Anda di halaman 1dari 7

Modul 2

KONSTITUSI
AUSTRALIA

Sub-CPMK:

Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami


dan menjelaskan tentang konstitusi Australia
Konstitusi Australia
Sebagaimana halnya dengan Indonesia dan sebagian besar negara-negara di

dunia, konstitusi Australia (the Constitution of Australia) merupakan sumber hukum

tertinggi (the Supreme Law) yang memiliki tujuan untuk menyediakan serangkaian

aturan yang mengatur bentuk dan pengelolaan pemerintahan federal Australia, dan

mengatur hubungan antara negara Federal dengan negara-negara bagian (states).

Konstitusi Australia.

Sejarah awal terbentuknya konstitusi Australia berkaitan erat dengan usaha

pembentukan federasi kolono-koloni Inggris di Australia pada abad ke 18, dan

berujung dengan lahirnya the Commonwealth of Australia pada tahun 1901. Berbeda

dengan koloni Inggris di Amerika Utara, koloni di Australia tidak memiliki agenda

kemerdekaan yang mereka perjuangkan untuk bebas dari Inggris secara mutlak.

Namun demikian, kerajaan Inggris juga belajar dari pengalaman Revolusi Amerika

yang mengakibatkan Inggris kehilangan sejumlah koloninya di benua Amerika dan

memberikan kesempatan kepada koloni-koloninya di Australia untuk dapat

mengelola pemerintahan sendiri namun tetap berada dalam ikatan politik dengan

kerajaan Inggris. Antara tahun 1855 hingga 1860 hampir semua koloni di Australia

telah memiliki pemerintahan sendiri, terkecuali Western Australia yang baru berhasil

menyelenggarakan pemerintahan sendiri pada tahun 1890. Memiliki pemerintahan

sendiri berarti bahwa koloni-koloni tersebut memiliki sistem legislasi kolonial sendiri

dan sebagian besar otoritas dalam tata pemerintahan masing-masing, termasuk

kekuasaan dalam menyusun, memilki ataupun merubah konstitusi sendiri.

The Statute of Westminster dan the Australia Acts merupakan dua sumber

hukum kolonial yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya konstitusi Australia yang

berlaku saat ini. Berawal dari keinginan koloni-koloni Inggris di Australia untuk

1
membangun hubungan kerjasama antar-koloni dengan dasar kepentingan bersama

khususnya di bidang tarif dan perdagangan, maka beberapa koloni mulai

mempopulerkan ide tentang penyatuan koloni-koloni Inggris di Australia. Hal ini juga

didorong oleh identitas Australia yang telah tumbuh dan semakin kuat dirasakan oleh

pemukim-pemukim Inggris di Australia, terlebih dengan adanya indikasi kepentingan

negara-negara kolonial lain seperti Jerman dan Perancis di Pasifik. Pada tahun 1889

beberapa koloni-koloni tersebut kemudian berhasil mendirikan Federal Council of

Australasia sebagai institusi antara koloni (inter-colonial body) pertama yang

mewadahi kepentingan antar koloni. Akan tetapi, Federal Council tersebut tidak

dapat berfungsi secara maksimal dalam melindungi kepentingan anggotanya,

khususnya koloni-koloni kecil ketika berhadapan dengan kepentingan koloni besar.

Hal ini terutama disebabkan oleh tidak masuknya New South Wales yang merupakan

koloni terbesar di Australia.

Meskipun tidak berjalan maksimal, isu tentang kesatuan dan kerjasama antar

koloni telah bergulir dan memperkuat keinginan untuk membentuk satu kesatuan

federasi. Secara umum terdapat tiga faktor utama yang mendorong keinginan

koloni-koloni untuk bersatu:

• Nasionalisme; muncul identitas dan perasaan kebersamaan di antara pemukim-


pemukim koloni Inggris di Australia.
• Keamanan; ketakutan akan potensi ancaman dari kekuatan colonial baru di Pasifik,
seperti: Jerman, Perancis, Rusia, dan Jepang.
• Imigrasi; ketakutan akan mengalirnya imigrasi suku bangsa lain (khususnya migran
tenaga kerja murah dari Cina) yang akan merugikan dominasi kulit putih Inggris di
Australia.

Ide dan keinginan untuk memiliki identitas tunggal tersebut kemudian diwujudkan

oleh Sir Henry Parkes (Premier koloni New South Wales) menjadi proposal untuk

suatu tindakan politik pada tahun 1889. Setelah serangkaian pertemuan para

pemimpin koloni dalam mendiskusi prospek terbentuk federasi, maka National

Constitutional Convention terselenggara di Sydney pada tahun 1891 dan dengan

2
dipandu oleh Sir Samuel Griffith melahirkan draft konstitusi pertama untuk Australia.

Draft ini ternyata tidak mendapatkan dukungan dari koloni-koloni, dan penyebab

utamanya adalah adanya kecenderungan koloni untuk mempertahankan kekuasaan

pemerintahan colonial masing-masing dari pada membentuk sebuah model federasi.

Secara umum terdapat tiga kesulitan utama dalam pembahasan perumusan

konstitusi:

• Keharusan mempertahankan hubungan dan ikatan dengan kerajaan Inggris dalam


membangun sebuah pemerintahan sendiri.
• Kecenderungan untuk menjaga keseimbangan dalam hal populasi dan kemakmuran,
khususnya antara Victoria dan New South Wales di satu pihak dengan kepentingan
koloni-koloni yang lebih kecil.
• Pentingnya memberikan kekuasaan yang cukup kepada pemerintah federal untuk dapat
menjalankan pemerintahan secara efektif, namun tetap menjaga identitas dan
kepentingan negara bagian (koloni).

Pada tahun 1895, premier-premier dari enam koloni kembali bertemu kembali untuk

membahas penyusunan draft konstitusi baru yang lebih berdasar kepada

kepentingan bersama. Pertemuan ini dilanjutkan dengan serangkaian pertemuan

susulan hingga pada tahun 1897 tercipta kesepakatan awal untuk sebuah draft

konstitusi baru. Secara substansi, draft konstitusi baru ini tetap mengacu pada draft

1891 namun dengan penambahan pada provisi bentuk “responsible government.”

Draft ini kemudian disampaikan dan disetujui oleh penduduk koloni melalui

referendum, dan secara formal disahkan oleh Parlemen Inggris pada tahun 1900

sebagai “The Commonwealth of Australia Constitution Act 1900” atau Akta Konstitusi

Persemakmuran Australia 1900, yang menjadi dasar lahirnya Federasi Australia

pada tanggal 1 Januari 1901.

Akta Australia sebagai dasar Federasi Australia ternyata tidak secara otomatis

berarti Australia terlepas sepenuhnya dari sistem hukum Inggris, dimana hukum

Imperial Inggris tetap berlaku di wilayah koloni Inggris. Hal ini menimbulkan

kerancuan dalam pelaksanaan aturan-aturan yang tercantum dalam Akta Australia

3
yang bisa saja berbenturan dengan hukum Inggris. Masalah ini kemudian

terpecahkan melalui “Statute of Westminster 1931” yang diadopsi oleh Australia

melalui “Statute of Westminster Adoption Act 1942.” Statuta Westminster tersebut

membebaskan domini (koloni) Inggris, termasuk Australia, dari keharusan untuk

mentaati hukum imperial Inggris, yang juga berarti lepasnya federasi Australia dari

sistem hukum Inggris. Namun demikian, independensi tersebut hanya berlaku untuk

tingkat federal, sementara sejumlah aturan kerajaan Inggris masih diberlakukan

untuk negara bagian. Independensi hukum untuk tingkat negara bagian baru

diperoleh melalui “Australia Act 1986.”

Secara singkat, Akta Australia (The Commonwealth of Australia Constitution

Act 1900) terdiri atas Pembukaan dan 9 (Sembilan) seksi. Seksi 1-8 berisi tentang

prosedur legal pendirian Persemakmuran Australia, dan barulah pada Seksi 9

termaktub konstitusi Australia yang terdiri atas 8 bab sebagaimana berikut ini.

I. Parlemen.
II. Eksekutif.
III. Yudikatif.
IV. Keuangan dan Perdagangan.
V. Negara Bagian.
VI. Negara Bagian baru.
VII. Tambahan.
VIII. Aturan Perubahan Konstitusi.

Kedelapan bab ini memuat 128 pasal yang dalam konstitusi tersebut disebut sebagai

“section” yang berisi aturan-aturan dan tata laksana pemerintahan federal Australia.

Hal penting yang juga diatur dalam konstitusi Australia adalah pembagian kekuasaan

antara level-level pemerintahan. Dalam struktur pemerintahan dan sistem politik

Australia terdapat tiga level pemerintahan yang diatur dalam konstitusi, yakni:

1. Pemerintah Federal Australia

2. Pemerintah Negara Bagian dan Teritori

3. Pemerintah Lokal

4
Pemerintah Federal memiliki kekuasaan eksklusif pada bidang pertahanan, masalah

luar negeri, bea cukai, dan perpajakan. Selebihnya dapat diatur oleh pemerintah

negara bagian atau teritori khususnya dalam wilayah masing-masing. Pemerintah

lokal yang terdiri dari sekitar 900 daerah pemerintahan berwenang

menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan public tingkat lokal. Sengketa

antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian harus diselesaikan secara

hukum di Pengadilan Tinggi Australia.

Perubahan konstitusi Australia hanya diperkenankan melalui suatu

referendum nasional. Mekanisme referendum nasional ini mengharuskan seluruh

orang dewasa di Australia yang terdaftar sebagai pemilih menentukan pilihan mereka

atas rencana amandemen konstitusi.

Latihan:

1. Jelaskan secara singkat proses terbentuknya konstitusi Federal Australia.

2. Jelaskan fungsi konstitusi dalam sistem politik Australia.

3. Jelaskan proses amandemen konstitusi Australia

5
Bibliography
Aikin, Don & Jinks, Brian (1985) Australian Political Institutions. Victoria:
Pitman Publishing Pty Ltd.
Davis, G & Wanna, J (1993) Public Policy in Australia (2nd ed.) NSW: Allen
& Unwin.
Dermody, Kathleen (1997) A Nation at Last; The Story of Federation.
Canberra: Australian Government Publishing Service.
Hamid, Zulkifli (1999) Sistem Politik Australia. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai