Anda di halaman 1dari 20

3.

1 Unit Depo Farmasi Rawat Inap


3.1.1 Depo Farmasi Rawat Inap
Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi,
diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang
rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit. Unit depo farmasi rawat inap
merupakan unit pelaksana fungsional yang dipimpin oleh seorang apoteker dalam
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di ruang rawat inap.
Pelayanan kefarmasian di Unit Depo Farmasi Rawat Inap mengacu pada
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit yang terdiri dari dua pekerjaan kefarmasian, yaitu pengelolaan
perbekalan farmasi meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dan pelayanan farmasi klinis. Bedasarkan ketentuan pasal 15 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang termuat dalam
Permenkes Nomor 71 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit menyatakan bahwa pengelolaan perbekalan farmasi seperti alat
kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai (BMHP) di rumah sakit
harus dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu. Sistem satu pintu
merupakan satu kebijakan kefarmasian dalam pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui
instalasi farmasi. Persediaan perbekalan farmasi semua terpusat pada logistik
farmasi. Kemudian mengikuti sistem distribusi sentralisasi, yaitu distribusi yang
dilakukan oleh instalasi farmasi secara terpusat ke semua unit rawat inap di rumah
sakit secara keseluruhan. Kebutuhan perbekalan farmasi pada setiap pasien di
rawat inap menggunakan metode Unit Dose Dispensig (UDD), Individual
Prescribing, Floor Stock, dan Emergency Trolley Kit.
Kapasitas pelayanan unit rawat inap memuat kurang lebih 200 bed untuk
pasien. Ruangan rawat inap diklasifikasin berdasarkan fasilitas yang didapatkan
oleh pasien, yaitu:
a. Ruang rawat inap kelas I
Fasilitas: 2 tempat tidur pasien per kamar masing-masing dengan overbed
table, bedsite cabinet, nurse call, kursi penunggu, tirai, kamar mandi dalam
dengan air panas dan dingin, AC, LCD TV serta 3 x makan untuk pasien.
b. Ruang rawat inap kelas II
Fasilitas: 4 tempat tidur pasien per kamar masing-masing dengan overbed
table, bedsite cabinet, nurse call, kursi penunggu, tirai, kamar mandi dalam
dengan panas dan dingin, paket peralatan mandi, AC, dan 3x makan untuk
pasien.
c. Ruang rawat inap kelas III
Fasilitas: 6 tempat tidur pasien per kamar masing-masing dengan overbed
table, bedsite cabinet, nurse call, kursi penunggu, tirai, kamar mandi dalam
dengan air panas dan dingin, paket peralatan mandi, AC dan 3x makan
untuk pasien.
d. Ruang rawat inap VIP
Fasilitas: 2 tempat tidur pasien per kamar masing-masing dengan overbed
table, bedsite cabinet, nurse call, kursi penunggu, tirai, kamar mandi dalam
dengan air panas dan dingin, paket peralatan mandi, AC, LCD TV, 3x
makan untuk pasien, 3xmakan untuk penunggu, dan 2 buah minuman teh
botol.
e. Ruang rawat inap VVIP
Fasilitas: 1 tempat tidur pasien per kamar masing-masing dengan 1 bed
pasien, 1 bed penunggu, 1 sofa bed, overbed table, bedsite cabinet, AC,
LCD TV, kamar mandi dalam dengan air panas dan dingin, paket peralatan
mandi, lemari pendingin, water dispenser, 3x makan untuk pasien, 3x
makan untuk penunggu, dan 2 buah teh botol.
f. Ruang rawat inap super VVIP (SVVIP)
Fasilitas: 1 tempat tidur pasien per kamar masing-masing dengan 1 bed
pasien, 1 bed penunggu, 1 sofa bed, ruang keluarga, overbed table, bedsite
cabinet, AC, LCD TV, kamar mandi dalam dengan air panas dan dingin,
paket peralatan mandi, lemari pendingin, water dispenser, meja kursi, 3x
makan untuk pasien, 3x makan untuk penunggu dan 1 karton teh botol.

3.1.2 Tugas dan Kegiatan di Depo Farmasi Rawat Inap


 Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis bahan
medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu, dan efisien untuk unit rawat inap.

 Melakukan koordinasi dengan apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK)


terkait pelayanan kefarmasian terutama perbekalan kefarmasian di depo farmasi
rawat inap.
 Melakukan telaah resep dan pengkajian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan habis pakai yang bertujuan memaksimalkan efek terapi dan keamanan
serta meminimalkan risiko efek terapi obat.

