Anda di halaman 1dari 5

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah swt yang telah memberikan kita
nikmat iman, islam, dan sehat wal afiat sehingga kita dapat melaksanakan shalat Jumat
pada siang hari ini.
Shalawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada
keluarganya, dan sahabatnya. Semoga, kita semua selaku umatnya mendapatkan
berkahnya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,


Sebagai umat Islam, kita harus senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt.
Siapa yang hari ini masih sama kadar keimanan dan ketakwaannya dengan hari
sebelumnya adalah orang yang merugi. Sementara yang beruntung adalah dia yang mampu
menjadi lebih baik setiap harinya.

Hadirin yang Berbahagia,


Kita sekarang sudah memasuki bagian-bagian akhir pada bulan Ramadhan. Maka dari itu
kita perlu mengoreksi diri kita sendiri sebagai bahan evaluasi. Dari mulai awal Ramadhan
kemarin sampai dengan hari ini: apakah kualitas dan kuantitas ibadah yang sudah kita
lakukan sudah sesuai dengan yang diharapkan? Jika sudah, mari kita jaga sekuat tenaga
kita hingga akhir Ramadhan. Jika belum sesuai dengan harapan, mari kita tingkatkan
dengan sebaik-baiknya. Karena setiap amal tergantung dengan endingnya.
Jika diibaratkan seperti orang yang sedang membangun rumah, fisiknya sudah 70 persen.
Namun bagaimana yang 30 persen sisanya? Maka ini akan sangat menentukan. Kalau
finishingnya bagus, akan jadi rumah yang indah, tapi jika sentuhan akhirnya dikerjakan
secara asal-asalan, tentu rumah yang dibangun dengan permulaan susah payah, hanya akan
mendapatkan nilai buruk karena hanya masalah 30 persen yang akhir adalah buruk.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan pada pekan terakhir bulan Ramadhan ini. Di
antaranya adalah bahwa Allah menciptakan umat Nabi Muhammad penuh dengan
keistimewaan. Sebagian keistimewaannya adalah Allah menciptakan umat Nabi
Muhammad sebagai umat yang lahir di muka bumi ini pada bagian paling akhir.
Mengapa? Karena apabila ada umat Nabi Muhammad yang menjadi seorang pendosa,
seumpama ia mati, maka di kuburan ia disiksa tidak terlalu lama karena kiamat lebih dekat
akan datang, ia akan dilepaskan dari siksaan kubur. Jika dalam keadaan membawa iman,
maka ia akan berpeluang besar mendapatkan syafaat Rasulullah SAW.

Ada keutamaan lain, yaitu umat Nabi Muhammad tidak diciptakan oleh Allah dengan
umur yang panjang, 500 tahun, 700 tahun dan lain sebagainya. Melainkan umur umat Nabi
Muhammad rata-rata hanya antara 60 sampai dengan 70 tahun. Hal ini sebutkan dalam
hadits Nabi:

Artinya: Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit di antara mereka yang
melewati usia tersebut. (HR At-Tirmidzi)

Umur yang pendek ini memiliki hikmah, apa hikmahnya, hikmahnya adalah supaya umat
Nabi Muhammad tidak capek-capek beribadah yang panjang. Umat Nabi Muhammad
diberi oleh Allah umur yang pendek, namun dalam pendeknya umur, Allah memberikan
peluang lailatul qadar sehingga apabila bisa digunakan dengan baik, maka hal tersebut
akan jauh lebih baik daripada seribu bulan atau 83 tahun lebih. Maka, seumpama ada umat
Nabi Muhammad mulai dari baligh sekitar umur 13 tahun, dan setiap tahun bisa
menggunakan laitalul qadar dengan sebaik mungkin, sedangkan umurnya sampai 63 tahun,
berarti ia telah menjalankan ibadah lebih baik dari 4.500 tahun yang tidak ada lailatul
qadarnya. Betapa Allah sungguh memuliakan umat Nabi Muhammad dibandingkan umat
yang lain.

Jamaah Jumat yang berbahagia,


Nabi Muhammad saw mendapatkan mukjizat terbesar. Tidak ada Nabi lain yang
mendapatkannya. Mukjizat tersebut adalah Al-Qur’anul Karim. Kitab ini diturunkan oleh
Allah swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara Malaikat Jibril as selama
kurang lebih 23 tahun secara berangsur-angsur.
Al-Qur’an mulai turun pada bulan Ramadhan, di saat Nabi Muhammad saw berkhalwat di
Gua Hira. Turunnya Al-Qur’an ini ditujukan sebagai petunjuk bagi manusia sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185 ;

Artinya, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan
itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa),
maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, disebutkan bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk sebagaimana
dimaksud dalam ayat di atas ditujukan bagi para hamba yang beriman, mempercayai atau
meyakini kebenaran Al-Qur’an, dan mengikutinya. Begitu pun penjelasan (bayyinat) itu
juga merupakan dalil atau hujjah yang jelas bagi mereka yang memahaminya sehingga
mengetahui mana yang menjadi petunjuk kepada kebaikan, kebatilan, hingga persoalan
halal dan haram.
Senada, dalam kitab Al-Kasyfu wal Bayan, juga dijelaskan bahwa petunjuk bagi manusia
yang dimaksud adalah petunjuk dari kesesatan, sedangkan penjelasan tersebut dari halal
haram dan had-had, serta hukum-hukum.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Untuk sampai pada tahapan tersebut, tentu kita perlu mempelajari kandungan dalam Al-
Qur’an. Kita harus belajar kepada para ulama yang lebih memahami makna-makna yang
terkandung pada setiap ayat Al-Qur’an. Dari penjelasan ulama itulah, kita bisa
mendapatkan pengetahuan, petunjuk yang dimaksud dari Al-Qur’an. Tanpanya, kita sulit
untuk dapat memahami kandungannya, apalagi sampai menerapkan dan mengikuti Al-
Qur’an.
Hal senada juga Allah swt firmankan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 2 berikut.

Artinya, “Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.”

Oleh karena itu, khatib mengajak kita semua di sini untuk, mari, jangan merasa cukup
dengan sudah membaca Al-Qur’an. Sebab, kita perlu meningkatkan diri dengan
mempelajarinya, tentunya belajar mengaji kepada para ahlinya sehingga membaca Al-
Qur’an bukan sekadar melafalkan ayat perayat, tetapi juga menghayati maknanya,
menyerap isi kandungannya, dan semoga juga sampai pada pengamalan terhadap ayat-
ayatnya. Sebab, sebaik-baik di antara kita adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al-
Qur'an. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad saw dalam sebuah haditsnya
yang diriwayatkan oleh Utsman bin Affan ra.

Artinya, "Sebaik-baik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan
mengajarkannya." (HR Bukhari, sebagaimana dikutip Sayyid Muhammad dalam kitab
Syaraful Ummatil Muhammadiyah).
Pada akhirnya, dalam akhir-akhir ramadhan ini, khatib mengajak kepada para hadirin dan
diri sendiri untuk bersungguh-sungguh memenuhi puasa Ramadhan dan beribadah
malamnya dengan sebaik mungkin. Semoga kita dan keluarga senantiasa mendapatkan
pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Taala untuk menjalankan ketaatan-ketaatan yang
pada akhirnya kelak kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan husnul khatiman, amin.

Anda mungkin juga menyukai