Sub-CPMK:
1
KEBIJAKAN LUAR NEGERI AUSTRALIA
negara tersebut dalam sistem politik internasional. Saat ini Australia merupakan
salah satu negara utama dalam perdagangan internasional dengan ekspor utama
di bidang pertanian dan pertambangan. Selain itu, Australia diakui sebagai salah
satu negara donor utama khususnya di kawasan Pasifik. Kebijakan luar negeri
peserta aktif dalam kerjasama kawasan Pasifik melalui Pacific Island Forum, dan
utama dalam politik luar negeri Australia saat ini adalah perdagangan bebas,
2
dan masalah keamanan kawasan Asia Pasifik. Australia juga aktif dalam
Nations.’
Sebelum Perang Dunia II, politik luar negeri Australia mayoritas ditentukan
oleh kerajaan Inggris. Hal ini menyebabkan militer Australia terlibat dalam
sejumlah perang ataupun operasi militer yang dilakukan Inggris. Dalam sejumlah
penting dalam kampanye militer Inggris. Begitu pula dalam Perang Dunia I,
ANZAC day.
Situasi kritis Australia akibat ancaman invasi Jepang pada Perang Dunia II
Tenggara membuat Australia membangun aliansi militer baru dan diplomasi yang
lebih erat dengan AS. Pangkalan kekuatan militer Inggris di Singapura dengan
mudah direbut oleh Jepang dan PM Inggris Winston Churchill lebih memusatkan
militer Inggris dalam perang melawan Jerman di Eropa. Hal kemudian membuat
dengan Inggris” (Clarke 2002, 136). Namun demikian Australia pasca Perang
Dunia II tetap menjalankan operasi militer bersama Inggris seperti dalam operasi
3
menumpas gerilyawan komunis di Malaya dan menahan infiltrasi militer Indonesia
Renzi 2004).
Perang Dingin
aliansinya dan menjadi salah satu aliansi utama AS di Asia-Pasifik pada era
Perang Dingin. Sebagaimana dengan AS, pada masa tersebut politik luar negeri
4
ANZUS yang terdiri dari Australia, New Zealand dan United States (AS). Kedua,
Australia juga bergabung dengan SEATO (South East Asia Treaty Organization)
bersama AS, Inggris, Perancis, Selandia Baru, Thailand, Pakistan, Filipina, Korea
Pada saat Vietnam Utara yang komunis menyerbu Vietnam Selatan pada
tahun 1968, Australia memandang hal tersebut sebagai ancaman utama terhadap
faktor utama dukungan Australia terhadap politik luar negeri AS. Namun demikian
Pada era 1970, gelombang anti perang semakin meluas yang ditandai
kemenangan Partai Buruh pada pemilu tahun 1972. Kemenangan pertama setelah
23 tahun. Hal tersebut kemudian disusul dengan sikap tegas pemerintah Australia,
yakni PM Gough Whitlam mencabut wajib militer dan menarik pasukan Australian
dari Vietnam. AS tidak lama setelah itu menandatangani perjanjian damai dengan
5
Vietnam pada tahun 1973 setelah setahun sebelumnya menarik pasukannya dari
Vietnam. Pada tahun 1975, Vietnam Selatan jatuh ke kekuasaan Vietnam Utara.
Kebijakan Multikulturisme
dalam politik luar negeri Australia. Pemerintahan Gough Whitlam secara umum
pemboman AS ke Vietnam Utara pada tahun 1972, para politikus sayap kiri
dalam hal ini Asia, dan perlahan-lahan menghapus sisa-sisa kebijakan “White
Australian policy” yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Faktor ras bukan
lagi hambatan dalam penerimaan imigrasi Australia, dan sejumlah besar orang
mengakui Republik Rakyat Tiongkok sebagai Cina yang sah dan memulai
hubungan politik dan ekonomi yang lebih intensif dengan negara tersebut.
