya sebesar Rp.2.500.000,-
(dua juta lima ratus ribu rupiah) kepada Dealer “Agung
Rejeki”.
- Bahwa benar dalam perubahan besanya angsuran dari sebesar
Rp.255.000,- menjadi sebesar Rp.174.000,- (seratus tujuh
puluh empat ribu rupiah) telah diberitahukan kepada saksi
Sugimin yang di sampaikan oleh petugas dari PT.WOM.
- Bahwa atas keterangan saksi tersebut para terdakwa
membenarkannya;

3) Saksi ADVENDER SIMBOLON


Di bawah sumpah menjelaskan :
- Bahwa benar saksi kenal dengan terdakwa-terdakwa
- Bahwa benar saksi sebagai Kepala Bagian Penagihan PT.WOM
Finance termasuk wilayah Klaten.
- Bahwa benar kartu angsuran pertama dikeluarkan oleh
perusahaan sebagai ganti kwitansi.
- Bahwa benar dalam perjanjian pembayaran angsuran yang
harus dibayarkan oleh saksi Agustinus Sugimin sebesar
Rp.255.000,- (dua ratus
commit lima puluh lima ribu rupiah) dalam
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

jangka waktu 3 (tiga) tahun atau 36 (tiga puluh enam) kali


angsuran.
- Bahwa Benar untuk angsuran yang sebesar Rp.255.000, - saksi
Agustinus Sugimin sudah bayar sebanyak 11 (sebelas) kali,
kemudian terjadi gempa dan ada bantuan dari PT.WOM untuk
angsuran ke 12 (dua belas) sampai dengan 15 (lima belas)
dibayar oleh PT.WOM Finace sebagai bantuan gempa. Dengan
jumlah nominal sebesar Rp.918.000,- (sembilan ratus delapan
belas ribu rupiah).
- Bahwa benar setelah terjadi gempa ada pe rubah an angsuran
dari Rp.255.000,- (dua ratus lima puluh lima ribu rupiah)
menjadi sebesar Rp.174.000,- (seratus tujuh puluh empat ribu
rupiah) dengan tempo diperpanjang.
- Bahwa benar saksi Agustinus Sugimin membayar angsuran
setiap bulannnya tetapi saksi Agustinus Sugimin masih
mempunyai kewajiban angsuran sebesar Rp.1.044.000,- (satu
juta empat puluh empat ribu rupiah).
- Bahwa benar setelah saksi Agustinus Sugimin melaporkan Ke
Polisi kemudian saksi datang ketempat saksi Agustinus
Sugimin untuk membicarakan permasalan antara saksi
Agustinus Sugimin dengan PT.WOM Finance.
- Bahwa benar PT.WOM pernah melakukan pendekatan secara
persuasive kepada saksi Agustinus Sugimin tetapi saksi
Agustinus Sugimin kukuh dengan pendapatnya kalau sudah
lunas.
- Bahwa atas keterangan saksi tersebut para terdakwa
membenarkannya;

4) Saksi SUMITO Alias BEONG


Di bawah sumpah menjelaskan :
- Bahwa benar saksi tidak
commit tokenal
user dengan terdakwa-terdakwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

- Bahwa benar hari Selasa tanggal 12 Oktober 2010 sekitar jam


10.00 WIB terdakwa-terdakwa datang ke bengkel saksi dan
ingin mengambil sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD
3471 MJ wana hijau tetapi saksi larang karena yang membawa
ke bengkel Agustinus Sugimin.
- Bahwa benar terdakwa-terdakwa pada saat itu bilang kalau
petugas dari WOM akan mengambil sepeda motor tersebut
karena Agustinus Sugimin nunggak membayar angsuran.
- Bahwa benar sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471
MJ dimasukkan bengkel habis kecelakaan dan depannya rusak.
- Bahwa benar pada saat terdakwa-terdakwa akan mengambil
sepeda motor tidak saksi kasihkan karena saksi hanya
memperbaiki saja dan terdakwa-terdakwa bukan yang
memasukkan sepeda motor tersebut ke bengkel.
- Bahwa benar kemudian terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo
pergi mencari saksi Agustinus Sugimin lalu saksi Agustinus
Sugimin datang ke bengkel.
- Bahwa benar kemudian sepeda motor Yamaha Vega No. Pol.
AD 3471 MJ wana hijau di ambil oleh terdakwa-terdakwa
dengan didorong pakai kaki.
- Bahwa benar sepeda motor tidak dikunci stang karena sedang
di service.
- Bahwa benar saksi Agustinus Sugimin tidak memberikan
STNK dan Kunci sepeda motor tersebut.
- Bahwa benar saksi tidak mengetahui reaksi saksi Agustinus
Sugimin saat sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471
MJ wana hijau di ambil oleh terdakwa-terdakwa.
- Bahwa benar perbaikan sepeda motor tersebut sudah jalan
tetapi belum sempurna dan biaya servisnya sebesar
Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

- Bahwa benar saksi belum dibayar ongkos service dan ganti


onderdilnya.
- Bahwa atas keterangan saksi tersebut para terdakwa
membenarkannya;

