Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Australia merupakan Negara yang memiliki letak georafis berdekatan dengan

Negara-negara di Pasifik Selatan dan Asia Tenggara, sehingga letak geografis

Australia berada di lingkungan Negara-negara yang berbeda secara sosial,

kultural, ras, etnis dan adat kebudayaan dengan Australia. Faktor tersebut

merupakan alasan bagi Australia disebut sebagai misplaced continent atau

frightened country. Latar belakang Australia sebagai misplaced continent terlihat

dari pelaksanaan sistem pemerintahan Australia yang mengarah ke Eropa. Namun

secara geografis letak Australia berada pada lingkaran masyarakat yang berbeda,

seperti Pasifik Selatan.1 Dalam kenyataan seperti ini, posisi politik Australia

berada di antara akar budaya Inggris dan hubungannya dengan Negara-negara

Asia Pasifik karena kedekatan geografis.

Posisi politik Australia pun mulai tampak saat Perang Dunia (PD) II,

ketika terdesaknya kekuatan pertahanan Inggris di Asia oleh tentara Jepang pada

PD II. Serangan Jepang tersebut merubah pandangan politik Australia. Australia

beranggapan bahwa Inggris sebagai negara kuat yang dapat menyelamatkan

1
Misplaced continent atau frightened country adalah istilah bagi Australia karena karakteristik
fisik penduduk Australia yang tidak memiliki kesamaan dengan karakteristik Negara-negara
tetangga dalam letak geografis yang berdekatan. Istilah tersebut menjelaskan bahwa Australia
seakan akan benua yang salah tempat, selain karakteristik fisik Australia memiliki kedekatan
dengan Negara-negara yang letak geografisnya jauh, seperti Eropa. Dalam Arah Politik Australia
Masa Kini, hal 93.
Melalui
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197101011999031WAWAN_DARM
AWAN/arah_politik_australia.pdf diakses pada tanggal 12 Desember 2012 pukul 12.50 WIB.

1
Australia, ternyata tidak dapat menghadapi Perang Pasifik yang sedang di hadapi

Australia. Lemahnya pertahanan Inggris di Asia yaitu dengan jatuhnya Malaya

dan benteng pertahanan Inggris di Singapura serta pengeboman atas Darwin oleh

tentara Jepang. Keadaan tersebut menghadapkan Australia pada kenyataan bahwa

Australia tidak mendapat jaminan keselamatan dari Inggris sehingga

menimbulkan perasaan khawatir terhadap kelangsungan keamanan Australia.2

Kondisi PD II mempengaruhi Australia merubah orientasi politik luar

negerinya bahwa Inggris tidak sepenuhnya dapat melindungi Australia, maka

melalui PD II Australia menganggap Amerika Serikat lebih dapat diandalkan

untuk menjadi mitranya dalam menghadapi situasi dan kondisi di wilayah Pasifik

setelah AS berhasil menyelamatkan Darwin dari serangan Jepang. Kesuksesan AS

dalam menyelamatkan Darwin menjadi pengaruh bagi Australia untuk mulai dekat

dengan Amerika. Perubahan kebijakan luar negeri Australia tersebut dikarenakan

kurangnya kontribusi Inggris pasca PD II, sehingga mengalihkan keberpihakan

Australia kepada Amerika. Perubahan wajah politik dunia setelah berakhirnya PD

II sangat berpengaruh terhadap politik luar negeri Australia karena Australia

berhubungan dekat dengan AS dalam menciptakan pertahanan di Pasifik.

Langkah penciptaan pertahanan Austraia tidak terhenti pada kerjasama

dengan AS, sebab masalah pertahanan Australia tidak hanya diselesaikan dengan

pertempuran. Salah satu permasaahan Australia adalah letak geografis yang

berada di Pasifik, mengharuskan Australia menyadari bahwa lingkungan

sekitarnya berbeda secara fisik maupun budaya. Faktor tersebut menyebabkan

2
Ibid, Arah Politik Australia.

2
Australia menata kehidupan politik luar negeri dengan mempertimbangkan good

neighbourhood 3dengan Negara-negara sekitarnya. Niat Australia menciptakan

good neighbourhood tersebut terbukti karena departemen pertahanan Australia

mengatakan bahwa kebijakan strategi Australia meliputi kamanan bagi Asia

Pasifik, termasuk di dalamnya kepedulian terhadap Negara-negara Pasifik

Selatan.4 Memiliki dua kekuatan besar, yaitu Inggris sebagi Negara induk dan

Amerika sebagai sekutu dianggap kurang cukup oleh Australia untuk

melaksanankan politik luar negeri pada masa depan.

Upaya Australia untuk menciptakan goodneighbourhood dilakukan melalui

strategi politik luar negeri Australia dengan memberikan kepeduliannya kepada

Negara tetangga yaitu Pasifik Selatan, dengan ikut melaksanakan peyelesaian

konflik di Pasifik Selatan seperti konflik di Solomon, salah satu Negara anggota

di kawasan Pasifik. Solomon merupakan salah satu anggota Negara Pasifik

Selatan yang juga merupakan tetangga dekat Australia.

Intervensi Australia kepada Solomon adalah penanganan kasus etnik

penyebab instabilitas politik di Solomon. Kasus yang dialami Solomon adalah isu

penting bagi Australia yang masuk dalam perumusan kebijakan luar negerinya

karena merupakan Negara yang mempengaruhi stabilitas regional Pasifik.5

Instabilitas politik Solomon meliputi konflik etnik antara Guadalkanal dan

Malaita yang menyebabkan kerusuhan di Solomon seperti pembunuhan,

3
Good neighbourhood merupakan kebijakan Australia dalam membangun hubungan baik dengan
Negara-negara tetangga yang letaknya berdekatan secara geografis, salah satunya adalah Negara-
negara di Pasifik Selatan.
4
http://australia.gov.au/directories/australia/defence diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul
15.40 WIB.
5
Ibid.

3
penyerangan terhadap pemerintah melalui kelompok-keompok bersenjata,

rendahnya pelayanan publik, dan korupsi yang meraja lela. Kekacauan tersebut

tidak dapat ditangani oleh pemerintah karena pemerintah Solomon sehingga

Solomon dapat dikatakan sebagai Negara yang memiliki ciri-ciri akan menjadi

Negara gagal.6

Intervensi Australia dilaksanakan pada tahun 2003 dengan mengirimkan

personil militer Australia yang ditempatkan di Solomon dan bantuan dana untuk

menangani masalah kekacauan ekonomi Solomon. Kasus tersebut berawal dari

dua daerah yang terlibat kekacauan besar di Solomon yaitu Malaita dan

Guadalkanal yang menyebabkan Solomon mengalami kelumpuhan pada sistem

pemerintahannya. Malaita merupakan salah satu pulau di Solomon yang memiliki

tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, namun dalam kasus tersebut

diperparah dengan tidak meratanya pembangunan infrastruktur di Malaita.

Pembangunan infrastruktur terfokus pada ibu kota Solomon Honaira di

Guadalkanal. Akibatnya pada tahun 1970 gerakan besar-besaran transmigrasi

penduduk Malaita ke Guadalkanal mempengaruhi aspek sosial di Guadalkanal.

Pengaruh trasmigrasi tersebut menyebabkan timbulnya lapangan kerja yang

menyempit akhirnya mulai banyak penganguran di Guadalkanal akibat

transmigrasi dari Malaita. Ketegangan pun mulai timbul ketika warga asli

Guadalkanal mengajukan protes kepada pemerintah karena tidak membatasi arus

6
Robert J. Art, Robert Jervis, International Politics, Enduring Concepts and Contemporary Issues,
Eighth edition, AS: Pearson Longman, 2007. Hal. 453. Serta dalam
http://www.aspi.org.au/pdf/SI_AJIA.pdf diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 09.40 WIB

4
transmigrasi, menerapkan sistem pemerintah federal dan mengajukan ganti rugi

akibat penjualan tanah asli warga Guadalkanal kepada trasmigran.

Protes kepada pemerintah tersebut, dilakukan dengan kampanye pada masa

pemerintahan perdana menteri Bartholomeu Ulafa’alu tahun 1998. Kampanye

tersebut digerakan oleh kelompok yang bernama Guadalcanal Revolutionary

Army (GRA) atau Isatabu Freedom Fighter dengan nama lain Isatabu Freedom
7
Movement (IFM). Kampanye IFM tersebut mengalami perubahan dengan

melakukan tindakan kekerasan dan pelanggaran tindakan kemanusiaan, dan aksi

teror kepada pemerintahan. Dalam tindakan teror tersebut mempengaruhi

industrialisasi Solomon. Sumber industri tambang emas Ridge dan perkebunan

mengalami gangguan ekonomi. Ulafa’alu mencoba menangani maslah tersebut

dengan perundingan dengan IFM, namun gagal.

Kondisi Solomon menunjukan kompleksitas permasalahan kepemerintahan

yang menyebabkan instabilitas politik, ketidak beraturan keamanan hukum,

tatanan masyarakat, ketidak stabilan ekonomi, serta melemahnya legitimasi

pemerintah dan institusi Negara akibat konflik etnis tersebut.

Konflik etnis yang belum mereda tersebut menyebabkan pelayanan umum

tidak berjalan lancar, banyaknya pengangguran, serta meluasnya peredaran senjata

api. Kemampuan pemerintah yang lemah dalam menangani permasalahan tersebut

diperparah dengan gangguan teror yang terjadi di Guadalkanal oleh pemimpin

etnis yaitu Harold Keke.

7
Australian Foreing Policy and The RAMSI Intervention in Solomon Island, diakses melalui :
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/UN/UNPAN022611.pdf hal. 285 diakses
pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 9.32 WIB.

5
Merasakan konflik etnik tersebut telah merugikan Negara, perdana menteri

Ulafa’alu dianggap tidak mampu memberikan solusi keamanan, lahirlah

kelompok pemberontak lain yang didukung oleh elemen polisi, yaitu Malaita

Eagle Force (AMF) dan memaksa pengunduran diri Ulafa’alu. 8Pada masa

pergantian kepemimpinan tahun 2001, perdana menteri baru Sir Allan Kamakeza,

melakukan perundingan dengan Pasifik Island Forum (PIF) untuk meminta

permohonan intervensi Australia ke Solomon.

