Anda di halaman 1dari 11

Aneka Baju Muslim

Dibulan suci Puasa biasanya seseorang (kaum Muslim) akan terlibat dalam berbagai macam agenda religi dan rohaniah. Di bulan suci Ramadhan banyak acara-acara bertemakan keislaman yang dilangsungkan. Penyelenggaraan acara religi dalam bulan Puasa biasanya berlangsung di Mushollah, Masjid, Sekolah dan juga tempat umum. Salah satu agenda atau acara yang sering diselenggarakan dalam bulan yang penuh berkah ini adalah mengadakan jadwal acara kumpul bersama yang diisi dengan sambutan-sambutan Islami, pidato berupa seruan untuk menjaga nilai keimanan dan motivasi serta dorongan untuk meningkatkan ketaqwaan. Jika anda seorang santri, dan anda diundang untuk memberikan pidato pada suatu majlis kemudian anda merasa sedikit bingung karena sebelumnya belum pernah berpidato didepan kerumunan banyak orang untuk menyampaikan nilai-nilai Islami berkaitan dengan bulan Ramadhan, berikut contoh teks Pidato bulan Puasa. Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah. Puja dan puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua sehingga kita masih berkesempatan untuk menunaikan salah satu kewajiban kita sebagai kaum Muslimin, yakni menjalankan ibadah Puasa di bulan suci Ramadhan. Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad, SAW. yang telah memberikan petunjuk kepada kita sehingga kita berada pada jalan yang di Ridhoi. Alhamdulillah kita masih bisa menjalankan ibadah Puasa sebagai salah satu dari rukun Islam. Ramadhan adalah bulan yang penuh nikmat dan berkah. Di bulan yang suci ini Allah AWT. memberikan kemurahan yang tak terhingga kepada kita berupa ampunan serta pensucian diri dari dosa-dosa yang telah kita perbuat. Mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan dimana kita kian mendekat kepada Allah dan menjadi hamba-Nya yang sholeh dan sholihah. Puasa mengajarkan kita untuk memahami akan banyak hal sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah. Dengan menahan lapar sepanjang hari kita akhirnya dapat mawas diri bahwa semua sajian makanan yang kita konsumsi setiap hari tidak lain adalah rizki yang diberikan oleh Allah SWT. terhadap kita. Tanpa kemurahan-Nya kita tidak akan bisa memakan dan meminum apa pun. Dengan menahan lapar, Allah membuka mata hati kita bahwa sesungguhnya masih banyak orang lain yang membutuhkan pertolongan kita. Para fakir miskin harus menjadi perhatian kita selaku umat yang bertaqwa. Berikan sedekah kepada mereka sebagai hak yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka melalui kita. Mari kita senantiasa mengingat akan perintah serta larangan Allah SWT. Mari kita meningkatkan nilai keimanan kita dengan terus melakukan ibadah dan menjauhi segala larangan-Nya. Bulan

puasa adalah bulan yang agung, mari mensucikan tubuh dan fikiran kita agar kelak kita mendapatkan Syurga Allah.. Amin. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah saya sampaikan dapat memberikan manfaat serta hidayah khususnya buat saya pribadi dan para hadirin sekalian. Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan kita ampunan dan senantiasa menempatkan kita pada jalan yang di ridhoi-Nya. Akhirukalam.. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ramadhan adalah Bulan Rahmat Ilahi


Sifat kedua yang disebut Nabi saw. untuk bulan ini adalah: Bulan Penuh Rahmat. Allah adalah sumber rahmat. Akan tetapi Allah kemudian melimpahkannya pada sebagian ciptaan-Nya atau sebagian masa. Di antaranya adalh bulan Ramdhan. Rahmat Allah SWT pengaruhnya sangat besar terhadap makhluk-Nya. Perhatikan firman Allah:

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ar Rm [30];50) Dan Allah telah menetapkan atas Diri-Nya untuk setantiasa melimpahkan rahmat-Nya:

Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: Salaamun- alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al Anm [6];54)

Katakanlah: Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi Katakanlah: Kepunyaan Allah. Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. (QS al Anm [6];12) Dan dari perwujudan rahmat Allah adalah dijadikanya bulan Ramadhan sebagi Bulan Rahmat Ilahi! Rahmat Allah Meliputi Segala Sesuatu! Maha Suci Engkau Ya Allah. Maha luas rahmat-Mu sehingga meliputi segala sesuatu dan sehingga ia mengalahkan murka-Mu. Nabi Saw bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan seratus bagian rahmat ketika menciptakan langit dan bumi. Setiap bagian dari rahmat itu memenuhi (seluas) langit dan bumi. Satu bagian dari rahmat itu Allah turunkan ke bumi, maka dengan satu bagian itu seluruh makhluk ciptaan saling mengasihi. Dengannya seorang ibu mengasihi putranya. Dengannya burung-burung dan binatang-binatang buas menikmati air. Dan dengannya makhluk ciptaan Allah hidup. (Al Muhdhart ar Ramadhniyah; Ayatullah Syeikh Baqir al Muhsini:14) Dan dengan rahmat Allah pula-lah manusia diperkenankan memasuki surga bukan karena amal shalehnya! Nabi saw. bersabda: Tiada akan masuk surga seorang pun melainkan dengan rahmat Allah. Para sahabat berkata: Termasuk juga anda wahai Rasulullah? Ya. Jawab Nabi saw., kecuali Allah meliputiku dengan rahmat-Nya. (Al Muhdhart ar Ramadhniyah; Ayatullah Syeikh Baqir al Muhsini:14) Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa apabila rahmat Allah terputus dari seorang hamba maka tidak ada apapun yang berguna baginya. Cenel Rahmat Allah Swt Karenanya kita harus menyiapkan diri untuk menerima limpaha rahmat Allah Swt. Dan tentunya rahmat Allah akan turun dan dilimpahkan kepada hamba ketika sang hamba melakukan perkaraperkara yang diridhai Allah Swt. Imam Baqir as. bersabda: Persiapkan diri kalian untuk menerima rahmat Allah dan ampunanNya dengan baiknya sikap terus berujuk kepada Allah dan mohonlah bantuan demi kesuksesan berujuk kalian kepada Allah dengan berdoa dan bermunajat di kegelapan malam. (Tuhaful Uql:284)

Dalam doa Iftith yang diajarkan Ahlulbait as. dan dinjurkan untuk dibaca pada setiap malam selama bulan Ramadhan disebutkan: Dan aku yakin bahwa sesungguhnya Engkau Dzat yang Arharur Rhimn/Yang Paling Rahmat pada tempat ampunan dan rahmat. Nabi saw. bersabda: Persiapkan diri kalian untuk menerima rahmat dengan melaksanakan apa yang diwajibkan atas kalian. (Mizn al Hikmah; Ray Syahri:2/1051) Dan di antara yang Allah wajibkan atas hamba adalah berpuasa d bulan Ramadhan yang penuh berkah dan limpatah rahmat ilahi ini. Berpegang teguh dengan agama Allah juga yang akan menyebabkan seorang hamba diliputi dengan rahmat Allah. Sedangkan mereka yang menentang dan membangkan, maka akan mendapat siksa dan murka Allah Swt.. Allah berfirman:

Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripada Allah. (QS. An Nis[4];173)

Ramadhan adalah karunia yang luar biasa! Alhamdulillah karunia ini teramat sangat berharga. Tapi, akankah kesempatan berpuasa dapat dijalani sampai akhir? Untuk bisa meraih sukses di bulan Ramadhan ini, ada tiga kunci yang harus kita perhatikan. Kunci pertama, Ramadhan adalah syahrul muhasabah (bulan bercermin diri). Bila bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan pun dibelenggu. (HR. Muslim) Ramadhan merupakan momen penting dan sangat tepat untuk melihat diri kita yang sebenarnya, apa adanya. Karena selama Ramadhan Allah dengan kuasa-Nya membelenggu syetan-syetan. Maka janganlah lagi menuduh syetan ketika kita suka melanggar tuntunan Allah dan bermaksiat kepada-Nya di bulan Ramadhan ini. Itulah kita yang sesungguhnya. Syetan sudah tidak berdaya menggoda manusia di bulan Ramadhan. Berarti pula setiap muslim sangat mungkin memperbaiki kepribadiannya dengan mudah selama bulan Ramadhan ini.

