Anda di halaman 1dari 16

MATAKULIAH SEJARAH DUNIA

Dosen: Dr. Didik Pradjoko S.S., M.Hum.

Perkembangan Industrialisasi di Eropa dan Dampaknya terhadap Sosial dan Ekonomi di


India (1800-1950)

Disusun Oleh:

Harrist Riansyah (1906365542)

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2020
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial-ekonomi yang mengubah
mata pencaharian masyarakat pertanian menjadi masyarakat buruh industri.
Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan yang masyarakatnya berfokus
pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan
penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi
yang perubahan sosial dan perkembangan ekonominya berhubungan erat dengan inovasi
teknologi.1
Munculnya Renaissance pada abad ke 14 yang di mulai dengan adanya
perubahan dalam kebudayaan dan beralnjut hingga memunculkan berbagai macam
pandangan dan penemuan-penemuan baru diberbagai bidang. Berbagai penemuan baru
tersebut menggerakkan masyarakat yang selama ini dibawah belenggu kegelapan
dogma menjadi seperti mendapatkan pencerahan. Gerakan ini kemudian diikuti dengan
zaman Pencerahan atau Enlightment yang berlangsung pada abad ke 18 yang
dikemudian hari memunculkan Revolusi Industri yang berlangsung pada abad ke 18
sampai petengahan abad ke 19.2
Revolusi Industri di Inggris sebagai negara di Eropa barat sekaligus didunia
yang pertama kali mengalaminya pada abad ke 18 membawa dampak yang sangat besar
bagi kehidupan manusia dari aspek sosial, politik, dan ekonomi di abad-abad
selanjutnya. Bermula dari ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun 1769
yang mampu untuk menggerakan kapal uap dan kereta api dan juga berbagai faktor
pendorong seperti melimpahnya sumber daya alam di Inggris dan juga terjadinya
stabilitas politik yang membuat Inggris menjadi negara yang pertama yang mengalami
Revolusi Industri itu sendiri.
Sedangkan di eropa sendiri mengubah kondisi perekonomian yang sebelumnya
masyarakat Eropa perekonomian berbasis pada pertanian dan kerajinan tangan bergeser
menjadi perekonomian yang berbasis pada manufaktur dengan mesin dan pabrik.
1
Tim Program BSB (Belajar Sambil Bermain). Sekilas Sejarah Dunia. (Bali: Yayasan Gemar Ripah,2011),
Hal. 153.
2
M Baiquni, “Revolusi Industri Ledakan Penduduk dan Masalah Lingkungan”. Jurnal Sains & Teknologi
Lingkungan 1 (1), 2009, 39-40.
Revolusi Industri ini sendiri juga mendorong penggunaan batubara dan uap sebagai
sumber bahan bakar penggerak mesin-mesin pabrik. Dengan penggunaan mesin ini
membuat cara baru dalam mengorganisir kerja manusia dalam memaksimalkan manfaat
dan keuntungan dari mesin baru tersebut. Dengan adanya pabrik-pabrik besar yang
membutuhkan banyak tenaga kerja mendorong juga para penduduk yang berasal dari
pedesaan untuk pergi ke kota-kota untuk bekerja di pabrik-pabrik baru tersebut.
Penciptaan kelas menegah yang kaya dan kelas pekerja (proletar) dalam industri secara
substansial mengubahan hubungan sosial tradisional yang ada.3
Revolusi Industri juga menghasilkan revolusi sosial. Kasta pengusaha yang
memiliki banyak modal menjadi satu kelompok yang memiliki kekuatan politik,
sedangkan para tenaga kerja di kota, yang bekerja dalam kondisi yang paling buruk dan
tidak memperoleh jaminan apa pun meletakkan fondasi-fondasi gerakan protes
terencana para buruh. Tempat tinggal pada masa Revolusi Industri beraneka ragam dari
kondisi rumah yang sangat baik dan pemilik yang makmur hingga perumahan sempit di
daerah kumuh. Rumah kumuh ini menggunakan toilet bersama serta keadaan
lingkungan yang kurang bersih. Kesenjangan antara kaum pengusaha yang memiliki
modal dan kaum buruh yang amat tertindas menghasilkan kasta modern hasil revolusi
industri.4
Mengingat pada saat terjadi Revolusi Industri di Inggris, kerajaan ini sendiri
mempunyai banyak koloni diberbagai belahan dunia, maupun di Asia, Afrika, dan
Amerika. Yang tentu saja dengan adanya Revolusi Industri di berbagai negara Induk
(bangsa Eropa) turut memengaruhi koloninya. Seperti yang terjadi dengan koloni-koloni
Inggris di Asia.
Contohnya yang terjadi pada India pada abad ke 18 yang pada saat itu terjadi
penurunan jumlah penduduk yang diikuti dengan adanya kolonialisasi Inggris disana
yang mendorong perekonomian disana terutama dalam bidang industri tekstil.
Sementara itu di Cina masih menguasai pasar keramik dan juga sutra di dunia. Dan
mulai memproduksi teh dan juga di Cina sudah ada self-sufficient pada bidang tekstil.

3
William J. Duiker & Jackson J. Spielvogel, The Esssential World History: Sixth Edition (Boston:Cengage
Learning, 2011), hal. 465.
4
Tim Program BSB (Belajar Sambil Bermain). Op.cit. Hal 152-153.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya Revolusi Industri di negara-negara Eropa ?
2. Bagaimana dampak Industrialisasi di bidang sosial dan ekonomi yang dirasakan
oleh masyarakat di Eropa ?
3. Bagaimana dampak Industrialisasi di bidang sosial dan ekonomi yang dirasakan
oleh daerah-daerah di India ?
Bab II
Isi

2.1 Revolusi Industri di Eropa5


Revolusi Industri pertama kali terjadi di Inggris pada tahun 1780-an. Bermula
dari ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun 1769 yang mampu untuk
menggerakan kapal uap dan kereta api dan juga berbagai faktor pendorong seperti
melimpahnya sumber daya alam di Inggris dan juga terjadinya stabilitas politik yang
membuat Inggris menjadi negara yang pertama yang mengalami Revolusi Industri itu
sendiri.
Dengan adanya Revolusi Industri meningkatkan praktik agrikultur pada abad ke
18 yang menyebabkan meningkatnya produksi pangan. Dengan begitu pertanian di
Inggris mampu memberi makan orang banyak dengan harga yang lebih rendah dari
baisanya dan jugalebih sedikit tenaga kerja. Para keluarga Inggris pun pada umumnya
menjadi tidak harus mengeluarkan sebagian penghasilan mereka untuk membeli pangan,
mereka juga bisa membeli alat-alat manufaktur. Dengan adanya hal itu membuat
pertumbuhan populasi yang pesat di Inggris pada paruh kedua abad ke 18, yang
berakibat surplusnya tenaga kerja di pabrik-pabrik baru di Inggris. Faktor krusial yang
membuat Industrialisasi di Inggris bisa dibilang berhasil karena mampu memproduksi
barang-barang dengan harga murah dan juga permintaan yang tinggi.
Salah satu bidang yang mengalami perubahan dari adanya Industrialisasi ini
ialah produksi tekstil di Inggris, hal ini disebabkan karena metode tradisional dalam
memproduksi pakaian tidak mampu mengimbangi permintaan yang tinggi di Inggris
maupun di wilayah koloni Inggris yang luas. Sehingga para produsen pakaian di Inggris
mencoba mencari dan menerima metode produksi yang baru sehingga memunculkan
berbagai macam penemuan.
Penemuan-penemuan seperti Kumparan terbang (Flying Shuttle), Pemintal, Alat
tenun, dan mesin uap membuat Inggris mampu mengimpor 2.5 juta pon kapas mentah
untuk industri rumahan pada tahun 1760, kemudian pada tahun 1787 naik menjadi 22
juta pon kapas, dan pada tahun 1840 menjadi 366 juta pon kapas. Namun dengan

