Disusun Oleh :
Nama : Zeni Aulia
Npm : 1903110112
Kelas/Semester : B-1 IKO/ I
IDENTITAS BUKU
Cetakan : Pertama,1996
Tentang Pengarang
Sejak tahun 1982, ia bekerja sebagai dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik-Universitas Indonesia (FISIP-UI); pernah menjadi Sekretaris Jurusan Ilmu Politik
pada FISIP-UI, yang dijabatnya tahun 1982-1986. Pada tahun 1990, ia diangkat menjadi
“managing editor” majalah Indonesia Magazine. Selain itu, ia pun masih terlibat, dalam
keududukannya sebagai “peneliti”, dalam kajian masalah-masalah Pasisik Selatan pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Masalah Kemasyarakatan dan Kebudayaan-Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indoensia (PMB-LIPI). Posisi ini digelutinya sejak tahun 1991.
Tentang buku
Maksud utama dari penerbitan buku ini adalah menyediakan bahan yang memadai
bagi para mahasiswa yang mempelajari masalah Pasifik Selatan. Kelangkaan bahan-bahan
kuliah mengenai studi ini sangat dirasakan oleh para mahasiswa, sehingga menghambat rasa
“ingin tahu” mahasiswa mengenai masalah-masalah di kawasan tersebut.
Dalam buku ini, penulis lebih menekankan umtuk memberikan pengetahuan dasar
mengenai kawasan Pasifik Selatan. Buku ini merupakan salah satu bagian dari rencana
penulis untuk memberikan gambaran yang komprehensif dari masalah Pasifik Selatan.
Beberapa buku lainnya sedang penulis rancang pembuatannya, termasuk politik di Malanesia.
Pengetahuan dasar mengenai posisi grafis, pemisahan etnis, kebudayaan politik, serta
masalah-masalah sosio-ekonomis merupakan tema sentral dari buku ini. Sementara mengenai
masalah dekolonisasi serta masalah-masalah yang diatur di dalamnya, masalah kekuatan-
kekuatan asing, sampai kepada masalah kerjasama regional digambarkan secara deskriptif-
analitis dalam buku ini. Dengan demikian, penulisan buku ini jauh daripada keinginan untuk
menyajikan teori-teori baru dalam bidang studi kawasan. Kalau pun ada teori yang terbahasa
dalam buku ini, hal itu hanyalah merupakan ilustrasi untuk menegaskan kasus-kasus tertentu
yang terdapat di kawasan tersebut.
BAB II
ISI BUKU
Kondisi Geografis
Kawasan Pasifik Selatan terletak diantara tiga benua besar, yaitu Asia di bagian Barat,
Amerika di bagian Timur, dan Australia di bagian Selatan. Wilayahnya membentang sekitar
16.000 km dari Guam di bagian Barat sampai ke Pitcairn di bagian Timur, dan membujur
sekitar 15.000 km dari Selat Bering di Utara sampai ke Antarctic Circle di bagian Selatan.
Luas seluruh kawasan ini tidak (termasuk Australia dan Selandia Baru) adalah lebih dari 30
juta km2, dengan luas daratan hanya sekitar 552.000 km2, dengan rasio 54 (lautan)
berbanding 1 (daratan). Oleh karena itulah, kawasan Pasifik Selatan dapat disebut sebagai
“benua air” (Aquatic Contiment).
Berdasarkan beberapa persamaan budaya, para ahli geografi membagi pulau-pulau di
kawasan Pasifik Selatan ke dalam tiga wilayah budaya, yaitu Mikronesia, Melanesia dan
Polinesia. Wilayah Mikronesia, yang berarti “Pulau-pulau Kecil”, terletak di bagian Utara
garis katulistiwa. Di bagian Selatan garis katulistiwa membentang dari arah Barat menuju ke
tengah Samudra Pasifik, merupakan wilayah budaya Melanesia, yang berarti “Pulau Hitam”.
Wilayah Polinesia yang berarti “Banyak Pulau”, terletak dalam suatu segitiga budaya yang
sangat luas. Titik utama dari segitiga ini berada di Kepulauan Hawaii, kemudian turun ke
Selatan menyentuh Fiji, bertumpu di Selandia Baru, serta berakhir di Timur, yaitu di Pulau
Easter.
Kondisi Demografis
Di dalam buku ini berdasarkan data tahun1991, penduduk Melanesia, termasuk Fiji,
berjumlah sekitar 5.346.205 jiwa. sebagian besar tinggal di PNG 3.913.186 jiwa, sisanya
tersebar di Fiji 744.026 jiwa, kepulauan Solomon 347.115 jiwa, Kaledonia Baru 171.559
jiwa, dan Vanuatu 170.319 jiwa.
Penduduk yang tinggal di segitiga budava Polinesia, yang luas itu, hanyalah sekitar
578.113 jiwa. Data tahun 1991 memperlihatkan bahwa penduduk yang tinggal di Polinesia
Prancis berjumlah 195.046 jiwa, di Samoa Barat 190.346 jiwa, di Tonga 101.272 jiwa, dan di
Tuvalu 9.317 jiwa. Pada tahun yang sama tercatat bahwa penduduk yang tinggal di Samoa
Amerika berjumlah 43.052 jiwa, di Kepulauan Cook 17.882 jiwa, di Wallis & Futuna 16.590
jiwa, di Niue 1.908 jiwa, dan di Tokelau 1.700 jiwa.
Penduduk yang tinggal di wilayah Mikronesia diperkirakan berjumlah 414.086 jiwa.
