Anda di halaman 1dari 5

Alhamdulillahirabbil’aalamin, segala puji dan syukur hanya kepada

Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat dan hidayah kepada
siapapun yang dikehendaki-Nya. Shalawat serta salam kerinduan dan
kecintaan kepada Rasulullah Muhammad SAW, seorang manusia biasa yang
sempurna, seorang yang paling mulia dan suri tauladan seluruh manusia.
Semoga kita semua termasuk dalam barisannya yang mengusung kebenaran.
Dalam rangka mengisi Ibadah di Bulan Suci Ramadhan, perlunya
kegiatan yang memberikan suatu momentum dan pembelajaran untuk bisa
menyambutnya dengan kegiatan yang bermanfaat dan positif sebagai bentuk
rasa syukur masih dapat bertemu pada bulan suci ini.
Kami merasa perlu melaksanakan Kegiatan buka puasa bersama ini
dengan harapan akan banyak pihak yang bisa berpartisipasi dalam kebaikan.
Maka dari itu, untuk mewujudkannya kami sangat memerlukan bantuan dari
banyak pihak. Agar acara ini bisa terselenggara sesuai harapan.
2. TUJUAN
        

Kegiatan Buka Bersama dan bakti sosial ini sebagai sarana dakwah yang memiliki
beberapa tujuan,
yaitu :

1.   Mengenalkan, menanamkan dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama.


2.   Mengisi dengan mempersiapkan diri untuk menjalani segala aktifitas ibadah di
bulan Ramadhan.
3.   Berbagi kebahagiaan terhadap anak-anak yatim .
4.   Menjalin silaturrahim antar sesama muslim.

)‫ (رواه إمام البخاري ومسلم‬  َ‫َمنْ صَ ا َم رَ مَضَ انَ ِِإ ْيمَا ًنا َو احْ تِسَ ابًا ُغفِرَ لَ ُه مَا َت َق َّد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه َو مَا َتَأ َّخر‬

"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang
telah lampau dan akan datang akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
‫صاِئ ًما َكانَ لَهُ ِم ْث ُل َأجْ ِر ِه َغ ْي َر َأنَّهُ اَل يَ ْنقُصُ ِم ْن َأجْ ِر الصَّاِئ ِم َش ْيًئا‬
َ ‫ َم ْن فَطَّ َر‬ 

"Barangsiapa yang memberi makan orang yang berpuasa, dia mendapatkan seperti pahala orang
yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun" (Tirmidzi - 735)

3. NAMA, TEMA, WAKTU


        

Nama Kegiatan : Buka Puasa bersama dan santunan anak yatim

Tema Kegiatan : Mengisi Ramadhan Dengan Berbagi Kebahagiaan

Waktu : Kamis, 25 Juli 2013

Bulan Ramadhan adalah momen yang tepat sebagai proses pembelajaran diri. Dengan
cara tidak hanya merasakan kehadiran Tuhan dalam ketiadaan makanan, minuman, seks dan
nafsu duniawi lainnya, tapi juga merasakan kehadiran mereka yang selama ini tidak sanggup
memenuhi kebutuhan dasarnya. Di antara para shaimin dan shaimat itu ada Allah, dan kaum
fakir miskin yang boleh jadi sepanjang tahun harus menahan lapar dan dahaga. Artinya, proses
pembelajaran diri ini dilakukan tidak sendirian, tapi melibatkan Allah dan juga kaum fakir
miskin. Maka dari itu tidaklah berlebihan jika kita simpulkan bahwa ibadah puasa di bulan
Ramadhan tidak hanya soal religiusitas pribadi, dan tidak melulu berdimensi spiritual hubungan
kita kepada Allah. Tapi juga ada sisi sosial yang dibangun, dengan bagaimana kita merasakan
apa yang dialami oleh kaum fakir miskin, dan bagaimana kemudian kita saling berbagi,
bertoleransi pada pemeluk agama lain, dan mengasihi kepada sesama. Bahkan perintah
mengeluarkan zakat fitrah di pengujung Ramadhan memberi pesan sosial yang amat jelas:
Ramadhan tidak untuk dinikmati sendirian.
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ramadhan telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan berkah, Allah -Azza wa Jalla- telah
mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di bulan itu pintu-pintu langit dibuka, dan pintu-pintu
neraka Jahim ditutup dan syetan-syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allah di bulan itu ada
satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya,
maka sungguh berarti benar-benar ia telah terhalang/terjauhkan (dari kebaikan/rahmat
Allah)” (HR. An-Nasaa-i, Ahmad dan Al-Baihaqi).
Dari hadist tersebut ada yang berpendapat bahwa disaat bulan suci Ramadhan, maka apa
yang dilakukan manusia itulah yang sesuai dengan watak asli pribadinya. Karena pada saat bulan
Ramadhan itulah setan-setan dibelenggu, sehingga segala perilaku manusia dilakukan
berdasarkan kesadarannya sendiri, tanpa terlibat oleh godaan syetan.
Surat al-Baqarah (2) ayat 185 mengatakan : “Bulan Ramadhan yang di dalamnya
diturunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan dari petunjuk tersebut dan
juga sebagai pembeda.” Ayat ini menunjukkan betapa istimewanya bulan Ramadhan, karena di
dalamnya Allah telah menurunkan kitab suci yang menjadi pedoman kehidupan ummat manusia.
Dari berbagai ayat dan hadist yang menunjukkan keistimewaan bulan Ramadhan, lantas
bagaimana kita sebagai ummat Islam harus bersikap dalam menyambut bulan penuh nikmat
tersebut? Maka langkah paling ringan adalah dengan bermuhasabah. Dengan mengingat-ingat
kembali bagaimana kita telah melewati bulan Ramadhan terdahulu, apakah kadar keimanan serta
kualitas iman dan taqwa kita semakin meningkat, mengalami stagnasi, atau justru mengalami
kemunduran.
Dalam Islam, ada kaidah umum bahwa segala sesuatu tergantung pada niatnya. Artinya,
suatu tindakan (perbuatan) pada dasarnya netral atau bebas nilai. Suatu tindakan bisa bernilai
pada saat diniatkan untuk kebajikan, untuk sesuatu yang bisa memberi manfaat baik untuk diri
sendiri atau orang lain, juga untuk sesama makhluk Tuhan di muka bumi. Karena niat itulah,
tindakan kita bisa bernilai. Sebagai bagian dari ibadah mahdhah, puasa di bulan Ramadhan pun
bisa menjadi kutukan pada saat dilakukan dengan mengharapkan pujian (riya), untuk
menyombongkan diri (ujub), atau untuk tujuan-tujuan lain yang tidak konstruktif bagi
kemanusiaan.
Ramadhan juga bisa menjadi “kutukan” bagi siapa pun yang tidak bisa menahan nafsu:
nafsu makan sebanyak-banyaknya pada saat berbuka dan sahur, nafsu berbelanja pakaian dan
makanan, nafsu untuk merendahkan/menghina/mencerca, dan nafsu untuk berkata
kotor, ghibah (menggunjing), dan berdusta. Puasa dengan tetap melakukan tindakan-tindakan
buruk itu, kata Rasulullah SAW, tidak mengandung nilai apa-apa (tidak berpahala) kecuali
sekadar (sengsaraan) menahan lapar dan dahaga.

Anda mungkin juga menyukai