5) Saksi BIYANTO alias EMBING


Di bawah sumpah menjelaskan :
- Bahwa benar saksi tidak kenal dengan terdakwa-terdakwa.
- Bahwa benar saksi kenal dengan Agustinus Sugimin yang
membeli sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ
wana hijau tahun 1999 STNK atas nama Haryono di tempat
saksi.
- Bahwa benar saksi Agustinus Sugimin membeli sepeda
membeli sepeda motor Yamaha Vega No. Pol. AD 3471 MJ
wana hijau tahun 1999 STNK atas nama Haryono dan sepakati
harganya sebesar Rp.7.100.000,- (tujuh juta seratus ribu rupiah)
secara kredit dengan membayar uang muka sebesar
Rp.2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) dan saksi
bilang saya masukkan ke WOM saja dan saksi Agustinus
Sugimin setuju lalu saksi menghubungi WOM lalu saksi
dibayar oleh WOM sebesar Rp.4.600.000,- (empat juta enam
ratus ribu rupiah).
- Bahwa benar setelah sepakat kemudian dibuatkan kwitansi
pembayaran.
- Bahwa benar kemudian WOM dengan saksi Agustinus
Sugimin ada kesepakatan pembayaran angsuran selama 3 (tiga)
tahun/36 (tiga puluh enam) kali angsuran dengan besar
angsuran tiap bulannya sebesar Rp.255.000,- (dua ratus lima
puluh lima ribu rupiah).
- Bahwa benar saksi akrab dengan semua marketing PT.WOM,
dan saksi tahu ada torestrukturisasi
commit user setelah terjadi gempa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

angsuran diperkecil tempo diperpanjang khusus untuk yang


berada diwilayah gempa seperti Wedi, Ganti warno.
- Bahwa benar yang belum dibayar oleh saksi Agustinus
Sugimin sebesar Rp.4.600.000,- (empat juta enam ratus ribu
rupiah) dan dibayar melalui WOM langsung kepada saksi dan
Agustinus Sugimin membayar angsuran kepada WOM.
- Bahwa atas keterangan saksi tersebut para terdakwa
membenarkannya;

b. Keterangan Terdakwa
1) Terdakwa KRISTANTO HARIWIBOWO
Yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa pada hari Selasa tanggal 12 Oktober 2010 sekitar jam
08.00 WIB melihat sepeda motor Yamaha Vega AD. 3471 MJ
warna hijau tahun 2009 berada di bengkel sepeda motor
“Bintaro Jaya“ di Dk.Gunungan Ds.Canan Kec.Wedi
Kab.Klaten, kemudian terdakwa melaporkan kepada Kunto
Widiarso selaku pimpinan PT. WOM Finance Cabang Klaten,
karena sepeda motor tersebut sudah terlambat dibayar
angsurannya selama 9 (sembilan) bulan.
- Bahwa kemudian Kunto Widiarso selaku Pimpinan WOM
Finance Cabang Klaten memberikan surat penarikan kendaraan
kepada terdakwa.
- Bahwa kemudian terdakwa bersama dengan terdakwa 2.Djarot
Supriyanto,Amd, dengan membawa surat cek list dari PT.
WOM Finance pergi ke bengkel sepeda motor “Bintaro Jaya“
di Dk.Gunungan Ds.Canan Kec.Wedi Kab.Klaten dan setelah
sampai dilokasi saksi Agustinus Sugimin tidak ada lalu
terdakwa ke rumah saksi Agustinus Sugimin, dan bilang kalau
terdakwa petugas dari PT.WOM Finance dan memberitahukan
kepada saksi commit
Agustinus Sugimin kalau saksi masih ada
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

kekurangan angsuran sebayak 6 enam) kali angsuran tetapi


saksi Agustinus Sugimin menjawab “saya sudah lunas” lalu
saksi Agustinus Sugimin pergi ke bengkel sepeda motor
Bintaro Jaya.
- Bahwa kemudian saksi Agustinus Sugimin pergi ke bengkel
sepeda motor “Bintaro Jaya“ di Dk.Gunungan Ds.Canan
Kec.Wedi Kab.Klaten, dan terdakwa juga kembali ke bengkel
sepeda motor “Bintaro Jaya“.
- Bahwa kemudian meminta saksi Agustinus Sugimin untuk
menadatangani chek list tetapi saksi Agustinus Sugimin tidak
mau, lalu terdakwa meminta STNK dan kunci sepeda motor
Yamaha Vega AD. 3471 MJ warna hijau tahun 2009 yang
berada di bengkel sepeda motor “Bintaro Jaya“ juga tidak
diberikan oleh saksi Agsutinus Sugimin kemudian terdakwa
bersama dengan terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd
mengambil sepeda motor Yamaha Vega AD. 3471 MJ warna
hijau tahun 2009 yang berada di bengkel sepeda motor
“Bintaro Jaya“ tersebut dengan cara didorong untuk dibawa ke
Kantor PT. WOM Cabang Klaten walaupun saksi Sugimin
keberatan.
- Bahwa sepeda motor yang di tarik dari konsumen apabila
konsumen tidak menindak lanjuti akan di lelang oleh PT.
WOM dengan mengundang dealer yang bekerja sama dengan
PT.WOM.
- Bahwa benar lelang sepeda motor yang ditarik dari konsumen
pelelangannya tidak diumumkan kepada masyarakat tapi hanya
mengundang dealer rekanan PT. WOM.
2) Terdakwa DJAROT SUPRIYANTO, Amd
Yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa pada hari Selasa tanggal 12 Oktober 2010 sekitar jam
commit 1.Kristanto
08.00 WIB terdakwa to user Hariwibowo melihat sepeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