Kunci kedua, Ramadhan adalah syahrut tarbiyah (bulan pembinaan diri). Selama sebulan Allah men-training hamba-Nya agar dengan pelatihan ibadah Ramadhan. Dalam pelatihan ini, seorang muslim bisa mendapat gelar agung muttaqin. Gelar ini jauh lebih tinggi dari gelar Profesor, Doktor, dokterr, insinyur dan sebagainya, karena semua gelar ini diberikan oleh manusia sedangkan gelar muttaqin adalah gelar dari Allah Sang Pencipta dan Penguasa tunggal seluruh alam raya. Jika demikian, maka Ramadhan dengan segala jenis ibadah di dalamnya menuju pembentukan pribadi taqwa harus memiliki sentuhan hati, fisik, aqliyah, akhlak, dan juga sosial. Hati orang arang yang berpuasa seharusnya merasakan nikmatnya zikrullah dan manisnya ibadah dengan ruh keikhlasan yang menyejukkan hati. Sebagaimana Rasulullah menyampaikan hadits qudsi; Semua amalan anak Adam untuknya kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku. Fisiknya sepertinya tidak mengenal lelah padahal ia sedang berpuasa, tidak makan dan tidak minum. Subhanallah, keajaiban tuntunan hidup dari Allah. Bukankah perang Badar yang hebat itu terjadi di bulan Ramadhan? Dan Rasulullah saw beserta para sahabat justru memenangkannya. Maka fisik orang yang sedang puasa bagi orang-orang yang soleh tidak mengenal kamus tidur melulu sepanjang hari-hari Ramadhan. Akhlak yang lebih menawan juga harus terbentuk selama Ramadhan. Karena puasa sejatinya bukanlah sekadar tidak makan dan minum tapi juga menahan diri agar tidak muncul akhlak yang tercela. Subhanalah, bagaimana tidak menawan, Allah dan Rasulullah membimbing orang-orang yang berpuasa agar tidak membalas kejahatan yang dideritanya. Jika demikian mungkinkah orang yang membiasakan diri tidak membalas kejahatan orang lain akan iseng memulai kejahatan kepada orang lain? Inilah bimbingan Ilahiyah: Apabila sesorang diantara kalian sedang berpuasa maka janganlah ia berkata kotor dan janganlah membuat suasana gaduh dan apabila seseorang memaki dia dan menantangnya berkelahi maka katakanlah: Aku sedang berpuasa. Suasana sosial kemasyarakatan juga terasa indah dan begitu damai selama Ramadhan. Dengan ringan hati setiap muslim berebut memberi takjil dan buka puasa. Para dermawan sangat peduli pada para fakir miskin dan anak yatim. Suasana persaudaraan semakin nampak. Ramadhan benar-benar bulan istimewa. Kunci ketiga, Ramadhan adalah syahrud dua (bulan berdoa).

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186) Ayat ini terletak persis setelah ayat tentang puasa Ramadhan. Ini menunjukkan betapa sangat pentingnya doa-doa di bulan Ramadhan khususnya pada sepertiga malam yang terakhir. Tidak ada kekecewaan sedikitpun bagi yang memohon pada Allah. Berdoa berarti yakin akan dikabulkan. Berdoa berarti ada harapan besar di masa depan. Berdoa menunjukkan kedekatan.