5
William J. Duiker & Jackson J. Spielvogel. Op.cit. Hal. 465-467
adanya impor kapas mentah tersebut membuat barang-barang kapas buatan Inggris
dijual dimanaun didunia.
Bermula dari Inggris, penyebaran Industralisasi ini menyebaran ke benua Eropa
dan Amerika Serikat pada saat dan waktu yang berbeda pada abad ke 19. Di benua
Eropa negara-negara awal yang ter-indutrialisasi ialah Belgia, Perancis, dan Jerman.
Pemerintah negara mereka secara aktif mendorong pengembangan Industrialisasi
dengan berbagai upaya seperti, mendirikan sekolah teknik, melatih para pekerja dan
mekanik, dan membiayai pembangunan jalan-jalan, kanal-kanal, dan jalu-jalur kereta
api. Pada tahun 1850, jaringan rel kereta api telah menyebar seluruh dataran Eropa.
Sementara itu di Amerika Serikat, revolusi industri membawa berbagai
perubahan yang sangat besar. Pada tahun 1800, 6 dari 7 pekerja di Amerika adalah
petani dan tidak ada kota yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 100.000 orang.
Tetapi pada tahun 1860, populasi meningkat menjadi 30 juta orang, sembilan kota di
Amerika Serikat memiliki penduduk lebih dari 100.000 orang dan hanya 50 % pekerja
di Amerika sebagai petani.
Sementara itu dibagian lain dunia dimana negara-negara Eropa yang baru
mengalami di Industralisasi memegang kendali, menjalankan kebijakan untuk
mencegah pertumbuhan industri mekanis. Berdasarkan dari pengalaman di India. Pada
abad ke 18, India menjadi salahsatu eksportir kain katun di dunia yang diproduksi
dengan kerja tangan. Pada paruh pertama abad ke 19, pada saat sebagian besar wilayah
India berada pada kekuasaan The British East India Company (EIC). Dengan kontrol
Inggris, datang barang-barang tekstil yang murah yang diproduksi di Inggris, dan segera
ribuan pemintal dan penenun tangan dari India menjadi pengangguran. Kebijakan
pemerintah Inggris pun mendorong orang-orang India untuk mengekspor bahan mentah
mereka sambil membeli barang-barang buatan Inggris.
2.2 Dampak yang disebabkan oleh Industrialisasi di Eropa
2.2.1 Pertumbuhan Penduduk dan Urbanisasi6
Salahsatu dampak yang ditimbulkan dari adanya Industrialisasi ini adalah
bertambahnya jumlah penduduk yang pesat. Populasi di Eropa meningkat dua kali lipat
selama abad ke-18, dari sekitar 100 juta orang menjadi 200 juta orang, dan menjadi dua
kali lipat lagi di abad ke-19 menjadi sekitar 400 juta. Dengan adanya industrialisasi,
perbaikan dalam pengetahuan medis dan kesehatan masyarakat, bersama dengan
persediaan makanan yang lebih teratur, membawa penurunan drastis dalam angka
kematian tetapi tidak ada penurunan yang sesuai dalam tingkat kelahiran. Hasilnya
adalah ledakan populasi, seperti yang dialami di Eropa abad ke-19.
Selain itu adanya Industrialisasi ini juga mendorong adanya perpindahan
penduduk desa ke kota atau lebih dikenal dengan urbanisasi. Hal ini terjadi karena
Industrialisasi menarik minat para penduduk yang berada di desa beralih pekerjaan ke
pabrik-pabrik baru yang berada di kawasan perkotaan. Seperti yang terjadi di Inggris,
Pada 1801 sekitar seperlima dari populasinya tinggal di kota-kota dan kota-kota
berpenduduk 10.000 atau lebih. Pada 1851 dua perlima begitu urbanisasi; dan jika kota-
kota kecil yang terdiri dari 5.000 atau lebih dimasukkan, seperti yang ada dalam sensus
tahun itu, lebih dari setengah populasi dapat dihitung sebagai urban. Masyarakat
industri pertama di dunia telah menjadi masyarakat perkotaan yang benar-benar pertama
juga. Pada tahun 1901, tahun kematian Ratu Victoria, sensus mencatat tiga perempat
populasi sebagai perkotaan (dua pertiga di kota dengan 10.000 atau lebih dan setengah
di kota dengan 20.000 atau lebih). Dalam kurun waktu satu abad, masyarakat pedesaan
yang sebagian besar telah menjadi masyarakat urban.