Pandangan tentang Cina sebagai ancaman dari utara atau pun “the yellow peril”
6
dihapuskan dan kebudayaan serta sejarah Cina lebih diapresiasi. Hubungan
(Timor Timur) pada tahun 1975. Hal tersebut dilakukan selain karena alasan
geostrategis pasca jatuhnya Vietnam Selatan juga sebagai bagian dari upaya
Hawke dan PM Paul Keating. Hubungan erat ini kemudian berubah setelah John
Howard dari koalisi Liberal/National menduduki posisi perdana menteri pada tahun
jajak pendapat 1998 sebagai bentuk dukungan Australia untuk Timor Leste
merdeka.
Masalah Imigrasi
imigrasi. Diawali dengan datangnya para pendatang dari Eropa khususnya Inggris
7
pada abad ke 17 dan 18. Para pemukim-pemukim baru ini kemudian membangun
kota masing dan tidak jarang berkonflik dengan orang Aborigin yang telah
yang lebih superior membuat warga kulit putih lebih dominan dalam kompetisi
gelombang imigrasi baru yang dikenal dengan nama “gold rush.” Imigran dari
daratan Tiongkok mencapai jumlah yang sangat besar dan kemudian terlibat
kompetisi dengan kaum kulit putih dalam penambangan emas dan sumber daya
lain di Australia. Sejumlah kejadian merebak menjadi konflik antara penduduk kulit
putih dengan imigran Cina seperti kasus kerusuhan Buckland tahun 1857 dan
kerusuhan Lambing Flat antara tahun 1860 dan 1861. Masalah kompetisi tambang
imigran dari Tiongkok dan pajak khusus bagi penambang Cina di Victoria pada
tahun 1855 dan di New South Wales tahun 1861. Kebijakan ini berlangsung hingga
membutuhkan pekerja lebih banyak yang mampu bekerja di kondisi tropis. Pilihan
Pasifik yang biasa disebut dengan “the Kanakas” dan dipekerjakan dengan biaya
murah. Banyak dari pekerja tersebut didatangkan dengan tipuan atau diculik dan
dipekerjakan secara tidak layak dengan upah sangat rendah. Jumlah besar
8
pekerja ini membuat pekerja kulit putih merasa terancam dan melalui serikat
Protes berakhir dengan dikeluarkan regulasi antara tahun 1875 dan 1888 oleh
Pada saat Federasi Australia berdiri pada tahun 1901, imigrasi menjadi
bagi imigran yang dilarang.” Legislasi ini kemudian berkembang menjadi “White
Australian Policy” yang cenderung rasis dan mengutamakan hak dan kepentingan
warga kulit putih dibanding ras yang lain. Selama bertahun-tahun kebijakan-
panjang dalam politik dan budaya Australia. Sejumlah kebijakan terus diambil
dalam memberikan prioritas imigrasi kepada warga kulit putih khususnya orang
Inggris selama abad ke 20 hingga Perang Dunia II. PM John Curtin bahkan pernah
menegaskan “Negeri ini akan tetap menjadi rumah bagi keturunan orang-orang
yang telah datang ke sini dengan damai dengan tujuan untuk membangun outpost
baru Inggris di laut bagian selatan” (Fact Sheet 8 - Abolition of "White Australian"
Policy 2013).
9
menyelamatkan diri dari Perang Vietnam. Kebijakan “White Australian” secara
penuh dihapus oleh Gough Whitlam pada tahun 1973 dengan menerapkan
berkaitan dengan ras dan imigrasi serta menghapus faktor ras dalam seleksi
komponen utama yakni program bagi keluarga atau imigran dengan keahlian
khusus dan program kemanusiaan untuk pengungsi dan pencari suaka. Program
ini rencananya sampai tahun 2010 akan menerima imigran sekitar 6,5 juta jiwa,
namun dalam waktu satu dekade telah berkembang tiga kali lipat hingga 21 juta
jiwa dari sekitar 200 negara asal. Hingga saat ini Australia tetap menjadi tujuan
akhir para imigran dan pengungsi internasional. Selain menjadi potensi bagi
10