Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prestasi olahraga merupakan hasil optimal yang dicapai oleh seorang

olahragawan (atlet) atau sekelompok orang (tim/regu) dalam bentuk kemampuan dan

keterampilan dalam menyelesaikan tugas-tugas, baik dalam kompetisi beregu maupun

individu. Usaha latihan yang maksimal dan terstuktur dapat memberikan hasil yang

maksimal dalam prestasi olahraga. UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional ialah olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses

pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan

dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. UU RI Nomor 3

Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab VII pasal 21 ayat 2 dan 3,

Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk

mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional yang

dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga tingkat pusat maupun pada tingkat

daerah. Untuk pelaksanaan pengembangan prestasi pengorganisasian adalah salah

satu cara untuk dapat melakukan pembinan yang sistematis dan terstruktur.

Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 95 tahun 2017 tentang

peningkatan prestasi olahraga nasional, Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional

adalah kegiatan untuk menciptakan atlet berprestasi dalam rangka mencapai target

medali di kejuaraan maupun pekan olahraga tingkat internasional. Selain itu,

pemerintah pusat melalui UUD RI nomor 3 tahun 2015 tentang sistem keloahragaan

1
menekankan pemerintah kabupaten/kota melaksanakan perencanaan, pembinaan,

pengembangan, penerapan standardisasi, dan penggalangan sumber daya

keolahragaan yang berbasis keunggulan lokal. Proses pembinaan dan pengembangan

dilakukan salah satunya dengan menyelengarakan kompetisi secara berjenjang dan

berkelanjutan, di tambah dengan adanya lembaga-lembaga keolahragaan di Indonesia

dapat memberikan upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga.

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) salah satu lembaga yang

bertanggung jawab membantu mengelolah penyelengaraan keolahragaan indonesia,

memiliki peran penting yang memiliki kejelasan visi, misi dan perencanaan program

yang strategis jangka panjang maupun jangka pendek. Namun demikian, ada banyak

hal yang masih belum secara optimal dilakukan dalam mengembangkan prestasi di

bidang keolahragaan. Husdarata (2010:75) ada beberapa kendala yang sering

dijumpai dalam perkembangan olahraga prestasi di indonesia yaitu, masalah

manajemen keolahragaan nasional, organisasi induk belum melaksanakan program

pembinaan jangka panjang secara konsisten dan berkesinambungan, penyerapan dan

pendekatan ilmiah dan teknologi dalam olahraga masih terbatas, adanya kesenjangan

yang cukup lebar antara pemain-pemain top dengan pemain-pemain kader dalam

kemampuan dan prestasinya, sistem pemanduan bakat selama ini dilakukan secara

alamiah teras kurang memperhatikan hasil yang memadai, dan kendala yang terakhir

adalah kelemahan proses pembinaan tingkat dasar atau pemula. Bukan hanya itu

Selain faktor atlet dan pelatih maka ada faktor penting yang sangat berpengaruh pada

perkembangan olahraga prestasi saat ini yaitu faktor dari dukungan organisasi dan

2
manajemennya. Hal ini sejalan dengan penjelasan dari Rahmat (2014:54) bahwa

untuk mendapatkan sebuah prestasi ada dua faktor yang mempengaruhi, dua faktor

tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam

diri seorang atlet, dan faktor eksternal meliputi lingkungan organisasi dan

manajemanya. Upaya untuk menjalankan organisasi keolahragaan tentunya sebuah

organisasi tersebut harus memiliki ilmu manajemen yang baik dan mampu terarah.

Tisna dan Sudarmada (2014:2) menyimpulkan bahwa ilmu manajemen

menekankan pada pencapaian tujuan dan hubungan dengan orang lain dalam satu

organisasi. Sehingga manajeman merupakan suatu proses yang terdiri perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan sehingga tujuan yang kita ingginkan

tercapai secara efektif dan efisien. Jon Herman. (2015:377) Prestasi olahraga dapat

dicapai memerlukan menejerial atau manajemen yang baik, efektivitas dalam

melaksanakan kegiatan merupakan tuntutan bagi setiap organisasi untuk mencapai

tujuan. Ilmu manajeman dalam organisasi keolahragaan sangatlah memiliki dampak

baik jika dijalankan atau dikelolah dengan benar dan teratur.

Komite Olahraga Nasional Indonesia baik ditingkat kabupaten dan kota

diharapakan mampu menjalankan dan menerapkan sistem ilmu manajeman olahraga

yang baik. Rusli (2015:12) bahwa setiap fungsi manajemen harus dilaksanakan

dengan seksama, mengikuti aturan dan dijalankan dengan sistematis agar program

yang dijalankan oleh sebuah organisasi dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan.

Dengan demikian untuk dapat menjalankan setiap tiap program tersebut, harus ada

yang membuat perencanaan, adanya pengorganisasian mengenai siapa yang

3
melaksanakan apa dan diperlukan pula adanya yang menjalankan fungsi pengawasan

manajemen. Fungsi manajeman yang di jalankan oleh KONI tersebut, harus

memiliki tujuan organisasi sesuai Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

(AD/ART), yaitu dengan sebuah perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,

serta melakukan evaluasi melalui pengawasan controlling yang ada.

Komite Olahraga Nasional Indonesia di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

merupakan salah satu perwakilan komite olahraga yang diharapkan mampu

memprogramkan, dan mengkoordinasikan penyelengaraan dalam meningkatkan

olahraga prestasinya. Sejauh ini pelaksanaan pembinaan di Daerah Istimewa

Yogyakarta telah memiliki segudang prestasi. Bantuan dari kabupaten Bantul,

Gunungkidul, Kulon Progo, Sleman, dan Kota Yogyakarta telah mengupayakan

pencapaian yang maksimal. masing-masing daerah telah memberikan prestasi

diberbagai penyelengaran yang ada baik di tingkat nasional maupun internasional.

Hal ini terbukti bahwa program kegiatan olahraga prestasi Pekan Olahraga Daerah

(PORDA) telah berlangsung selama XIV kali di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penyelengaraan Pekan Olahraga Daerah (PORDA XIV) Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun 2017 adalah tanggung jawab KONI DIY yang pelaksanaanya

dilimpahkan kepada KONI Kabupaten/Kota atau pemerintah Kabupaten/Kota. Sesuai

dengan kesepakatan pengurus KONI DIY dan KONI Kabupaten/Kota sejak PORDA

VI/2001 di Sleman, PORDA DIY dilaksanakan secara gotong royong dalam arti tuan

rumah PORDA dilakukan secara bergiliran.

4
Pemerintah DIY mengharapkan dengan adanya penyelengaraan kompetisi

PORDA dapat mendorong masyarakat demi melakukan pengembangan dan

pembinaan cabang-cabang olahraga secara merata diseluruh kabupaten/kota dalam

wilayah provinsi DIY. Melalui gerakan PORDA ini diharapakan kepada Pengurus

KONI Kota Yogyakarta memiliki dorongan dan motivasi untuk meningkatkan

prestasi di bidang keolahragaan.

Pada penyelenggaraan PORDA Ke-XIV DIY Tahun 2017 yang

diselenggarkan dikabupaten Bantul, menjadi ajang unjuk prestasi dan sportivitas para

atlet. Dalam Laporan Ketua Umum KONI DIY, Djoko Pekik Irianto dalam

laporannya mengatakan bahwa perhelatan PORDA yang digelar 2 tahun sekali ini

bertujuan untuk menjaring atlet yang potensial dalam rangka menyiapkan altet untuk

mengikuti berbagai kegiatan nasional. Ajang Porda sebagai ajang mencari atlet bibit-

bibit atlet yang akan disiapkan untuk menghadapi PON ke 26 di Papua tahun 2020

mendatang. Porda ke XIV DIY yang mengusung tema Bersinergi Untuk Mendulang

Prestasi itu diikuti tak kurang dari 3282 orang atlet. Dari Kota Yogyakarta 621 atlet,

Kabupaten Sleman 755 atlet, Bantul 805 atlet, Kulon Progo 515 atlet dan Kabupaten

Gunungkidul 529 atlet. Sementara itu, dalam Porda Ke-XIV akan mempertandingkan

36 cabang olahraga atau 42 sub cabang olahraga. Memperebutkan 430 mendali emas,

434 mendali perak dan 546 mendali perunggu.

Berdasarkan pengamatan melaui media dan observasi melalui data-data

empirik, penulis merasa ada kesenjangan mengenai kondisi Prestasi Team Kota

Yogyakarta yang dalam hal ini mewakili KONI Kota Yogyakarta dalam

5
keikutsertaannya pada penyelenggaran PORDA DIY tahun 2017. Sebelumnya, Team

Kota Yogyakarta telah siap untuk merebut juara umum, hal ini di sampaikan oleh

ketua umum KONI kota Yogyakarta Santoso Budi Raharjo. Menurutnya “Kontingen

team kota Yogyakarta menargetkan bisa meraih 140 emas, di ajang dua tahuan ini”

Kontingen team kota Yogyakarta pada PORDA 2017, dengan total 621 atlet yang

terverifikasi menurunkan 34 cabang olahraga. Team kota yogyakarta memiliki 8

cabang olahraga yang menjadi andalan diantaranya renang, basket, panjat tebing,

aeromodeling, pencak silat, karate, atletik, tenis meja, golf, volly pasir dan balap

sepeda. Namun hasil yang di peroleh kontingen team kota Yogyakarta tidak mencapai

target yang sesuai. Team Kota Yogyakarta pada PORDA XIV tahun 2017 hanya

mampu menduduki peringkat ketiga dengan hanya memproleh 100 emas. Hal ini

sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Wali Kota Yogyakarta Hariyadi Suyuti

saat pembukaan Musyawarah Olahraga Kota (musorkot) menurutnya bahwa

“merosotnya prestasi kontingen kota Yogyakarta pada ajang PORDA XIV 2017 di

Bantul yang hanya menduduki peringkat ke tiga diharapkan menjadi cambuk untuk

berbenah, menurutnya bahwa raihan pada PORDA XIV 2017 harus menjadi spirit

bagi para atlet dan pelatih, serta pengurus,untuk berusaha lebih keras lagi demi

memenuhi target untuk merebut juara umum, dan meminta agar proses sistem tata

kelola olahraga Yogyakarta bisa berjalan baik.

Berikut ini akan laporan hasil perolehan medali pada Kegiatan PORDA Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2013-2017 melalui observasi pada BINPRES KONI

daerah istimewa Yogyakrta:

6
Tabel. 1
Data Perolehan Medali PORDA XIV DIY 2017 di Kabupaten Bantul
Kabupaten/Kota Emas Perak Perunggu
Sleman 140 138 129
Bantul 134 112 152
Kota 100 112 116
Kulon Progo 32 27 73
Gunungkidul 23 40 76
(Sumber Data : Wawancara dan Dokumentasi)
Tabel. 2
Data Perolehan Medali PORDA XIII DIY 2015 di Kabupaten Kulon Progo
Kabupaten/Kota Emas Perak Perunggu
Bantul 126 106 132
Sleman 125 105 129
Kota 112 117 129
Kulon Progo 23 39 74
Gunungkidul 21 40 53
(Sumber Data : Wawancara dan Dokumentasi)
Tabel 3
Data Perolehan Medali PORDA XII DIY 2013 di Kabupaten Gunung Kidul
Kabupaten/Kota Emas Perak Perunggu
Kota 156 116 140
Sleman 112 138 120
Bantul 109 114 136
Kulon Progo 19 27 63
Gunungkidul 15 26 67
(Sumber Data : Wawancara dan Dokumentasi)

Dari perolehan medali diatas, kota Yogyakarta pada ajang PORDA 2015-2017

yang telah diselenggarakan, tidak mendapatkan hasil yang optimal, dengan

menduduki peringkat ke tiga. berbeda dengan penyelenggaraan PORDA 2013

dikabupaten Gunung Kidul dengan prestasi yang memuaskan menduduki peringkat

7
pertama dengan perolehan emas 156, perak 116, dan Perunggu 140. Hal ini menjadi

salah satu pertimbangan bahwa penurunan prestasi pada porda 2017 Pada kontingen

kota Yogyakarta bukan hanya pada atletnya, tetapi sistem tata kelola yang belum

sepenuhnya dijalankan. Hal ini menjadi bahan acuan bahwa fungsi manajeman yang

ada pada team kota Yogyakarta belum sepenuhnya dijalankan dan masih mengalami

kekurangan dan kelemahan dalam penerapannya.

Berdasarkan Penjelasan di atas tentang manajemen team kota Yogyakarta,

pada program pembinaan kegiatan PORDA 2017 haruslah di evaluasi. Agar

hasilnya benar-benar dapat dijadikan dasar dalam menentukan kualitas pembinaan

dan pengembangan secara terarah, sistematis dan terstruktur. Menurut Wirawan

(2011:23) evaluasi program merupakan metode sistematik untuk mengumpulkan,

menganalisis, dan memaknai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai

program. Dengan ini pelaksanaan evaluasi program bertujuan untuk menemukan

fakta-fakta pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah dan masyarakat

dilapangan khususnya pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam proses pembinaan

Team Kota Yogyakarta. Oleh karena itu, peningkatan dan pengembangan sistem

pembinaan atlet berprestasi mempunyai suatu sasaran yang ingin dicapai, baik dalam

visi misi, maupun perancangan strategis jangka pendek, jangka menegah, jangka

panjang, dan program lainnya. Melalui pengukuran yang sesuai prosedur, akan

sangat mudah dievaluasi secara bertahap dan berkelanjutan pada setiap program

pembinaan yang terkait dengan Penyelanggaraan PORDA 2017 Team Kota

Yogyakarta.

8
Evaluasi dalam penelitan ini akan menggunakan Model CIPP, karena model

CIPP adalah evaluasi yang dilakukan secara kompleks yang meliputi Context, Input,

Process, dan Product. Model CIPP ini banyak dipandang sebagai suatu model

evaluasi yang sangat sitematik dan menyeluruh. Model ini juga sangat memberikan

manfaat untuk melihat sejauh mana program ini telah berjalan sesuai dengan yang

direncankan/diinginkan. Pelaku dalam mengunakan model ini, biasanya tidak

berhubungan langsung dengan program yang dievaluasi. akan tetapi dapat bekerja

dengan salah seorang yang terlibat langsung dalam program tersebut. selain itu

evaluator program harus dapat bersinergis dengan pelaku yang terlibat dan yang

bekerja sebagai staf atau pengurus dalam pelaksanaan program sebagai informan

untuk mendapatkan keaslian data, yang digunakan untuk menentukan, menetapkan

dan menyimpulkan segala informasi dari pelaksanaan program. Evaluasi model CIPP

secara meyeluruh akan mengevaluasi tentang fungsi manajemen yang terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Dengan konsep

tersebut, dapat mempermudah pelaku evaluasi dalam mengambarkan hasil dari

sasaran dan tujuan evaluasi.

Penelitian Evaluasi memberikan informasi dan gambaran dari hasil

Manajemen Team Kota Yogyakarta Pada PORDA 2017. Hal ini Agar dapat menjadi

acuan dan reverensi dalam perbaikan tentang sistem manajemen team kota

Yogyakarta pada program pembinaan prestasi.

9
B. Deskripsi Program

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka deskripsi program pada

penelitian ini yaitu evaluasi manajemen team kota yogyakarta pada penyelenggaraan

PORDA Ke-XIV tahun 2017 di DIY. Program ini digunakan dalam penentuan

kriteria keberhasilan suatu evaluasi program untuk memberikan penjelasan dan

gambaran secara menyeluruh tentang manajemen team kota Yogyakarta pada

PORDA 2017.

Deskripsi program penelitian ini meliputi : (1) Mengevaluasi team kota

Yogyakarta yang terdiri dari visi misi, dan tujuan organisasi, kebutuhan program

dilapangan, perumusan program, struktur kepengurusan, job description

kepengurusan, dan pembinaan secara menyeluruh. (2) Evaluasi program pembinaan

manajemen meliputi program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang,

periodisasi latihan, jadwal latihan, daftar personil pengurus, pelatih, atlet sumber

dana, nomor/cabang olahraga, sarana dan prasarana (3) evaluasi aktifitas pelaksanaan

meliputi kinerja, sistem PORDA, tata kelolah, sarana dan prasarana, hambatan,

pendanaan dan pelaksanaan program. (4) Pencapaian dan Target team/kontingen Kota

Yogyakarta meliputi kepuasan, dampak positif dan negatif. Prioritas cabang olahraga,

penurunan dan peningkatan. Semua dibahas secara menyeluruh pada instrumen

penelitian yang di validasi. Agar secara rinci dapat mempermudah dalam

mengungkapkan fakta-fakta yang terdapat pada manajemen team kota Yogyakarta.

Pada bagian Kriteria keberhasilan evaluasi CIPP pada manajemen team kota

yogyakarta, evaluator memasukan tolak ukur keberhasilan berdasarkan UU. No. 3

10
tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Perpres Nasional Nomor 95

Tahun 2017 tentang Peningkatan Prestasi Olahraga, buku pedoman KONI Pusat,

Surat Keputusan, dan Laporan Pelaksanaan PORDA 2017 diantaranya Aturan Umum

PORDA dan Aturan Khusus Cabang Olahraga

C. Pembatas dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada manajemen team kota yogyakarta yang mewakili

KONI kota pada PORDA XIV tahun 2017 di Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian ini dengan menggunakan model evaluasi CIPP terhadap Manajemen

Team Kota Yogyakarta pada PORDA Ke- XIV 2017 daerah Istimewa

Yogyakarta. Adapun rumusan masalahnya sebagi berikut:

a. Bagaimana evaluasi conteks Team Kota Yogyakarta pada PORDA XIV

tahun 2017 di DIY?

b. Bagaimana evaluasi input manajemen Team Kota Yogyakarta pada

Persiapan dan pelaksnaan PORDA XIV tahun 2017 di DIY?

c. Bagaimana evaluasi proses tata kelolah manajemen Team Kota Yogyakrta

pada PORDA 2017?

d. Bagaimana evaluasi produk pada manajemen POAC Team Kota Yogyakarta

Pada PORDA XIV 2017 di DIY?

11
D. Tujuan Program Penelitian

Tujuan program penelitian evaluasi dengan mengunakan model context, input,

process, dan product (CIPP) ialah untuk mengetahui sejauh mana program – program

manajemen team kota yogyakarta yang telah dicapai dengan menggungkap hal-hal

yang terkait dengan fungsi manajemen planning, organizing, actuating dan

controlling terhadap team Kota Yogyakarta pada penyelenggaraan PORDA XIV

tahun 2017 di Provinsi DIY.

E. Manfaat Evaluasi

Dengan dilakukan penelitian evaluasi ini diharapkan dapat memiliki manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini di harapakan dapat berguna sebagai pengembangan ilmu

pengetahuan dan bahan informasi tentang evaluasi manajemen team kota

yogyakarta pada Penyelangaraan PORDA 2017 di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Evaluasi yang dilakukan diharapkan akan memperbaiki prestasi

team Kota Yogyakarta pada PORDA selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

rekomendasi kepada (a) pengurus, (b), pelatih, dan (c) atlet PORDA Kota

Yogyakarta. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki pelaksanaan manajemen

team kota yogyakarta pada penyelengaraan PORDA (Pekan Olahraga

Daerah).

12

Anda mungkin juga menyukai