2.2.2 Kelas sosial baru: middle class dan working class7


Middle class atau The bourgeoisie (borjuis) sebenarnya merupakan Burgher atau
penduduk kota, yang aktif sebagai pedagang, penjabat, pengacara, atau sastrawan.
Sedangkan middle class yang baru merupakan orang-orang yang membangun pabrik,
membeli mesin, dan mencari tahu dimana pasar berada. Mereka memiliki ciri atau

6
Krishan Kumar, “Modernizaton”,
https://www.britannica.com/topic/modernization/Population-change (diakses pada 28 Mei
2020, Pukul 11:05 WIB).
7
William J. Duiker & Jackson J. Spielvogel. Op.cit. Hal. 469-470.
kualitas seperti akal, pikiran tunggal, resolusi, inisiatif, visi, ambisi, dan sering serakah.
Kelas menengah baru ini berusaha untuk mengurangi hambatan mereka dengan para elit
dan juga berusaha memesahkan diri dari kelas buruh dibawah mereka secara bersamaan.
Sedangkan kondisi para kelas pekerja (working class) sangat jauh berbeda
dengan kelas borjuis. Pekerja industri awal menghadapi kondisi kerja yang buruk. Jam
kerja berkisar antara dua belas hingga enam belas jam sehari, enam hari seminggu,
dengan setengah jam untuk makan siang dan makan malam. Tidak ada keamanan kerja
dan tidak ada upah minimum. Kondisi pabrik yang kotor, berdebu, dan tidak sehat.
Dalam Revolusi Industri, pekerja anak dieksploitasi lebih dari sebelumnya.
Pemilik pabrik kapas merasa pekerja anak sangat membantu. Anak-anak memiliki
sentuhan halus sebagai pemintal kapas. Ukuran mereka yang lebih kecil memudahkan
mereka untuk bergerak di bawah mesin untuk mengumpulkan kapas yang longgar.
Apalagi anak-anak lebih mudah dilatih untuk melakukan pekerjaan pabrik. Yang
terutama, anak-anak mewakili persediaan tenaga kerja yang murah. Pada tahun 1821,
sekitar setengah dari populasi Inggris berusia di bawah dua puluh tahun. Oleh karena itu
anak-anak membuat persediaan tenaga kerja yang melimpah, dan mereka hanya dibayar
sekitar seperenam hingga sepertiga dari apa yang dibayar seseorang. Di pabrik kapas
pada tahun 1838, anak-anak di bawah delapan belas tahun merupakan 29 persen dari
total tenaga kerja; anak-anak semuda tujuh bekerja dua belas hingga lima belas jam per
hari, enam hari seminggu, di pabrik kapas. Namun sejak ada Undang-Undang Pabrik
1833, jumlah anak yang bekerja pun menurun dan mulai digantikan oleh perempuan.
Perempuan membentuk 50 persen dari angkatan kerja di pabrik-pabrik tekstil (kapas
dan wol) sebelum 1870. Mereka kebanyakan adalah pekerja tidak terampil dan dibayar
setengah atau kurang dari apa yang diterima laki-laki.

2.2.3 Ekonomi dunia


Pada periode sekitar 1750-1850, ekonomi dunia Eropa memecahkan batasan
yang telah diciptakannya pada abad keenam belas yang panjang dan mulai memasukkan
zona baru yang luas ke dalam pembagian kerja yang efektif yang dicakupnya. Itu
dimulai dengan menggabungkan zona-zona yang telah berada di arena luar sejak abad
keenambelas, yang paling utama dan paling penting, anak benua India, kekaisaran
Ottoman, kekaisaran Rusia, dan Afrika Barat. Penggabungan ini terjadi pada paruh
kedua abad ke-18 dan paruh pertama abad ke-19. 8
Perkembangan ekonomi akhir abad kesembilan belas, dikombinasikan dengan
revolusi transportasi yang melihat pertumbuhan transportasi laut dan kereta api,
mendorong ekonomi dunia yang sebenarnya. Pada 1900, orang Eropa menerima daging
sapi dan wol dari Argentina dan Australia, kopi dari Brasil, bijih besi dari Aljazair, dan
gula dari Jawa. Modal Eropa juga diinvestasikan di luar negeri untuk mengembangkan
kereta api, tambang, pembangkit listrik, dan bank. Tentu saja, negara-negara asing juga
menyediakan pasar untuk barang-barang manufaktur surplus Eropa. Dengan modal,
industri, dan kekuatan militernya, Eropa mendominasi ekonomi dunia pada awal abad
kedua puluh.9

2.3 Kondisi Perekonomian Masyarakat India sekitar akhir abad ke 18 sampai


akhir abad ke 19
Pusat geografis dan ekonomi dunia Samudra Hindia ini adalah anak benua India
itu sendiri. Banyak dari itu sangat berkembang dan sudah dominan di industri tekstil
dunia sebelum penaklukan Mughal. Namun, penaklukan itu semakin mempersatukan,
urbanisasi, dan komersilisasi India, terlepas dari dugaan ketergantungan finansial
kekaisaran Mughal pada pertanian dan hasil pajaknya. Bahkan pada abad ketujuh belas,
ibu kota utama Mughal di Agra, Delhi, dan Lahore masing-masing memiliki populasi
sekitar setengah juta dan beberapa kota pelabuhan komersial yang terdaftar di atas
masing-masing memiliki 200.000 penduduk. Urbanisasi di kota-kota lebih dari 5.000
mencapai 15 persen dari populasi. Ini jauh lebih tinggi daripada urbanisasi India pada
abad ke-19 dan mengerdilkan 30.000 penduduk kota-kota kantong yang dikontrol Eropa
di Asia seperti Malaka Portugis dan Batavia Belanda. 10 Total populasi di anak benua
India juga bertambah, lebih dari dua kali lipat dalam dua setengah abad dari antara 54
dan 79 juta pada 1500 menjadi antara 130 dan juta kebun binatang pada 1750. Perkiraan

8
Immanuel Wallerstein, “The Modern World System III :The second era of great expansion of the
capitalist world-economy, 1730s-1840s.” (London: University of California Press, 2011), Hal. 125.
(diakses pada 29 Mei 2020, 13:50 WIB, dari ProQuest Ebook Central,
http://ebookcentral.proquest.com/lib/indonesiau-ebooks/detail.action?docID=714081).
9
William J. Duiker & Jackson J. Spielvogel. Op.cit. Hal. 471-472.
10
Anthony Reid. "The Seventeenth-Century Crisis in Southeast Asia." (Modern Asian Studies, 1990). Hal.
82. Dikutip dari Andre Gunder Frank. “ReORIENT : Global Economy in the Asian Age.”(London:University
of California Press, 1998). Hal. 85.
lain sekitar 100 juta pada 1500, 140 hingga 150 juta pada 1600, dan 185 hingga 200 juta
pada 1800.11
India memiliki neraca perdagangan yang sangat besar dengan Eropa dan
beberapa negara lainnya di Asia Barat, sebagian besar didasarkan pada produksi tekstil
katun murah yang lebih efisien dan juga lada untuk ekspor. Ini pergi ke barat ke Afrika,
Asia Barat, Eropa, dan dari sana melintasi Atlantik ke Karibia dan Amerika. Namun,
India juga mengekspor makanan pokok, seperti beras, kacang-kacangan, dan minyak
sayur di barat ke pelabuhan-pelabuhan dagang di Teluk Persia dan Laut Merah (yang
juga bergantung pada Mesir untuk pasokan gandum), dan ke arah timur ke Malaka dan
tempat lain di Asia Tenggara. Sebagai imbalannya, India menerima sejumlah besar
perak dan beberapa emas dari Barat, langsung di sekitar Tanjung atau melalui Asia
Barat, serta dari Asia Barat itu sendiri.12
Adanya koloni-koloni bangsa Eropa di Asia Selatan tidak terlepas dari adanya
potensi produksi tekstil yang sangat besar di Asia Selatan, yang mampu diekspor ke
seluruh wilayah Samudra Hindia tetapi terutama ke pasar Asia Tenggara, sekaligus juga
terjadinya impor besar-besaran rempah-rempah dari Asia Tenggara; rempah-rempah ini
dikonsumsi di Asia Selatan, atau kemudian dijual kembali ke Timur Tengah dan
akhirnya Eropa Barat. Dengan adanya kedua hal itu membuat para pedagang Eropa
untuk ikut serta didalam perdagangan antar-Asia tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan, tetapi untuk mendapatkan rempah-rempah "dan keuntungan luar biasa yang
diharapkan". Tetapi jika menginginkan keuntungan yang besar, orang Eropa harus
membuat/mendapatkan pangkalan angkatan laut dan lokasi strategis dimana mereka
berharap untuk mendominasi laut dan, akibatnya, mampu menguasai sebagian besar
arus perdagangan.13
Di India selatan, menurut Parthasarathi menyatakan pada abad ke-18, “para
pedagang dikeluarkan dari negara dalam tatanan politik India selatan. Tidak seperti
banyak bagian Eropa di mana kekuatan ekonomi pedagang dilengkapi oleh kekuatan
politik, di India selatan pedagang tidak memiliki akses ke kekuatan negara ”. Memang,
mereka jarang mencoba merebut kekuasaan politik. Bahkan, beberapa pembela paling
dinamis dari dinamika politik dan ekonomi Asia Selatan hingga awal abad ke-19, harus
11
Loc.cit.
12
Andre Gunder Frank. Op.cit., Hal. 85-88.
13
Eric H. Mielants. “The Origins of Capitalism and the "Rise of the West". “ (Philadelphia: Temple
University Press, 2007). Hal. 91-92.
mengakui bahwa di Asia Selatan “ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa serikat
pedagang mengendalikan produksi atau mendefinisikan dan mempertahankan daerah
aktivitas perdagangan melawan saingan". Tetap agak tidak berkomitmen tentang
keberadaan sistem memadamkan. Namun yang terakhir menyatakan bahwa di bawah
Colas, "tidak ada bukti bahwa pedagang melakukan kontrol upah atas pengrajin atau
dalam hal itu bahwa standar produksi ditetapkan atau bahwa denda dipungut karena
pengerjaan yang buruk." 14
Ketika India menghadapi masa kolonialisasi bangsa barat, Organisasi sosial
produksi bersandar pada proses kerja yang memanfaatkan pekerjaan keluarga yang tidak
dibayar dan sangat tidak mendapatkan upah tenaga kerja. Produksinya pun diperluas
untuk ke pasar dunia yang kapitalis untuk mencapai efisiensi dan murah tanpa harus
menggunakan komodifikasi formal tenaga kerja. Terjadinya penolakan untuk
mengurangi komoditas itu sendiri terjadi karena keberhasilan para buruh tani yang
bertekad untuk mempertahankan akses ke kombinasi berbasis produksi dan
perdagangan berdasarkan hak konsumsi dan subsistensi.15

2.4 Dampak Sosial dan Ekonomi di Asia Selatan setelah mengalami Industrialisasi
Pergantian abad kesembilan belas menandai penurunan kerajinan, di mana
manufaktur India memiliki posisi yang tak tertandingi sebelum Revolusi Industri.
Bahkan, hingga 1802 India membangun kapal dan memasok tekstil ke Inggris.
Kemudian invasi barang kapas Lancashire berarti penghancuran alat tenun dan roda
pemintal, poros dari struktur masyarakat India kuno, di mana keseimbangan halus
antara industri dan pertanian telah dibangun dalam ekonomi desa melalui kelembagaan
dan tradisional kekuatan. Setengah abad kemudian muncul permulaan sistem pabrik
modern dengan produksi dan transportasi mekanis skala besar. Selama sisa abad ini,
revolusi paling signifikan terjadi di alat transportasi, terutama kereta api, yang seperti
akan kita lihat, mengandung implikasi ekonomi dan sosial yang luar biasa.16
Industrialisasi yang terjadi dari akibat adanya orang-orang Imperialis disana
membuat kekuatan (keuntungan) banyak diraih oleh para pedagang kapitalis dan juga

14
Ibid, Hal. 100.
15
Hal. 143
16
Ghandikota V. Subba Rao. “THE IMPACT OF INDUSTRIALIZATION ON INDIAN SOCIETY”. Columbia
Journal of International Affairs, 4(2), 1950, Hal 51. (dikutip pada 2 Juni 2020, 15:27 WIB, dari
https://www.jstor.org/stable/24354473)
para pedagang pribumi yang sedang berkembang. Hal ini juga mengakibatkan
munculnya kesadaran politik ditengah masyarakat pada saat itu. Kesadaran ini telah
mendatangkan massa karakter massal (mass character) dalam waktu yang baru.
Keresahan dibidang Agraria, yang dipimpin oleh Ketidakpuasan para kaum proletar
yang sedang mengumpulkan momentum yang dikemudian hari membuat perubahan
sosial yang besar di India.17
Hal ini bisa dilihat dari adanya komersialisasi pertanian yang padat karya yang
tidak sejalan dengan kemakmuran yang berkelanjutan. Adanya perang saudara di
Amerika Serikat pada tahun 1861-1865 memutus pasokan dari Amerika Serikat pada
saat itu. Hal ini mebuat terjadinya kemerosotan ekonomi tahun 1870-an dan 1890-an
yang memperlihatkan kerentanan dari ekonomi agraris India. Menurut laporan Jurnal
medis utama Inggris, The Lancet, diperkirakan kematian akibat kelaparan di India
selama tahun 1890-an mencapai 19 juta, sekitar setengah dari jumlah populasi Inggris.
Korban tewas akibat kelaparan pada tahun 1897 berkisar 4,5 Juta (angka resmi) sampai
18
16 juta (angka tidak resmi). Padahal pada tahun 1870 hingga 1914, di India terjadi
surplus ekspor berdasarkan ekspor bahan baku yang sangat penting untuk mengimbangi
defisit Inggris dalam sistem perdagangan dan pembayaran internasional. Transfer dana
dari koloni ke negeri induk melalui berbagai mekanisme dan untuk berbagai tujuan
tertentu menyebabkan kecurigaan dari kaum nasionalis India yang menuduh bahwa ada
“pengurasan kekayaan” sistematis dari India.19
Dampak yang cukup besar dari adanya Industrialisasi di India ini dengan mulai
pundarnya sistem kasta di India. Sistem kasta India sendiri berdasakan kelahiran, yang
membatasi status, pekerjaan, dan pada hubungan sosial. Munculnya urbanisasi,
pertumbuhan alat transportasi, pertumbuhan industri kelas pekerja cenderung merusak
sistem kasta itu. Dalam survei yang dilakukan di bengal pada 1946-47 oleh Lembaga
Statistik India, ditemukan indikasi pertumbuhan dalam kegiatan pekerjaan sebesar 69%,
dimana keluarga tidak bekerja sesuai dengan sistem kasta yang ada. Namun beberapa

17
Ibid, Hal. 53.
18
Sugata Bose. A History of the Indian Economy in Asian and Global. Dalam T. Shiraishi, Emerging States
and Economies. Hal 143 (Singapore: Springer, 2019) .dikutip pada 3 Juni 2020, Pukul 14:07 WIB,
doi:https://doi.org/10.1007/978-981-13-2634-9
19
Ibid, Hal. 144.
kelompok kasta mengalami perubahan yang jauh lebih besar seperti Rajput (92%),
Vaidyas (84%), Brahmin (77%), dan Kayathas (61%). 20
Selain itu dampak lain dari adanya Industrialisasi di India ialah munculnya kelas
proletar di India yang tidak terlalu jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Eropa. Dan
yang terakhir dampak lain yaitu, memunculkan kekuatan politik India yang baru.
Pertama adanya kongres Nasional India dibawah kepemimpinan Mahatma Gandhi yang
membuat langkah besar menjadi tombak gerakan nasionalis untuk kebebasan dari
imperialis yang berkuasa. Yang kemudian hari berhasil membuat India merdeka dari
Inggris. Selain itu munculnya partai-partai sayap kiri atas dari adanya gerakan serikat
buruh dan agraria juga merupakan dampak yang ditimbulkan dari munculnya
Industrialisasi di India.21

Bab III
20
Ghandikota V. Subba Rao.Op.cit., Hal 54.
21
Ibid, Hal. 59.
Kesimpulan

Revolusi Industri yang terjadi di Inggris pada abad ke 18 merupakan perubahan


yang terjadi pada pekerjaan di masyarakat yang beralih dari pertanian ke Industri.
Munculnya revolusi industri pertama di Inggris disebabkan oleh beberapa faktor seperti
adanya penemuan-penemuan baru seperti mesin uap oleh James Watt, dan banyaknya
daerah-daerah di berbagai benua yang menjadi miliki Inggris sebagai akibat adanya
imperialisme dan kolonialisme.
Industrialisasi ini pun menyebar ke dataran Eropa dan meluas hingga ke benua-
benua lain seperti Asia, Afrika, dan Amerika. Dengan adanya hal ini membuat
terjadinya produktivitas dan efisiensi menjadi tinggi dan berbagai kebutuhan manusia
menjadi lebih cepat terpenuhi.
Namun selain dampak yang positif ditimbulkan dari adanya Industrialisasi ini
pun menimbulkan banyak persoalan baru seperti, munculnya daerah-daerah kumuh
diperkotaan sebagai akibat urbanisasi para penduduk desa ke kota untuk bekerja di
pabrik-pabrik, juga pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, dan munculnya kelas
pekerja dari para kalangan buruh yang bekerja di pabrik-pabrik yang biasa dikenal
sebagai kaum proletar.
Sedangkan Industrialisasi yang terjadi di Asia khususnya di India disebabkan
dengan adanya koloni-koloni bangsa barat terutama Inggris yang membawa pengaruh
dari Industrialisasi yang terjadi di negaranya. Adanya bangsa-bangsa barat yang
membuat koloni di berbagai wilayah di India disebabkan potensi India sebagai
penghasil tekstil yang besar sekaligus merupakan jalur pelayaran rempah-rempah yang
menuju Asia Tenggara.
Namun keuntungan yang didapat dari adanya industrialisasi di Inggris
berbanding terbalik dengan kondisi masyarakatnya yang tidak sejahtera. Hal ini
dikarenakan keuntungan yang didapat kebanyakan diperoleh para pedagang barat dan
para pengusaha pribumi yang berkuasa.
Banyaknya berbagai dampak yang ditimbulkan dari adanya Industrialisasi ini
yang tidak jauh berbeda dibandingkan negara-negara lain. Seperti mulai banyaknya
kesadaran masyarakat di bidang politik. Yang menuntut adanya kesejahteraan dan
kebebasan yang biasanya digerakan oleh partai-partai sosialis yang bermula dari
gerakan para buruh tani. Dan juga munculnya kelas sosial baru yang mirip di negara-
negara Eropa yaitu middle class dan working class.
Namun dampak yang paling dirasakan dari adanya Industrialisasi di India
dibandingkan negara lain ialah memundarnya sistem kasta yang berlaku di India.
Mengingat mayaoritas masyarakat India beragama Hindu yang memiliki sistem kasta
yang mengatur segala segi kehidupan yang ada mulai di tinggalkan masyarakat sebagai
adanya urbanisasi, dan perkembangan teknologi yang pesat.

Daftar Pustaka
 Baiquni, M. (2009). Revolusi Industri, Ledakan Penduduk, dan Masalah
Lingkungan. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 1(1), 38-59.
 Bose, S. (2019). A History of the Indian Economy in Asian and Global. Dalam
T. Shiraishi, Emerging States and Ecnonomies (hal. 139-150). Singapore:
Springer . doi:https://doi.org/10.1007/978-981-13-2634-9
 Duiker, W. J., & Spielvogel, J. J. (2011). The Esssential World History: Sixth
Edition. Boston: Cengage Learning.
 Frank, A. G. (1998). ReORIENT: global economy in the Asian Age. London:
University of California Press. Dipetik Mei 9, 2020, dari ProQuest Ebook
Central, http://ebookcentral.proquest.com/lib/indonesiau-ebooks/detail.action?
docID=799259
 Kumar, K. (2016, Maret 21). Modernization. Dipetik Mei 28, 2020, dari
Encyclopædia Britannica:
https://www.britannica.com/topic/modernization/Population-change
 Mielants, E. H. (2007). The Origins of Capitalism and the "Rise of the West".
Philadelphia: Temple University Press.
 Tim Program BSB (Belajar Sambil Bermain). (2011). Sekilas Sejarah Dunia.
Bali: Yayasan Gemar Ripah.
 Rao, G. (1950). THE IMPACT OF INDUSTRIALIZATION ON INDIAN
SOCIETY. Columbia Journal of International Affairs, 4(2), 50-60. Retrieved
June 2, 2020, from www.jstor.org/stable/24354473

 Wallerstein, I. (2011). The Modern World System III :The second era of great
expansion of the capitalist world-economy, 1730s-1840s. London: University of
California Press. Dipetik Mei 3, 2020, dari ProQuest Ebook Central,
http://ebookcentral.proquest.com/lib/indonesiau-ebooks/detail.action?
docID=714081.

Anda mungkin juga menyukai