 Mendokumentasikan hasil pengkajian penggunaan obat tiap pasien

 Melakukan pemantauan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan


medis habis pakai pada setiap pasien

 Melakukan monitoring perkembangan terapi pasien melalui data objektif seperti


data klinik dan data lab, kejadian efek samping yang potensial.

 Membaca dan me review advise dokter terkait pemberian terapi pada rekam medik

 Melakukaan koordinasi dan komunikasi dengan dokter jika terjadi permasalahan


terkait penggunaan obat.

 Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan perawat apabila ada perubahan


instruksi setelah menghubungi dokter serta menginformasikan teknis dalam
pemberian obat.

 Memberikan konseling dan edukasi pada pasien atau keluarga pasien terkait
penggunaan obat selama di rumah sakit maupun obat keluar rumah sakit bertujuan
meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan obat

3.1.3 Fungsi Depo Farmasi Rawat Inap


 Memilih, merencanakan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kefarmasian lainnya untuk pasien
rawat inap

 Pengawasan mutu dan pengendalian perbekalan kefarmasian untuk pasien rawat


inap Melaksanakan penyiapan obat untuk tiap pasien di rawat inap dengan metode
unit dose dispensing.

 Melaksanakan sistem komputerisasi dan administrasi terkait penggunaan


perbekalan kefarmasian dalam sistem informasi dan manajemen rumah sakit

 Identifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah terkait obat di rawat inap untuk
menjamin keamanan pasien dalam terapi dengan pemantauan terapi obat (PTO),
monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO) dan
pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).

 Evaluasi kegiatan pengelolaan dan pelayanan kefarmasian untuk pasien di rawat


inap

 Melakukan pengendalian, penarikan dan pemusnahan perbekalan farmasi.

3.1.4 Waktu Layanan dan Kebutuhan SDM


Jam pelayanan dan kebutuhan personalia
 Jam pelayanan 24jam/7 hari
3.1.4 Shift pagi : 07.00-15.30
3.1.5 Shift sore : 13.30-22.00
3.1.6 Shift malam : 21.30-07.00
 Personalia
Apoteker sebanyak 8 orang dan 5 orang magister klinis serta tenaga teknis kefarmasian sebanyak 13
orang.
 Kapasitas pelayanan ±200 tempat tidur

 Unit pelayanan rawat inap terdiri dari lantai 3 (bedah), lantai 4 (kemoterapi), lantai 5
(pediatri, obgyn, perinatal), lantai 6 (IPD, neuro, cardio, umum) dan lantai 7 (umum, VIP,
OK)

 Asuransi yang diterima : BPJS, mandiri, inhealth, prudential, BRI life, dll.

3.1.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Berdasarkan Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, salah satu standar pelayanan kefarmasian, yaitu
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai. Alur pengelolaan di
Depo Farmasi Rawat Inap yaitu perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian penarikan, pemusnahan, dan administrasi atau pelaporan.
1. Perencanaan
Perencaan perbekalan farmasi dilakukan di depo farmasi biasanya
dilakukan pada hari sabtu dan minggu kemudian dikirim ke bagian logistik
untuk dilakukan permintaan perbekalan farmasi untuk unit rawat inap. Jika
perbekalan farmasi sudah tersedia akan didistribusikan ke depo farmasi rawat
inap dan dilakukan serah terima. Perencanaan perbekalan farmasi didasarkan
pada pola penggunaan dan formularium rumah sakit dengan
mempertimbangkan safety stock / stok minimal, stok maksimal dan sisa stok.
Permintaan safety stock minimal pada jumlah penggunaan selama 1 minggu
dan maksimal jumlah penggunaan selama 2 mingggu.
Berikut merupakan contoh perencanaan kebutuhan parasetamol infus
yang merupakan salah satu obat fast moving (dimana tidak
mempertimbangkan sisa stok)
- Rata-rata penggunaan : 70 botol/minggu
- Sisa stok : 70 botol
- Maksimal stok (2 minggu) : 140 botol
- Safety stock/stok min. (1 minggu) : 70 botol
- Perencanaan = Rata-rata penggunaan/minggu × 2 minggu = 70 × 2 = 140
botol
2. Permintaan
Permintaan ke logistik terdapat 2 jenis, yaitu permintaan rutin dan
permintaan cito. Permintaan rutin dilakukan untuk memenuhi stok maksimal
sedangkan permintaan cito dilakukan jika terdapat kebutuhan namun item
terdefekta pada permintaan rutin. Permintaan rutin akan dipenuhi oleh logistik
2x24 jam. Permintaan rutin di RSUA telah dijadwalkan, sebagai berikut:

i. Hari Senin : obat tablet (paten dan generik), obat injeksi, obat luar, obat
sirup, obat high alert, obat narkotika psikotropika, dan obat dengan
suhu rendah
ii. Hari Selasa : alat kesehatan
iii. Hari Rabu : bahan medis habis pakai (APD)
iv. Khusus bahan medis habis pakai seperti handscoon, kasa, masker tidak
terbilling ke pasien tetapi langsung didistribusikan ke unit layanan
rawat inap
Daftar permintaan perbekalan farmasi dicatat dalam formulir defekta
rutin. Formulir defekta terdapat kolom yang berisi nama perbekalan, VEN
(vital, essensial dan non-essensial), stok minimal, stok maksimal, tanggal dan
jumlah serta keterangan sesuai atau tidak. Permintaan perbekalan farmasi
dilakukan melalu sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS). Pada
SIMRS terdapat beberapa kolom terkait permintaan obat meliputi tanggal
permintaan, nama unit, nama peminta, status permintaan, tanggal persetujuan,
disetujui oleh, dan diterima oleh. Selain itu juga terdapat kolom data barang
meliputi nama barang, merk/brand, jumlah permintaan, jumlah distribusi, dan
status distibusi (terpenuhi/belum terpenuhi).
Permintaan CITO, yaitu permintaan pada kondisi yang membutuhkan
pelayanan segera. Misalnya pada kasus pasien dewasa, yaitu pada keadaan
nyeri pasca operasi, hipertensi kritis, alergi, demam >38℃, pendarahan,
pramedikasi, sesak, dan kejang. Pada anak biasanya pada kasus demam,
sesak, kejang, dan muntah. Permintaan cito meliputi semua keadaan atau
kondisi yang membutuhkan terapi high alert serta pasien baru rawat inap di
unit rawat inap. Biasanya pemintaan cito dikonfirmasi oleh perawat melalui
telepon. Kemudian perbekalan farmasi akan dikirim maksimal 15 menit sejak
konfirmasi ke depo farmasi rawat inap. Pendistribusian permintaan cito
melalui tabung pneumatic atau diantarkan secara langsung.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam formulir
distribusi dan kondisi fisik yang diterima. Alur penerimaan perbekalan
farmasi di depo farmasi rawat inap, sebagai berikut:
i. Penerimaan dilakukan saat distribusi dari logistik ke depo farmasi
rawat inap
ii. Dilakukan double check pada lembar distribusi perbekalan farmasi,
meliputi nama obat, jumlah obat, nomor batch, dan tanggal
kedaluwarsa. Jika barang jumlahnya kurang atau lebih
dikonfirmasikan ke bagian logistik.
iii. Dilakukan penerimaan melalui SIMRS sehingga stok masuk dalam
sistem. Lembar persetujuan distribusi obat berisi unit permintaan
(rawat inap), waktu permintaan, waktu persetujuan, nama apoteker,
status permintaan (misal: disetujui), status barang (misal. “terpenuhi”),
tabel perbekalan farmasi (nama barang, brand, permintaan, distribusi,
nilai barang), serta tanda tangan penanggung jawab.
4. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan ntuk menjamin kualitas dan keamanan
perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Penyimpanan
perbekalan farmasi didasarkan pada beberapa hal, yaitu:
i. Suhu penyimpanan, dibagi menjadi 2, yaitu suhu stabil disimpan
pada suhu kamar (26 -30℃) dan suhu termolabil (2-8 ℃) disimpan
pada kulkas.
ii. Bentuk sediaan terdiri dari tablet, injeksi, sirup/obat luar, dan lain-lain
iii. Kelas terapi terdiri dari antibiotik, analgesik, antihipertensi, dan lain-
lain
iv. Alfabetis diurutkan berdasarkan abjad
v. Penyimpanan khusus (narkotika, psikotropika, high alert, dan
sitostatika).
Penyimpanan obat berdasarkan stabilitas sediaan dan disesuaikan dengan
kemasan obat, bentuk sediaan, dan beberapa hal berikut:

 Penyimpanan obat suhu kulkas (misalnya untuk sediaan injeksi yang


memerlukan penyimpanan pada suhu rendah (2°-8°C).
 Penyimpanan obat pada suhu ruang untuk sebagian besar sediaan
padat oral dan alat kesehatan.
 Penyimpanan obat tablet biasanya diletakkan pada kotak-kotak kardus
kecil yang disusun rapi berderet pada rak dengan label di depan kotak
tersebut yang berisi nama, kekuatan, dan kelas terapi.
 Penyimpanan obat injeksi diletakkan pada kotak-kotak dari bahan
yang lebih kuat seperti plastik yang disusun berderet dalam rak.
 Penyimpanan cairan-cairan besar seperti infus diletakkan dalam
kardus yang menjadi kemasan sekundernya dan disusun berjejer dan
bertumpuk secara rapi di atas palet. Kardus tidak boleh diletakkan
secara langsung di atas lantai.
 Penyimpanan obat luar dan sirup juga dilakukan seperti sediaan
injeksi menggunakan kotak-kotak dari bahan yang lebih kuat seperti
plastik yang disusun rapi berderet dalam rak.
 Penyimpanan alat kesehatan diletakkan pada rak baik tersusun rapi
secara langsung dalam kotak karton kemasannya maupun pada kotak-
kotak tertentu pada rak penyimpanan.
 Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan kelas terapi. Sehingga obat
dengan kelas terapi yang sama berada pada tempat yang berdekatan.
 Penyimpanan obat juga dilakukan berdasarkan alfabetis untuk
memudahkan pencarian dalam satu kelas terapi yang sama.
 Penyimpanan obat sitostatika diletakkan pada lemari tersendiri dan
diberikan label obat kemoterapi serta obat High Alert.
 Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika diletakkan pada lemari
khusus dengan dua pintu, terbuat dari bahan yang kuat dan tidak
mudah dipindahkan, dengan 2 kunci yang berbeda yang dibawa oleh
orang yang berbeda, sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
 Penyimpanan obat LASA tidak dipisahkan pada tempat penyimpaan
tersendiri melainkan diberikan label penanda tambahan pada kotak

Penyimpanan dan dipisahkan antar obat yang mirip tersebut minimal


dengan satu sediaan lain yang berbeda.
 Penyimpanan obat High Alert diletakkan pada tempat penyimpanan
terpisah dan diberikan label High Alert.
 Penyimpanan obat prekursor juga diletakkan terpisah dari obat lain
sesuai ketentuan.
Penyimpanan khusus harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
 Obat High Alert disimpan pada rak tersendiri dan diberi label
berwarna merah dengan tulisan High Alert dan daftar obat yang ada di
dalamnya serta peringatan untuk melakukan double check (saat
pengambilan obat, saat serah terima dengan perawat, dan saat
memberikan pada pasien).
 Obat LASA (Look Alike Sound Alike) diberikan label LASA.
Penempatan 2 obat yang mirip/LASA diberikan jarak satu sama lain,
setidaknya dipisahkan dengan 1 sediaan lain.
 Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan seusai standar yang berlaku
(dintaranya lemari tersendiri, dua pintu, kunci ganda)
 Obat sitostatika disimpan rak tersendiri dan diberi label “Obat Kanker,
Harus ditangani dengan hati-hati”
Daftar obat-obat High Alert, sebagai berikut:
 Obat injeksi: amiodarone, dopamine, enoxaparin, epinefrin, fentanyl,
fondaparinux, hepari, Humulin-N, ketamine, Lantus®, Levemir®,
lidokain, oxytocin, propofol.
 Obat oral: alprazolam, carbamazepine, codein, digoxin, efavirenz,
glibenclamide 5 mg, glimepiride (1;2;3;4 mg), lamivudine,
methotrexate, propylthiouracil, warfarin.
 Larutan konsentrat: dextrose 40%, KCl 25 meq, Ca glukonas, NaCl
3%, MgSO4 20% & 40%, Na Bikarbonat.
 Sitostatika: bevacizumab, bleomycin, irinocetan, carboplatin, cisplatin,
epirubicin, vinblastine, cyclophosphamide, cetuximab, paclitaxel,
rituximab, gemcitabine.
5. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan menyalurkan sediaan farmasi dan BMHP di
rumah sakit untuk pelayanan pasien dalam proses terapi baik pasien rawat inap
maupun rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis dan BMHP. Tujuan
pendistribusian adalah tersedianya sediaan farmasi dan BMHP di unit- unit
pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah.Distribusi sediaan farmasi
dan BMHP dapat dilakukan dengan salah satu/kombinasi sistem yaitu sistem
distribusi sentralisasi merupakan sitem distribusi yang dilakukan oleh Instalasi
Farmasi secara terpusat ke semua unit rawat inap di rumah sakit secara
keseluruhan dan/atau sistem distribusi desentralisasi merupakan sistem distribusi
yang dilakukan oleh beberapa depo/satelit yang merupakan cabang pelayanan di
rumah sakit. Untuk memenuhi kebutuhan setiap pasien, maka dilakukan
penyiapan (dispensing) sediaan farmasi dan BMHP. Ada beberapa metode
penyiapan sediaan farmasi dan BMHP untuk pasien rawat inap RSUA, yaitu:
1. UDD (Unit Dose Dispensing = Dosis Unit)
Penyiapan sediaan farmasi dan BMHP secara unit dose adalah
penyiapan sediaan farmasi dan BMHP yang dikemas dalam satu
kantong/wadah untuk satu kali penggunaan obat (dosis), sehingga siap
untuk diberikan ke pasien (ready to administer). Obat yang sudah
dikemas per dosis tersebut dapat disimpan di lemari obat pasien di
ruang rawat untuk persediaan tidak lebih dari 24 jam. Mengingat
metode ini dapat meningkatkan keselamatan pasien, maka metode ini
harus digunakan dalam penyiapan obat untuk pasien rawat inap secara
menyeluruh di rumah sakit. Rumah sakit dapat menggunakan Automatic
Dispensing Cabinet (ADC) untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi
dalam proses penyiapan obat (Kemenkes, 2019). Pelayanan UDD di
Rumah Sakit Universitas Airlangga dilaksanakan berdasarkan
Medication Chart atau Daftar Farmasi Pasien (DFP) dengan sistem
pengantaran 2 kali, yaitu pada pukul 10.00 untuk waktu pemberian obat
pukul 14.00 – 16.00 – 18.00 – 20.00 dan pengantaran pada pukul 18.00
untuk waktu pemberian obat pukul 24.00 – 04.00 – 08.00 – 12.00.
2. ODD (Once Daily Dose = Dosis Harian)
Penyiapan sediaan farmasi dan BMHP berdasarkan sistem ODD
(Once Daily Dose) adalah penyiapan sediaan farmasi dan BMHP sesuai
resep/instruksi pengobatan yang ditulis dokter baik secara manual
maupun elektronik untuk 1 hari. Pada pasien rawat inap metode ini
digunakan untuk penyiapan resep dengan sediaan larutan elektrolit dan
infus.
3. Individual Prescribing (Resep Perorangan)
Penyiapan sediaan farmasi dan BMHP berdasarkan sistem resep
perorangan (individu) adalah penyiapan sediaan farmasi dan BMHP
sesuai resep/instruksi pengobatan yang ditulis dokter baik secara
manual maupun elektronik untuk tiap pasien dalam satu periode
pengobatan. Metode penyiapan secara resep perorangan digunakan
untuk pasien rawat jalan (Kemenkes, 2019). Pada pasien rawat inap
metode ini digunakan untuk penyiapan resep dengan sediaan multiple
dose seperti salep atau sirup. Sebagai contoh dokter menuliskan resep
obat Sucralfat Syr, maka depo farmasi rawat inap akan menyiapkan
obat dan menyerahkan langsung ke keluarga pasien/pasien.
4. Floor Stock (Persediaan di Ruang Rawat)
Penyiapan obat berdasarkan sistem persediaan di ruang rawat (floor
stock) adalah penyiapan obat yang dilakukan oleh perawat berdasarkan
resep/instruksi pengobatan yang ditulis oleh dokter, sediaan farmasi dan
BMHP disimpan di ruang rawat dengan penanggungjawab perawat.
Metode ini hanya diperbolehkan untuk memenuhi kebutuhan dalam
keadaan darurat. Jenis dan jumlah sediaan farmasi dan BMHP yang
dapat dijadikan floor stock ditetapkan oleh Tim Farmasi dan Terapi.
Rumah Sakit harus membuat prosedur sehingga penerapan metode ini
tidak mengurangi pengawasan dan pengendalian dari Instalasi Farmasi
dalam pengelolaannya (Kemenkes, 2019). Pada unit rawat inap BMHP
yang disimpan ialah handscoons, masker, tabung edta dll.
5. Emergency Trolley / Kit
Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar yang telah ditetapkan,
yaitu obat-obatan yang diperlukan dalam menangani pasien kondisi
emergency. Dalam emergency trolley obat tidak boleh tercampur
dengan obat pasien. Saat menggunakan obat dari troli, perawat
diwajibkan menuliskan laporan pada kartu stok, lalu apoteker akan
segera mengganti (maksimal 1x24 jam), dengan menulis laporan pada
kartu yang sama. Apoteker diwajibkan melakukan pengecekan kondisi
obat dan tanggal kedaluwarsa obat tiap bulannya. Obat dan alat
kesehatan dari emergency trolly tidak boleh dipinjam untuk kebutuhan
lain selain untuk penanganan kondisi emergency. Pada RSUA lokasi
emergency trolley berada di IRNA lt 2, 3, 4, 5 Pediatry, 5 Obgyn, VK,
Perina, 6, 7 dan Ruang Kemoterapi.
6. Permintaan CITO
Permintaan pada kondisi yang membutuhkan penanganan cepat.
Seperti untuk pasien:
- Dewasa: Nyeri Post OP, HT krisis, alergi, demam > 38oC,
pendarahan, premed, sesak, kejang
- Anak: kejang, muntah, sesak
- Semua gejala atau kondisi yang membutuhkan terapi High Alert
- Pasien baru rawat inap dari semua unit
Perawat melakukan konfirmasi melalui telpon, kemudian petugas
yang ada di depo farmasi akan melakukan pengiriman dengan waktu
standart maksimal 15 menit sejak konfirmasi. Pengiriman dapat
dilakukan dengan tabung Pneumatic atau dapat diantar langsung jika
tidak dapat dikirim melalui tabung Pneumatic.
UDD (Unit Dose Dispensing)
Floor Stock