motor Yamaha Vega AD. 3471 MJ warna hijau tahun 2009


berada di bengkel sepeda motor “Bintaro Jaya“ di
Dk.Gunungan Ds.Canan Kec.Wedi Kab.Klaten, kemudian
terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo melaporkan kepada Kunto
Widiarso selaku pimpinan PT.WOM Finance Cabang Klaten,
karena sepeda motor tersebut sudah terlambat dibayar
angsurannya selama 9 (sembilan) bulan.
- Bahwa kemudian Kunto Widiarso selaku Pimpinan PT.WOM
Finance Cabang Klaten memberikan surat penarikan kendaraan
kepada terdakwa..
- Bahwa kemudian terdakwa bersama dengan terdakwa
1.Kristanto Hariwibowo dengan membawa surat cek list dari
PT.WOM Finance pergi ke bengkel sepeda motor “Bintaro
Jaya“ di Dk.Gunungan Ds.Canan Kec.Wedi Kab.Klaten dan
setelah sampai dilokasi saksi Agustinus Sugimin tidak ada lalu
terdakwa menyuruh terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo ke
rumah saksi Agustinus Sugimin.
- Bahwa saksi Agustinus Sugimin masih ada kekurangan
angsuran sebayak 6 (enam) kali angsuran.
- Bahwa kemudian saksi Agustinus Sugimin datang ke bengkel
sepeda motor “Bintaro Jaya“ di Dk.Gunungan Ds.Canan
Kec.Wedi Kab.Klaten, dan terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo
juga kembali ke bengkel sepeda motor “Bintaro Jaya“.
- Bahwa kemudian meminta saksi Agustinus Sugimin untuk
menadatangani chek list tetapi saksi Agustinus Sugimin tidak
mau, lalu terdakwa meminta STNK dan kunci sepeda motor
Yamaha Vega AD. 3471 MJ warna hijau tahun 2009 yang
berada di bengkel sepeda motor “Bintaro Jaya“ juga tidak
diberikan oleh saksi Agustinus Sugimin kemudian terdakwa
bersama dengan terdakwa Kristanto Hariwibowo mengambil
commit toVega
sepeda motor Yamaha userAD. 3471 MJ warna hijau tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

2009 yang beradadi bengkel sepeda motor “Bintaro Jaya“


tersebut dengan jalan didorong dengan menggunakan kaki
untuk dibawa ke Kantor PT.WOM Cabang Klaten walaupun
saksi Sugimin keberatan.
- Bahwa sepeda motor yang ditarik dari konsumen apabila
konsumen tidak menindak lanjuti akan dilelang oleh PT.WOM
dengan mengundang dealer yang bekerja sama dengan
PT.WOM. Bahwa benar lelang sepeda motor yang di tarik dari
konsumen pelelangannya tidak diumumkan kepada masyarakat
tapi hanya mengundang dealer rekanan PT.WOM.

6. Pembuktian Unsur-Unsur Tindak Pidana dalam Dakwaan Alternatif


Pembuktian unsur-unsur tindak pidana dalam dakwaan alternatif
Majelis membuktikan dakwaan kedua yaitu Pasal 335 ayat (1) ke 1 KUHP
Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP yang memuat unsur :
a. Tentang Unsur Barang Siapa
- Bahwa yang dimaksud dengan barang siapa dalam Ilmu Hukum
Pidana adalah setiap orang (person) atau badan hukum (rechts
persoon) yang telah melakukan suatu perbuatan yang atas
perbuatan mana kepada orang atau badan hukum tersebut dapat
dikenakan pidana;
- Bahwa dipersidangan terdakwa 1 KRISTANTO HARIWIBOWO,
2 DJAROT SUPRIYANTO, Amd telah dihadapkan oleh Jaksa
Penuntut Umum sebagai orang yang didakwa melakukan suatu
perbuatan sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum, di
persidangan para terdakwa membenarkan identitasnya dalam surat
dakwaan, sehingga tidak terjadi mengenai kesalahan orang (error
in persoon), maka unsur barang siapa ini terpenuhi ;
b. Secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak
melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan,
sesuatu perbuatan laincommit
maupunto perlakuan
user yang tidak menyenangkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