Pada tahun 2003 Regional Assistance Mission to Solomon Island (RAMSI) di

kerahkan kepada Solomon dengan Australia sebagai pemimpin misi bantuan

tersebut.9 Melalui survei yang dilakukan Badan Statistik Nasional Solomon yang

dilaksanakan pada Juni 2013 menunjukan bahwa hasil dari RAMSI yang

mengantarkan militer dan bantuan dana ternyata mampu mengembalikan

keamanan dan kesejahteraan warga Solomon.10 Intervensi Australia

mengembalikan sistem pemerintahan dari keadaan instabilitas menjadi kondisi

stabil.

1.2 Rumusan Masalah

Melalui uraian orientasi politik luar negeri Australia di Pasifik Selatan dan

penjelasan intervensi Australia terhadap konflik yang terjadi di Solomon,

8
Ibid hal. 286.
9
Australian Concil for International Development diakses melalui :
http://def.acfid.asn.au/acfid/what-we-do/docs_what-we-do/docs_countries-regions/docs_solomon-
islands/docs_ramsi/mcmullan-and-peebles_lessons-from-ramsi_apr06.pdf hal. 4 diakses pada
tanggal 18 Desember 2012 pukul 11.22 WIB.
RAMSI adalah organisasi Kawasan Pasifik yang digalang oleh anggota Negara-negara Pasifik
beserta Australia dan New Zealand. Australia menjadi ketua dalam misi tersebut untuk
menghentikan konflik dan aksi terror di Solomon.
10
Provisions of The Technical Personnel in The Solomon Island : What We Can Lear From the
RAMSI Experience, diakses melalui : http://www.ramsi.org/solomon-islands/peoples-survey.html
diakses pada tangga 19 Oktober 2013 pukul 13.15 WIB

6
menjelaskan bahwa terdapat peran Australia di Kawasan Pasifik. Selanjutnya,

penelitian ini berupaya menjawab rumusan masalah, yaitu mengapa Australia

melakukan intervensi penanganan instabiitas politik di Solomon?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini menjelaskan orientasi politik luar Australia di Kawasan Pasifik.

Politik luar negeri yang mencakup kebijakan di kawasan Pasifik Selatan, serta

menjelaskan peran Australia di Kawasan Pasifik melalui tujuan Kebijakan luar

negeri Australia.

1.4 Penelitian Terdahulu

Terdapat empat penelitian terdahulu yang digunakan untuk menganalisis

penelitian ini. Penelitian terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang

memiliki keterkaitan bahasan dengan penelitian ini, yaitu yang mengkaji perilaku

Australia di dalam kawasan melalui politik internasional. Selain menggunakan

penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan tema, digunakan pula penelitian

yang menggunakan pendekatan dan pola yang sama untuk mengkaji penelitian ini.

Studi terdahulu pertama yang digunakan berasal dari jurnal milik Aleksius

Jemadu yang berjudul Kebijakan Politik dan Keamanan Australia di Kawasan

Asia Pasifik.11 Penelitian tersebut menjelasakan bahwa perkembangan kebijakan

politik dan keamanan Australia pasca perang dingin, khususnya setelah peristiwa

11 September dan serangan bom Bali pada tahun 2002. Perilaku politik

internasional Asutralia di Kawasan Asia Pasifik dipengaruhi oleh sosial budaya

yang berakar pada masyarakat Eropa, namun secara geografi dan ekonomi tidak

11
Aleksius Jemadu, Jurnal Imu Sosia dan Ilmu Politik, Volume 10, no. : 2, Kebijakan Politik dan
Keamanan Australia di Kawasan Asia Pasifik, Bandung : 2006. Hal 143-163.

7
terlepas dari Asia Pasifik. Faktor tersebut menjelaskan bahwa Australia berupaya

mencari kombinasi yang sinergis antara ketergantungan keamnanan pada AS

dengan engagement ekonomi ke Kawasan Asia Pasifik yang dapat berkontribusi

pada keamanan jalur ekonomi Australia.

Melanjutkan penelitian Aleksius yang mengatakan bahwa Australia

memiliki upaya dalam membangun keamanan melailui kerja sama dengan AS dan

membangun hubungan baik dengan Asia Pasifik. Posisi penulis dalam penelitian

tersebut adalah sebagai penerus penelitian Aleksius yang memfokuskan pada

kebijakan keamanan di Kawasan Pasifik Selatan. Terdapat perbedaan dengan

fokus bahasan oleh Aleksius, penulis ingin melanjutkan dengan memfokuskan

penelitian pada Kebijakan Australia di Pasifik Selatan dengan bahasan intervensi

Austraia dalam penanganan instabilitas politik di Solomon.

Studi terdahulu selanjutnya menggunakan jurnal milik Elsiana Wainwright

yang berjudul Responding to State Faiure- The Case of Austraia and Solomon

Islands.12 Wainwright menjelaskan bahwa kebijkan Australia dalam merespons

kasus Negara gagal sebagai langkah awal dalam kebijakan di Pasifik Selatan.