Individual Prescribing

Emergency Trolley

Gambar 3. 4 Macam-Macam Penyiapan Sediaan Farmasi Unit Rawat Inap RSUA


ODD (Once Daily Dose)

a.Penarikan dan Pemusnahan


Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh menteri. Penarikan sediaan farmasi
yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM
(Kemenkes, 2019). Pada rawat inap RSUA penarikan dilakukan jika obat
telah ED (dikembalikan ke logistik setiap bulan), mendekati ED (3 bulan
sebelum ED), khusus (recall atau rusak).
Rumah Sakit harus memiliki sistem penanganan obat yang rusak (tidak
memenuhi persyaratan mutu)/telah kedaluwarsa/tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuan/dicabut izin edarnya untuk dilakukan pemusnahan atau
pengembalian ke distributor sesuai ketentuan yang berlaku. Pemusnahan
narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan untuk kelompok khusus obat ini. Tujuan pemusnahan
adalah untuk menjamin sediaan farmasi dan BMHP yang sudah tidak
memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya
penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi
risiko terjadi penggunaan obat yang sub standar. Pemusnahan dilakukan
untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai bila
(Kemenkes, 2019):
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
2. Telah kedaluwarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
4. Dicabut izin edarnya.
Pada rawat inap RSUA pemusnahan dilakukan dengan cara mendata
perbekalan farmasi kemudian diserahkan ke logistik farmasi RSUA.
5. Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan.
1. Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor transaksi sediaan farmasi dan BMHP yang keluar dan masuk
di lingkungan rawat inap. Adanya pencatatan akan memudahkan petugas
untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang
substandar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan
dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum
digunakan untuk melakukan pencatatan adalah kartu stok dan kartu stok
induk.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1) Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan sediaan
farmasi dan BMHP bersangkutan
2) Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari
3) Setiap terjadi mutasi sediaan farmasi dan BMHP (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak/kedaluwarsa) langsung dicatat didalam
kartu stok
4) Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan.
Informasi yang diperoleh:
1) Jumlah sediaan farmasi dan BMHP yang tersedia (sisa stok)
2) Jumlah sediaan farmasi dan BMHP yang diterima
3) Jumlah sediaan farmasi dan BMHP yang keluar
Manfaat informasi yang diperoleh:
1) Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan sediaan farmasi
dan BMHP
2) Penyusunan laporan
3) Perencanaan pengadaan dan distribusi
4) Pengendalian persediaan
5) Untuk pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan
pendistribusian
6) Sebagai alat bantu kontrol bagi unit depo farmasi rawat inap.
6. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi sediaan farmasi dan BMHP, tenaga dan perlengkapan
kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Jenis laporan
yang wajib dibuat oleh IFRS meliputi laporan penggunaan psikotropika dan
narkotik serta laporan pelayanan kefarmasian (Kemenkes, 2019). Pada unit
rawat inap RSUA dilakukan:
a) Laporan mutasi perbekalan farmasi
b) Laporan penggunaan psikotropika dan narkotika
c) Laporan obat ED dan mendekati ED
7. Alur Pelayanan
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh
pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada;
dan metode sentralisasi atau desentralisasi.
Apoteker depo
merancang kebutuhan Melakukan entry SIM
Mencatat di DFP dan RS ODD/tambahan
obat untuk besok melakukan telaah terapi
(ODD/tambahan terapi) terapi

Pengantaran obat 2 kali


TTK depo rawat inap Penyiapan obat sehari (shift pagi dan sore).
melakukan penyiapan perpasien (UDD) sesuai permintaan obat CITO
ODD perlantai sesuai DFP, double check melalui tabung pneumatic
hasil rekap ODD antara etiket dan fisik atau diantar langsung (jika
tabung pneumatic rusak)

Penyiapan obat sesuai


medchart, paraf checker Serah terima dengan Perawat memberikan ke
oleh TTK perawat pasien, paraf dalam
kolom giver

Gambar 3. 5 Alur Pelayanan Farmasi Rawat Inap di RSUA


Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai untuk
pasien rawat inap dengan sistem desentralisasi dilakukan oleh apoteker. Apoteker
merancang kebutuhan obat sehari sebelum didistribusikan dan dicatat dalam
Dokumen Catatan Perbekalan Farmasi Pasien Rawat Inap (DFP). Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) di depo rawat inap akan melakukan penyiapan obat
berdasarkan DFP serta melakukan double check antara data pada etiket dan fisik
sediaan. Obat akan dikirim ke ruangan pasien menggunakan troli. Obat akan
diserahkan kepada perawat yang bertugas memberikan obat kepada pasien rawat
inap. TTK yang menyiapkan obat dan perawat yang memberikan obat harus
memberikan paraf atau tanda tangan pada Medication Chart pasien.
Dokter menulis resep
Perawat ruang Apoteker/TTK menerima
obat KRS atau menulis
melakukan konfirmasi ke konfirmasi resep KRS dan
dalam resume medis di
depo rawat inap melalui Melakukan telaah resep
Rekam Medis (RM) pasien
telp/WA

Melakukan entry obat


Melakukan penyiapan Melakukan KIE kepada
kedalam SIM RS dan
obat dan dilakukan keluarga pasien/pasien
melakukan print
Double Check yang mengambil obat
etiket obat KRS

Petugas yang melakukan


penyerahan obat (KIE)
dan dan keluarga pasien
yang menerima obat
harus memberi paraf
pada kolom form PIO