Berdoa berarti ada kesadaran bahwa kita butuh pada Allah. Dan berdoa berarti sikap tawadhu, jauh dari kesombongan. Juga, berdoa berarti kesuksesan sedang menanti. Semoga dengan tiga kunci ini kita semua sukses meraih gelar muttaqin di bulan Ramadhan ini. (*)
Godaan Syetan di Bulan Ramadhan

Bulan Romadhon sejatinya adalah bulan tempat kita bisa mengintip surga. Merasakan kedekatan dengan surga melalui amal-amal terbaik kita. Pintu-pintunya pun terbuka. Bahkan syaitan sang penggoda harus diikat kuat tak berkutik. Lalu tinggalah kader-kader syaitan dari jenis manusia yang masih merajalela. Kita biasa menyebutnya dengan nafsu. Nah, nafsu inilah jika kita tidak hati-hati- akan merubah program romadhon romantis kita berubah menjadi tidak keruan. Dari janji pahala menjadi ancaman dosa. Dari mesra yang berpahala menjadi kemenangan sang durjana. Banyak produk-produk provokasi syetan yang difollow up dengan baik oleh sang nafsu mampu menghancurkan pahala puasa kita. Yang paling semu mungkin adalah ketika mesra kita justru ternoda dengan kata-kata kotor dan keji. Bermesraan di siang Romadhan sungguh perlu intensitas pengendalian diri yang cukup. Karena ketika mesra kita justru menjadi parade kata-kata seronok dan vulgar, jangan ada sesal ketika lapar dahaga kita menjadi tiada guna. Naudzu billah. Dari Abu Hurairah ra : Rasulullah SAW bersabda : "Tidak puasa itu dari (menahan) makan dan minum saja. Akan tetapi puasa dari hal yang sia-sia dan kata-kata keji " (HR Ibnu Khuzaimah dan Hakim : Sohih dengan syarat Muslim) Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : " Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang sholat malam, tapi tidak mendapatkan dari sholatnya kecuali hanya begadang " (HR Ibnu Majah, Nisa'i, Hakim : Shohih dengan syarat Bukhori) Produk provokasi setan yang lebih hebat lagi adalah ketika nafsu kita begitu menggelora di siang ramadhan, lalu melampiaskannya begitu saja pada sang istri trecinta. Akibatnya sungguh berbahaya. Serentetan hukuman menunggu kita, jadi itu sangat menyulitkan dunia dan akhirat kita. Ini bukan kasus baru, salah seorang sahabat ada yang jauh keasyikan melampaui mesra hingga menjimak istrinya di siang ramadhan. Dari Abu Hurairah, ia berkata : Seseorang datang kepada Nabi SAW lalu berkata : Sungguh celaka aku ya Rasulullah ! Beliau SAW berkata : Apa yang membuatmu celaka ? Laki-laki itu menjawab : " Aku menjimak istriku di siang romadhon " . Lalu Rasulullah SAW bersabda : " Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk membebaskan budak?" Ia menjawab : " Tidak". Nabi bertanya kembali, " Apakah kamu mampu untuk berpuasa dua bulan berturut-turut ? ". Ia menjawab ," Tidak". Kemudian ia duduk dan

Nabi datang dengan sekantung besar kurma,Beliau SAW bersabda : Bersedekahlah dengan ini !. Laki-laki itu bertanya : " Apakah untuk yang paling miskin di antara kami ? Tidaklah ada diantara penduduk kampung yang lebih membutuhkan itu daripada kami ". Maka Nabi SAW pun tertawa hingga terlihat gerahamnya, lalu beliau bersabda : Pergilah dan berilah makan keluargamu ! " ( HR Jamaah) Begitulah, kisah di atas menjadi semacam kontrol bagi kita, sebelum, sesudah, dan ketika akan bermesraan di siang bolong ramadhan. Mesra boleh saja, namun tolong secukupnya saja. Tidak bertaburan kata-kata penuh berahi, apalagi dilakukan di atas ranjang dan kamar tertutup yang berarorama wangi. Secukupnya saja, karena kita harus menyimpan energi romantis kita untuk nanti selepas maghrib. Saat berbuka dan seterusnya adalah momentum mesra yang sah-sah saja. Sebuah kemurahan Allah atas fitrah kita yang selalu ingin mesra. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Ramadhan bercampur dengan istri-istri kamu. Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan nafsumu. Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu (QS AlBaqarah : 187) Sya'ban Gerbang Ramadhan

