Korespondensi :ketutsugiharto94@gmail.com
ABSTRAK
Pada perkerasan aspal konvesional air tidak bisa meresap atau masuk pada perkerasan jalan hal tersebut
berakibat berkurangannya area luasan resapan air hujan. Aspal porus merupakan suatu perkerasan jalan
dimana air bisa masuk kedalam struktur pondasi jalan diteruskan sampai kebawah sampai tanah asli dengan
perkerasan porus tdk ada lagi genangan air dan limpasan air akibat air hujan yang jatuh di permukaan jalan
dengan demikian perencanaan mengunakan aspal porus akan lebih aman dan nyaman sudah tidak ada
genangan air. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perbedaan aspal porus dengan aspal
konvensional dari segi tegangan dan regangan sehingga kita bisa mengetahui perbedaan dan karateristik
perkerasan konvensional dan perkerasan porus.
1. PENDAHULUAN
Jalan merupakan prasarana yang jalan/subbase dan diteruskan sampai
sangat penting untuk mendukung system kebawah tanah asli / subgrade sehingga
transportasi. Menurut Peraturan Pemerintah pada perkerasan jalan tidak ada lagi
No. 34 tahun 2006 pada 2014 panjang genangan air dan limpasan air akibat air
jalan di Indonesia mencapai 502.724 km. hujan.
Peningkatan kapasitas jalan ini
2. TINJAUAN PUSTAKA
menyebabkan banyaknya ruang terbuka
2.1. Konstruksi Perkerasan
hijau yang beralih fungsi kegunaannya
Perkerasan jalan dapat dibedakan
.Pada perkerasan yang konvesional, air
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
tidak bisa meresap atau masuk pada
a. Konstruksi perkerasan lentur
perkerasan jalan. Pada tahun 1970 di
b. Konstruksi perkerasan kaku
Negara-negara maju seperti Amerika dan
c. Konstruksi perkerasan komposi
Jepang sudah dikembangkan sistem
Tujuan desain struktur perkerasan adalah
jaringan perkerasan jalan mengunakan
untuk menghasilkan sebuah struktur
porus yang bernama Porous Pavement(
perkerasan yang akan mempertahankan
BMps sections.6 ). Porus pavement ini
kondisi seperti yang diinginkan untuk
merupakan teknologi yang ramah
waktu yang lama.
lingkungan sehingga sangat cocok
diterapkan di daerah mempunyai iklim
3. METODOLOGI PENELITIAN
musim hujan yang cukup panjang seperti
3.1 Rencana Penelitian
Indonesia. Porus pavement merupakan
Dalam penelitian dilaksanakan
suatu perkerasan jalan yang mengijinkan
dalam beberapa tahapan, yaitu pekerjaan
air yang berada di atasnya bisa masuk
persiapan, pekerjaan laboratorium, dan
kedalam lapisan jalan atau struktur pondasi
membuat model perkerasan standar
jalan dan masuk ke pondasi paling bawah
Jenis Perkerasan
Pembuatan model lapangan Konvensional Porus
(Base, (Base,
Variabel subbase) subbase)
Pengukuran
- Uji tegangan Rega- - -
- Uji regangan
ngan - -
horizon
variabel terikat
tal - -
Analisa data
- Aspal konvensional - -
- Aspal porus Tega-
- -
ngan
- -
Perbandingan analisis data
Aspal konvesional
Aspal porus
Kesimpulan
60cm
1 1/2' 100 100 50
1' 79 85 30
120 cm 3/8' 44 58 5
Gambar 2. Dimensi aspal konvensional no.4 29 44 0
dan porus no.10 17 30 0
no.40 7 17 0
no.200 2 8 0
Sumber : Penelitian Malik
3.7 Pengukuran
Pengujian di lapangan skala model
Gambar 3. Ukuran lapisan pondasi perkerasan mengunakan alat beban berjalan yang
dimana setiap lintasan dicatat pada alat uji
3.6.2 Pemodelan Perkerasan tegangan dan alat uji regangan pada
Konvensional ( Binamarga ) indicator digital yang menunjukan angka
Pemodelan perkerasan konvensional atau nilai-nilai setiap lintasan
berupa subgrade ( pasir berlempung ), base 3.7.1 Alat Uji Tegangan
(material konvensional) dan Surface (aspal Alat uji tegangan ini terbuat dari load
konvensional). cell yang disambung dengan layar untuk
memantau tegangan yang terjadi.
Tabel 2. Variasi gradasi lapisan pondasi
perkerasan konvensional lolos
ayakan
GRADASI AGREGAT ASPAL KONVENSIONAL
80
60
40
20
0 diameter saringan (mm)
100 10 1 0,1 0,01
Gambar 9. Base
80
50
40
30
20
10
0
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Butiran (mm)
5.2 Saran
a. Pada penelitian selanjutnya di usahakan
diperbanyak lintasannya supaya kita
bisa mengetahui perbedaan titik
keruntuhan aspal pada perkerasan
konvensional dengan perkerasan porus .