Respons tersebut dimaksudkan untuk mencegah munculnya Negara-negara gagal

lain di Pasifik Selatan setelah Solomon beraih menjadi Negara gagal. Pengaruh

negatif tersebut adalah instabilitas karena tindakan-tindakan anarkis dan tindakan

teror. Respons Australia terhadap penanganan Negara gagal tersebut merupakan

agenda keamanan internasional. Melanjutkan penelitian Wainwright yang

mengatakan bahwa respons Australia terhadap kasus Negara gagal adalah bagian

12
Elsina Wainwright, Austraian Journal of International Affairs, Voume 57, no. 3, Responding to
State Failure-The Case of Austraia and Solomons Isands, Australia : Carfax Publising, 2003.

8
dari agenda. Melalui penjelasan tersebut penulis melanjutkan dengan meneliti

tujuan dilaksanakannya kebijakan intervensi Austraia di Solomon.

Terdapat pula studi terdahlu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

jurnal oleh Tara Kabutaulaka yang berjudul Australia Foreign Poicy and The

RAMSI Intervention in Solomon Isands.13 Kabutaulaka menjelaskan keputusan

pemerintah Australia untuk memimpin PIF dalam intervensi kawasan melalui

RAMSI sebagai pemimpin bantuan intervensi ke Solomon. Kebijakan tersebut

merupakan upaya menciptakan keamanan regional dari respon peristiwa 11

September 2001. Kebijakan intevensi tersebut tidak hanya meneyelesaikan

konflik di Solomon, tetapi juga pengaruh kebijakan Anglo-Amerika. Pengaruh

tersebut dapat dilihat dari kerjasama Australia bersama AS dan Inggris dalam

memerangi terorisme internasional. Analisis Kabutaulaka terhadap kebijakan luar

negeri Australia dalam intervensi ke Solomon membantu penelititi mengetahui

bahwa Australia memiliki komitmen dalam memerangi bentuk-bentuk tindakan

teror dalam menciptakan keamanan global. Sehingga isu keamanan global adalah

isu penting bagi Australia.

Studi terdahulu selanjutnya adalah penelitian dari Daniel Lambarch yang

berjudul Security, Development, and The Australian Security Discourse about

Failed State.14 Lambarch menganalisis kebijakan luar negeri Australia dengan

menggunakan teori Mark Duffield yang menjelaskan bahwa Negara berkonflik

memiliki potensi negatif dalam pertumbuhan ekonomi dan keamanan bagi Negara

13
Tarcisius Tara Kabutaulaka, The Contemporary Pacific, Australian Foreign Policy and The
RAMSI Intervention in Solomon Islands, Volume 17, no. 2, Hawai Press , 2005. hal. 283-308.
14
Daniel Lambarch, Australian Journal of Political Science, Vol. 41, no. 3, Security,
Development, and The Australian Security Discourse about Failed State, Cologne : Routledge
Taylor & Francis Group, 2003.

9
lain. Lambarch menggunakan tiga Negara tetangga Australia yang mengalami

konflik dan menimbulkan isu sebagai Negara gagal dalam menganalisis keamanan

Australia. Hasil dari penelitian Lambarch tersebut mengatakan bahwa status atau

keadaan Negara gagal mempengaruhi keamanan dan pertumbuhan ekonomi

kawasan.

Dua penelitian yaitu penelitian dari Tarcius Tara Kabutaulaka dan Daniel

Lambarch memberikan kontribusi dalam menjelaskan fenomena intervensi

Australia ke Pasifik Selatan, terutama intervensi Australia di Solomon merupakan

upaya mengendalikan pengaruh negatif, seperti pertumbuhan ekonomi yang

lambat dan pencegahan terorisme sebagai agenda internasional, sekaligus sebagai

upaya menjaga keamanan nasional Australia. Keempat penelitian tersebut dapat

dilihat dalam tabel penelitian berikut:

Tabel 1.4.1 Posisi Penelitian

JUDUL DAN NAMA JENIS


NO HASIL
PENELITIAN PENELITIAN
1. Skripsi : Kebijakan Politik Deskriptif
Australia berupaya melakukan
dan Keamanan Australia Konsep kebijakan keamanan melalui
di Kawasan Asia Pasifik keamanan dan
kerjasama dengan AS dan
Oleh: Aleksius Jemadu Regional.
berusaha membangun hubungan
baik dengan Negara-negara
Asia Pasik. Keinginan Australia
tersebut diupayakan berjalan
sinergis demi menciptakan
akses baik bagi kepentingan
politik internasional Australia.
2. Skripsi : Responding to Deskriptif Australia melakukan respons
State Failure- The Case of Pendekatan : terhadap penanganan kasus
Australia and Solomon Foreign Policy Negara gagal Solomon, karena
Islands. Theory. isu Negara gagal merupakan
Oleh : Elsiana Wainwright agenda keamanan internasional.