Waktu berjalan dengan begitu cepat, saat ini kita sudah menapaki hari-hari awal bulan syaban. Ramadhan telah tiba di hadapan, padahal seolah belum lama kita meninggalkan bulan mulia itu dengan suka cita hari raya. Maka benarlah apa yang diisyaratkan Rasulullah SAW dalam haditsnya : Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai daripadanya : kesehatan dan kesempatan (waktu luang) (HR Bukhori) . Karena itulah, mari kita segera berbenah diri sejak dini, menata hati dan langkah menyambut ramadhan, di mulai dari bulan Syaban ini.

Rasulullah SAW dan para sahabat sejak awal telah menjadikan bulan syaban sebagai bulan persiapan menyambut Ramadhan dengan memperbanyak puasa sunnah. Secara khusus disebutkan dalam hadits tentang keutamaan bulan syaban : Dari Usamah bin Zaid, ia bertanya pada Rasulullah SAW : Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada sebuah bulan yang lebih banyak dari puasamu di bulan syaban ? . Maka Rasulullah SAW menjawab : (Syaban) itu adalah bulan antara Rojab dan Ramadhan yang kebanyakan manusia melalaikannya. Syaban adalah bulan dimana amalan-amalan diangkat menuju sisi Tuhan Semesta Alam, karenanya aku suka ketika amal-amalku diangkat, sementara aku dalam keadaaan berpuasa (HR Nasai) Ibaratnya kedatangan tamu mulia, maka tuan rumah yang baik tentu akan mempersiapkan sambutan yang terbaik. Kita semua kaum muslimin adalah tuan rumah yang akan mempersiapkan kedatangan Ramadhan, mulai dari bulan Syaban ini. Adapun serangkaian persiapan di bulan Syaban yang bisa kita lakukan antara lain :

Pertama : Persiapan Keimanan dan Kejiwaan dengan Berdoa & Memperbanyak Ibadah Perintah puasa sejatinya ditujukan kepada orang-orang beriman. Di dalam surat al-Baqoroh 183 begitu jelas keimanan kita disentuh dengan panggilan kesayangan: wahai orang-orang yang beriman . Karenanya langkah awal persiapan di bulan Syaban ini adalah mengkondisikan keimanan kita, agar benar-benar layak dan siap untuk mengisi bulan mulia tersebut. Persiapan keimanan dan pengkondisian jiwa juga dilakukan oleh Rasulullah SAW, bahkan sejak awal bulan Rajab. Dalam riwayat dari Anas bin Malik ra disebutkan : Bahwasanya Rasulullah SAW ketika memasuki bulan Rajab berdoa : Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban, serta sampaikanlah (usia) kami pada bulan Ramadhan (HR Ahmad). Dengan berdoa dan memperbanyak ibadah, maka kondisi keimanan kita akan terjaga hingga Ramadhan menjelang. Begitu pula secara konsentrasi, pikiran dan jiwa kita akan fokus dalam menyambut tamu mulia itu.

Kedua : Memperbanyak Puasa dan Membayar Hutang Puasa Selain persiapan keimanan, kita juga bisa melakukan persiapan Ramadhan secara lebih fokus yaitu dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Syaban. Rasulullah SAW telah memberikan contoh begitu jelas pada kita sebagaimana disebutkan dalam hadits terdahulu betapa beliau lebih mengintensifkan puasa sunnah di bulan Syaban. Bagi kita ini persiapan semacam ini tentu menjadi sangat penting, khususnya banyak dari kita yang melewati satu tahun dengan penuh kesibukan hingga jarang melakukan puasa sunnah. Begitu pula secara khusus bagi kaum wanita yang masih mempunyai tanggungan hutang puasa ramadhan di tahun lalu, maka bulan Syaban ini waktu yang tepat untuk segera melunasinya. Diriwayatkan pula dalam Shahih Bukhori, bagaimana Aisyah binti Abu Bakar ra, istri Rasulullah SAW pun baru bisa mengganti hutang puasanya di bulan Syaban, karena kesibukannya dalam membantu Rasulullah SAW .

