Anda di halaman 1dari 9

MINI RISET

“MENYAMBUT BULAN RAMADHAN”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Kemuhammadiyahan

Disusun Oleh :

AYU LESTARI

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
tugas Mini Risert mata kuliah Kemuhammadiyahan.

Tugas ini telah disusun dengan maksimal dan sebaik mungkin. Namun
penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik agar dapat memperbaikinya.

Medan, Juni 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bulan suci Ramadhan adalah salah satu bulan yang mempunyai banyak sekali
keutamaan, karena tidurnya orang yang berpuasa saja adalah berpahala.
Namun tidur disini tentu saja dalam pengertian tertentu, karena bila setiap hari
selama bulan Ramadhan hanya digunakan untuk tidur saja sehingga
melupakan kewajiban maka hal ini tidak dibenarkan. Misalnya karena alasan
sedang berpuasa sangat hemat dalam mengeluarkan energi takut capek, lapar,
haus dan sebagainya. Ada tidak mau bekerja karena alasan sedang berpuasa,
sedang bekerja adalah salah satu kewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Karena itu tidur disini tentu saja dalam kontek bila di khawatirkan pada bulan
Ramadhan akan lebih banyak melakukan perbuatan maksiat, seperti
bertengkar, adu-domba, berkata dusta dan perbuatan-perbuatan tercela
lainnya.

Ketika telah mengetahui keutamaan ibadah di bulan Ramadhan maka dalam


setiap hitungan menit-maupun detik hanya untuk memperbanyak ibadah
kepada Allah SWT.Alangkah mudahnya seorang muslim kelak di yaumil
qiyamah untuk bisa masuk ke dalam Surganya Allah, baru saja merasa senang
saja Allah sudah mengharamkan masuk kedalam nerakanya.
Namun yang perlu kita pahami bahwa sesungguhnya senang itu adalah bahasa
hati, bukan bahasa akal. Karena itu sekalipun menurut penilaian orang lain
susah dan menyedihkan dari dalam diri pribadi merasa senang. Ada seorang
pedagang yang sedang sibuk melayani pembeli, tiba-tiba terdengarlah seruan
panggilan adzan, hatinya terpanggil untuk mengingat untuk menjalankan
perintah Allah. Dengan senang hati segera bergegas untuk menegakkan shalat,
dan dengan sentuhan hati pula mengatakan pada pelanggan, maaf toko saya
tutup dulu karena saya mau shalat, nanti setelah shalat akan saya buka
kembali.
Ketika menjalankan getaran hati ini, tentu akan akal menyayangkan mengapa
disaat toko atau warung sedang ramai dengan pembeli, justru ditinggalkan
hanya untuk menegakkan shalat yang mana shalat bisa di tunda setelah sepi
pembeli. Apalagi bila yang berbicara itu nafsu tentu akan lebih
menyayangkan. Akan kehilangan pelanggan yang berdampak pada
menurunnya pendapatan. Namun sesungguhnya bila hati yang bicara tentu
lain, karena kedekatan hati pada Allah akan memudahkan segala urusan,
urusan yang sulit akan menjadi mudah, urusan yang berat menjadi ringan,
urusan yang besar menjadi kecil hal ini karena pertolongan Allah.

Karena itu setiap ibadah yang dilakukan karena mengikuti panggilan hati tentu
akan dilakukan dengan mudah, ringan dan penuh keikhlasan. Walaupun pada
mulanya dilakukan dengan keterpaksaan namun setelah memahami rahasia
dibalik perintah Allah itu banyak hikmahnya, maka setiap perintah Allah akan
dilaksanakan dengan senang hati.

B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami lebih dalam makna dari
Bulan Ramadhan.

C. RUMUSAN MASALAH
a. Apa makna dari Bulan Ramadhan ?
b. Apa kelebihan dari Bulan Ramadhan ?
c. Amalan apa yang harus dilaksanakan dalam Bulan Ramadhan ?
BAB II
PEMBAHASAN

bulan yang dinanti-nantikan oleh umat Islam seluruh dunia yaitu bulan
Ramadhan yang penuh berkah. Kita akan menyambut kedatangan bulan mulia
tersebut dengan gembira karena didalamnya terdapat kelebihan dan keutamaan
yang tidak ada pada bulan-bulan yang lainnya. Marhaban Yaa Ramadhan. Sebagai
teladan umat, Rasulullah mencontohkan bagaimana menyikapi Ramadhan yang
kian dekat. Persiapan Rasul tersebut bukan hanya bersifat jasmani, melainkan
perpaduan antara persiapan fisik jasmani dan juga persiapan rohani menghadapi
kedatangan Ramadhan. Hal ini mengingat puasa sebagaimana ibadah yang lain
adalah paduan ibadah jasmani dan rohani, di samping ibadah yang paling berat di
antara ibadah wajib (fardu) lainnya.

Ada beberapa hal yang perlu persiapan menjelang datangnya puasa


ramadhan. Karena memang sebagai umat yang tidak terlepas dari dosa dan khilaf,
pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan
mereguk berbagai manfaat di dalamnya. Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa
Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita dalam sepanjang tahun, tetapi
Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa
berjumpa kembali dengan Ramadhan berikutnya. Selayaknya kita menyambut
bulan ini dengan perasaan yang gembira agar kita masuk dalam golongan orang-
orang yang diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalankan ibadah puasa
sebulan penuh. Perasaan tersebut harus direalisasikan dalam bentuk
mempersiapkan diri baik itu persiapan menyambut Ramadhan secara fisik, mental
dan spiritual.

Persiapan fisik menjelang Ramadhan ini bisa dilakukan dengan menjaga


kesehatan supaya senantiasa kuat, bertenaga dan bebas dari penyakit. Upaya
menjaga fisik agar sehat dan tidak sakit adalah dengan mengkonsumsi makanan
yang sehat dan bergizi, namun halal dan bersih serta menjauhi makanan yang
kurang sehat, kotor apalagi yang diharamkan oleh agama. Persiapan mental
menjalankan puasa ramadhan ini maksudnya adalah kta menyambut kedatangan
bulan Ramadhan, tamu mulia ini dengan penuh rasa syukur kepada Allah dan juga
dengan penuh kegembiraan. Hendaklah kita semenjak awal untuk menanamkan
tekad dan juga niat kita untuk memberbaiki diri, memperbaiki ibadah puasa kita
agar lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Persiapan spiritual menjalankan
puasa Ramadhan adalah dngan kita memperbanyak bekal kita dalam hal keilmuan
mengenai ketentuan, aturan dan hukum-hukum puasa, adab puasa ramadhan dan
etikanya serta amalan-amalan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu
a'alaihi wa sallam selama bulan puasa.

Di samping itu, hendaklah kita berusaha membersihkan hati kita dari sifat-
sifat tercela seperti sombong, takabbur, dengki, tamak dan sifat-sifat buruk
lainnya agar ibadah yang kita laksanakan diterima oleh Allah Ta'ala. Berikut ini
adalah hal-hal yang perlu disiapkan menjelang puasa Ramadhan ini yaitu
diantaranya :

1. Memulai Dengan BerpuasaSyaban


Sebelum memasuki puasa Ramadhan, ada baiknya kita melakukan
puasa Syaban terlebih dahulu. Selain untuk membiasakan diri, hal ini (puasa
Syaban) juga menjadi anjuran Rasulullah SAW, agar dibersihkan dari segala
dosa dan penyakit hati. Selain itu ada beberapa keutamaan bulan syaban itu
sendiri.

Dalil keutamaan bulan syaban dan juga keutamaan berpuasa di bulan


Syaban yaitu sebuah hadist dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau
bersabda :
"Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan
Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai
amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka
untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan." (HR. An Nasa’i ).
2. Mengetahui Akan IlmuPuasa
Mengetahui, memahami serta mengamalkan ilmu yang berkaitan dengan
adab puasa, rukun dan syarat puasa ramadhan adalah kewajiban bagi kita
selaku umat Islam. Dengan mengetahui dari segi keilmuan dan bersumber pada
Al-Qur'an serta Sunnah Rasulullah SAW maka itu adalah bagian dari syarat
diterimanya sebuah amal sholih dan kebaikan termasuk di dalamnya berpuasa
dalam bulan suci Ramadhan ini. Seorang muslim wajib mempelajari ibadah
sehari-harinya, termasuk fikih puasa, karena sebentar lagi kita akan
menjalankan kewajiban ibadah puasa. Tujuannya adalah untuk memahami
bagaimana cara berpuasa yang benar yaitu sesuai dengan petunjuk Rasul agar
ibadahnya diterima Allah SWT. Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa yang
Allah menghendaki kebaikan kepadanya, maka Allah mudahkan pendalaman
dalam menuntut ilmu agamanya." (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Menjaga Akhlak Islami


Dalam menjalankan puasa di bulan suci ini, kita tidak hanya
berpuasa sebatas menahan haus dan lapar saja. Akan tetapi menjaga perilaku
serta sikap tingkah laku kita juga. Akhlak kita sebagai sorang muslim dan
mukmin perlu dijaga. Tentunya tidak saja dalam puasa bulan suci ini saja, akan
tetapi dipertahanlan sampai sebelas bulan selanjutnya. Menjaga perilaku
termasuk diantara yaitu adalah menjaga penglihatan, lisan dan pendengaran.
Oleh karena itu, ada baiknya mulai kini kita saling menahan diri dan hawa
nafsu.
4. Memberikan Kabar Gembira Kedatangan Bulan Ramadhan
Memberi kabar gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan
kepada umat Islam. Dalam hal ini pemerintah juga akan memberikan
penjelasan serta pemberitahuan mengenai dimualinya puasa dalam bulan
Ramadhan yang biasanya diumumkan oleh Kementrian Agama RI. Hal ini
sesuai dengan sunnah Rasul SAW. Beliau selalu memberi taushiah serta
nasehat yang berhubungan dengan menjelang kedatangan Ramadhan dengan
memberi kabar gembira tentang bulan Ramadhan kepada para
sahabatnya.Marhaban Ya Ramadhan. Sebagai penutup kita kutip sebuah
hadist mengenai keutamaan bulan Ramadhan ini yaitu :
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah yang
telah didalamnya diwajibkan bagi kalian berpuasa. Disitu Allah SWT
membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka serta para syaitan
diikat didalamnya. Ada sebuah malam yang lebih mulia dari seribu malam, dan
barang siapa yang diharam/dihalangi untuk mendapatkan kebaikan malam itu
sesungguhnya Ia telah diharamkan dari segala kebaikan." (HR. Nasai dan
Baihaqi).
BAB III

KESIMPULAN

Bulan Ramadhan merupakan salah satu nikmat sangat agung yang


diberikan kepada umat Islam untuk mendapat ampunan dan rahmat Allah SWT.
Di bulan Ramadhan seseorang membutuhkan bekal intelektual dan pengetahuan
yang cukup untuk bisa menjadi orang yang bershaum sesungguhnya agar bukan
sekadar menahan lapar dan haus. Jangan sampai memasuki bulan Ramadhan
dalam keadaan belum membaca bab fikih shaum. Selain itu, seseorang juga
membutuhkan kecerdasan emosional yang memadai untuk tetap dapat berjiwa
seimbang meski dalam kondisi lapar dan lemah.

Anda mungkin juga menyukai