Alvita Ramadhina - 1906356550 - UAS PSEDP
Alvita Ramadhina - 1906356550 - UAS PSEDP
Alvita Ramadhina
Email : alvita.ramadhina@ui.ac.id
PENDAHULUAN
Australia terletak di bagian selatan bumi dan bersebelahan dengan Benua
Asia seperti Indonesia dan negara di Pasifik Selatan seperti Kepulauan
Solomon dan Kepulauan Cook. Australia terbentang di benua seluas
76.000.000 km². Saat ini, benua tersebut dihuni oleh sekitar 26 juta jiwa dengan
berbagai ras yang didominasi oleh ras pendatang dari Inggris. Benua yang
awalnya hanya dihuni suku Aborigin ini memiliki iklim tropis dan daerah
tandus terutama di bagian Australia Barat. Meskipun ditutupi gurun seluas
1.371.000 km2, Australia memiliki sumber daya tambang yang besar.
Pengelolaan sumber daya tambang juga berkembang secara bertahap.
Industrialisasi menjadi salah satu pendorong peningkatan pengelolaan sumber
daya tambang. Saat ini, sumber daya energi dan mineral Australia bertumpu
pada LNG (Liquified Natural Gas), batubara dengan total produksi 550 juta
ton, dan bijih besi. Australia menjadi salah satu dari tiga produsen batu bara
dan gas terbesar di dunia. Nilai ekspor batu bara mencapai US$ 43,9 miliar dan
mendominasi ekspor dunia hingga 35,7%.
Letak geografis Australia yang berdekatan dengan Benua Asia
mendorong Australia untuk bekerjasama dengan China, Jepang, Indonesia dan
negara Asia lainnya. Industrialisasi di Asia tentunya membutuhkan sumber
daya yang banyak, sehingga diperlukan sumber daya tambahan dari pihak
eksternal. Hal tersebut yang disediakan oleh Australia sebagai negara eksportir.
Meningkatnya kebutuhan sektor tambang dan energi menyebabkan terjadinya
resource boom bagi Australia yang memiliki sumber daya melimpah. Hal ini
membawa keuntungan besar bagi Australia diikuti dengan investasi modal
pada sektor tambang dan energi. Resource boom mengundang respons
pemerintah yang berupa perubahan kebijakan. Pergeseran jumlah tenaga kerja
juga dapat terdampak. Fenomena resource boom dapat memberikan dampak
yang beragam dari segi aspek politik, ekonomi, dan sosial.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pendahuluan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
dapat disusun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana dampak resource boom terhadap dinamika politik, sosial,
dan ekonomi Australia?
2. Apa faktor yang mendorong terjadinya resource boom di Australia?
Awal Abad ke-19, ekonomi Australia masih bertumpu pada sektor agraris
dan sektor tambang. Sektor industri manufaktur masih terbilang sedikit. Tahun
1901 adalah tahun dibentuknya persemakmuran Australia yang memiliki enam
negara bagian. Pembentukan negara membutuhkan perhatian untuk
perancangan politik dan administratif negara dalam konteks ekonomi, politik,
dan sosial. Kebijakan ekonomi yang ada berfokus pada perlindungan
perdagangan, migrasi yang didorong oleh peningkatan penduduk, dan regulasi
upah. Belum ada kebijakan untuk intervensi ke industri secara langsung
sehingga industri manufaktur belum menjadi fokus utama. Pada 1920, para
pelaku sektor agraris mengalami kerugian dan pemerintah tidak dapat
memberikan kompensasi yang sesuai karena pemerintah sedang menggiatkan
investasi di bidang infrastruktur transportasi. Hal ini berujung pada resesi dan
memburuk menjadi depresi. Tahun 1931 menjadi puncak resesi terbesar
Australia. Hal ini diperburuk dengan adanya perang dunia dimana Australia
mengutamakan kepentingan perang. Namun pada masa ini, industri
manufaktur berkembang dan sempat mengurangi jumlah pengangguran secara
signifikan.
RESOURCE BOOM
Resource boom atau ledakan sumber daya diartikan sebagai peningkatan
permintaan terhadap bahan baku dalam tingkat ekspor-impor dimana negara
eksportir akan mendapatkan keuntungan besar dari fenomena ini. Resource
boom dapat memberikan pendapatan besar dan investasi yang tinggi untuk
negara eksportir sumber daya tersebut. Hal ini menyebabkan lonjakan aktivitas
ekonomi yang menyuntikkan uang ke dalam perekonomian dan segera
mengubah pasar tenaga kerja lokal.
Di balik dampak positif yang diberikan, resource boom ini juga diikuti oleh
resource curse yang merupakan dampak negatif dari kehadiran resource boom.
Diantranya, sepinya ekonomi lokal setelah habisnya resource boom karena
harga akan berubah drastis. Selain itu, lapangan kerja akan berpusat pada sektor
pertambangan dan energi sehingga sektor non-tambang lainnya akan
terdampak. Pada beberapa kasus, dapat terjadi peningkatan kriminalitas dan
perubahan tingkat kelahiran.
Australia sudah mengalami lima kali resource boom. Pertama kali terjadi
pada demam emas atau gold rush di tahun 1850-an. Fenomena gold rush
didorong oleh faktor perkembangan ekonomi lokal, dimana tahun-tahun
sebelumnya, pada 1840-an, terjadi resesi sehingga banyak buruh yang tidak
memiliki pekerjaan menjadi ikut serta dalam fenomena gold rush ini. Resource
boom periode ini berbeda dengan periode selanjutnya karena tidak diikuti
dengan investasi besar-besaran pada sektor pertambangan. Hal ini dapat
diwajarkan mengingat belum ada modal besar yang tersedia.