Ketiga : Persiapan Ilmu Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan yang di dalamnya kita dianjurkan memperbanyak kebaikan. Banyak juga amalan-amalan lain di luar puasa yang semestinya kita lakukan di bulan Ramadhan, seperti : sedekah, memberi buka, tilawah dan tentu saja shalat tarawih. Anggapan Ramadhan sekedar bulan puasa hanya akan mengecilkan semangat kita dalam memperbanyak kebaikan di bulan mulia tersebut. Karenanya kita membutuhkan persiapan keilmuan sejak dini tentang bulan Ramadhan, agar saat bulan mulia itu menjelang, kita benar-benar tahu dan yakin tentang apa yang harus kita lakukan dalam mengisinya. Banyak kita saksikan di televisi dan media, saat Ramadhan telah beranjak setengah perjalanan masih saja banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar seputar puasa, khususnya apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Ini menunjukkan kekurangsiapan kita dalam menjalani ibadah puasa.

Bulan Syaban ini adalah waktu yang tepat kita mempersiapkan keilmuan kita untuk mengoptimalkan pahala Ramadhan. Agar kita bisa mengisinya dengan optimal, dan berusaha menjalankan puasa dengan sempurna. Rasulullah SAW telah mengingatkan tentang puasa yang sia-sia. Dari riwayat Abu Hurairah ra beliau bersabda : Betapa banyak orang berpuasa tapi tidak ada baginya pahala puasa kecuali lapar saja, dan betapa banyak orang sholat malam (tarawih), tapi tidak ada baginya pahala kecuali (kelelahan) begadang saja (HR An-Nasai). Akhirnya, marilah kita mengajak keluarga kita, saudara dan juga sahabat untuk bersama-sama menjadikan bulan Syaban ini sebagai bulan persiapan. Dari mulai persiapan keimanan hingga keilmuan, kita wujudkan satu demi satu pada hari-hari kita, pada rumah tangga dan lingkungan kita. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan keberkahan. Wallahu alam.

Renungan Akhir Ramadhan : Saatnya Menebar Kebaikan !

Jika Ramadhan kita jadikan ajang panen pahala semata, maka sungguh satu bulan saja tak akan pernah cukup bagi kita. Sebelas bulan lainnya diri kita pastilah tersapa dosa. Sedikit demi sedikit tanpa kita sadari, dosa itu membebani punggung kita. Dan kita pun tak pernah bisa mengkalkulasi sepenuhnya, apakah amal ramadhan kita sukses melibas semua dosa, ataukah hanya mengurangi beban dosa ?, atau jangan-jangan hanya sebatas lapar dahaga saja ? Bahkan para sahabat pun perlu enam bulan untuk memastikan amaliyah ramadhan mereka tak sia-sia dan diterima oleh Allah SWT. Diriwayatkan bagaimana kondisi para sahabat selepas ramadhan :

Mereka (para sahabat) berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan. Kemudian mereka pun berdoa selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan diterima oleh-Nya. (Lathaaiful Maarif hal. 232). Karenanya, amal kita harus terus berlanjut karena kita tak pernah tahu sampai kapan amal kita membuat posisi kita aman menjangkau surga. Jika ramadhan kita jadikan ajang pengampunan dosa, maka sungguh ampunan Allah SWT sepanjang masa dijanjikan kepada kita. Ada sepertiga malam yang penuh pengampunan bagi mereka yang terjaga dari tidurnya untuk kemudian meletakkan dahinya, sujud tersungkur sepenuh pengharapan. Ada juga sayyidul istighfar yang jika tulus terlantunkan akan membuat tiket surga ada dihadapan insya Allah. Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa mengucapkannya disiang hari dalam keadaan yakin dengannya kemudian dia mati pada hari itu sebelum petang hari, maka dia termasuk penduduk syurga dan siapa

yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia mati sebelum shubuh maka dia termasuk penduduk syurga. (HR. Al-Bukhari ). Karenanya, janji ampunan akan senantiasa ada karena kemuliaan Ar-Rahmaan terhadap hamba-Nya. Kita hanya perlu menguatkan komitmen untuk setia menyadari penuh dosa dan meminta ampunan-Nya. Jika ramadhan kita jadikan perlombaan ragam macam ibadah semata, maka Allah SWT yang kita sembah pada bulan Ramadhan ini, juga Tuhan yang sama kita sembah pada sebelas bulan berikutnya. Begitulah seluruh rangkaian ibadah yang kita nikmati di bulan mulia ini, sungguh terbuka peluang untuk menjalankannya di bulan lainnya. Puasa menahan lapar dahaga, adalah sunnah yang terbuka untuk kita jalankan setiap senin dan kamis setiap pekannya. Tarawih yang berarti sholat malam, adalah madrasah kemuliaan harian bagi para pemburu kebahagiaan hakiki. Begitu pula infak dan sedekah kita, sepanjang tahun tetap dibutuhkan saudara kita kaum miskin dan papa. Karenanya, amal ini akan terus berlanjut karena Ramadhan bukanlah tembok pembatasnya. Lalu, apa yang kita ambil dari Ramadhan, kita jadikan Ramadhan sebagai apa ? Jadikan ramadhan sebagai madrasah pembentuk karakter dan mental takwa. Sungguh Ia adalah training tahunan yang tak pernah tergantikan dan tak akan kita dapatkan di bulan selainnya. Tempaan tiga puluh hari dalam nuansa ibadah dan ruhiyah adalah sesuatu yang mahal harganya dan hanya akan kembali lagi setelah sebelas bulan perpisahan. Ramadhan adalah pelatihan tahunan yang harus menghasilkan muslim yang berbeda dari sebelumnya. Setelah Ramadhan harus lebih baik dari sebelum Ramadhan. Wahai jiwa yang ditempa oleh amaliyah ramadhan, bukankah seharusnya lebih ringan kita melangkah di bulan lainnya, karena jiwa dan fisik ini telah tertempa sedemikian rupa di sepanjang bulan mulia ini ? Masih ingatkah bangun kita di sepertiga malam, menundukkan nyamannya tidur dan melempar mimpi kita untuk sejenak menutup malam dengan rekaat witir dan doa pengampunan ? Lalu kita sempurnakan ikhtiar puasa kita dengan menikmati hidangan sahur yang penuh barokah. Masih ingatkah tiga puluh hari kita ditempa untuk berlapar dahaga ditengah aktifitas yang justru semakin padat ? Kita pun mengerjakan banyak hal, justru di saat fisik kita terlunta-lunta di terik siang panas. Namun kita bisa menjalankannya dengan sepenuh hati, nyaris tanpa keluh kesah menodai lisan kita ?. Masih ingatkah kita, betapa punggung dan kaki kita tak jenuh menyucikan Allah SWT melalui gerakan tarawih kita, hampir di setiap malam-malam ramadhan kita ? Sungguh bukan hanya janji pengampunan yang kita dapatkan, tapi lebih dari itu semangat kuat terpatri untuk tetap setia dan terjaga mensyiarkan sunnah agama mulia ini. Inilah hakikat Ramadhan sesungguhnya, bukan sekedar ajang panen pahala dan penggugur dosa-dosa, tapi ia adalah madrasah tahunan yang berharga. Sungguh Ramadhan tak akan pernah ingkar janji, ia selalu menghasilkan sosok-sosok baru, meluluskan alumni-alumni baru, yang akan menghiasi hariharinya sepanjang tahun dengan semangat menebar kebaikan. Sosok-sosok itu adalah saya dan Anda. Mari buktikan bahwa diri kita pernah menjalani tempaan Ramadhan yang berharga. Saatnya pendekar Ramadhan menebar kebaikan !

Anda mungkin juga menyukai