atau dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain


maupun perlakuan lain yang tak menyenangkan, baik terhadap orang
itu sendiri maupun orang lain ;
- Bahwa, yang dimaksud dengan tanpa hak atau melawan hukum
adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan karena dilarang oleh
Undang-Undang atau karena melanggar hak orang lain. Memaksa :
berarti menyuruh orang melakukan sesuatu sedemikian rupa,
sehingga orang itu melakukan sesuatu berlawanan dengan
kehendak sendiri. Paksaan disini harus melawan hak. Melakukan
Kekerasan : artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani
tidak kecil secara yang tidak syah, misalnya memukul dengan
tangan atau dengan segala macam senjata, menyepak, menendang
dsb. Disamakan dengan melakukan kekerasan ialah membuat orang
jadi pingsan atau tidak berdaya. Dengan sesuatu perbuatan lain
adalah pada umumnya semua perbuatan yang tidak termasuk dalam
pengertian kekerasan, tetapi juga tidak terdiri atas ucapan kata-kata.
Dengan perbuatan yang tidak menyenangkan: adalah setiap
perlakuan yang menyinggung perasaan orang, hingga perbuatan
yang tidak menyenangkan itu bersifat subjektif;
- Yang harus dibuktikan dalam unsur ini ialah bahwa ada orang yang
dengan melawan hak dipaksa untuk melakukan sesuatu, tidak
melakukan sesuatu atau membiarkan sesuatu. Paksaan itu
dilakukan dengan memakai kekerasan, suatu perbuatan lain atau
suatu perbuatan tidak menyenangkan, ataupun ancaman kekerasan,
ancaman perbuatan lain, atau ancaman perbuatan yang tidak
menyenangkan, baik terhadap orang itu maupun terhadap orang
lain;
- Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan bahwa
barang bukti berupa Sepeda Motor Yamaha Vega AD 3471 MJ
warna hijau tahun 1999 dengan STNK atas nama Hariyono adalah
benar merupakan commit
objek to user Fiducia (sesuai Surat Kuasa
jaminan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

Pembebanan Jaminan Fiducia) berdasar kan perjanjian Pembiayaan


Komsumen dengan Penyerahan Hak Milik secara Fidusia dimana
saksi Agustinus Sugimin selaku pihak Peminjam/Debitur dan
PT.WOM selaku Penyedia dana/Kreditur, dengan nilai penjaminan
sebesar Rp.9.180.000,- dengan jangka waktu pembayaran selama
36 kali angsuran, dan setiap bulannya membayar angsuran sebesar
Rp.255.000,- , namun setelah terjadinya gempa bumi diwilayah
Jogja dan sekitarnya terjadi perubahan dalam pembayaran angsuran
menjadi Rp.174.000,- dan berdasarkan bukti-bukti angsuran saksi
Agustinus Sugimin telah membayar sejumlah Rp.8.199.000,- dari
jumlah hutang awal sebesar Rp.9.180.000,- sehingga berdasarkan
perhitungan tersebut masih ada sisa kekurangan sebesar
Rp.1.044.000,- yang belum dibayar hingga saat ini;
- Bahwa, dalam Undang-Undang Nomor No.42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia, Pasal 1 angka 1 disebutkan Fidusia adalah
pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan
tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Pasal 15 ayat (3)
disebutkan apabila debitur cidera janji, penerima fidusia
mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan
fidusia atas kekuasaannya sendiri;
- Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan setelah
para terdakwa mengetahui berdasarkan data dari PT.WOM kalau
sepeda motor Yamaha Vega AD 3471 MJ yang menjadi jaminan
Fiducia atas nama debitur saksi Agustinus Sugimin telah
menunggak angsurannya dan mengetahui sepeda motor tersebut
ada di bengkel Bintaro Jaya di Dk. Gunungan yang sedang di
servis, selanjutnya terdakwa 1 bersama terdakwa 2 dengan berbekal
Surat Kuasa 123/Coll/Sp/V/X/2010 dan cek list, para terdakwa
mendatangi bengkel Bintaro Jaya untuk mengambil sepeda motor
Yamaha Vega commit to user
tersebut, dengan cara terlebih dahulu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

memberitahukan kepada saksi Agustinus Sugimin kalau sepeda


motor akan di tarik karena saksi telah menunggak, dan para
terdakwa meninta STNK dan kunci sepeda motor namun oleh saksi
Agustinus Sugimin tidak diserahkan, dan para terdakwa juga
meminta supaya saksi Agustinus Sugimin menandatangani cek list
sebagai bukti penyerahan barang, tetapi saksi sugimin tidak mau.
Bahwa dengan keadaan tanpa kunci dan STNK sepeda motor dan
tanpa tanda tangan cek list dari saksi Agustinus Sugimin, para
terdakwa tetap membawa sepeda motor Yamaha Vega dari
kekuasan saksi Agustinus Sugimin dengan cara didorong untuk
sampai ke PT.WOM;
- Bahwa dari uraian fakta tersebut diatas, dengan adanya para
terdakwa tetap membawa sepeda motor Yamaha Vega dari Bengkel
Bintaro yang sedang dalam penguasaan korban tanpa kunci dan
STNK sepeda motor tersebut dan tanpa tanda tangan korban dalam
cek list, telah terbukti bahwa dibawanya sepeda motor tersebut oleh
para terdakwa tanpa persetujuan (ijin) dari korban. Dengan
demikian para terdakwa telah melakukan ”pemaksaan” terhadap
korban yaitu saksi Agustinus Sugimin untuk membiarkan sepeda
motor Yamaha Vega yang ada dalam penguasaannya dibawa oleh
para terdakwa meskipun korban tidak menghendaki untuk itu.
Demikian pula karena tindakan para terdakwa memaksa membawa
sepeda motor tersebut sedang dalam perbaikan (diservice) didalam
Bengkel Bintaro, sehingga pemaksaan tersebut diketahui oleh
orang yang ada dibengkel dan apalagi belum dibayar, korban
merasa tidak senang;
- Bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
bahwa yang berwenang untuk melakukan penyerahan suatu benda
baik yang bergerak ataupun yang tidak bergerak dengan upaya
paksa adalah lembaga peradilan melalui upaya eksekusi dengan
commit to
lebih dahulu diajukan user
permohonan eksekusi kepada Ketua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