10
Kebijakan respons terhadap
Solomon merupakan langkah
awal dalam mencegah Negara
gagal lainnya.
3. Skripsi : Deskriptif Intervensi Australia di Solomon
Australian Foreign Policy Pendekatan : melalui RAMSI tidak dapat
and The RAMSI Foreign dilihat dari kasus yang terjadi di
Intervention in Solomon Policy. Solomon saja, namun terdapat
Island. Konsep : alasan keamanan global
Oleh : Tarcisius Tara Intervension. terutama dalam memerangi
Kabutulaka terorisme internasional.
4. Skripsi : Eksplanatif Negara berkonflik atau berstatus
Security, Development, Pendekatan : sebagai Negara gagal
and The Australian Regional merupakan ancaman keamanan
Security Discourse about Security. bagi Negara lain di kawasan
Failed State. (Australia). Karena Negara
Oleh : Daniel Lambach gagal mengalami instabilitas
politik yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi
internasional dan keamanan di
kawasan.
5. Skripsi: Intervensi Eksplanatif Instabilitas politik Solomon
Australia Terhadap Korelasionis perlu ditangani untuk
Instabilitas Politik di Teori: menciptakan keamanan
Solomon Tahun 2000- Kebijakan kawasan, karena Australia
2013. Luar Negeri dalam menjaga keamanan
Oleh: Devi Arva Rahayu dan Keamanan nasionalnya sekarang dan masa
Nasional. datang memerlukan lingkungan
yang aman. Karena alasan
tersebut Australia berkomiten
menjaga stabilitas kawasan.

11
1.5 Landasan Teori dan Konsep

1.5.1 Kebijakan Luar Negeri

Teori merupakan susunan dari berbagai konsep yang saling berhubungan

dalam membentuk suatu pernyataan tertentu. Melalui pernyataan tersebut dapat

menjelaskan fenomena yang dikaji secara ilmiah.15 Dengan penjelasan lain, bahwa

teori sebagai tempat menjelaskan fenomena yang akan dipelajari. Studi hubungan

internasional merupakan studi yang mengkaji fenomena internasional yang

meliputi berbagai isu yang menghubungkan interaksi antar Negara di dunia.

Interaksi yang terjadi antar Negara tersebut memiliki tujuan yang ingin dicapai

oleh setiap Negara berdasarkan kepentingan nasional yang berasal dari dalam

negeri maupun luar negeri. Hubungan internasional dilaksanakan karena setiap

Negara memiliki kepentingan nasional dalam mewujudkan kesejahteraan warga

negaranya. Untuk mewujudkan kepentingan tersebut, masing-masing Negara

mewujudkannya dalam kebijakan luar negeri.

Terkait dengan Kebijakan Luar Negeri, Holsti menjelaskan dalam bukunya

yang berjudul International Politics, A framework for Analysis, sebagai berikut:

“What is foreign policy? How do we make sense of all the phenomena that
transcened national borders-sending a diplomatic note, attending a summit
meeting, enunciating a doctrine, making an alliance or formulating long-range
but vague, objective such ass “peace with freedom” or a “new ideas or world
order”. They are all aspects of foreign policy: ideas for actions designed by
policy makers to solve a problem or promote some change in the policies,
attitude, or actions of another state or state , in nonstate actors (e.g., terrorist
groups)”.16
Holsti pun menjelaskan,

15
Mochtar Mas’oed, Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Pustaka Antar
Universitas Studi Sosial UGM, 1998, hal. 61.
16
Holsti, K.J, International Politics, A Framework for Analysis, Seventh Editions, London:
Prentice Hall, 1995, hal : 83.

12
“A major line of foreign policy is seldom chosen for a single reason or purpose.
Governments operate in highly complex external and domestic environments.
These contexts offer both opportunities and constraints, and policy makers have to
respond to them constantly by making choices, all time trying to protect or
advance their nations interests.”17
Berdasarkan dua penjabaran di atas, Holsti menjelaskan bahwa, kebijakan

luar negeri adalah komitmen yang dilaksanakan dengan menggunakan tingkat

kompleksitas yang mempertimbangkan unsur-unsur internal dan eksternal dari

suatu Negara. Kebijakan luar negeri terlaksanan karena adanya peluang bagi

Negara untuk melindungi tujuan nasionalnya dan pembuat keputusan yang

berupaya melakukan pencitraan serta analisis kepentingan nasional mereka pada

waktu mendatang.

Menurut Holsti, kebijakan luar negeri memiliki lingkup yang meliputi

keseluruhan tindakan serta aktifitas Negara terhadap lingkungan eksternalnya.

Tindakan tersebut merupakan upaya memperoleh keuntungan dari lingkungan

tersebut (eksternal dan internal), serta merespons akan berbagai kondisi internal
18
yang menopang tindakan tersebut. Sehingga kebijakan luar negeri tersebut

dilaksanakan karena dipengaruhi oleh kepentingan nasional Negara pemilik

kebijakan luar negeri. Holsti mendefinisikan bahwa,pengaruh ( influence)

digunakan sebagai alat-alat untuk menjaga perilaku aktor. Pengaruh tersebut

dilihat dari aspek kekuatan (power) merupakan perangkat untuk mencapai tujuan

dalam pemerintahan. Negara tersebut akan mencari pengaruh untuk kepentingan

negaranya yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional,

17
Ibid, hal : 252.
18
K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Bandung : Cipta, 1992. Hal 21,
dalam Politik Luar Negeri, oleh Yanyan Mochamad Yani, Drs., MAIR., Ph. D. diakses melalui
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf pada tanggal 12
September 2014, pukul 15.27.