Pada tahun 1991 terdapat 144.928 penduduk di Guam, di FSM tercatat 107.662 jiwa, di
Kiribati 71.137 jiwa, di Kepulauan Marshall 48.091 jiwa, dan Nauru 9.333 jiwa. Sedangkan
penduduk di wilayah lainnya, seperti di Kepulauan Mariana Utara berjumlah 23.494 jiwa dan
di Pulau sekitar 14.441 jiwa. Sensus kependudukan ini nampaknya didasarkan pada daerah
asal penduduk yang di catat. Pada kenyataannya, penduduk di suatu wilayah tertentu di
Pasifik Selatan sangatlah berfluktuasi. Hal ini disebabkan tingginya tingkat migrasi penduduk
di kawasan tersebut.
Terdapat tiga wilayah Pasifik Selatan yang mempunyai tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi. Wilayah-wilayah tersebut adalah Kepulauan Marshall (3,9%),
Kepulauan Solomon (3,5%), dan Vanuatu (3,1%). Sedangkan wilayah yang memiliki tingkat
pertumbuhan paling rendah adalah Tokelau (0,0%) dan Palau (0,7%). Sementara tingkat
pertumbuhan di wilayah-wilayah lainnya berkisar antara 1,4% (di Kiribati) sampai 2,5% (di
Polinesia Prancis).
Kondisi Perekonomian
Penulis menjelaskan bahwa di sebagian besar negara-negara Pasifik Selatan, sektor
pertanian merupakan sumber utama bagi perekonomian. Di PNG, sektor pertanian telah
menyumbang sekitar 85% tenaga kerja. Jenis-jenis pertanian komersial PNG adalah
kopi,coacoa,kopra,kelapa sawit,kayu,dan lobster. Di kepulauan Solomon, sektor perikanan
dan hasil hutan telah menyumbang sekitar 75% pada GDP (Gross Domestic Product). Di Fiji,
sektor perkebunan gula merupakan penyumbang terbesar bagi pendapatan nasionalnya.
Sepertiga pendapatan nasional Fiji berasal dari ekspor gula. Santan kelapa, dan kopra
merupakan penghasilan utama bagi Samoa Barat, yaitu sekitar 50% dari pendapatan
nasionalnya. Di Tonga juga demikian, dimana 50% pendapatan nasionalnya berasal dari
ekspor kelapa, pisang dan vanili. Di wilayah Mikronesia, negara-negara Kiribati dan
Kepulauan Marshall menempatkan pertanian sebagai sumber pendapatannya. Kiribati, ekspor
kopra dan perikanan merupakan sumber utama pendapatan, yaitu 30% dari GDP. Sedangkan
Kepulauan Marshall, selain pertanian, pariwisata juga merupakan sumber penghasilan
negaranya.
Berbeda dari negara-negara di atas, penghasilan utama Vanuatu justru berasal dari
sektor perikanan dan pariwisata. Sama dengan Vanuatu, sektor pertanian di Tuvalu juga
berisfat subsisten. Penghasilan utamanya berasal dari penjualan prangko dan benda pos serta
remitensi. Di Polinesia Prancis, sektor pariwisata menyumbang 20% dari pendapatan
daerahnya, disamping pekerjaan dari instansi militer Prancis Industri mutiara, pemrosesan
hasil pertanian, kerajinan, kelapa, sayur-sayuran, daging memang menyumbang bagi
pendapatan daerah, namun bantuan yang besar berasal dari pemerintah Prancis. Penghasilan
utama Kaledonia Baru berasal dari ekspor nikel, di mana wilayah ini memasok 25% pasaran
nikel dunia. Penghasilan utama Guam berasal dari pengeluaran untuk keperluan militer AS
dan pariwisata. Sektor industri dan pertanian berfungsi sebagai pendukung bagi pendapatan
wilayah ini.
Kebudayaan Politik
Kebudayaan masyarakat Pasifik Selatan terbagi ke dalam tiga kategori besar, yaitu
Melanesia, Polinesia dan Mikronesia. Di katakan dalam buku ini, para ahli agak sulit untuk
memberikan batasan dari ketiga kebudayaan ini. Hal ini terutama karena batas-batasnya tidak
tegas, dan bahkan ada elemen-elemen budaya yang saling bersinggungan satu dengan yang
lainnya. Antara lain adalah bahwa masyarakat Pasifik Selatan hidup di dalam kelompok-
kelompok yang relatif kecil, dengan sistem komunal. Mereka terorganisasi atas dasar
hubungan kekerabatan, yang diikat oleh hubungan darah dan perkawinan. Cara-cara
berorganisasi mereka dipimpin oleh kepala-kepala kelompok (keluarga luas), yang berfungsi
sebagai kepala keluarga luas atau kepala suku.
Terdapat beberapa istilah mengenai tradisi beberapa budaya di Pasifik Selatan, yang
dijadikan basis ideologi bagi negara-negara merdeka di Pasifik Selatan. Di Fiji misalnya,
terdapat istilah Vaka i Taukei, yang berarti “cara hidup orang Fiji” di Samoa Barat (termasuk
Samoa Amerika) dikenal dengan Fa’a Samoa, yang berarti “dunia orang Samoa” dan di PNG
terdapat budaya Wantok.
Komentar :
Buku ini memiliki kelebihan diantaranya adalah bahasa yang digunakan dalam buku
ini mudah untuk di mengerti. Buku ini tidak hanya menyajikan teori-teorinya saja tetapi juga
mrnyajikan peristiwa yang meliputi teori tersebut. Selain dari pada itu pada setiap bab nya
terdapat kesimpulan yang kemudian disertai pendapat sang penulis sehingga kita dapat lebih
memahami buku ini.