Pengadilan. Berdasarkan hal tersebut para terdakwa tidak


mempunyai kewenangan untuk melakukan upaya paksa atas
penyerahan barang berupa sepeda motor Yamaha Vega sebagai
objek jaminan fidusia dari korban kepada PT. WOM, dan oleh
karenanya merupakan perbuatan melawan hak dan sekaligus
melawan hukum;
- Bahwa dengan berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas
Majelis berpendapat, unsure ke dua telah terbukti menurut hukum;
c. Unsur Yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut
melakukan;
1) Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap
dipersidangan, bahwa setelah terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo
menerima surat penarikan kendaraan dari Pimpinan PT.WOM
Finance Cabang Klaten, kemudian terdakwa 1 dan terdakwa 2
dengan membawa surat cek list dari PT.WOM Finance pergi ke
bengkel sepeda motor “Bintaro Jaya” di Dk.Gunungan Ds.Canan
Kec.Wedi Kab.Klaten, dan setelah di lokasi korban tidak ada lalu
terdakwa 1 bersama terdakwa 2 pergi ke rumah korban dan
memberitahukan kepada korban kalau korban masih ada
kekurangan angsuran sebanyak 4 kali angsuran, namun korban
menjawab “saya sudah lunas”, selanjutnya korban, terdakwa 1 dan
terdakwa 2 pergi ke bengkel sepeda motor Bintaro Jaya, dan
sesampainya dibengkel terdakwa 1 menyuruh korban untuk
menendatangani cek list, tetapi korban tidak mau, dan selanjutnya
terdakwa 1 berusaha meminta kunci dan STNK sepeda motor
tersebut tetapi oleh korban tidak diserahkan. tanpa seijin dari
korban kemudian terdakwa 1 dan terdakwa 2 tetap mengambil
sepeda motor Yamaha Vega AD 3471 MJ warna hijau tahun 2009
dengan jalan terdakwa 1 dan terdakwa 2 berboncengan naik sepeda
motor Mio mendorong sepeda motor Yamaha Vega menuju
kekantor PT.WOMcommit
FinancetoCabang
user Klaten;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

2) Menimbang, bahwa dari uraian fakta tersebut diatas, terbukti


bahwa terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan 2.Djarot Supriyanto,
Amd telah sama-sama melakukan perbuatan pelaksanaan,
keduanya telah melakukan anasir atau elemen dari peristiwa
penarikan sepeda motor Yamaha Vega dari kekuasaan korban, dan
bila dihubungkan dengan unsur ke tiga yang terkandung elemen
yang bersifat alternatif, menurut Majelis perbuatan para terdakwa
masuk dalam kategori turut melakukan, dalam arti kata bersama-
sama melakukan. Dengan demikian berdasarkan fakta ini maka
Majelis berpendapat unsur ke tiga telah terbukti menurut hukum;

7. Amar Putusan
Menyatakan terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo dan terdakwa
2.Djarot Supriyanto,Amd telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “turut serta melakukan perbuatan tidak
menyenangkan“
Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa 1.Kristanto Hariwibowo
dan terdakwa 2.Djarot Supriyanto,Amd dengan pidana penjara masing-
masing selama 3 (tiga) bulan dengan masa percobaan selama 6 (enam)
bulan.
Memerintahkan agar pidana tersebut tidak usah dijalani kecuali
kalau dikemudian hari dengan putusan Hakim diberikan perintah lain
atasalasan, bahwa terpidana sebelum waktu percobaan selama : 6 (enam)
bulan melakukan suatu tindak pidana ;
Memerintahkan barang bukti berupa :
- 1 (satu) unit SPM Yamaha Vega AD 3471 MJ warna hijau tahun 1999
Noka MH 34ST101XK020370 Nos in 4ST268217 2 (dua) lembar
kartu angsuran SPM 105EVG AD 3471 MJ dari PT. WOM Finace atas
nama Agustinus Sugimin alamat Glagah Rt.07 Rw.04 Kel. Birit Kec.
Wedi Kab. Klaten,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

- 1 (satu) buah buku tahapan BCA,


- 1 (satu) lembar STNK dari SPM yamaha Vega AD 3471 MJ warna
hijau tahun 1999 Noka MH 34ST101XK020370 Nos in 4ST268217
atasa nama Hariyono alamat Ngudirejo, Somo Puro, Jogonalan Klaten,
- 1 (satu) buah kunci dari SPM Yamaha Vega AD 3471 MJ
Dikembalikan kepada saksi Agustinus Sugimin
- 1 (satu) lembar purchase order dari PT. WOM Finance tertanggal 06
Juni 2005 dengan angsuran perbulan sebesar Rp.255.000,- selama 36
bulan atas nama Agustinus Sugimin alamat Glagah Rt.07 Rw.04 Kel.
Birit Kec. Wedi Kab. Klaten Dikembailkan kepada saksi Biyanto
- Membebankan kepada paraterdakwa untuk membayar biaya perkara
masing-masing sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah)