Obat KRS

Penyerahan Obat KRS dan


Melakukan KIE Form PIO
Gambar 3. 6 Alur Pelayanan Farmasi Pasien KRS di RSUA

Jika masa rawat inap pasien sudah selesai, dokter akan menuliskan resep
untuk pasien rawat inap yang keluar rumah sakit (KRS). Perawat ruangan akan
melakukan konfirmasi kepada Apoteker/TTK di depo dan apoteker akan
melakukan pengkajian resep. Apoteker/TTK akan menyiapkan obat berdasarkan
resep yang diterima dan melakukan double check sebelum memberikan obat
kepada pasien atau keluarga pasien. Apoteker akan memberikan edukasi kepada
pasien atau keluarga pasien terkait obat yang diberikan seperti nama obat,
indikasi, jumlah, efek samping potensial dan penangannnya, cara penggunaan,
dan cara penyimpanan. Petugas
yang melakukan penyerahan obat dan pasien atau keluarga pasien yang menerima
obat harus memberikan paraf pada lembar Pelayanan Informasi Obat (PIO).
8. Pengendalian pada Pelayanan Perbekalan Farmasi
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di rumah sakit.
Pengendalian persediaan obat terdiri dari:
1. Pengendalian ketersediaan
2. Pengendalian penggunaan
3. Penanganan ketika terjadi kehilangan, kerusakan, dan kedaluwarsa.
Pengendalian persediaan bertujuan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di rumah sakit. Dalam
melakukan pengendalian persediaan obat, apoteker berpedoman pada pedoman
pelayanan kefarmasian dan pedoman pengadaan obat yang mengacu pada
Formularium Nasional dan Formularium Rumah Sakit. Pada instalasi rawat inap,
kegiatan pengendalian yang harus diperhatikan adalah pengendalian persediaan
dan penggunaan. Pada pengendalian persediaan di instalasi rawat jalan, kekeliruan
perencanaan dapat menyebabkan kekosongan obat. Apoteker harus mampu
memperkirakan menghitung:
a. Stok kerja obat, yaitu rata-rata pemakaian obat dalam periode tertentu.
b. Stok optimum, yaitu stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan agar
tidak mengalami kekurangan/kekosongan.
Cara menghitung stok optimum:
SO = SK + SWK + SWT + Buffer stock
Keterangan:
SO = Stok Optimum
SK = Stok Kerja (stok pada periode berjalan)
SWK = Stok Waktu Kosong (jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan
obat)
SWT = Stok Waktu Tunggu (jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (lead
time)
Buffer stock = Stok pengaman
 Stok pengaman, yaitu jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan
pengiriman.
 Waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima.
 Menentukan waktu kekosongan obat.
Pelaksanaan pengendalian persediaan farmasi di depo rawat inap RSUA
dilakukan dengan:
a. Penentuan safety stock melalui stok minimal ditentukan dari ratarata
penggunaan obat selama 1 minggu, dan stok maksimal ditentukan dari
rata- rata penggunaan obat selama 2 minggu.
b. Melakukan evaluasi slow move dan dead move
c. Melakukan laporan barang mendekati tanggal kedaluwarsa sampai dengan
6 bulan kedepan
d. Melakukan stok opname setiap 3 bulan
e. Melakukan FEFO dan FIFO untuk mengurangi barang kedaluwarsa dan
mendekati kedaluwarsa
Kemenkes, melalui Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, menyarankan dilakukannya pencatatan tiap tahapan pelayanan
kefarmasian. Pada proses pengendalian persediaan farmasi, pencatatan bertujuan
untuk memonitor keluar dan masuknya (mutasi) obat. Pencatatan dapat dilakukan
dalam bentuk digital atau manual. Pencatatan dalam bentuk manual biasa
menggunakan kartu stok. Selain itu, dalam rangka pengendalian perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Kemenkes, 2019):
1. Formulir pemberian obat
Gambar 3. 7 Formulir Rekam Pemberian Obat di Rawat Inap
Formulir pemberian obat adalah formulir yang digunakan perawat
untuk pemberian obat. Pada formulir ini perawat mencatat pemberian
obat. Pada saat melakukan rekonsiliasi obat, apoteker membandingkan
formulir ini dengan sumber data lain, misalnya daftar riwayat
penggunaan obat pasien, resep/instruksi pengobatan. Contoh form
mengacu pada petunjuk teknis pelayanan kefarmasian di RS tahun
2019.
2. Pengembalian obat yang tidak digunakan
Hanya sediaan farmasi dan BMHP dalam kemasan tersegel yang dapat
dikembalikan ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Sediaan farmasi dan
BMHP yang dikembalikan pasien rawat inap yang tidak tersegel tidak
boleh digunakan kembali.
9. Indikator Mutu Layanan
Salah satu indikator mutu layanan depo farmasi rawat inap dapat dilihat
berdasarkan pada kegiatan administrasi yaitu pelaporan. Pelaporan adalah
kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi sediaan farmasi dan
BMHP, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang
berkepentingan (Kemenkes RI, 2019). Jenis laporan yang dibuat pada di Depo
Farmasi Rawat Inap RSUA meliputi laporan mutu dan non mutu.
a. Laporan mutu meliputi:
 Kesalahan pemberian obat
 Ketidakpatuhan pemberian label High Alert
 Kepatuhan monitoring suhu lemari es dan suhu ruangan
 Kesesuaian penulisan resep dengan Fornas
 Kesesuaian penulisan resep dengan Forkit
 Kepatuhan penulisan nama generik obat
 Ketersediaan APD dalam peracikan
 Ketersediaan APD dalam penanganan B3
 Pelatihan karyawan minimal 20 jam/tahun
 Ketidakjelasan penulisan resep
 Kepatuhan penulisan resep
b. Laporan non mutu meliputi:
 Laporan mutasi perbekalan farmasi
 Laporan penggunaan psikotropika dan narkotika
 Laporan jasa pelayanan dan omset
 Laporan obat ED dan mendekati ED

Anda mungkin juga menyukai