Resource boom kedua terjadi pada akhir abad 18 menuju abad 19. Resource
boom ini dapat terjadi akibat penemuan tambang baru di seluruh penjuru benua
Australia, terutama di Australia Barat, New South Wales, dan Queensland.
Penyebaran penduduk ke daerah baru mendorong penemuan bahan tambang
dan galian baru. Sama seperti resource boom sebelumnya, terjadi keruntuhan
finansial pada tahun 1880 akibat gelembung properti yang menimbulkan
tingkat pengangguran tinggi.
Pada tahun 1960-an menuju awal tahun 1970-an kembali terjadi resource
boom. Berbeda dengan dua resource boom awal, kali ini investasi pada sektor
tambang meningkat akibat perkembangan pasar modal dan teknologi.
Fenomena ini diikuti dengan meningkatnya lapangan pekerjaan dan kenaikan
upah. Fenomena ini juga membawa tingkat inflasi yang tinggi sehingga
dilakukan pemotongan tarif pada 1973. Di akhir tahun 1970-an juga terjadi
resource boom yang cukup besar pada sektor energi yaitu, gas, minyak, dan
batu bara. Naiknya jumlah sumber daya energi membuat Australia menarik
bagi industri yang membutuhkan energi banyak seperti smelting alumunium.
Resource boom pada periode ini disertai dengan naiknya permintaan upah dan
inflasi. Sayangnya, kebijakan moneter dan fiskal tidak mampu menjaga
stabilitas ekonomi pada saat itu. Tahun 1982-1983, Australia memasuki resesi
yang parah.
Tingginya permintaan China dan negara Asia lain menyebabkan Australia
kembali mengalami resource boom terbaru pada 2003-2007. Harga komoditas
seperti batu bara, bijih besi dan LNG mulai meningkat. Bijih besi dapat
mencapai harga tertinggi US$ 170 per ton dan menyumbang sepertiga
komoditas ekspor. Sedangkan, harga batu bara dapat mencapai US$ 180 per
ton. Investasi sektor tambang juga meningkat menjadi 8,5% dari GDP.
Resource boom kali ini bertahan lebih lama dibanding sebelumnya. Selain itu,
saat ini ketentuan perdagangan telah meningkat, dapat dikatakan bahwa
resource boom saat ini telah meningkatkan volume dan harga ekspor sumber
daya naik signifikan. Resource boom kali ini juga dapat dikatakan spesial
karena terjadi di saat nilai tukar telah mengambang sehingga perekonomian
dapat dilakukan lebih fleksibel dan nilai tukar riil dapat naik.
Aktivitas pertambangan
REFERENSI
Pransuamitra, P.A. (2022, September 9). “Bukan Indonesia, Ini Negara
Penghasil Batu Bara Terbesar!”. CNBC Indonesia.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20220909120701-17-
370723/bukan-indonesia-ini-negara-penghasil-batu-bara-terbesar
Putri, A. M. H. (2022, June 19). “Gas Makin Mahal, Harga Batu Bara Perlahan
Mendidih”. CNBC Indonesia.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20220619084819-17-
348305/gas-makin-mahal-harga-batu-bara-perlahan-mendidih
J.S. (2011, March 2). “Pendapatan Pajak Tambang Australia Meningkat”.
ESDM Indonesia. https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-
archives/pendapatan-pajak-tambang-australia-
meningkat#:~:text=Saat%20ini%20Australia%20merupakan%20negara,
%2C%20tembaga%2C%20emas%20dan%20perak.
Phillips, K. (2016, April 13). “The Mining Boom that Changed Australia”.
ABC Net. https://www.abc.net.au/radionational/programs/rearvision/the-
mining-boom-that-changed-australia/7319586
Battellino, R. (2010, February 23). “Mining Boomms and the Australian
Economy”. Sydney, Australia: The Sydney Institute.
https://www.rba.gov.au/speeches/2010/sp-dg-230210.html
Stevens, G. (2011, February 23). “The Resources Boom”. Melbourne,
Australia: Victoria University Public Conference.
https://www.rba.gov.au/publications/bulletin/2011/mar/pdf/bu-0311-
10.pdf
Weller, S., O’Neill, P. (2014, October 15). “De‐industrialisation,
financialisation and Australia’s macro‐economic trap”. Cambridge Journal
of Regions, Economy and Society. https://academic.oup.com/cjres/article-
abstract/7/3/509/356445
Jang, H., Topal, E. (2020, July). “Transformation of the Australian Mining
Industry and Future Prospect”. Mining Technology.
https://www.researchgate.net/publication/342647213_Transformation_of
_the_Australian_mining_industry_and_future_prospects
Lloyd, C. (2008, June). “Australian Capitalism Since 1992: A New Regime of
Accumulation?”. The Journal of Australian Political Economy.
Khoirini, O.M.. (2019). “Upaya Penerapan Kebijakan Resource Super Profit
Tax (RSPT)”. Islamic University of Indonesia.
Garton, Phil. (2008). “The Resources Boom and the Two-Speed Economy”.
Economic Roundup, Australian Government. 17-29.
Bishop, J., Kent, C., Plumb, M., & Rayner, V. (2013, January 1). “The
Resources Boom and the Australian Economy: A Sectoral Analysis”. RBA
Bulletin. 39-50.
Goderis, B., Malone, S.W.(2008, March). “Natural Resource Booms and
Inequality: Theory and Evidence”. OxCarre Working Papers, University
of Oxford.