8. Pembahasan
Kedudukan dan fungsi surat dakwaan sangat penting, sehingga
penuntut umum harus sangat berhati-hati dan cermat dalam menyusun
surat dakwaan yang baik, agar Terdakwa tidak sampai lepas dari jeratan
hukum.Penuntut Umum perlu menguasai hukum materiil dan formil secara
baik, tidak hanya itu saja Jaksa juga diharapkan mempunyai pengetahuan
yang luas baik pengetahuan sosial, budaya maupun filsafat untuk dapat
menggali lebih dalam lagi pandangannya terhadap hukum dan
kemasyarakatan.
Surat dakwaan berbentuk alternatif dibuat apabila tindak pidana
yang didakwakan pada terdakwa hanya satu tindak pidana, tetapi Penuntut
umum ragu-ragu tentang tindak pidana apa yang paling tepat untuk
didakwakan sehingga surat dakwaan yang dibuat merupakan alternatif
bagi hakim untuk memilihnya. Misalnya Penuntut umum yang akan
membuat surat dakwaan berdasarkan berita acara Penyidikan ragu-ragu
apakah suatu tindak pidana yang akan didakwakan merupakan :
a. Tindak pidana penipuan atau penggelapan
b. Pembantuan atau turutcommit
serta. to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

Dalam dakwaan alternatif terdapat beberapa dakwaan yang disusun


secara berlapis, lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat
mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya. Meskipun dakwaan terdiri
dari beberapa lapisan, tetapi hanya satu dakwaan yang akan dibuktikan.
Pembuktian dakwaan tidak perlu dilakukan secara berurut sesuai lapisan
dakwaan, tetapi langsung kepada dakwaan yang dipandang terbukti.
Konsekwensi dari surat dakwaan alternatif adalah jika salah satu tindak
pidana sudah terbukti maka tindak pidana yang lainnya harus
dikesampingkan.
Pasal 335 ayat (1) KUHP mensyaratkan adanya pemenuhan atas
dua unsur yakni “memakai kekerasan” atau “ancaman kekerasan”.
Pembuktian delik ini cukup dengan terpenuhinya salah satu dari dua unsur
tersebut. Dalam prakteknya, penerapan Pasal 335 KUHP oleh Mahkamah
Agung R.I. menekankan pada penafsiran terhadap “unsur paksaan”
sebagai unsur utama yang harus ada dalam rangkaian perbuatan yang tidak
menyenangkan. Unsur paksaan, menurut MA, tidak selalu diterjemahkan
dalam bentuk paksan fisik, tetapi dapat pula dalam bentuk paksaan psikis.
Dalam putusan Nomor : 675 K/Pid/1985 tanggal 4 Agustus 1987
yang memperbaiki putusan bebas (vrijspraak) dari Pengadilan Negeri
Ende Nomor : 15/Pid.B/1984 tanggal 26 Maret 1985, MA telah memberi
kualifikasi perbuatan pidana yang tidak menyenangkan yaitu: “Dengan
sesuatu perbuatan, secara melawan hukum memaksa orang untuk
membiarkan sesuatu” Artinya, ada rangkaian perbuatan terdakwa yang
bersifat melawan hukum yang melahirkan akibat yaitu orang lain atau
korban tidak berbuat apa-apa sehingga terpaksa membiarkan terjadinya
sesuatu sedang dia (korban) tidak setuju atau tidak mau terjadinya sesuatu
tersebut, baik karena dia tidak suka maupun karena dia tidak
membolehkan terjadinya sesuatu tersebut; akan tetapi dia tidak
mempunyai kemampuan fisik dan psikis untuk menolak, menghalangi,
menghindar dari terjadinya perbuatan yang bersifat melawan hukum
tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

Sedangkan maksud dari Pasal 335 ayat (2) KUHP adalah perbuatan
tidak menyenangkan tersebut dapat juga terjadi jika seseorang memaksa
orang lain agar melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu
tetapi dengan menggunakan ancaman pencemaran atau pencemaran
tertulis. Artinya, ancaman tersebut dilakukan dengan cara akan
mencemarkan baik secara lisan maupun tertulis. Misalnya A memaksa B
agar melakukan sesuatu hal dengan mengancam bahwa jika B tidak
melaksanakan sesuatu hal yang diinginkan oleh A, maka A akan
mencemarkan nama baik si B baik secara lisan atau tulisan. Namun, tindak
pidana ini baru dapat diproses jika si korban melakukan pengaduan ke
Polisi terlebih dahulu.
Dalam kasus pengambilan sepeda motor oleh karyawan leasing
sepeda motor bernama Kristanto Hariwibowo dan Djarot Supriyanto,
maka Penuntut Umum mendakwa keduanya dengan dakwaan berbentuk
alternatif. Penuntut Umum pertama mendakwa dengan dakwaan tindak
pidana pencurian (Pasal 362 KUHP) dan kedua dakwaan melanggar pasal
335 ayat (1) KUHP tentang Perbuatan tidak menyenangkan. Hakim dalam
memeriksa dakwaan tersebut memulai dari dakwaan kedua lebih dahulu.
Hal ini sudah sesuai dengan metode pembuktian dakwaan yang disusun
secara alternatif.
Menurut M. Yahya Harahap (2000:390) dalam surat dakwaan
alternatif terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan
yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada
lapisan lainnya. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat
kepastian tentang Tindak Pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan.
Meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, tetapi hanya satu
dakwaan saja yang akan dibuktikan. Tujuan yang hendak dicapai dengan
pembuatan dakwaan alternatif oleh penuntut umum pada dasarnya bertitik
tolak pada pemikiran :
a) Untuk menghindari pelaku terlepas atau terbebas dari pertanggung
jawaban hukum pidanacommit
(crime to user
liability).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