13
diantaranya prestice, keutuhan wilayah, semangat nasional, kekayaan alam,

keamanan, dan persekutuan. 19

Terkait dengan kebijakan luar negeri, Holsti menjelaskan bahwa kebijakan

luar negeri memiliki empat komponen yang meliputi orientasi kebijakan, peran

nasional, tujuan nasional, dan tindakan nasional. Dalam komponen tersebut Holsti

menjelaskan bahwa orientasi kebijakanyang dimaksudkan Holsti adalah sikap dan

komitmen umum suatu Negara terhadap lingkungan eksternal dan strategidasar

Negara. Melalui orientasi tersebut karenaadanya sistem internasional dan

kebijakan luar negeri yang dikaitka dengan domestik, dan adanya perspektif

terhadap ancaman. Holsti menganggap juga bahwa lokasi geografisdan keadaan

topografi Negara dikaitkan dengan orientasi. Menurut Holsti, yang berusaha

membangun suatu koalisi atau aliansi militer dikarenakan adanya ancaman,hal

tersebut merupakan pertimbangan penting dalam orientasi.20

Holsti menjelaskan dalam kebijakan luar negeri terdapat komponen peran

nasional yang merupakan pembela kawasan tertentu yang membantu penyelesaian


21
konflik internasional. Peran nasional memiliki beberapa tipe sebagau berikut:

pemimpin regional, pelindung regional, bebasaktif, pendukung kebebasan, agen

anti inperialis, pembela keyakinan, mediator intergrator, kolaborator sub sistem

regional, pembangun, sekutu setia, bebas, meneladani, Pembangun dalam

negeri,dan selain tipeyang disebutkan, termasuk dalam tipe penyeimbang.

Ketentuan tipe didasarkan atau diperoleh dari keaktifan suatu Negara dalam

keterlibatan penyelesaian masalah internasional.


19
Ibid hal 201 , Holsti, K.J, International Politics, A Framework for Analysis.
20
K.J. Holsti, Politik Internasional : Kerangka Analisa, Pedoman Ilmu Jaya, 1987. Hal. 135- 136
21
Ibid, hal 165- 169, Holsti : Politik Internasional.

14
Holsti menjelaskan juga bahwa dalam keterkaitan dengan kebijakan luar

negeri terdapat tujuan dan tindakan nasional dalam pelaksanaan kebijakan luar

negeri. Menurut Holsti, tujuan dan tingkah laku politik berhubungan dengan nilai

yang menjadi target Negara dalam jangka waktu tertentu. Hal-hal yang

dilaksanakan olehpemerintahan terhadap pemerintah lainnya dalam rangka

orientasi tertentu, negaradapat memerankan beberapa peran nasional dalam

mencapai tujuan.

Sehingga kebijakan luar negeri memiliki sekumpulan komitmen yang

mengacu pada strategi kepentingan,tujuan, serata sarana untuk mencapainya.22

Maka bila dijabarkan, menurut Holsti kebijakan luar negeri memiliki substansi

pembentuk kebijakan luar negeri yang meliputi tiga pengaruh terciptanya

kebijakan luar negeri, yaitu : 23

1. Faktor Eksternal, meliputi sistem politik dan ekonomi ekonomi

internasional, tujuan dan kebijakan Negara lain, masalah-masalah global atau

regional yang ditimbulkan oleh aktifitas perorangan.

2. Faktor Internal, meliputi berbagai kebutuhan sosio- ekonomi, keamanan,

karakter geografis, atributnasional, opini publik, partai politik.

3. Faktor Lain ( persepsi dan Perilaku), meliputi citra, nilai, doktrin, dan

ideologi.

Tiga substansi kebijakan luar negeri tersebutdapat digambarkan seperti

berikut:

22
Ibid, hal. 88 & 133.Holsti : Politik Internasional.
23
Ibid.

15
Gambar 1.5.1 Substansi Kebijakan Luar Negeri

External (sistem politik&


ekonomi internasional,
kebijakan Negara lain,
masalah global /regional
yang ditimbulkan oleh
aktifitas perorangan.)
Domestik (kebutuhan
sosio- ekonomi,
keamanan, karakter Perspective (citra, nilai,
geografis, atribut doktrin, dan ideologi)
nasional, opini publik,
partai politik)

Foreign
Policy

Substansi tersebut bila digunakan untuk menganalisis kebijakan luar

negeri Australia dalam penanganan instabilitas politik di Solomon dipengaruhi

oleh faktor geografi Australia yang berada di lingkungan Negara-negara yang

memiliki perbedaan fisik dan budaya. Sehingga menimbulkan niat bagi Australia

membangun good neighbourhood yang terlihat dari kesediaan Australia

membantu Solomon. serta partai politik di Australia yang memiliki perspektif

dalam memandang kasus di Solomon perlu ditangani karena masing-masing partai

tidak lepas dari kepentingan Negara yaitu menciptakan stabilitas regional. Faktor

eksternal dapat terihat dari adanya pengaruh AS dan Inggris bagi Australia dalam

menciptakan keamanan kawasan. serta Faktor perilaku politik Australia yang

memiliki ideologi bahwa bentuk teroris merupakan pengaruh buruk bagi

16
keamanan nasional maupun kawasan. Sedangkan faktor pembuat keputusan dapat

dilihat dari adanya kepentingan yang ingin dicapai oleh pembuat keputusan.

1.5.2 Keamanan Nasional

Realis menempatkan keamanan sebagai derivasi dari power.24 Kondisi

keamanan dapat diperoleh suatu Negara jika sebah Negara tersebut melakukan

untuk menggunakan seluruh power yang dimiliki untuk mencapai posisi dalam

hubungan dengan aktor lain, serta sekaligus dapat mengatasi sumber-sumber

instabilitas yang dikhawatirkan dapat mengganggu keamanan nasionalnya.

Barry Buzan merupakan seorang pemikir yang mengasumsikan bahwa

keamanan adalah turunan dari power. Buzan membagi kondisi keamanan menjadi

dasar konsep, yaitu kondisi keamanan yang berdiri sendiri dan kondisi keamanan

yang memiliki kaitan dengan sistem internasional.25 Jika kondisi keamanan suatu

Negara berdiri sendiri, maka keamanan tersebut didefinisikan kebebasan dari

ancaman. Sedangkan jika kondisi keamanan tersebut terkait dengan sistem

keamanan internasional, maka konsep keamanan tersebut dihubungakan dengan

tujuan mempertahankan identitas kemandirian dan integrasi fungsional mereka.

Sehingga keamanan memiliki konsekuensi seperti keamanan bersifat

relasional,dalam arti bersifat dinamis mengikuti pola interaksi antar Negara dalam

sistem internasional. Dalam menciptakan keamanan nasional, Negara melakukan

24
Ibid, hal : 57.
25
Lihat Coulombis dan Wolfe dalam Pengantar Hubungan Internasional, Bandung, Abardin, 1990,
hal : 86-89

17
kebijakan luar negeri dengan memperhatikan beberapa dimensi, yaitu militer,

politik, sosial, ekonomi, lingkungan.26

Keamanan memiliki beberapa karakteristik, yaitu: Pertama, keamanan

memiliki beragam dimensi, seperti kepemilikan militer dan ekonomi negera.

Kedua, keamanan bersifat relatif, dalam artian setiap Negara merasa tidak aman

dengan ancaman yang terjadi di Negara lain, sehingga setiap Negara berupaya

meningkatkan power. Ketiga, keamanan berkaitan dengan power, power tersebut

terdapat dalam keadaan ketika Negara berinteraksi dengan aktor, sehingga

keamanan bersifat relasional karena keamanan merupakan suatu fungsi yang

terjadi ketika ada interaksi antara dua subjek atau lebih. Keempat, keamanan

secara inheren memiliki nilai, tujuan, dan kepentingan Negara yang hendak

dicapai. Kepentingan nasional tersebut dapat diaplikaskan melalui kebijakan

keamanan yang diarahkan oleh kepemiikan power untuk menciptakan

kepentingan nasional. Sehingga, upaya yang dilakukan oleh Negara menggunakan

kemampuan yang dimilikinya dalam menciptakan keamanan nasional terwujud

untuk kebijakan keamanan nasionalnya. Kebijakan keamanan Negara meliputi

kepentingan nasional dan sumber-sumber ancaman dari Negara lain yang dapat

mengganggu usaha pencapaian kepentingan nasional tersebut.

Pengertian keamanan menurut Buzan tersebut digunakan untuk

menganalisis kebijakan luar negeri Australia dalam intervensinya terhadap

instabiitas Solomon, maka ditarik pengertian bahwa Australia memiliki

karakteristik keamanan secara inheren dengan nilai dan tujuan sebagai

26
Barry Buzan, People, State, and Fear, An Agenda For International Security Studies In The
Post-Cold War Era, Second Edition, Inggris : Harvester Wheatsheaf, 1991, hal : 116-134.

18
kepentingan nasional yang berhubungan dan keamanan yang bersifat relasional

dengan sistem internasional. Pada karakteristik dimensi militer Australia yang

merupakan bentuk stategi pertahanan Australia dan AS di Pasifik. Pada dimensi

politik terlihat dari Aglo-Amerika yang diterapkan Australia yang berdampak

pada lingkungan internal dan eksternal Australia yang memandang bahwa segala

macam bentuk kekerasan seperti anarki dan teror adalah tindakan yang perlu

diperangi, sehingga ditarik kesimpulan bahwa penciptaan keamanan Australia

berhubungan dengan sistem internasional.

Secara inheren, Keamanan Australia memiliki nilai untuk mewujudkan

kepentingan nasionalnya, melalui kebijakan intervensi Solomon Austraia

berupaya menciptakan stabilitas kawasan untuk melindungi stabilitas nasionalnya.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Level Analisis

Menentukan dua variabel menjadi variabel independen (unit eksplanasi) dan

variabel dependen (unit analisis) akan membantu menjelaskan permasalahan pada

sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, Intervensi Australia sebagai variabel

dependen atau analisis karena merupakan akibat dari adanya istabilitas politik di

Solomon, sedangkan variabel independen pada penelitian ini yaitu instabilitas

politik di Solomon. Istabilitas politik di Solomon merupakan variabel eksplanatif,

kerena merupakan sebab dari keluarnya kebijakan intervensi Australia. Tingkat

variabel independen dalam penelitian ini sejajar dengan variabel dependen yaitu

tingkat Negara. Kepentingan Australia dalam kebijakan luar negeri penanganan

instabilitas politik Solomon dilakukan oleh Australia (negara) dan ditujukan untuk

19
kepentingan Negara pula sehingga dua variabel tersebut memiliki tingkat analisis

sejajar. Melalui penempatan variabel, disimpulkan bahwa jenis penelitian ini

adalah penelitian korelasionis, karena variabel unit analisanya sejajar dengan unit

eksplanasinya.

1.6.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif

digunakan untuk menganalisis dua variabel atau lebih dengan menguji teori.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Upaya untuk menganalisa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

menggunakan studi pustaka. Data yang dimanfaatkan berupa data sekunder,

seperti data dari media cetak, yaitu buku, juga melalui media elektronik berupa

informasi yang diakses melalui internet. Melalui sejumlah studi pustaka dengan

tema terkait tersebut, kemudian digunakan sebagai dasar kajian penelitian ini.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, mengunakan metode

kualitatif. Metode kualitatif, digunakan melalui pengelolaan data-data menjadi

instrumen dasar untuk merumuskan jawaban dari permasalahan pada penelitian

ini.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Batasan Waktu

Menjawab rumusan masalah penelitian ini, menentukan titik fokus untuk

tetap konsisten pada tema permasalahan. Berawal dari keputusan Australia untuk

20
menangani instabilitas politik di Solomon pada tahun 2003 hingga Juni tahun

2013.

1.7.2 Batasan Materi

Penelitian ini menganalisis Intervensi Australia dalam menangani

instabilitas politik di Solomon yang fokus terhadap kebijakan Australia sebagai

pemimpin misi bantuan kawasan di Solomon.

1.8 Hipotesa

Melalui rumusan masalah mengapa Australia melakukan intervensi

terhadap instabilitas politik di Solomon, didapatkan jawaban sementara, yaitu

kebijakan penanganan instabilitas politik di Solomon oleh Australia dikarenakan

Australia berupaya mengembalikan stabilitas nasional Solomon dari status Negara

gagal Solomon agar tidak menjadi tempat berkembangnya tindakan teror karena

dampak instabilitas di Solomon. Serta Australia mencegah masuknya Negara

agresor lain ke kawasan Pasifk melalui intervensi di Solomon. sehingga

instabilitas politik Solomon perlu ditangani untuk menciptakan keamanan

nasional Australia melalui penciptaan keamanan Pasifik.

1.9 Sistematika Penulisan

BAB ISI
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Penelitian Terdahulu
1.5 Landasan Teori dan Konsep
1.5.1 Kebijakan Luar Negeri
1.5.2 Keamanan Nasional
1.6 Metodologi Penelitian

21
1.6.1 Level Analisis
1.6.2 Tipe Penelitian
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
1.6.4 Teknik Analisis Data
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Batasan Penelitian
1.7.2 Batasan Waktu
1.8 Hipotesa
1.9 Sistematika Penulisan
II INSTABILITAS POLITIK SOLOMON DAN INTERVENSI
AUSTRALIA
2.1 Gambaran Umum Solomon
2.2 Kondisi Instabilitas Solomon
2.2.1 Kondisi Solomon Tahun 1998 – 2003 : Instabilitas
Politik Solomon
2.2.2 Kondisi Solomon Tahun 2003-2013 : Masa Intervensi
Australia di Solomon
III FAKTOR INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP
INSTABILITAS POLITIK DI SOLOMON
3.1 Faktor Eksternal
3.1.1 Sistem politik dan ekonomi internasional : Great Power
& Globalisasi.
3.1.2 Tujuan dan Kebijakan Negara Lain : Permohonan
intervensi Australia oleh PIF.
3.1.3 Masalah Global / Regional dari Aktifitas Perorangan:
Tindakan Terorisme di Solomon.
3.2 Faktor Internal
3.2.1 Kebutuhan Keamanan Australia di Kawasan
3.2.2 Karakter Geografis Australia : Tetangga Dekat Solomon
3.2.2 Atribut Nasional
3.2.3 Pemerintahan Australia : Pengaruh Partai Politik di Australia
3.2.4 Opini Publik
3.3 Perspektif Australia dalam Menciptakan Citra, Nilai, dan Ideologi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
IV 4.2 Saran

22

Anda mungkin juga menyukai