Anda di halaman 1dari 9

DISUSUN OLEH:

WAHYUNINGSIH D. SOFYAN
04341911024
KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
Berdasarkan analisis medan angin  pada jam 07.00 WIB tanggal 28 Januari dan Februari 2014 angin
secara umum  berhembus dari timur laut Sumatera sesuai dengan pola angin monsun pada saat
bulan Desember, Januari, dan Februari (DJF). Gerakan angin secara regional dapat dikatakan mendukung dan
mempengaruhi  perkembangan kabut asap akibat kebakaran hutan di Provinsi Riau pada bulan
tersebut.
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol.2 No. 2 Juni 2015
13
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
3.2. Angin Permukaan (lokal)
(a) (b)
Gambar 2.
Angin permukaan Stamet Pekanbaru bulan Januari

Februari 2014
Dari Gambar 2 dapat terlihat bahwa angin permukaan dari data observasi Stasiun Meteorologi
Pekanbaru, pada bulan Januari didominasi dari arah Timur Laut dan Timur sedangkan pada bulan Februari
didominasi dari arah Utara dan Timur.
3.3. Arah Angin Trayektori SATAID dan HYSPLIT
Arah dan pergerakan kabut asap kebakaran hutan pada bulan Januari dan Februari 2014 diolah
menggunakan aplikasi SATAID dan HYSPLIT :
Gambar 3.
Contoh hasil pengolahan trayektori asap kebakaran hutan Riau tanggal 29 Januari 2014 dengan
menggunakan SATAID dan HYSPLIT
Trayektori selama bulan Januari dan Februari menunjukkan arah angin pada lapisan 1000mb cenderung
bergerak menuju barat daya, selatan dan tenggara. Pada lapisan 925mb arah angin juga masih didominasi
menuju barat daya, selatan dan tenggara namun dengan arah yang cukup  berbeda dari lapisan
dibawahnya. Hasil dari HYSPLIT pada ketinggian 1 dan 10 meter  juga menghasilkan arah pergerakan
yang sama seperti arah pada lapisan 1000mb.
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol.2 No. 2 Juni 2015
14
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
3.4. Keakurasian SATAID dan HYSPLIT untuk nilai
Visibility
Keakurasian pergerakan kabut asap  pada bulan Januari dan Februari 2014 menunjukkan nilai
Proportion Correct
(PC) sebesar 0,45 untuk trayektori dengan SATAID pada lapisan 1000mb dan 0,40 untuk lapisan
925mb serta 0,375 untuk lapisan 1000mb dengan menggunakan HYSPLIT. Nilai tersebut menandakan
bahwa trayektori yang didapat dengan kedua perangkat lunak tersebut berada dibawah 50% untuk
mengetahui pergerakan kabut asap yang akan mempengaruhi
visibilty
(Tabel 2).
Tabel 2.
Akurasi Data Pergerakan Kabut Asap (HYSPLIT dan SATAID) dengan
Visibility
(Observasi)  jam 07.00 WIB
Berdasarkan pengolahan SATAID, diperoleh arah pergerakan kabut asap akibat kebakaran hutan
ditinjau dari dimana letak titik apinya didapatkan bahwa sebanyak 77,5 % arah pergerakan kabut
asap pada 1000mb SATAID menuju Pekanbaru, 25% arah pergerakan kabut asap pada 925mb
SATAID menuju Pekanbaru dan 65% arah  pergerakan kabut asap pada ketinggian 1 dan 10 meter
HYSPLIT menuju Pekanbaru. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama 40 hari terdapat titik api di Riau,
SATAID mampu menunjukkan bahwa sebagian besar kabut asap akibat kebakaran hutan di sebelah timur
Provinsi Riau  bergerak menuju arah barat daya. Pada ketinggian 925mb atau 900m hanya sebagian
kecil kabut asap kebakaran hutan menuju arah barat daya. Kondisi ini disebabkan karena pada lapisan yang
lebih tinggi angin akan bergerak semakin  berlawanan dengan angin di permukaan. Pada lapisan
925mb sudah memasuki  puncak lapisan yang pola anginnya tidak lagi sama dengan lapisan
1000mb. Dengan 2 aplikasi trayektori yang digunakan, metode SATAID memiliki keakurasian sebesar
40-45% dalam menunjukkan potensi kejadian  berkurangnya
visibility
di bandara akibat dari pergerakan kabut asap kebakaran hutan, dibandingkan HYSPLIT dengan akurasi hanya
37,5%.
4.

KESIMPULAN
Arah pergerakan kabut asap dengan menggunakan SATAID memiliki akurasi lebih tinggi dibanding
HYSPLIT dilihat dari pengaruh trayektori terhadap
visibility
dengan arah dominan dari timur laut menuju barat daya. Hal ini juga sesuai dengan pergerakan
angin secara regional dan lokal yang bergerak dari arah utara sampai timur. Kondisi pergerakan
angin ini mendukung pergerakan kabut asap menuju  bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Annex 3, (2007) :
Meteorological Service  for International Air Navigation.
Sixteenth Edition, International Civil Aviation Organitation. Hermawan, W. (2006) :
Dampak Kebakaran  Kebun dan Lahan terhadap  Lingkungan Hidup.
Dinas  N = 40
1000MB (120 meter) 925MB (900 meter) 1 dan 10 METER Correct Negative
5 13 6
Hits
13 3 9
JUMLAH
18 16 15
Akurasi (%) 45 40 37,5

Anda mungkin juga menyukai