b) Memberi pilihan kepada hakim untuk menerapkan hukum yang lebih


tepat
Surat dakwaan alternatif dibuat apabila tindak pidana yang akan
didakwakan pada terdakwa hanya satu tindak pidana, tetapi Penuntut
umum ragu-ragu tentang tindak pidana apa yang paling tepat untuk
didakwakan sehingga surat dakwaan yang dibuat merupakan alternatif
bagi hakim untuk memilihnya. Meskipun dakwaan terdiri dari beberapa
lapisan, tetapi hanya satu dakwaan yang akan dibuktikan. Pembuktian
dakwaan tidak perlu dilakukan secara berurut sesuai lapisan dakwaan,
tetapi langsung kepada dakwaan yang dipandang terbukti. Konsekwensi
dari surat dakwaan alternatif adalah jika salah satu tindak pidana sudah
terbukti maka tindak pidana yang lainnya harus dikesampingkan.
Dalam memutuskan suatu perkara pidana, hakim harus mempunyai
pertimbangan-pertimbangan sebagai dasar dalam suatu putusan. Faktor-
faktor yang menjadi bahan pertimbangan yang diambil oleh hakim untuk
memutuskan suatu perkara yang berdasarkan Pasal 51 Rancangan
KUHPidana tahun 1999-2000 antara lain: Kesalahan pembuat tindak pidana,
motif dan tujuan melakukan tindak pidana, cara melakukan tindak pidana dan
sebagainya. Selain itu hakim juga mempertimbangkan hal-hal yang
meringankan dan memberatkan bagi terdakwa sebagaimana yang terdapat
pada rancangan KUHP baru yaitu Pasal 124 dan Pasal 126.Keputusan dalam
pemidanaan akan mempunyai konsekuensi yang luas, baik yang menyangkut
langsung dengan pelaku tindak pidana maupun masyarakat secara luas.
Keputusan yang dianggap tidak tepat, akan menimbulkan reaksi kontroversial
sebab kebenaran dalam hal ini sifatnya relatif tergantung dari mana
memandangnya (Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1998.52).
Pasal 25 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman dinyatakan bahwa segala putusan pengadilan selain harus
memuat alasan dan dasar putusan tersebut memuat pula pasal dijadikan
dasar untuk mengadili. Berdasarkan Pasal 25 tersebut, maka dalam
membuat suatu keputusan, hakim
commit harus mempunyai alasan dan dasar
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

putusan serta juga harus memuat pasal peraturan perundang-undangan


yang bersangkutan atau sumber hukum yang dijadikan dasar untuk
mengadili. Untuk mengambil suatu alasan dan dasar suatu putusan, hakim
terlebih dahulu harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang
berhubungan dengan terdakwa.
Dalam memberikan putusan terhadap suatu perkara pidana,
seharusnya putusan hakim tersebut berisi alasan-alasan dan pertimbangan-
pertimbangan yang bias memberikan rasa keadilan bagi terdakwa. Dimana
dalam pertimbangan-pertimbangan itu dapat dibaca motivasi yang jelas
dari tujuan putusan diambil, yaitu untuk menegakkan hukum (kepastian
hukum) dan memberikan keadilan Dalam memberikan pertimbangan
untuk memutuskan suatu perkara pidana diharapkan hakim tidak menilai
dari satu pihak saja sehingga dengan demikian ada hal-hal yang patut
dalam penjatuhan putusan hakim apakah pertimbangan tersebut
memberatkan ataupun meringankan pidana, yang melandasi pemikiran
hakim, sehingga hakim sampai pada putusannya.
Pertimbangan hakim sebenarnya tidak kalah pentingnya
dibandingkan dengan bagian amar putusan hakim dan justru bagian
pertimbangan itulah yang menjadi roh dari seluruh materi isi putusan,
bahkan putusan yang tidak memuat pertimbangan yang cukup dapat
menjadi alasan untuk diajukannya suatu upaya hukum baik itu banding
maupun kasasi, yang dapat menimbulkan potensi putusan tersebut akan
dapat dibatalkan oleh pengadilan yang lebih tinggi.
Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor 30/Pid.B/2011/Pn.Kln
tersebut di atas sudah memenuhi kaidah-kaidah normatif dan teoritis.
Pertimbangan-pertimbangan yang dibuat hakim cukup argumentatif dan
sangat berkualitas. Pertimbangan hakim mencakup penjelasan yang sangat
lengkap dari hal yang bersifat yuridis dan non yuridis.
Menurut Mackenzei, sebagaimana dikutip oleh Anny Yuserlina.
(2011, 11-12) ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan


dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut :
a. Teori keseimbangan yang dimaksud dengan keseimbangan adalah
keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang
dan kepentinagan pihak-pihak yang tesangkut atau berakitan dengan
perkara, yaitu anatara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan
dengan masyarakat, kepentingan terdakwa dan kepentingan korban.
b. Teori pendekatan seni dan intuisi
Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan
dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim
menyesuaikan dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap
pelaku tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau
penuntut umum dalam perkara pidana. Pendekatan seni dipergunakan
oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan, lebih ditentukan oleh
instink atau intuisi dari pada penegtahuan dari hakim.
c. Teori pendekatan keilmuan
Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan
pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian
khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam
rangka menjamin konsistensi dari putusan hakim. Pendekatan keilmuan
ini merupakan semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu
perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi atau insting
semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan
juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang
harus diputuskannya.
d. Teori Pendekatan Pengalaman
Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat
membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya
sehari-hari, dengan pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat
mengetahui bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

suatu perkara pidana yang berkaitan dengan pelaku, korban maupun


masyarakat.
e. Teori Ratio Decidendi
Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara
yang disengketakan, kemudian mencari peraturan perundang-undangan
yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar
hukum dalam penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim harus
didasarkan pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan
memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara.
Menurut Miftakhul Huda Ratio decidendi tidak hanya penting dalam
sistem dimana hakim terikat keputusan hakim yang terlebih dahulu
(precedent), akan tetapi juga di negara bertradisi civil law system seperti
Indonesia. Istilah hukum ini digunakan dalam masyarakat hukum yang
merujuk prinsip hukum, moral, politik dan sosial yang digunakan
pengadilan sehingga sampai membuat keputusan demikian. Jadi setiap
kasus memiliki ratio decidendi, alasan yang menentukan atau inti-inti yang
menentukan putusan. Kadang ratio decidendi jelas terlihat, akan tetapi
terkadang pula perlu dijelaskan. Biasanya memang dalam praktek, hal-hal
yang essensiil ini menjadi kepentingan para pihak dalam perkara untuk
membuktikannya atau membantahnya atau menurut penulis sebagai “pusat
pertarungan para pengacara untuk dibuktikan”. (diunduh di
www.miftakhulhuda.com)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan apa yang diuraikan dalam bab hasil penelitian dan


pembahasan, maka dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut :
Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam pembuktian surat
dakwaan alternatif dalam perkara perbuatan tidak menyenangan dengan
mendasarkan pada pertimbangan yang bersifat yuridis dan non yuridis.
Pertimbangan yang bersifat yuridis menitikberatkan pada pembuktian unsur-unsur
tindak pidana yang didakwakan, dakwaan pertama tindak pidana pencurian dan
dakwaan kedua tindak pidana perbuatan tidak menyenangkan.
Hakim membuktikan dakwaan kedua terlebih dahulu dan hal ini tidak
menjadi masalah karena bentuk dakwaan adalah alternatif. Dalam bentuk
dakwaan alternatif, hakim diberi kebebasan untuk memeriksa dakwaaan yang
pertama lebih dahulu atau sebaliknya yang kedua lebih dahulu. Berdasarkan
pembuktian unsur-unsur tindak pidana perbuatan tidak menyenangkan dalam
Pasal 335 ayat (1) ke 1 KUHP diperkuat dengan fakta-fakta persidangan, maka
Hakim mengambil kesimpulan bahwa dakwaan kedua telah terbukti secara sah
dan meyakinkan. Pertimbangan hakim tersebut telah sesuai dengan ketentuan
Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP, bahwa putusan harus memuat pertimbangan
yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian
yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan
kesalahan terdakwa. Juga sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 35 Undang-
Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, bahwa putusan
pengadilan harus memuat dasar, alasan dan pasal yang dijadikan dasar mengadili.
Pertimbangan non yuridis lebih menekankan pada hal-hal yang
memberatkan dan meringankan diri terdakwa. Atas dasar pertimbangan non
yuridis ini pula terdakwa oleh Hakim dijatuhi pidana selama tiga bulan dengan
masa percobaan selama enam bulan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
commit to user
bahwa :

60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor 30/Pid.B/2011/Pn.Kln dalam perkara


perbuatan tidak menyenangkan hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan
putusan mengunakan teori pendekatan rasio decidendi.

B. Saran-Saran

1. Hakim harus cermat dan berhati-hati dalam memeriksa dan


mempertimbangkan keterbuktian surat dakwaan yang disusun secara alternatif,
agar dapat menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya.
2. Perusahaan leasing kendaraan bermotor diharapkan jangan main sendiri
dengan mengambil paksa kendaraan konsumen yang gagal melakukan
kewajiban pembayaran. Tindakan melakukan penyitaan merupakan wewenang
yang hanya dimiliki oleh Polri, bukan oleh perusahaan leasing kendaraan
bermotor.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai