Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Jumat: Ramadhan Tiba, Mari Berbahagia!

KHUTBAH I

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Menjadi keniscayaan bagi kita untuk senantiasa


memanjatkan rasa syukur pada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan umur
panjang kepada kita sehingga kita bisa menikmati karunia nikmat yang telah dianugerahkan-
Nya kepada kita semua. Di antara nikmat tersebut adalah nikmat iman dan Islam yang
menjadi fondasi kita dalam memegang teguh aqidah dan menjalankan syariat agama Islam.
Oleh karenanya mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan pada Allah subhanahu wa
ta’ala agar bisa senantiasa:

“Melaksanakan segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya
baik dalam keadaan sepi maupun ramai, lahir maupun batin, dilihat maupun tidak dilihat,
dipuji maupun tidak dipuji oleh orang lain.”

Perlu khatib ingatkan pula bahwa ajakan pada ketakwaan ini juga merupakan kewajiban
setiap khatib dalam setiap mengawali khutbahnya karena memang menjadi rukun khutbah
Jumat itu sendiri. Jika khutbah tidak diawali dengan wasiat takwa, maka tidak sah lah
khutbah yang dikerjakan dan pastinya akan mempengaruhi kesempurnaan rangkaian ibadah
shalat Jumat. Dan mudah-mudahan juga, setiap kali khatib menyampaikan wasiat takwa,
tidak hanya menjadi rutinitas dan formalitas belaka namun bisa kita tanamkan dalam hati
untuk kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ketakwaan sendiri merupakan tujuan sekaligus buah dari pelaksanaan ibadah puasa
Ramadhan yang sebentar lagi kita akan laksanakan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
dalam QS Al-Baqarah: 183:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ayat ini bisa menjadi sarana introspeksi diri terhadap kualitas ibadah puasa Ramadhan yang
kita lakukan selama ini. Jika kita memiliki kualitas puasa yang baik, maka buah ketakwaan
akan menghiasi kehidupan kita minimal selama satu tahun ini, dalam bentuk takut untuk
meninggalkan perintah Allah dan senantiasa menjauhi larangan Allah dalam kehidupan
sehari-hari. Namun sebaliknya, jika dalam dalam memori kita kehidupan yang dilalui selama
ini selalu abai dengan perintah Allah dan kita tidak merasa bersalah dan berdosa saat
meninggalkan perintah Allah, maka buah ketakwaan dari puasa tidak kita dapatkan.

Oleh karena itu, maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa bulan Ramadhan, sehingga buah ketakwaan akan
kita dapatkan, sudah seharusnya kita mempersiapkan diri dengan baik sedari awal. Rasulullah
SAW pun mengingatkan dengan haditsnya yang mengajarkan kepada kita untuk
mempersiapkan Ramadhan sejak bulan Rajab melalui sebuah doa:

Artinya: “Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Sampaikan kami
dengan bulan Ramadhan.”

Dari doa ini kita harusnya menyadari bahwa Ramadhan merupakan waktu yang sangat spesial
bagi umat Islam sehingga sudah semestinya dipersiapkan dari jauh hari. Layaknya seseorang
yang akan menemui hari bahagia pernikahan, pastilah ia akan mempersiapkan jauh-jauh hari
dengan sebaik mungkin agar hari istimewanya bisa berlangsung dengan baik. Kebahagiaan
pun akan senantiasa mewarnai hari-harinya jelang hari pelaksanaan pernikahannya.

Datangnya bulan suci Ramadhan layak mendapat sambutan gembira. Ia adalah momentum
spesial yang Allah anugerahkan hanya sebulan selama setahun. Keutamaan-keutamaan yang
terkandung di dalamnya pantas kita nanti-nanti. 

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Kebahagiaan menyambut bulan suci Ramadhan harus kita wujudkan dengan senantiasa
meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kita semisal dengan melakukan ibadah puasa
sunah di bulan Rajab dan Sya’ban. Untuk mengisi asupan rohani, kita juga bisa menambah
ilmu dengan mengaji sehingga memiliki modal untuk mengisi bulan yang penuh berkah ini
dengan amal ibadah yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. 

Hal ini juga dicontohkan oleh Rasulullah shalllallahu 'alaihi wasallam dengan memberikan
arahan dan tuntunan Ramadhan pada sahabat-sahabatnya saat memasuki bulan Ramadhan.
Dalam arahan tersebut, Nabi menegaskan bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang
penuh dengan keberkahan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik
dari seribu bulan. Nabi juga mengingatkan keistimewaan bulan Ramadhan dengan menyebut
bahwa siapa yang mengerjakan suatu kewajiban dalam bulan Ramadhan, maka sama dengan
menjalankan tujuh puluh kewajiban di bulan lain. 

Ramadhan juga menurut Nabi kita adalah bulan kesabaran yang harus dilalui dengan
ketabahan dan kesabaran sehingga nantinya akan meraih balasan berupa surga. Ramadhan
juga merupakan bulan pertolongan, momen rezeki orang-orang mukmin akan ditambah.
Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa di bulan
Ramadhan, maka ia akan diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka. Orang yang
memberi buka akan memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi
sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut.

Nabi mengingatkan bahwa awal bulan Ramadhan dipenuhi dengan rahmat, periode
pertengahannya dipenuhi dengan ampunan dan maghfirah, dan pada periode terakhirnya
merupakan pembebasan manusia dari azab neraka. 

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,


Banyaknya keistimewaan yang hadir pada bulan Ramadhan ini haruslah kita sambut dengan
riang gembira. Rasulullah pun bergembira menyambut bulan Ramadhan dengan sabdanya
yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i dan Imam Ahmad:

Artinya "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah
mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan
ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu
malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di
malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun.”

Oleh karena itu marilah kita mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut kehadiran
bulan suci Ramadhan tahun ini dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita. Mari
kita laksanakan ibadah puasa dengan tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun
harus dapat menjaga diri dari segala perbuatan yang tercela. Ibadah puasa harus kita jadikan
wahana untuk membentuk sikap mental kita, menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah
dan beribadah dengan penuh keikhlasan.  Perlu kita sadari bahwa ibadah puasa bukan hanya
ibadah untuk diri kita sendiri, namun untuk Allah SWT. Dalam hadits Qudsi yang
diriwayatkan Imam al-Bukhari, Allah berfirman:

Allah Azza wa Jalla berfirman: “Setiap amal seorang manusia adalah untuk dirinya sendiri
kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasan kepadanya. Puasa itu
adalah perisai, karena itu apabila salah seorang di antaramu berpuasa, janganlah
mengucapkan perkataan yang buruk dan keji, jangan membangkitkan syahwat dan jangan
pula mendatangkan kekacauan. Apabila ia dimaki atau ditantang seseorang, maka katakanlah:
Aku sedang berpuasa.”
Semoga Allah memberikan kesehatan dan umur panjang pada kita sehingga bisa bertemu dan
melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan sekaligus mampu meraih buah ibadah puasa
yakni, Takwa. Wallahu a’lam bisshawab.

KHUTBAH II

Anda mungkin juga menyukai