Anda di halaman 1dari 3

PUASA SEBAGAI MAKNA KUALITAS IMAN DAN ISLAM

Oleh: Ibnu Furqan

Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia!

Man Shama Ramadhana Iiimaanan Wakhtisaaban Gufiralahu maa taqaddama min


djammbihi (barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap pahak dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni. (Al-
Hadits)). Pada khutbah kali ini, saya sengaja memulainya dengan hadits Rasulullah
yang sangat terkenal tersebut, bahkan setiap bulan ramadhan dalam tahun-tahun
hijriyah kita selalu mendengarnya. Itulah hadits yang menjadi tolak ukur ibadaha
kita selama di bulan ramadhan, sejauh keyakinan yang betul kepada Allah serta
diimbangi dengan ilmu dan amal maka ganjaran atas pahal dan Ridha Allah akan
dapat menyertai kita, sebagai hambanya yang bertaqwa terhadap hukum-hukumnya.
Amiin

Saudara-saudara seislam dan seperjuangan!

Selanjutnya Terasa tidak elok bagi kita untuk tidak memulai khutbah ini
dengan puji syukur. Marilah puji syukur senantiasa terucap untuk Tuhan yang maha
kuasa dari sekian kekuasaan, Alhamdulillah. Suatu harapan yang seharusnya ada
adalah, semoga kekuasaan itu tidak menjadikan tuhan-tuhan kecil yang
menganggap mereka berkuasa di dunia ini. Amiin. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah untuk sang penggagas revolusi peradaban manusia, Muhammad SAW.
sebagai Nabi utusan zaman yang menyampaikan risalah yang suci, yakni Islam,
yang telah membawa umat manusia dalam sejarhanya untuk keluar dari masa
kebodohan menuju masa yang diterangi ilmu pengetahuan.

Saudara-saudara sekalian yang budiman! Sesungguhnya Tuhan telah


menurunkan Islam sebagai suatu sistem ajaran yang haq lagi sempurna, sebagai
pedoman untuk manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka
bumi (Qs. Al Baqarah:30). Sebagai khalifah, manusia dituntut untuk memiliki sifat-
sifat seorang khalifah yang mengedepankan nilai-nilai spritualitas dalam segala
aktifitas kesehariannya, sehingga ia mampu mencapai sebuah derajat insan kamil
dalam pandangan dan penilaian yang maha kuasa.

Untuk mencapai derajat tersebut, tentu tidak terlepas dari serangkaian ibadah
yang menjadi rutinitas umat, namun bukan hanya sebagai agenda rutinitas dalam
rangkaian amal Agama, akan tetapi memiliki makna lebih dari itu. sejatinya setiap
ajaran yang diturunkan sebagai pedoman bagi manusia khususnya Islam, adalah
untuk menjadikan pemeluknya sempurna (Kaffah) dalam kepemelukan Islam
sebagai Agama yang ia pilih.

Namun, sesuatu yang sangat disayangkan, jika kebanyakan menganggap itu


hanyalah suatu yang diwariskan tanpa ada nalar kritis dalam memahami
kontekstualisasi dalam teks-teks Agama tersebut, pada akhirnya bukan kebenaran
dalam pemahaman terhadap Islam yang dicapai, melainkan kesalahpahaman dalam
memahami makna dalam setiap amalan Agama yang diwajibkan atau yang
disunahkan dalam Islam itu sendiri. Puasa di bulan Ramadhan misalnya, yang
merupakan agenda rutin setiap tahun dalam tahun-tahun Islam yang ibadahnya
dijalankan oleh setiap muslim di dunia. Agenda ini bukan hanya sebagai sebuah
rutinitas yang telah diatur jadwalnya setiap tahun, melainkan diharapakan ada
output perubahan yang dihasilkan setiap tahunnya. Oleh karenanya jika puasa di
bulan ramadhan, hanya dijadikan sebagai suatu hal yang wajib tanpa ada proses
memahami makna lebih dalam pada bulan ramadhan, maka dapat dipastikan bukan
kualitas ibadahnya yang akan diterima sebagai hadiah dari Tuhan, melainkan
kerugian dalam Agama, seperti hanya mendapatkan lelah, haus, lapar dan dahaga
selama sebulan penuh.

Lantas pertanyaan yang harus dijawab oleh khalayak masyarakat saat ini
adalah, “apa yang dicari di bulan suci ini”? kalau yang dicari hanyalah sebatas
rutinitas setiap tahunnya, maka jangan salahkan, jika yang didapat hanyalah “bola
kempes” dari ibadah yang sudah dijalankan yang jika ditendang dengan
pemahaman kita, tentu tidak akan bergerak bola tersebut, dalam kata lain, hal ini
merupakan jebakan setan terhadap manusia yang lengah terhadap peringatan-
peringatan Tuhan. Jika sebaliknya, maka justru hadiahnya akan lebih dari apa yang
diharapkan, karena Tuhan mampu melipatgandakan amalan setiap hambanya, jika
ia bersabar.

Man djalladji Yuqridullaha Qardan Hasanan Fayudhaa’ifahu lahuu


Adh’aafan Katsiirah. WallahuYaqbidhu Wayabsuthu Wailaihi
Turja’uun
siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.(Qs. Al
Baqarah:245)

Demikian, balasan bagi mereka yang mau bersyukur, serta meyakini ats
setiap peringatan dari Tuhannya.

Sebuah keniscayaan bagi setiap hamba Allah SWT, adalah, barangsiapa yang
menuruti setiap yang menjadi ketentuan-ketentuan dalam Agama, maka sungguh
balasan kebaikanlah yang akan ia terima dan sebaliknya, barangsiapa yang tidak
menuruti semua yang menjadi ketentuan Agama, maka tunggulah ketetapan dari
Allah untuknya.

Saudara-saudara kaum muslimin yang dirahmati Allah!

Tak terasa kita sudah sebulan penuh, menjalankan ibadah puasa yang telah
diwajibkan Allah untuk kita. Namun pernahkah saudara-saudara, menyadari suatu
nilai perubahan kualitas ibadah kita kepada Allah selama sebulan penuh ini? Atau
apakah, kita sudah bertekad untuk keluar dari jeruji kemunafikan atas setiap dosa-
dosa kita di waktu yang lalu? Atau mungkinkah kita mampu mencapai derajat
hamba yang bertaqwa kepada Allah? Pertanyaan-pertanyaan ini harusnya kita
jawab bersama. alangkah meruginya kita, saat menemukan bulan Ramadhan,
namun tidak ada hasil yang kita dapatkan di bulan ini. Saudaraku, pernahkah
saudara menyadari, betapa banyak amalan-amalan di bulan ramadhan yang terdapat
pengampunan dosa-dosa kita? Dalam sebuah riwayat, 10 hari pertama di bulan
ramadhan adalah 10 hari yang terdapat rahmat dari Allah, 10 hari kedua adalah 10
hari yang terdapat ampunan terhadap dosa-dosa kepada Allah dan 10 hari terakhir
adalah 10 hari yang terdapat kebebasan dari perihnya siksa api neraka, satu
kenikmatan besar lagi yang Allah sengaja berikan keutamaan ini kepada umat
Muhammad, dan diberikan kepada umat-umat terdahulu, adalah satu malam yang
kualitas ibadahnya melebihi keutamaan saudara beribadah 1000 bulan lamanya.

Lailatul Qadri Khairummin Alfi Sahrin


Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.(Qs. Al Qadr:3)

Subhanallah! Inilah hakikat dari puasa di bulan ramadhan yang seharusnya


kita cari, yakni perubahan yang berarti dalam setiap dimensi kehidupan kita. Jika
awal kehidupan kita adalah buruk, maka dibulan ini dan setelahnya kita sudah harus
berubah menjadi orang yang lebih baik lagi. Marilah kita bersama, saya dan
saudara-saudara sekalian, kita benahi setiap kehidupan kita yang jauh dari nilai-
nilai ilahiah kepada suatu nilai yang dapat mendekatkan kita kepada Allah SWT,
sebagai kekasih abadi yang tak tergantikan oleh apapun di dunia ini. Di bulan
ramadhan ini, semoga kita menjadi hamba yang taat setelahnya. Aminn ya rabbal
alamin.

Anda mungkin juga menyukai